1

loading...

Tuesday, October 31, 2017

MAKALAH STUDI ISLAM


MAKALAH STUDI ISLAM "Perkembangan Studi Islam dari Masa ke Masa"

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sejarah perkembangan studi Islam di dunia Islam dari masa kemasa ada banyak sekali kisah atau hal yang dapat dipelajari bahkan pendekatan-pendekatan dan metode-metodenya bisa juga diterapkan dalam era modern seperti dizaman sekarang ini. Bahkan sejarah perkembangan studi islam ini merupakan bidang studi yang banyak menarik perhatian para peneliti, baik dari kalangan sarjana muslim maupun non muslim. Karena dari penelitian itu banyak manfaat yang dapat dapat diperoleh dari penelitian perkembangan studi tersebut. Seperti halnya perkembangan,pendekatan, cara, ataupun hal-hal yang lain dalam studi islam.
Disadari atau tidak, selama ini informasi mengenai sejarah perkembangan dan pertumbuhan studi Islam banyak berasal dari hasil penelitian sarjana barat. Hal ini terjadi karena selain masyarakat barat memiliki etos keilmuan yang tinggi, juga didukung oleh dana dan kemauan politik yang kuat dari para pemimpinnya. Sedangkan para peneliti muslim tampak disamping etos keilmuannya rendah, juga belum didukung oleh keahlian di bidang penelitian yang memadai, serta dana dan dukungan politik dari pemerintah yang kondusif.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana perkembangan studi islam di dunia Isalm dari masa ke masa?
2. Bagaimana Sejarah Perkembangan Studi Islam Dikalangan Ilmuan Muslim Dari Masa Ke Masa ?
3. Perkembangan studi islam dikalangan ilmuan muslim pada era modern?

BAB II
PEMBAHASAN

A. SEJARAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN STUDI ISLAM
1. Masa Rasulullah
Lahir sejak abad ke-6 M masehi, dibawa oleh Nabi Muhammad (penutup nabi dan rasul), diawali dengan penerimaan wahyu pada tahun 611 M Menyebarkan islam di Mekah selama 13 tahun (610-622 M) dan di Yatsrib/Madinah selama 10 tahun (622-632 M) Kajian Islam langsung dibimbing oleh Rasulullah kepada para sahabatnya, dilaksanakan di mesjid, dan rumah (bait al- arqam) Materi kajian Islam mencakup masalah Aqidah, Syariah, Muamalah.
2. Masa Abu Bakar (632-634 M)
Melancarkan perang riddah untuk menghancurkan suku- suku arab yang murtad dan tidak mau membayar zakat. Menumpas nabi-nabi palsu (Tulaiha, Musailamah, dll.) Merintis pengumpulan dan pembukuan surat-surat Alquran. Kemunculan islam sebagai kekuatan baru dianggap berbahaya bagi kekaisaran Byzantium.
3. Masa Umar ibn Khatab (634-644 M)
Menertibkan administrasi pemerintahan, membuat UU dan Institusi Negara seperti Bait Al-Maal, serta penetapan kalender hijriyah Melanjutkan ekspansi : Khalid ibn Walid menaklukkan Persia (636 M), mengusir Byzantium dari Syria, Palestina, dan Yordania (640 M).
4.Masa Utsman ibn Affan (644-656 M)
Pembukuan dan penyebaran mushaf dibantu sekretaris nabi, Zaid ibn Tsabit Melanjutkan ekspansi ke Afrika Utara.
