MAKALAH TENTANG MENJELASKAN POSTMODERISME
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR
BELAKANG
Perkembangan filsafat fenomologi pada masa awal abad ke dua puluh
yang mengkritisi pendekatan matematis dari moderisme kemudian
membawa suatu pendekatan baru dalam estetika. Dalam fenomologi, perhatian lebih
di arahkan kepada keberadaan subjek yang mempersepsi objek dari pada kepada
objek itu sendiri. Dengan kata lain hal ini dapat dikatakan sebagai: membuka
kemungkinan adanya subjektivitas. Hal ini menimbulkan kesadaran akan adanya konteks ruang dan waktu: bahwa
pengamat dari tempat yang berbeda akan
memiliki standar penilaian yang berbeda, dan begitu pula dengan pengamat dari
konteks waktu yang berbeda.pemikiran inilah yang kemudian akan
berkembang menjadi postmoderisme. Dan terbukanya kemungkinan untuk
bersifat subjektif memberi jalan bagi keberagaman dan estetika.
B.RUMUSAN MASALAH
1.apa
pengertian postmoderisme?
2.apa
ciri – ciri postmoderisme?
3.siapa
tokoh –tokoh yang ada pada priode postmoderisme?
C.TUJUAN
1.untuk
mengetahui pengertian postmoderisme.
2.untuk
mengetahui ciri – ciri dari priode postmoderisme
3.untuk
mengetahui tokoh – tokoh yang ada pada periode postmoderisme.
BAB II
PEMBAHASAN
A.PENGERTIAN
POS MODERENISME SECARA UMUM
Pada
umumnya postmoderisme adalah filsafat
nietzschean, seperti penolakanya terhadap absolutisme filsafat barat dan
sistem pemikiran tunggal. Menurut sarup
(2003: 231-232) postmoderisme adalah
gerakan kultural yang semula terjadi di masyarakat barat tetapi telah menyebar
ke seluruh dunia. Khususnya dalam bidang seni. Beberapa masalah pokok yang
dikaitkan dengan postmoderisme
dalam bidang seni, antara lain hilangnya batas –batas
sekaligus hieraki antara budaya populer dengan budaya elite, budaya massa
dengan budaya tinggi. Dalam karya sastra, misalnya, hilangnya batas –batas yang
tegas antara seniman sebagai pecipta dengan pembaca sebagai penerima, bahkan pengarang dianggap sebagai anonimitas.
Dalam karya seni juga terjadi pergeseran
dari keseriusan ,dari kedalaman ke
permukaan, ke permainan sehingga terjadi ironi ,parodi,interteks,dan pastiche.
Secara umum, pastmoderisme merupakan hasil gerakan mahasiswa 1998. Oleh karena
itu kekuatan negara tidak dapat dihancurkan ,maka postmoderisme mencoba
menumukan jalan melalui struktur bahasa,melalui kekuatan wacana.struktur
bahasa dan dengan demikian struktur
teks dan wacana, sehingga pemecahanya
pun dapat dilakukan secara tekstual.
Menurut noth (1990: 421-428), dengan mempertimbangkan keterlibatan filsuf jerman,
baumgarten dan lambert mereka
menggunakan istilah estetika dan
semiotika pada abad ke – 18,secara historis semiotika dan estetika memiliki
asal – usul yang sama.
Apabila teori – teori tradisional mengenai seni cenderung didasarkan
atas dua prinsip yang berbeda, bahkan bertentangan, yaitu karya seni sebagai tiruan (mimesis) dan karya seni sebagai karya seni (i ‘art pour i’art), semiotika estetis didasarkan atas prinsip simantis dan pragmantis.
