BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Sejarah
perkembangan studi Islam di dunia Islam dari masa kemasa ada banyak sekali
kisah atau hal yang dapat dipelajari bahkan pendekatan-pendekatan dan
metode-metodenya bisa juga diterapkan dalam era modern seperti dizaman sekarang
ini. Bahkan sejarah perkembangan studi islam ini merupakan bidang studi yang
banyak menarik perhatian para peneliti, baik dari kalangan sarjana muslim
maupun non muslim. Karena dari penelitian itu banyak manfaat yang dapat dapat
diperoleh dari penelitian perkembangan studi tersebut. Seperti halnya
perkembangan,pendekatan, cara, ataupun hal-hal yang lain dalam studi islam.
Disadari
atau tidak, selama ini informasi mengenai sejarah perkembangan dan pertumbuhan
studi Islam banyak berasal dari hasil penelitian sarjana barat. Hal ini terjadi
karena selain masyarakat barat memiliki etos keilmuan yang tinggi, juga
didukung oleh dana dan kemauan politik yang kuat dari para pemimpinnya.
Sedangkan para peneliti muslim tampak disamping etos keilmuannya rendah, juga
belum didukung oleh keahlian di bidang penelitian yang memadai, serta dana dan
dukungan politik dari pemerintah yang kondusif.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana
perkembangan studi islam di dunia Isalm dari masa ke masa?
2. Bagaimana
Sejarah Perkembangan Studi Islam Dikalangan Ilmuan Muslim Dari Masa Ke Masa ?
3. Perkembangan
studi islam dikalangan ilmuan muslim pada era modern?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN STUDI ISLAM
1. Masa
Rasulullah
Lahir
sejak abad ke-6 M masehi, dibawa oleh Nabi Muhammad (penutup nabi dan rasul),
diawali dengan penerimaan wahyu pada tahun 611 M Menyebarkan islam di Mekah
selama 13 tahun (610-622 M) dan di Yatsrib/Madinah selama 10 tahun (622-632 M)
Kajian Islam langsung dibimbing oleh Rasulullah kepada para sahabatnya,
dilaksanakan di mesjid, dan rumah (bait al- arqam) Materi kajian Islam mencakup
masalah Aqidah, Syariah, Muamalah.
2. Masa Abu
Bakar (632-634 M)
Melancarkan
perang riddah untuk menghancurkan suku- suku arab yang murtad dan tidak mau
membayar zakat. Menumpas nabi-nabi palsu (Tulaiha, Musailamah, dll.) Merintis
pengumpulan dan pembukuan surat-surat Alquran. Kemunculan islam sebagai
kekuatan baru dianggap berbahaya bagi kekaisaran Byzantium.
3. Masa
Umar ibn Khatab (634-644 M)
Menertibkan
administrasi pemerintahan, membuat UU dan Institusi Negara seperti Bait
Al-Maal, serta penetapan kalender hijriyah Melanjutkan ekspansi : Khalid ibn
Walid menaklukkan Persia (636 M), mengusir Byzantium dari Syria, Palestina, dan
Yordania (640 M).
4.Masa Utsman
ibn Affan (644-656 M)
Pembukuan
dan penyebaran mushaf dibantu sekretaris nabi, Zaid ibn Tsabit Melanjutkan
ekspansi ke Afrika Utara.
5. Masa Ali
ibn Abi Thalib (656-661 M)
Terjadi
perag saudara (perang jamal, 656 M), perang shiffin (657 M) Khawarij berhasil
membunuh Ali saat salat subuh (661 M) Kelahiran berbagai aliran pemikiran dalam
islam, seperti Syiah, Khawarij, Murjiah, dll.[1][1]
6. Periode
Madinah
Tahun
ke-4 H, studi masih berjalan di mesjid dan rumah dengan metode hafalan dan
sedikit logika Tahun ke-5 H, khalifah Abasiyah membangun sekolah di kota-kota,
dan mulai menempati gedung- gedung besar. Studi kajian berkembang di bidang
spiritual, intelektual, sains, dan social Berdirinya system madrasah menjadi
titik kejayaan, kemudian madrasah menjadi alat penguat kekuasaan, lembaga
doktrinitas, terutama pada masa kerajaan Fatimiyah (Cairo, Egypt) Tahun
1085-1111 M, Terjadi dikotomi/ pemisahan ilmu umum dan agama oleh Al-Ghazali.[2][2]
B. PUSAT-PUSAT
STUDI ISLAM
Dalam
sejarah muslim dicatat sejumlah lembaga kajian Islam di sejumlah kota. Maka
uraian berikut adalah sejarah perkembangan studi Islam di dunia muslim. Akhir
periode Madinah sampai dengan 4 H, fase pertama pendidikan Islam sekolah masih
di masjid-masjid dan rumah-rumah dengan ciri hafalan namun sudah dikenalkan
logika. Selama abad ke 5 H, selama periode khalifah ‘Abbasiyah sekolah-sekolah
didirikan di kota-kota dan mulai menempati gedung-gedung besar dan mulai
bergeser dari matakuliah yang bersifat spiritual ke matakuliah yang bersifat
intelektual, ilmu alam dan ilmu sosial.