5. Masa Ali ibn Abi Thalib (656-661 M)
Terjadi perag saudara (perang jamal, 656 M), perang shiffin (657 M) Khawarij berhasil membunuh Ali saat salat subuh (661 M) Kelahiran berbagai aliran pemikiran dalam islam, seperti Syiah, Khawarij, Murjiah, dll.[1][1]
6. Periode Madinah
Tahun ke-4 H, studi masih berjalan di mesjid dan rumah dengan metode hafalan dan sedikit logika Tahun ke-5 H, khalifah Abasiyah membangun sekolah di kota-kota, dan mulai menempati gedung- gedung besar. Studi kajian berkembang di bidang spiritual, intelektual, sains, dan social Berdirinya system madrasah menjadi titik kejayaan, kemudian madrasah menjadi alat penguat kekuasaan, lembaga doktrinitas, terutama pada masa kerajaan Fatimiyah (Cairo, Egypt) Tahun 1085-1111 M, Terjadi dikotomi/ pemisahan ilmu umum dan agama oleh Al-Ghazali.[2][2]

B. PUSAT-PUSAT STUDI ISLAM
Dalam sejarah muslim dicatat sejumlah lembaga kajian Islam di sejumlah kota. Maka uraian berikut adalah sejarah perkembangan studi Islam di dunia muslim. Akhir periode Madinah sampai dengan 4 H, fase pertama pendidikan Islam sekolah masih di masjid-masjid dan rumah-rumah dengan ciri hafalan namun sudah dikenalkan logika. Selama abad ke 5 H, selama periode khalifah ‘Abbasiyah sekolah-sekolah didirikan di kota-kota dan mulai menempati gedung-gedung besar dan mulai bergeser dari matakuliah yang bersifat spiritual ke matakuliah yang bersifat intelektual, ilmu alam dan ilmu sosial.
Berdirinya sistem madrasah justru menjadi titik balik kejayaan. Sebab madrasah dibiayai dan diprakarsai negara. Kemudian madrasah menjadi alat penguasa untuk mempertahankan doktrin-doktrin terutama oleh kerajaan Fatimah di Kairo. Pengaruh al-Ghazali (1085-1111 M) disebut sebagai awal terjadi pemisahan ilmu agama dengan ilmu umum. Ada beberapa kota yang menjadi pusat kajian Islam di zamannya, yakni Nisyapur, Baghdad, Kairo, Damaskus, dan Jerussalem. Ada empat perguruan tinggi tertua di dunia Muslim yakni:
(1) Nizhamiyah di Baghdad,
(2) al-Azhar di Kairo Mesir,
(3) Cordova, dan
(4) Kairwan Amir Nizam al-Muluk di Maroko.[3][3]
Sejarah singkat masing-masing pusat studi Islam ini digambarkan sebagai berikut:
1. Nizhamiyah di Baghdad
Perguruan Tinggi Nizhamiyah di Baghdad berdiri pada tahun 455 H / 1063 M. perguruan tinggi ini dilengkapi dengan perpustakaan yang terpandang kaya raya di Baghdad, yakni Bait-al-Hikmat, yang dibangun oleh al-Makmun (813-833 M). salah seorang ulama besar yang pernah mengajar disana, adalah ahli pikir Islam terbesar Abu Hamid al-Ghazali (1058-1111 M) yang kemudian terkenal dengan sebutan imam Ghazali. Perguruan tinggi tertua di Baghdad ini hanya sempat hidup selama hampir dua abad. Yang pada akhirnya hancur akibat penyerbuan bangsa Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan pada tahun 1258 M.
2. Al-Azhar di Kairo Mesir
Panglima Besar Juhari al-Siqili pada tahun 362 H/972 M membangun Perguruan Tinggi al-Azhar dengan kurikulum berdasarkan ajaran sekte Syiah. Pada masa pemerintahan al-Hakim Biamrillah khalifah keenam dari Daulat Fathimiah, ia pun membangun pepustakaan terbesar di al- Qahira untuk mendampingi Perguruan tinggi al-Azhar, yang diberri nama Bait-al-hikmat (Balai Ilmu Pengetahuan), seperti nama perpustakaan terbesar di Baghdad. Pada tahun 567 H/1171 M daulat Fathimiah ditumbangkan oleh Sultan Salahuddin al- Ayyubi yang mendirikan Daulat al-Ayyubiah (1171-1269 M) dan menyatakan tunduk kembali kepada Daulat Abbasiyah di Baghdad. Kurikulum pada Pergutuan Tinggi al-Azhar lantas mengalami perombakan total, dari aliran Syiah kepada aliran Sunni. Ternyata Perguruan Tinggi al-Azhar ini mampu hidup terus sampai sekarang, yakni sejak abad ke-10 M sampai abad ke-20 dan tampaknya akan tetap selama hidupnya. Universitas al-Azhar dapat dibedakan menjadi dua periode: pertama, periode sebelum tahun 1961 dan kedua, periode setelah tahun 1961. Pada periode pertama, fakultas-fakultas yang ada sama dengan fakultas-fakultas di IAIN, sedangkan setelah tahun 1961, di universitas ini diselenggarakan fakultas-fakultas umum disamping fakultas agama.
