1

loading...

Thursday, November 2, 2017

MAKALAH FILSAFAT

MAKALAH TENTANG MENJELASKAN POSTMODERISME  

BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Perkembangan filsafat  fenomologi pada masa awal abad ke dua puluh yang  mengkritisi  pendekatan matematis dari moderisme kemudian membawa suatu pendekatan baru dalam estetika. Dalam fenomologi, perhatian lebih di arahkan kepada keberadaan subjek yang mempersepsi objek dari pada kepada objek itu sendiri. Dengan kata lain hal ini dapat dikatakan sebagai: membuka kemungkinan adanya subjektivitas. Hal ini menimbulkan kesadaran akan  adanya konteks ruang dan waktu: bahwa pengamat dari tempat yang berbeda  akan memiliki standar penilaian yang berbeda, dan begitu pula dengan pengamat dari konteks waktu yang berbeda.pemikiran inilah yang kemudian  akan  berkembang menjadi postmoderisme. Dan terbukanya kemungkinan untuk bersifat subjektif memberi jalan bagi keberagaman dan estetika.
B.RUMUSAN MASALAH
1.apa pengertian  postmoderisme?
2.apa ciri – ciri postmoderisme?
3.siapa tokoh –tokoh yang ada pada priode postmoderisme?
C.TUJUAN
1.untuk mengetahui pengertian postmoderisme.
2.untuk mengetahui ciri – ciri dari priode postmoderisme
3.untuk mengetahui tokoh – tokoh yang ada pada periode postmoderisme.

                                                                      
BAB II
PEMBAHASAN
A.PENGERTIAN POS MODERENISME SECARA UMUM
Pada  umumnya postmoderisme adalah filsafat  nietzschean, seperti penolakanya terhadap absolutisme filsafat barat dan sistem pemikiran tunggal. Menurut  sarup (2003: 231-232) postmoderisme adalah gerakan kultural yang semula terjadi di masyarakat barat tetapi telah menyebar ke seluruh dunia. Khususnya dalam bidang seni. Beberapa masalah pokok  yang  dikaitkan dengan postmoderisme  dalam  bidang  seni, antara lain hilangnya batas –batas sekaligus hieraki antara budaya populer dengan budaya elite, budaya massa dengan budaya tinggi. Dalam karya sastra, misalnya, hilangnya batas –batas yang tegas antara seniman sebagai pecipta dengan pembaca  sebagai penerima, bahkan pengarang dianggap  sebagai anonimitas.
Dalam karya seni juga terjadi pergeseran dari keseriusan ,dari kedalaman  ke permukaan, ke permainan sehingga terjadi ironi ,parodi,interteks,dan pastiche. Secara umum, pastmoderisme merupakan hasil gerakan mahasiswa 1998. Oleh karena itu kekuatan negara tidak dapat dihancurkan ,maka postmoderisme mencoba menumukan jalan melalui struktur bahasa,melalui kekuatan wacana.struktur bahasa  dan dengan demikian struktur teks  dan wacana, sehingga pemecahanya pun dapat dilakukan secara tekstual.
Menurut noth (1990: 421-428), dengan mempertimbangkan keterlibatan filsuf jerman, baumgarten  dan lambert mereka menggunakan istilah estetika  dan semiotika pada abad ke – 18,secara historis semiotika dan estetika memiliki asal – usul yang sama.
Apabila  teori – teori tradisional  mengenai seni cenderung  didasarkan  atas dua  prinsip  yang berbeda, bahkan  bertentangan, yaitu karya seni  sebagai tiruan (mimesis) dan karya seni sebagai karya seni (i ‘art pour i’art), semiotika estetis  didasarkan atas prinsip simantis  dan pragmantis.

B. PENGERTIAN POST MODERENISME
Menurut   pauline Rosenau  (1992) postmoderisme  merupakan  kritik  atas  masyarakat modern  dan  kegagalanya  memenuhi  janji – janjinya. Juga postmodern  cenderung mengkritik  segala sesuatu yang diasosiasikan dengan modernitas, yaitu pada akumulasi pengalaman pada peradaban  barat  adalah industralisasi,urbanisasi, kemajua teknologi, negara bangsa, kehidupan  dalam jalur cepat. Namun mereka meragukan  prioritas – prioritas modern seperti karier, jabatan, tanggung jawab personal , ,toleransi, penelitian objetifitas dan rasionalitas                                                                                                                                                                        
Dalam bukunya mengenal postmoderisme  :
For beginners, appignanesi, garrat, sardar, dan curry (1998)  mengatakan bahwa pos moderisme  menyiratkan  pengingkaran, bahwa  ia bukan modern lagi. Postmoderisme, pada hakikatnya, merupakan campuran  dari  beberapa atau seluruh pemaknaan hasil, akibat, perkembangan ,  penyangkalan,  dan penolakan  dari moderime postmoderime  adalah kebingungan  yang  berasal dari  dua teka – teki besar,Yaitu:
Ia  melawan dan  mengaburkan pengertian  postmoderisme  ia menyiratkan  pengetahuan yang  lengkap  tentang moderisme  yang telah dilampaui  oleh  zaman  baru. Sebuah zaman , zaman apapun, dicirikan lewat bukti perubahan sejarah   dalam cara  kita  melihat, berpikir, dan berbuat.kita dapat  mengenali  perubahan  ini  pada lingkup seni, teori, dan sejarah ekonomi.