Berdirinya
sistem madrasah justru menjadi titik balik kejayaan. Sebab madrasah dibiayai
dan diprakarsai negara. Kemudian madrasah menjadi alat penguasa untuk
mempertahankan doktrin-doktrin terutama oleh kerajaan Fatimah di Kairo.
Pengaruh al-Ghazali (1085-1111 M) disebut sebagai awal terjadi pemisahan ilmu
agama dengan ilmu umum. Ada beberapa kota yang menjadi pusat kajian Islam di
zamannya, yakni Nisyapur, Baghdad, Kairo, Damaskus, dan Jerussalem. Ada empat
perguruan tinggi tertua di dunia Muslim yakni:
(1) Nizhamiyah
di Baghdad,
(2) al-Azhar di
Kairo Mesir,
(3) Cordova, dan
(4) Kairwan Amir
Nizam al-Muluk di Maroko.[3][3]
Sejarah
singkat masing-masing pusat studi Islam ini digambarkan sebagai berikut:
1. Nizhamiyah
di Baghdad
Perguruan
Tinggi Nizhamiyah di Baghdad berdiri pada tahun 455 H / 1063 M. perguruan
tinggi ini dilengkapi dengan perpustakaan yang terpandang kaya raya di Baghdad,
yakni Bait-al-Hikmat, yang dibangun oleh al-Makmun (813-833 M). salah seorang ulama
besar yang pernah mengajar disana, adalah ahli pikir Islam terbesar Abu Hamid
al-Ghazali (1058-1111 M) yang kemudian terkenal dengan sebutan imam Ghazali.
Perguruan tinggi tertua di Baghdad ini hanya sempat hidup selama hampir dua
abad. Yang pada akhirnya hancur akibat penyerbuan bangsa Mongol dibawah
pimpinan Hulagu Khan pada tahun 1258 M.
2. Al-Azhar di
Kairo Mesir
Panglima
Besar Juhari al-Siqili pada tahun 362 H/972 M membangun Perguruan Tinggi
al-Azhar dengan kurikulum berdasarkan ajaran sekte Syiah. Pada masa
pemerintahan al-Hakim Biamrillah khalifah keenam dari Daulat Fathimiah, ia pun
membangun pepustakaan terbesar di al- Qahira untuk mendampingi Perguruan tinggi
al-Azhar, yang diberri nama Bait-al-hikmat (Balai Ilmu Pengetahuan), seperti
nama perpustakaan terbesar di Baghdad. Pada tahun 567 H/1171 M daulat Fathimiah
ditumbangkan oleh Sultan Salahuddin al- Ayyubi yang mendirikan Daulat
al-Ayyubiah (1171-1269 M) dan menyatakan tunduk kembali kepada Daulat Abbasiyah
di Baghdad. Kurikulum pada Pergutuan Tinggi al-Azhar lantas mengalami
perombakan total, dari aliran Syiah kepada aliran Sunni. Ternyata Perguruan
Tinggi al-Azhar ini mampu hidup terus sampai sekarang, yakni sejak abad ke-10 M
sampai abad ke-20 dan tampaknya akan tetap selama hidupnya. Universitas
al-Azhar dapat dibedakan menjadi dua periode: pertama, periode sebelum tahun
1961 dan kedua, periode setelah tahun 1961. Pada periode pertama,
fakultas-fakultas yang ada sama dengan fakultas-fakultas di IAIN, sedangkan
setelah tahun 1961, di universitas ini diselenggarakan fakultas-fakultas umum
disamping fakultas agama.