3. Perguruan Tinggi Cordova
Adapun sejarah singkat Cordova dapat digambarkan demikian, bahwa ditangan daulat Ummayah semenanjung Iberia yang sejak berabad-abad terpandang daerah minus, berubah menjadi daerahyang makmur dan kaya raya. Pada masa berikutnya Cordova menjadi pusat ilmu dan kebudayaan yang gilang gemilang sepanjang Zaman Tengah. The Historians history of the World, menulis tentang perikeadaan pada masa pemerintahan Amir Abdurrahman I sebagai berikut: demikian tulis buku sejarah terbesar tersebut tentang perikeadaan Andalusia waktu itu yang merupakan pusatintelektual di Eropa dan dikagumi kemakmurannya. Sejarah mencatat, sebagai contoh, bahwa Aelhoud dari Bath (Inggris) belajar ke Cordova pada tahun 1120 M, dan pelajaran yang dutuntutnya ialah geometri, algebra (aljabar), matematik. Gerard dari Cremonia belajar ke Toledo seperti halnya Adelhoud ke Cordova. Begitu pula tokoh- tokoh lainnya.
4. Kairwan Amir Nizam al-Muluk di Maroko
Perguruan tinggi ini berada di kota Fez (Afrika Barat) yang dibangun pada tahun 859 M oleh puteri seorang saudagar hartawan di kota Fez, yang berasal dari Kairwan (Tunisia). Pada tahun 305 H/918 M perguruan tinggi ini diserahkan kepada pemerintah dan sejak itu menjadi perguruan tinggi resmi, yang perluasan dan perkembangannya berada di bawah pengawasan dan pembiayaan negara. Seperti halnya Perguruan tinggi al-Azhar, perguruan tinggi Kairwan masih tetap hidup sampai kini. Diantara sekian banyak alumninya adalah pejuang nasionalis muslim terkenal.
Penyebab utama kemunduran dunia muslim khususnya di bidang ilmu pengetahuan adalah terpecahnya kekuatan politik yang digoyang oleh tentara bayaran Turki. Kemudian dalam kondisi demikian dating musuh dengan membawa bendera perang salib. Baghdad sebagai pusat ilmu pengetahuan ketika itu dihancurkan Hulaghu Khan 1258 M. Pusat-pusat studi termasuk yang dihancurkan Hulaghu.

C. SEJARAH PERKEMBANGAN STUDI ISLAM DIKALANGAN ILMUAN MUSLIM
Sejarah perkembangan studi Islam dikalangan ilmuan muslim sama dengan menyebut studi sejarah Islam di dunia muslim. Dalam sejarah muslim dicatat sejumlah lembaga kajian Islam di sejumlah kota. Maka uraian berikut adalah sejarah perkembangan studi Islam di dunia muslim:
Akhir periode Madinah sampai dengan 4 H, fase pertama pendidikan Islam sekolah masih di masjid-masjid dan rumah-rumah dengan cirri hafalan namun sudah dikenalkan logika. Selama abad ke 5 H, selama periode khalifah ‘Abbasiyah sekolah-sekolah didirikan di kota-kota dan mulai menempati gedung-gedung besar dan mulai bergeser dari matakuliah yang bersifat spiritual ke matakuliah yang bersifat intelektual, ilmu alam dan ilmu sosial. Berdirinya system madrasah justru menjadi titik balik kejayaan. Sebab madrasah dibiayai dan diprakarsai negara. Kemudian madrasah menjadi alat penguasa untuk mempertahankan doktrin-doktrin terutama oleh kerajaan Fatimah di Kairo.
Dalam pembagian masa perkembangan studi islam dibagi menjadi 3 masa, antara lain;
1. Cendekiawan Muslim Klasik
Priode klasik mencakup rentang masa pasca pemerintahan khulafaur rasyidin hingga masa imprialis barat. Rentangwaktu tersebut meliputi awal kekuasaan bani ummayah zaman keemasan islam dan kemunduran islam secara politis hingga ke awal abad 18.