B. PENGERTIAN POST MODERENISME
Menurut
pauline Rosenau (1992) postmoderisme merupakan
kritik atas masyarakat modern dan
kegagalanya memenuhi janji – janjinya. Juga postmodern cenderung mengkritik segala sesuatu yang diasosiasikan dengan
modernitas, yaitu pada akumulasi pengalaman pada peradaban barat
adalah industralisasi,urbanisasi, kemajua teknologi, negara bangsa,
kehidupan dalam jalur cepat. Namun
mereka meragukan prioritas – prioritas
modern seperti karier, jabatan, tanggung jawab personal , ,toleransi,
penelitian objetifitas dan rasionalitas
Dalam
bukunya mengenal postmoderisme :
For beginners, appignanesi, garrat,
sardar, dan curry (1998) mengatakan bahwa pos moderisme menyiratkan
pengingkaran, bahwa ia bukan
modern lagi. Postmoderisme, pada hakikatnya, merupakan campuran dari
beberapa atau seluruh pemaknaan hasil, akibat, perkembangan , penyangkalan,
dan penolakan dari moderime
postmoderime adalah kebingungan yang
berasal dari dua teka – teki
besar,Yaitu:
Ia
melawan dan mengaburkan
pengertian postmoderisme ia menyiratkan
pengetahuan yang lengkap tentang moderisme yang telah dilampaui oleh
zaman baru. Sebuah zaman , zaman
apapun, dicirikan lewat bukti perubahan sejarah
dalam cara kita melihat, berpikir, dan berbuat.kita
dapat mengenali perubahan
ini pada lingkup seni, teori, dan
sejarah ekonomi.
C.CIRI – CIRI POSTMODERISME
1. Terdapat
delapan karakter sosiologis
postmoderisme yang menonjol,
yaitu:
2. Timbulnya
pemberontakan secara kritis terhadap
proyek modernitasS
3. memudarnya
ke percayaan
Meledaknya industri media massa, sehingga ia bagaikan perpanjangan dari
sistem indra, organ dan saraf
kita, yang ada urutanya menjadikan dunia menjadi
terasa kecil. Lebih dari itu,
kekuatan media massa telah menjelma
bagaikan ‘’agama’’ atau ‘’ tuhan’’ sekuler,
dalam artian prilaku orang
tidak lagi di tentukan oleh
agama-agama. Tradiosional, tetapi tanpa
di sadari telah diatur oleh media
massa, semisal program televisi.
Munculnya radikalisme
etnis dan keagamaan. Fenomena ini muncul
diduga sebagai reaksi atau
alternatif ketika orang semakin
meragukan terhadap kebenaran sains, teknologi
dan filsafat yang dinilai gagal memenuhi
janjinya untuk membebaskan manusia, tetapi sebaliknya, yang terjadi adalah
penindasan. Munculnya kecenderungan baru
untuk menemukan identitas dan
apresiasi serta keterikatan rasionalisme
dengan massa lalah.
Semakin menguatnya wilayah perkotaan
(urban) sebagai pusat ke budayaan, dan wilayah pedesaan sebagai daerah pinggiran. Pola ini juga berlaku
bagi menguatnya dominasi negara
maju atas negara berkembang.
Ibarat negara maju sebagai “titik pusat” yang menentukan gerak pada “lingkaran pinggir”.
Era postmoderisme juga ditandai dengan munculnya kecenderungan
bagi tumbuhnya ekletisme dan pecampuradukan dari
berbagai wacana, potret serpihan – serpihan realitas, sehingga seseorang sulit untuk ditempatkan secara ketat pada
kelompok budaya secara eksklusif.
D.TOKOH – TOKOH POSTMODERISME
Tokoh – tokoh
memegang peran penting sebab tokohlah, sebagai subyek, yang bertugas untuk mengakumulasikan konsep – konsep
sehingga menjadi teori.tokoh – tokoh
periode postmoderisme antara lain:
1.
Charles sanders peirce
Peirce lahir di
USA ( 1839 – 1914). Sebagai ahli
semiotika, logika, dan melangkah lebih
jauh dari pada saussure dengan latar
belakang sebagai ahli filsafat,
ia dapat melihat dunia di luar struktur sebagai
struktur bermakna. Berbeda dengan
saussure dengan konsep diadik,
peirce menawarkan konsep triadik
sehingga terjadi jeda antara oposisi
biner.
Pada
dasarnya peirce tidak
banyak mempersalahkan
estetika dalam tulisan – tulisanya. Akan tetapi teori – teorinya mengenai tanda
menjadi dasar pembicaraan estetika berikutnya.menurutnya makna tanda sesungguhnya adalah
mengemukakan sesuatu. Tanda harus
diinterprestasikan agar dari tanda yang orisinil dan
berkembang tanda-tanda yang baru.