3. Perguruan
Tinggi Cordova
Adapun
sejarah singkat Cordova dapat digambarkan demikian, bahwa ditangan daulat
Ummayah semenanjung Iberia yang sejak berabad-abad terpandang daerah minus,
berubah menjadi daerahyang makmur dan kaya raya. Pada masa berikutnya Cordova
menjadi pusat ilmu dan kebudayaan yang gilang gemilang sepanjang Zaman Tengah.
The Historians history of the World, menulis tentang perikeadaan pada masa
pemerintahan Amir Abdurrahman I sebagai berikut: demikian tulis buku sejarah
terbesar tersebut tentang perikeadaan Andalusia waktu itu yang merupakan
pusatintelektual di Eropa dan dikagumi kemakmurannya. Sejarah mencatat, sebagai
contoh, bahwa Aelhoud dari Bath (Inggris) belajar ke Cordova pada tahun 1120 M,
dan pelajaran yang dutuntutnya ialah geometri, algebra (aljabar), matematik.
Gerard dari Cremonia belajar ke Toledo seperti halnya Adelhoud ke Cordova.
Begitu pula tokoh- tokoh lainnya.
4. Kairwan
Amir Nizam al-Muluk di Maroko
Perguruan
tinggi ini berada di kota Fez (Afrika Barat) yang dibangun pada tahun 859 M
oleh puteri seorang saudagar hartawan di kota Fez, yang berasal dari Kairwan
(Tunisia). Pada tahun 305 H/918 M perguruan tinggi ini diserahkan kepada
pemerintah dan sejak itu menjadi perguruan tinggi resmi, yang perluasan dan
perkembangannya berada di bawah pengawasan dan pembiayaan negara. Seperti
halnya Perguruan tinggi al-Azhar, perguruan tinggi Kairwan masih tetap hidup
sampai kini. Diantara sekian banyak alumninya adalah pejuang nasionalis muslim
terkenal.
Penyebab
utama kemunduran dunia muslim khususnya di bidang ilmu pengetahuan adalah
terpecahnya kekuatan politik yang digoyang oleh tentara bayaran Turki. Kemudian
dalam kondisi demikian dating musuh dengan membawa bendera perang salib.
Baghdad sebagai pusat ilmu pengetahuan ketika itu dihancurkan Hulaghu Khan 1258
M. Pusat-pusat studi termasuk yang dihancurkan Hulaghu.
C. SEJARAH
PERKEMBANGAN STUDI ISLAM DIKALANGAN ILMUAN MUSLIM
Sejarah
perkembangan studi Islam dikalangan ilmuan muslim sama dengan menyebut studi
sejarah Islam di dunia muslim. Dalam sejarah muslim dicatat sejumlah lembaga
kajian Islam di sejumlah kota. Maka uraian berikut adalah sejarah perkembangan
studi Islam di dunia muslim:
Akhir
periode Madinah sampai dengan 4 H, fase pertama pendidikan Islam sekolah masih
di masjid-masjid dan rumah-rumah dengan cirri hafalan namun sudah dikenalkan
logika. Selama abad ke 5 H, selama periode khalifah ‘Abbasiyah sekolah-sekolah
didirikan di kota-kota dan mulai menempati gedung-gedung besar dan mulai
bergeser dari matakuliah yang bersifat spiritual ke matakuliah yang bersifat
intelektual, ilmu alam dan ilmu sosial. Berdirinya system madrasah justru
menjadi titik balik kejayaan. Sebab madrasah dibiayai dan diprakarsai negara.
Kemudian madrasah menjadi alat penguasa untuk mempertahankan doktrin-doktrin
terutama oleh kerajaan Fatimah di Kairo.
Dalam
pembagian masa perkembangan studi islam dibagi menjadi 3 masa, antara lain;
1. Cendekiawan
Muslim Klasik
Priode
klasik mencakup rentang masa pasca pemerintahan khulafaur rasyidin hingga masa
imprialis barat. Rentangwaktu tersebut meliputi awal kekuasaan bani ummayah
zaman keemasan islam dan kemunduran islam secara politis hingga ke awal abad
18.