Di awal priode klasik terlihat sejumlah pemikiran mengenai pendidikan. Pemikiran mengenai pendidikan tersebut tampaknya disesuaikan dengan kepentingan, tempat dan waktu. Upaya untuk menumbuhkan ilmu pengetahuan tampaknya dipermudah oleh beberapa faktor yang cukup potensial, diantara faktor-faktor yaitu;
a. secara politis terlihat kekuasaan islam sedang berada dalam puncak kekuasaannya.
b. para penguasa umumnyamemiliki minat terhadap keilmuan.
c. wilayah koloni yang baru yang demiian luasnya member dukungan sumber dana yang besar.
d. tumbuhnya semacam kecendrungan baru dalam pemikiran rasional dikalangan ilmuwan muslim.[4][6]
Berikut beberapa para ilmuwan muslim dan karya- karya mereka, antara lain;
a. IBNU SINA
Sebagai ilmuwan ibnu sina telah berhasil menyumbangkan buah pemikirannya dalam buku karangannya yang berjumlah 276 buah. Diantara karya besarnya adalah al-syifa’ berupa ensiklopedia tentang fisika, logika dan matematika. Menurut ibnu sina ilmu terbagi menjadi dua, yaitu;
1. Ilmu Yang Tak Kekal, yakni dipandang dari peranannya sebagai alat yang bisa disebut sebagai logika.
2. Ilmu Yang Kekal (hikmah) ilmu Allah.
b.  AL-GHAZALI
Menurut pandangan Al-ghazali ilmu dapat dilihat dari tiga sisi yaitu;
1. ilmu hissyiah ; ilmu yang diperoleh dari usaha
2. ilmu aqliyah ; ilmu yang diperoleh dari kegiatan berfikir
3. ilmu laduni ; ilmu yang diperoleh dari Allah tanpa proses pengindraan atau pikiran(nalar), melainkan melalui hati.
2.  Cendekiawan Muslim Modern
Merujuk pada pembagian periodisasi sejarah islam yang dikemukakan oleh prof. Dr. Harun nasution, bahwa periode modern dimulai sejak tahun 1800M. Menjelang periode modern ini, setelah bani abbas dan bani ummayah secara politik dapat dilumpuhkan, kekuasaan islam masih bisa dipertahankan. Tiga kerajaan besar yaitu;
a. KERAJAAN TURKI USMANI (eropa timur dan asia-afrika),
b. KERAJAAN SAFAWI (persia), dan
c. KERAJAAN MUGHOL (india).
Masih memegang hegemoni kekuasaan islam. Namun, menjelang abad ke-17 dan awal abad ke-18 kerajaan-kerajaan islam tersebut satu persatu dapat dikuasai oleh bangsa-bangsa eropa (barat). Pengaruh pembaratan yang berlangsung sejak akhir abad ke-17 atau awal abad ke-18 itu mulai disadari oleh para intelektual dinegara-negara islam menjelang akhir abad ke-19. Dibidang pendidikan pengaruh pembaratan itu tampaknya telah meninggalkan bekas yang cukup mendalam dinegara- negara islam.[5][7]
Sejumlah pemikiran mengenai pendidikan dikemukakan oleh para tokoh pembaharuan dalam bidang pendidikan diberbagai Negara islam tersebut akan dikemukakan berikut ini;
a. RIFA’AT BADAWI RAFI’ AL-THAHTHAWI (1801-1873)
Adapun ide-ide dan pemikiran kependidikannya ia tulis dalam buku al-mursyid al-amin fi tarbiyat al-banin (pedoman tentang pendidikan anak), didalam buku ini dapat terlihat tentang pemikiran thahthawi. Ia menulis ide- idenya mengenai pendidikan yang meliputi;
1. Pembagian jenjang pendidikan atas tingkat pendidikan permulaan, menengah dan pendidikan tinggi sebagai pendidikan akhir.
2. Pendidikan diperlukan, karena pendidikan merupakan salah satu jalan untuk mencapai kesejahteraan.
3. Pendidikan mesti dilaksanakan dan diperuntutkan bagi segala golongan.
b. MUHAMMAD ABDUH (1849-1905)
Pemikiran Muhammad Abduh tentang pendidikan dinilai sebagai awal dari kebangkitan umat islam di awal abad ke-20. Pemikiran Muhammad Abduh yang disebar luaskan melalui tulisan dimajalah al-manar dan al-‘urwat al-wusqo menjadi rujukan para tokoh pembaharuan dalam dunia islam. Diperkirakan pemikiran muhammad abduh ikut mempengaruhi dan mendorong pembaharuan pemikiran islam di negara-negara islam lainnya, di indonesia sendiri pengaruh itu tampak dari kelahiran gerakan modern dari islam yang kemudian menyelenggarakan system pendidikan madrasah dan sekolah-sekolah islam.