2. Roman osipocich
jakobson
Jakobson adalah
seorang linguist, ahli sastra,
dan semiotikus yang
lahir di Rusia (1896 – 1982). Pusat perhatianya adalah
integrasi bahasa dan
sastra sesuai dengan
tulisanya yang berjudul ‘’linguistics
and poetics’’. Jakobson
melukiskan antar hubungan
tersebut dengan enam faktor
bahasa dan enam fungsi bahasa.
3.jan mukarovsky
Mukarovsky lahir
di bohemia (1891 – 1975). Sebagai
pengikut strukturalisme praha, ia kemudian mengalami pergeseran
perhatian dari struktur
kearah tanggapan pembaca. Aliran
inilah yang di sebut strukturalisme dinamik. Sebagai pengikut kelompok formalis, ia memandang bahwa
aspek estetis dihasilkan melalui
fungsi puitika bahasa , seperti
deotomatisasi, membuat aneh, penyimpangan, dan
pembongkaran norma – norma
lainya.meskipun demikian, ia melangkah lebih jauh, aspek estetika melalui karya
seni sebagai tanda,karya sastra sebagai fakta transindividual.
4.Hans
Robert Jauss
Jauss lahir di
jerman. Ahli sastra dan kebudayaan abad pertengahan, jauss ingin memperbaruhi
cara-cara yang lama yang semata-mata mendiskripsikan aspek-aspek kesejarahan
sehingga menjadi brsifat hermeneuitas.tetapi di pihak lain, ia juga ingin
mempebaruhi kelemahan kelompok formalis yang semata-mata bersifat estetis dan
kelompok marxis yang semata-mata bersifat kenyataan.
Tujuan pokok
jesus adalah membongkar kecenderungan sejarah sastra tradisional yang dianggap
bersifat universal teleologis, sejarah sastra yang lebih banyak berkaitan
dengan sejarah nasional, sejarah umum, dan rangkaian priode. Jadi, nilai sebuah
karya, aspek-aspek estetis yang ditimbulkan
bergantung dari hubungan antara unsur-unsur karya dengan horison harapan
pembaca.
5.Juric
Mikhaliovich Lotman
Lotman lahir di
rusia (1922). Lotma adalah seorang ahli semiotika struktural ahli rusia abad
xvii dan xix. Konsep dasar yang dikemukakan adalah peranan bahasa seperti
sastra, film, seni, musik, agama, dan mitos. Dalam sejarah sastra barat, lotman
(1977: 24-25) juga membedakan antara estetika persamaan atau identitas dengan
estetika bertentangan dengan oposisi. Jadi aspek estetis di capai dengan adanya
kaitan erat antara aspek simentis dengan aspek formal teks, sehingga dalam
bahasa sehari-hari yang tidak memiliki makna menjadi bermakna.
6.Roland
Barthes
Roland adalah
seorang ahli semiotika, kritikus sastra, khususnya naratologi. Barthes lahir di
cherbourg, prancis (1915-1980). Barthes dengan pengikutnya menolak keras
pandangan tradiosional yang menganggap pengarang sebagai asal – usul tunggal karya seni. Jenis paradigma ini telah
di kemukakan oleh kelompok strukturalis, makna karya sastra terletak dalam
struktur dengan kualitas sastra terletak
dalam struktur kualitas relegiusnya.
7.Umberto Eco
Eco adalah
seorang semiotikus, kritikus, novelis, dan jurnalis, lahir di piedmod, italia
(1932). Menurut eco semiotika dikaitkan dengan segala sesuatu yang berhubungan
dengan tanda.menurut eco (1979: 182-183) semua bidang dapat dikenal sebagai
kode sejauh mengungkapkan fungsi estetik setiap unsurnya. Sama dengan pierce
esensi tanda adalah kesanggupanya dalam mewakili suatu tanda. Setiap kode
memiliki konteks, sebagai konteks sosiokultural. Oleh karena itu teori tanda harus mampu menjelaskan mengapa
sebuah tanda memiliki banyak makna dan akhirnya bagaimana makna-makna baru bisa
terbentuk.
BAB IV
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Postmoderisme pada dasarnya mempelajari
tanda pada bahasa ,priode postmoderisme lebih banyak memberikan perhatian pada
tanda-tanda sebagai estetika semiotis, dengan pertimbangan bahwa kualitas
estetis bersumber dari dan dihasilkan melalui pemahaman terhadap sistem tanda.
No comments:
Post a Comment