Di
awal priode klasik terlihat sejumlah pemikiran mengenai pendidikan. Pemikiran
mengenai pendidikan tersebut tampaknya disesuaikan dengan kepentingan, tempat
dan waktu. Upaya untuk menumbuhkan ilmu pengetahuan tampaknya dipermudah oleh
beberapa faktor yang cukup potensial, diantara faktor-faktor yaitu;
a. secara politis terlihat
kekuasaan islam sedang berada dalam puncak kekuasaannya.
b. para
penguasa umumnyamemiliki minat terhadap keilmuan.
c. wilayah
koloni yang baru yang demiian luasnya member dukungan sumber dana yang besar.
d. tumbuhnya
semacam kecendrungan baru dalam pemikiran rasional dikalangan ilmuwan muslim.[4][6]
Berikut beberapa
para ilmuwan muslim dan karya- karya mereka, antara lain;
a. IBNU
SINA
Sebagai
ilmuwan ibnu sina telah berhasil menyumbangkan buah pemikirannya dalam buku
karangannya yang berjumlah 276 buah. Diantara karya besarnya adalah al-syifa’
berupa ensiklopedia tentang fisika, logika dan matematika. Menurut ibnu sina
ilmu terbagi menjadi dua, yaitu;
1. Ilmu
Yang Tak Kekal, yakni dipandang dari peranannya sebagai alat yang bisa disebut
sebagai logika.
2. Ilmu Yang
Kekal (hikmah) ilmu Allah.
b.
AL-GHAZALI
Menurut
pandangan Al-ghazali ilmu dapat dilihat dari tiga sisi yaitu;
1. ilmu
hissyiah ; ilmu yang diperoleh dari usaha
2. ilmu
aqliyah ; ilmu yang diperoleh dari kegiatan berfikir
3. ilmu
laduni ; ilmu yang diperoleh dari Allah tanpa proses pengindraan atau
pikiran(nalar), melainkan melalui hati.
2. Cendekiawan Muslim Modern
Merujuk
pada pembagian periodisasi sejarah islam yang dikemukakan oleh prof. Dr. Harun
nasution, bahwa periode modern dimulai sejak tahun 1800M. Menjelang periode
modern ini, setelah bani abbas dan bani ummayah secara politik dapat
dilumpuhkan, kekuasaan islam masih bisa dipertahankan. Tiga kerajaan besar
yaitu;
a. KERAJAAN
TURKI USMANI (eropa timur dan asia-afrika),
b. KERAJAAN
SAFAWI (persia), dan
c. KERAJAAN
MUGHOL (india).
Masih
memegang hegemoni kekuasaan islam. Namun, menjelang abad ke-17 dan awal abad
ke-18 kerajaan-kerajaan islam tersebut satu persatu dapat dikuasai oleh
bangsa-bangsa eropa (barat). Pengaruh pembaratan yang berlangsung sejak akhir
abad ke-17 atau awal abad ke-18 itu mulai disadari oleh para intelektual
dinegara-negara islam menjelang akhir abad ke-19. Dibidang pendidikan pengaruh
pembaratan itu tampaknya telah meninggalkan bekas yang cukup mendalam dinegara-
negara islam.[5][7]
Sejumlah
pemikiran mengenai pendidikan dikemukakan oleh para tokoh pembaharuan dalam
bidang pendidikan diberbagai Negara islam tersebut akan dikemukakan berikut
ini;
a. RIFA’AT
BADAWI RAFI’ AL-THAHTHAWI (1801-1873)
Adapun
ide-ide dan pemikiran kependidikannya ia tulis dalam buku al-mursyid al-amin fi
tarbiyat al-banin (pedoman tentang pendidikan anak), didalam buku ini dapat
terlihat tentang pemikiran thahthawi. Ia menulis ide- idenya mengenai
pendidikan yang meliputi;
1. Pembagian
jenjang pendidikan atas tingkat pendidikan permulaan, menengah dan pendidikan
tinggi sebagai pendidikan akhir.
2. Pendidikan
diperlukan, karena pendidikan merupakan salah satu jalan untuk mencapai
kesejahteraan.
3. Pendidikan
mesti dilaksanakan dan diperuntutkan bagi segala golongan.
b. MUHAMMAD
ABDUH (1849-1905)
Pemikiran
Muhammad Abduh tentang pendidikan dinilai sebagai awal dari kebangkitan umat
islam di awal abad ke-20. Pemikiran Muhammad Abduh yang disebar luaskan melalui
tulisan dimajalah al-manar dan al-‘urwat al-wusqo menjadi rujukan para tokoh
pembaharuan dalam dunia islam. Diperkirakan pemikiran muhammad abduh ikut
mempengaruhi dan mendorong pembaharuan pemikiran islam di negara-negara islam
lainnya, di indonesia sendiri pengaruh itu tampak dari kelahiran gerakan modern
dari islam yang kemudian menyelenggarakan system pendidikan madrasah dan
sekolah-sekolah islam.