3. Cendekiawan Muslim Kontemporer
Mengamati perkembangan islam kontemporer sedikitnya ada lima tren besar yang dominan;
a. Fundamentalis
Kelompok pemikir yang sepenuhnya percaya kepada doktrin islam sebagai satu-satunya alternatif bagi kebangkitan umat dan manusia. Gagasan utama mereka adalah menghidupkan islam sebagai agama, budaya, sekaligus peradaban dengan menyerukan kembali kepada sumber asli (al-qur’an dan as-sunnah) dan menyerukan untuk mempraktekan sebagaimana yang diperaktekan oleh rasul dan khulafaur rasyidin.
Para pemikir yang mempunyai kecendrungan tersebut antara lain; sayyid quthb, Muhammad quthb al-maududi DLL.
b. Tradisionalistik (Salaf)
Kelompok pemikir yang berusaha untuk berpegang teguh pada tradisi-tradisi yang telah mapan. Namun demikian, berbeda dengan kaum fundamental yang sama sekali menolak modernitas dan membatasi pada khulafaur rasyidin. Tetapi kelompok tradisional justru melebarkan tradisi pada seluruh salaf as-salih dan tidak menolak pencapaian modernitas. Sehingga mereka masih mau “mengadopsi” dari peradaban luar, tapi dengan syarat sedemikian itu harus disesuaikan dengan syara’ islam terlebih dahulu. Kecendrungan tersebut dapat dijumpai pada pemikiran husein nasr, muthahhari, naquib al-attas dan ismail faruqi.
c. Reformistik
Kelompok pemikir yang berusaha merekonstruksi ulang warisan-warisan budaya islamdengan cara memberikan tafsiran-tafsiran baru. Menurut kelompok ini, umat islam sesungguhnya telah mempunyai budaya dan tradisi yang bagus dan mapan, namun tradisi-tradisi tersebut harus dibangun kembali secara baru dengan kerangka modern dan prasyarat rasionalagar bias tetap survive dan diterima dalam kehidupan modern. Kecendrungan pemikiran ini dapat dijimpai pada pemikir- pemikir reformis seperti; hasan hanafi, asgar ali engineer, dll.
d. Postradisionalistik
Kelompok pemikir yang berusaha mendekonstruksi warisan-warisan budaya islam berdasarkan standar-standar modernitas. Kelompok ini tidak berbeda dengan kelompok reformistik, yaitu keduanya sama-sama mengakui bahwa warisan tradisi islam sendiri tetap relefan diera modern, namun bagi postradisional relevansi tradisi islam tersebut tidak cukup dengan interpretasi baru lewat pendekatan rekontruktif, tetapi harus lebih dari itu, yaitu dekontruktif, inilah perbeda antara reformistik dan postradisionalistik. Kecendrungan dekonstruktif ini tampak jelas pada pemikiran tokoh-tokoh seperti arkoun, jabiri, syahrur, dll.
e. Modernistik
Kelompok pemikir yang hanya mengakui sifat rasion- ilmiah dan menolak cara pandang agama serta kecendrungan mistik yang tidak berdasarkan nalar praktis. Menurut kelompok ini, agama dan tradisi masa lalu sudah tidak relevan dengan tuntutan zaman sehingga harusdibuang dan ditinggalkan.yang masuk kelompok ini umumnya adalah para tokoh muslim yang banyak mengkaji dan dipengaruhi pemikiran marxisme seperti; kassim ahmad, thayyib tayzini, abdullah arwi, dll.

D. PERKEMBANGAN STUDI ISLAM DIKALANGAN ILMUAN MUSLIM PADA ERA MODERN
Masa kebangkitan Islam atau disebut dengan masa pembaharuan mulai menggeliat pada tahun 1800 M. Pada masa tersebut kalangan kaum muslimin banyak yang mengerahkan pemikirannya untuk kemajuan agama Islam. para Ulama, Cendekiawan muslim di berbagai wilayah Islam banyak yang intens terhadap study Islam sehingga keortodokannya mulai ditinggalkannya. Sehingga pada masa pembaharuan tersebut ilmu pengetahuan, kebudayaan dan ajaran islam berkembang di berbagai Negara seperti Negara India, Turki, Mesir.
Tokoh pembaharu yag ternama adalah Muhammad ibn Abdul Wahab di Arabia dengan Wahabiyahnya pada tahun 1703-1787 M. Gerakan ini memiliki pengaruh yang besar pada abad ke – 19. Upaya dari gerakan ini adalah memperbaiki umat Islam sesuai dengan ajaran Islam yang telah mereka campur adukkan dengan ajaran-ajaran tarikat yang sejak abad ke 13 telah tersebar luas di dunia Islam. Dalam bidang ilmu pengetahuan, di Turki Usmani mengalami kemajuan dengan usaha-usaha dari Sultan Muhammad II yang melakukan terhadap umat Islam di negaranya untuk dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dengan upaya melakukan pembaharuan dibidang pendidikan dan pengajaran, lembaga-lembaga Islam diberikan muatan pelajaran umum dan upaya mendirikan “ Mektebi Ma’arif” guna menghasilkan tenaga ahli dalam bidang administrasi dan “Mektebi Ulumil Edebiyet” guna menghasilkan tenaga penterjemah yang handal serta upaya mendirikan perguruan tinggi dengan berbagai jurusan seperti kedokteran, teknologi dan militer.
Pada tanggal 1 November 1923 kesultanan Turki dihapuskan dan diganti dengan Negara Republik dengan presiden pertamanya yaitu Musttafa Kemal At Turk, IPTEK semakin maju. dan pada waktu itu juga di India bermunculan cendekiawan muslim modern yang melakukan usaha-usaha agar umat Islam mampu menguasai IPTEK seperti Sayid Ahmad Khan, Syah Waliyullah , Sayyid Amir, Muhammad Iqbal, Muhammad Ali jinnah dan abdul Kalam Azad. salah satu dari cendekiawan tersebut yang sangat menonjol dan besar jasanya terhadap umat Islam adalah Sayid Ahmad Khan.
Penguasa Mesir yaitu Muhammad Ali (1805-1849) dalam hal IPTEK agar maju berupaya dengan mengirimkan para mahasiswa untuk belajar IPTEK ke perancis setelah lulus dijadikan pengajar di berbagai perguruan tinggi seperti di universitas Al Azhar sehingga dengan cepat IPTEK menyebar ke seluruh dunia Islam. Selain itu terdapat Universitas Iskandariyah di kota Iskandariah yang memiliki fakultas kedokteran, Teknik, Farmasi, Pertanian, Hukum, Perdagangan dan Sastra. Universitas Aiunusyam di kairo, Universitas Assiut, Universitas Hilwan, universitas Suez, dan Universitas “The American University in Cairo.
Pada perkembangan Islam abad modern, umat islam timbul kesadarannya tentang pentingnya ajaran islam yang sesuai dengan ajaran yang dibawa oleh Rasulullah SAW sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman hidup. karena umat Islam sudah jauh dari ajaran Rasulullah SAW yaitu banyak penyimpangan-penyimpangan dari sumber asalnya, penyakit bid’ah, tahayul, klenik, perdukunan, kemusrikan dll sangat merebak dan hampir seperti kehidupan Jahiliyah. Dengan kondisi umat Islam tersebut maka muncullah para pembaharu yaitu suatu gerakan pemurnian terhadap ajaran agama Islam yang sesuai dengan ajaran yang bersumber pada Qur’an dan Hadits. Para pembaharu tersebut antara lain:
a.  Muhammad bin Abdul Wahab,  yaitu ulama besar yang produktif yang lahir di Nejed Arab Saudi Salah satu kitabnya yaitu Kitab Tauhid, sebuah kitab yang berisi tentang mengesakan Allah SWT dengan membasmi praktek-praktek tahayul, bid’ah khurafat yang ada pada umat islam dan mengajak untuk kembali ke ajaran tauhid yang sebenarnya. Gerakan pembaharuan Abdul Wahab tersebut dikenal dengan Gerakan Wahabiyah.