3. Cendekiawan
Muslim Kontemporer
Mengamati
perkembangan islam kontemporer sedikitnya ada lima tren besar yang dominan;
a. Fundamentalis
Kelompok
pemikir yang sepenuhnya percaya kepada doktrin islam sebagai satu-satunya
alternatif bagi kebangkitan umat dan manusia. Gagasan utama mereka adalah
menghidupkan islam sebagai agama, budaya, sekaligus peradaban dengan menyerukan
kembali kepada sumber asli (al-qur’an dan as-sunnah) dan menyerukan untuk
mempraktekan sebagaimana yang diperaktekan oleh rasul dan khulafaur rasyidin.
Para
pemikir yang mempunyai kecendrungan tersebut antara lain; sayyid quthb,
Muhammad quthb al-maududi DLL.
b. Tradisionalistik
(Salaf)
Kelompok
pemikir yang berusaha untuk berpegang teguh pada tradisi-tradisi yang telah
mapan. Namun demikian, berbeda dengan kaum fundamental yang sama sekali menolak
modernitas dan membatasi pada khulafaur rasyidin. Tetapi kelompok tradisional
justru melebarkan tradisi pada seluruh salaf as-salih dan tidak menolak
pencapaian modernitas. Sehingga mereka masih mau “mengadopsi” dari peradaban
luar, tapi dengan syarat sedemikian itu harus disesuaikan dengan syara’ islam
terlebih dahulu. Kecendrungan tersebut dapat dijumpai pada pemikiran husein
nasr, muthahhari, naquib al-attas dan ismail faruqi.
c. Reformistik
Kelompok
pemikir yang berusaha merekonstruksi ulang warisan-warisan budaya islamdengan
cara memberikan tafsiran-tafsiran baru. Menurut kelompok ini, umat islam
sesungguhnya telah mempunyai budaya dan tradisi yang bagus dan mapan, namun
tradisi-tradisi tersebut harus dibangun kembali secara baru dengan kerangka
modern dan prasyarat rasionalagar bias tetap survive dan diterima dalam
kehidupan modern. Kecendrungan pemikiran ini dapat dijimpai pada pemikir-
pemikir reformis seperti; hasan hanafi, asgar ali engineer, dll.
d.
Postradisionalistik
Kelompok
pemikir yang berusaha mendekonstruksi warisan-warisan budaya islam berdasarkan
standar-standar modernitas. Kelompok ini tidak berbeda dengan kelompok reformistik,
yaitu keduanya sama-sama mengakui bahwa warisan tradisi islam sendiri tetap
relefan diera modern, namun bagi postradisional relevansi tradisi islam
tersebut tidak cukup dengan interpretasi baru lewat pendekatan rekontruktif,
tetapi harus lebih dari itu, yaitu dekontruktif, inilah perbeda antara
reformistik dan postradisionalistik. Kecendrungan dekonstruktif ini tampak
jelas pada pemikiran tokoh-tokoh seperti arkoun, jabiri, syahrur, dll.
e. Modernistik
Kelompok
pemikir yang hanya mengakui sifat rasion- ilmiah dan menolak cara pandang agama
serta kecendrungan mistik yang tidak berdasarkan nalar praktis. Menurut
kelompok ini, agama dan tradisi masa lalu sudah tidak relevan dengan tuntutan
zaman sehingga harusdibuang dan ditinggalkan.yang masuk kelompok ini umumnya
adalah para tokoh muslim yang banyak mengkaji dan dipengaruhi pemikiran
marxisme seperti; kassim ahmad, thayyib tayzini, abdullah arwi, dll.
D. PERKEMBANGAN
STUDI ISLAM DIKALANGAN ILMUAN MUSLIM PADA ERA MODERN
Masa
kebangkitan Islam atau disebut dengan masa pembaharuan mulai menggeliat pada
tahun 1800 M. Pada masa tersebut kalangan kaum muslimin banyak yang mengerahkan
pemikirannya untuk kemajuan agama Islam. para Ulama, Cendekiawan muslim di
berbagai wilayah Islam banyak yang intens terhadap study Islam sehingga
keortodokannya mulai ditinggalkannya. Sehingga pada masa pembaharuan tersebut
ilmu pengetahuan, kebudayaan dan ajaran islam berkembang di berbagai Negara
seperti Negara India, Turki, Mesir.