b. Rif’ah Badawi Rafi’ At Tahtawi yang lahir di Tahta merupakan pembaharu Islam yang pemikirannya yaitu menyerukan kepada umat Islam agar menyeimbangkan antara dunia dan akhirat.[6][12]
c. Jamaluddin Al afgani yang lahir di Asadabad dengan pemikiran pembaharuannya adalah supaya umat Islam kembali pada ajaran agama Islam yang murni kepemimpinan otokrasi supaya diubah menjadi demokrasi, untuk mewujudkan kemajuan masyarakat Islam yang dinamis agar kaum wanita bekerja sama dengan kaum pria dan Gerakan Pan Islamisme yaitu penyatuan seluruh umat Islam.
d. Muhammad Abduh yaitu pembaharu Islam di Mesir penerus dari gerakan Wahabi dan Pan Islamisme Beliau bersama muridnya yang bernama Muhammad Rasyid Rida menerbitkan jurnal “Al Urwatu Wustsqa” Selain itu Muhammad Abdul juga menyusun kitab yang berjudul “ Ar Risalah at Tauhid”
e. Sayid Qutub yaitu ulama dan tokoh gerakan pembaharuan yang menyelaraskan antara urusan akhirat dengan urusan duniawi dan bersama Yusuf Qardhawi menekankan perbedaan antara modernisasi dengan pembaratan.
f. Sir Sayid Akhmad Khan lahir di Delhi India adalah pembaharu yang produktif dengan berbagai karya diantaranaya Tarikhi Sarkhasi Bignaur berisi catatan kronologi pemeberontakan di Bignaur, Asbab Baghawat Hind, The Causes of the Indian Revolt (sebab-sebab revolusi India, Risalat Khair Khawahan Musulman risalah tentang orang-orang yang setia, dan Akhkam Ta’aam Ahl al Kitab hukum memakan makanan ahli kitab. Selain itu Beliau juga mendirikan Sekolah Inggris di Mudarabad, sekolah Muslim University of Aligarth, membentuk Muhammedan Educational Conference dan mendirikan The Scientific Society lembaga penerjemah IPTEK ke bahasa Urdu serta menerbitkan majalah bulanan Tahzib al Akhlaq dan lain-lainnya.
g. Muhammad Iqbal yaitu seorang muslim India dengan karyanya The Reconstruction of Religius Though in Islam (pembangunan kembali pemikiran keagamaan dalam islam).
Selain yang tersebut di atas, dalam hal perkembangan kebudayaan pada masa modern juga mengalami kemajuan di berbagai Negara Islam artinya Negara yang mayoritas berpenduduk Islam seperti Mesir, Arab Saudi, Irak, Iran, Malaysia, Brunai Darussalam, Kuwait dan indonesia.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
            Diawali dengan penerimaan wahyu pada tahun 611 M Menyebarkan islam di Mekah selama 13 tahun (610-622 M) dan di Yatsrib/Madinah selama 10 tahun (622-632 M) Kajian Islam langsung dibimbing oleh Rasulullah kepada para sahabatnya, dilaksanakan di mesjid, dan rumah (bait al- arqam) Materi kajian Islam mencakup masalah Aqidah, Syariah, Muamalah.
Ada beberapa kota yang menjadi pusat kajian Islam di zamannya, yakni Nisyapur, Baghdad, Kairo, Damaskus, dan Jerussalem.
Dalam pembagian masa perkembangan studi islam dibagi menjadi 3 masa, antara lain;
1.      Cendekiawan Muslim Klasik
2.      Cendekiawan Muslim Modern
3.      Cendekiawan Muslim Kontemporer
Masa kebangkitan Islam atau disebut dengan masa pembaharuan mulai menggeliat pada tahun 1800 M. Pada masa tersebut kalangan kaum muslimin banyak yang mengerahkan pemikirannya untuk kemajuan agama Islam. para Ulama, Cendekiawan muslim di berbagai wilayah Islam banyak yang intens terhadap study Islam sehingga keortodokannya mulai ditinggalkannya. Sehingga pada masa pembaharuan tersebut ilmu pengetahuan, kebudayaan dan ajaran islam berkembang di berbagai Negara seperti Negara India, Turki, Mesir.
B.     Saran
Kami menyarankan bahwa studi islam tidak hanya kita dapat dari membaca dari makalah ini ataupun dari buku-buku tentang studi islam saja, tetapi kita harus mencari kebenaran-kebenaran dan pembuktian-pembuktian dari banyak hal yang menyangkut studi islam.



No comments:

Post a Comment