Tokoh
pembaharu yag ternama adalah Muhammad ibn Abdul Wahab di Arabia dengan
Wahabiyahnya pada tahun 1703-1787 M. Gerakan ini memiliki pengaruh yang besar
pada abad ke – 19. Upaya dari gerakan ini adalah memperbaiki umat Islam sesuai
dengan ajaran Islam yang telah mereka campur adukkan dengan ajaran-ajaran
tarikat yang sejak abad ke 13 telah tersebar luas di dunia Islam. Dalam bidang
ilmu pengetahuan, di Turki Usmani mengalami kemajuan dengan usaha-usaha dari
Sultan Muhammad II yang melakukan terhadap umat Islam di negaranya untuk dapat
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dengan upaya melakukan pembaharuan
dibidang pendidikan dan pengajaran, lembaga-lembaga Islam diberikan muatan
pelajaran umum dan upaya mendirikan “ Mektebi Ma’arif” guna menghasilkan tenaga
ahli dalam bidang administrasi dan “Mektebi Ulumil Edebiyet” guna menghasilkan
tenaga penterjemah yang handal serta upaya mendirikan perguruan tinggi dengan
berbagai jurusan seperti kedokteran, teknologi dan militer.
Pada
tanggal 1 November 1923 kesultanan Turki dihapuskan dan diganti dengan Negara
Republik dengan presiden pertamanya yaitu Musttafa Kemal At Turk, IPTEK semakin
maju. dan pada waktu itu juga di India bermunculan cendekiawan muslim modern
yang melakukan usaha-usaha agar umat Islam mampu menguasai IPTEK seperti Sayid
Ahmad Khan, Syah Waliyullah , Sayyid Amir, Muhammad Iqbal, Muhammad Ali jinnah
dan abdul Kalam Azad. salah satu dari cendekiawan tersebut yang sangat menonjol
dan besar jasanya terhadap umat Islam adalah Sayid Ahmad Khan.
Penguasa
Mesir yaitu Muhammad Ali (1805-1849) dalam hal IPTEK agar maju berupaya dengan
mengirimkan para mahasiswa untuk belajar IPTEK ke perancis setelah lulus
dijadikan pengajar di berbagai perguruan tinggi seperti di universitas Al Azhar
sehingga dengan cepat IPTEK menyebar ke seluruh dunia Islam. Selain itu
terdapat Universitas Iskandariyah di kota Iskandariah yang memiliki fakultas
kedokteran, Teknik, Farmasi, Pertanian, Hukum, Perdagangan dan Sastra.
Universitas Aiunusyam di kairo, Universitas Assiut, Universitas Hilwan,
universitas Suez, dan Universitas “The American University in Cairo.
Pada
perkembangan Islam abad modern, umat islam timbul kesadarannya tentang
pentingnya ajaran islam yang sesuai dengan ajaran yang dibawa oleh Rasulullah
SAW sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman hidup. karena umat Islam sudah
jauh dari ajaran Rasulullah SAW yaitu banyak penyimpangan-penyimpangan dari
sumber asalnya, penyakit bid’ah, tahayul, klenik, perdukunan, kemusrikan dll
sangat merebak dan hampir seperti kehidupan Jahiliyah. Dengan kondisi umat Islam
tersebut maka muncullah para pembaharu yaitu suatu gerakan pemurnian terhadap
ajaran agama Islam yang sesuai dengan ajaran yang bersumber pada Qur’an dan
Hadits. Para pembaharu tersebut antara lain:
a. Muhammad
bin Abdul Wahab, yaitu ulama besar yang
produktif yang lahir di Nejed Arab Saudi Salah satu kitabnya yaitu Kitab
Tauhid, sebuah kitab yang berisi tentang mengesakan Allah SWT dengan membasmi
praktek-praktek tahayul, bid’ah khurafat yang ada pada umat islam dan mengajak
untuk kembali ke ajaran tauhid yang sebenarnya. Gerakan pembaharuan Abdul Wahab
tersebut dikenal dengan Gerakan Wahabiyah.
b. Rif’ah
Badawi Rafi’ At Tahtawi yang lahir di Tahta merupakan pembaharu Islam yang
pemikirannya yaitu menyerukan kepada umat Islam agar menyeimbangkan antara dunia
dan akhirat.[6][12]
c. Jamaluddin
Al afgani yang lahir di Asadabad dengan pemikiran pembaharuannya adalah supaya
umat Islam kembali pada ajaran agama Islam yang murni kepemimpinan otokrasi
supaya diubah menjadi demokrasi, untuk mewujudkan kemajuan masyarakat Islam
yang dinamis agar kaum wanita bekerja sama dengan kaum pria dan Gerakan Pan
Islamisme yaitu penyatuan seluruh umat Islam.
d. Muhammad
Abduh yaitu pembaharu Islam di Mesir penerus dari gerakan Wahabi dan Pan
Islamisme Beliau bersama muridnya yang bernama Muhammad Rasyid Rida menerbitkan
jurnal “Al Urwatu Wustsqa” Selain itu Muhammad Abdul juga menyusun kitab yang
berjudul “ Ar Risalah at Tauhid”
e. Sayid
Qutub yaitu ulama dan tokoh gerakan pembaharuan yang menyelaraskan antara
urusan akhirat dengan urusan duniawi dan bersama Yusuf Qardhawi menekankan
perbedaan antara modernisasi dengan pembaratan.
f. Sir
Sayid Akhmad Khan lahir di Delhi India adalah pembaharu yang produktif dengan
berbagai karya diantaranaya Tarikhi Sarkhasi Bignaur berisi catatan kronologi
pemeberontakan di Bignaur, Asbab Baghawat Hind, The Causes of the Indian Revolt
(sebab-sebab revolusi India, Risalat Khair Khawahan Musulman risalah tentang
orang-orang yang setia, dan Akhkam Ta’aam Ahl al Kitab hukum memakan makanan
ahli kitab. Selain itu Beliau juga mendirikan Sekolah Inggris di Mudarabad,
sekolah Muslim University of Aligarth, membentuk Muhammedan Educational
Conference dan mendirikan The Scientific Society lembaga penerjemah IPTEK ke
bahasa Urdu serta menerbitkan majalah bulanan Tahzib al Akhlaq dan
lain-lainnya.
g. Muhammad
Iqbal yaitu seorang muslim India dengan karyanya The Reconstruction of Religius
Though in Islam (pembangunan kembali pemikiran keagamaan dalam islam).
Selain
yang tersebut di atas, dalam hal perkembangan kebudayaan pada masa modern juga
mengalami kemajuan di berbagai Negara Islam artinya Negara yang mayoritas
berpenduduk Islam seperti Mesir, Arab Saudi, Irak, Iran, Malaysia, Brunai
Darussalam, Kuwait dan indonesia.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Diawali dengan penerimaan wahyu pada
tahun 611 M Menyebarkan islam di Mekah selama 13 tahun (610-622 M) dan di
Yatsrib/Madinah selama 10 tahun (622-632 M) Kajian Islam langsung dibimbing
oleh Rasulullah kepada para sahabatnya, dilaksanakan di mesjid, dan rumah (bait
al- arqam) Materi kajian Islam mencakup masalah Aqidah, Syariah, Muamalah.
Ada
beberapa kota yang menjadi pusat kajian Islam di zamannya, yakni Nisyapur,
Baghdad, Kairo, Damaskus, dan Jerussalem.
Dalam pembagian
masa perkembangan studi islam dibagi menjadi 3 masa, antara lain;
1.
Cendekiawan Muslim Klasik
3.
Cendekiawan Muslim Kontemporer
Masa
kebangkitan Islam atau disebut dengan masa pembaharuan mulai menggeliat pada
tahun 1800 M. Pada masa tersebut kalangan kaum muslimin banyak yang mengerahkan
pemikirannya untuk kemajuan agama Islam. para Ulama, Cendekiawan muslim di
berbagai wilayah Islam banyak yang intens terhadap study Islam sehingga
keortodokannya mulai ditinggalkannya. Sehingga pada masa pembaharuan tersebut
ilmu pengetahuan, kebudayaan dan ajaran islam berkembang di berbagai Negara
seperti Negara India, Turki, Mesir.
B.
Saran
Kami
menyarankan bahwa studi islam tidak hanya kita dapat dari membaca dari makalah
ini ataupun dari buku-buku tentang studi islam saja, tetapi kita harus mencari
kebenaran-kebenaran dan pembuktian-pembuktian dari banyak hal yang menyangkut
studi islam.
No comments:
Post a Comment