C.CIRI – CIRI POSTMODERISME
1.      Terdapat delapan karakter sosiologis  postmoderisme yang  menonjol, yaitu:
2.      Timbulnya pemberontakan  secara kritis  terhadap  proyek modernitasS
3.      memudarnya ke percayaan

Meledaknya industri  media massa, sehingga  ia bagaikan perpanjangan  dari  sistem indra, organ  dan saraf kita, yang ada urutanya menjadikan  dunia  menjadi  terasa kecil. Lebih  dari itu, kekuatan media massa  telah menjelma bagaikan  ‘’agama’’ atau ‘’ tuhan’’  sekuler,  dalam  artian prilaku  orang  tidak  lagi di tentukan oleh agama-agama. Tradiosional, tetapi tanpa  di sadari  telah diatur oleh media massa, semisal program  televisi.
Munculnya  radikalisme  etnis dan keagamaan. Fenomena ini muncul  diduga  sebagai  reaksi atau  alternatif ketika orang  semakin meragukan  terhadap  kebenaran sains,  teknologi  dan  filsafat  yang dinilai gagal  memenuhi  janjinya  untuk membebaskan  manusia, tetapi sebaliknya, yang terjadi  adalah  penindasan. Munculnya  kecenderungan  baru  untuk menemukan  identitas  dan  apresiasi  serta keterikatan rasionalisme dengan  massa lalah.
Semakin menguatnya wilayah perkotaan (urban) sebagai pusat ke budayaan, dan wilayah pedesaan  sebagai daerah pinggiran. Pola ini juga  berlaku  bagi menguatnya  dominasi  negara  maju  atas negara berkembang. Ibarat  negara maju  sebagai “titik pusat” yang  menentukan gerak pada “lingkaran pinggir”.
Era postmoderisme juga ditandai  dengan munculnya  kecenderungan  bagi tumbuhnya  ekletisme dan pecampuradukan  dari  berbagai  wacana, potret  serpihan – serpihan realitas, sehingga  seseorang sulit untuk  ditempatkan secara ketat  pada  kelompok  budaya secara eksklusif.

D.TOKOH – TOKOH POSTMODERISME
Tokoh – tokoh memegang  peran  penting sebab tokohlah,  sebagai subyek, yang bertugas  untuk mengakumulasikan konsep – konsep sehingga menjadi  teori.tokoh – tokoh periode postmoderisme antara lain:
 1. Charles sanders peirce
Peirce lahir di USA ( 1839 – 1914). Sebagai ahli semiotika, logika, dan melangkah  lebih jauh dari  pada  saussure dengan  latar  belakang  sebagai ahli filsafat, ia dapat  melihat  dunia di luar struktur  sebagai  struktur bermakna. Berbeda dengan  saussure dengan  konsep diadik, peirce  menawarkan konsep triadik sehingga terjadi jeda  antara oposisi biner.
Pada dasarnya  peirce  tidak  banyak  mempersalahkan estetika  dalam tulisan – tulisanya.  Akan tetapi teori – teorinya mengenai  tanda  menjadi dasar  pembicaraan  estetika berikutnya.menurutnya  makna tanda sesungguhnya  adalah  mengemukakan sesuatu.  Tanda harus diinterprestasikan  agar  dari  tanda yang orisinil  dan  berkembang tanda-tanda yang baru.
2. Roman  osipocich  jakobson
Jakobson  adalah  seorang  linguist, ahli sastra, dan  semiotikus  yang  lahir di Rusia  (1896 – 1982). Pusat perhatianya  adalah  integrasi  bahasa  dan  sastra  sesuai  dengan  tulisanya yang berjudul ‘’linguistics and poetics’’. Jakobson  melukiskan  antar  hubungan  tersebut dengan enam  faktor bahasa  dan  enam fungsi bahasa.
3.jan  mukarovsky
Mukarovsky  lahir  di  bohemia (1891 – 1975). Sebagai  pengikut  strukturalisme  praha, ia kemudian mengalami  pergeseran  perhatian  dari  struktur  kearah tanggapan  pembaca. Aliran inilah  yang di  sebut strukturalisme   dinamik. Sebagai pengikut kelompok  formalis, ia memandang  bahwa  aspek estetis  dihasilkan melalui fungsi puitika  bahasa , seperti deotomatisasi, membuat aneh, penyimpangan, dan  pembongkaran  norma – norma lainya.meskipun demikian, ia melangkah lebih jauh, aspek estetika melalui karya seni sebagai tanda,karya sastra sebagai fakta transindividual.
4.Hans Robert Jauss
Jauss lahir di jerman. Ahli sastra dan kebudayaan abad pertengahan, jauss ingin memperbaruhi cara-cara yang lama yang semata-mata mendiskripsikan aspek-aspek kesejarahan sehingga menjadi brsifat hermeneuitas.tetapi di pihak lain, ia juga ingin mempebaruhi kelemahan kelompok formalis yang semata-mata bersifat estetis dan kelompok marxis yang semata-mata bersifat kenyataan.
Tujuan pokok jesus adalah membongkar kecenderungan sejarah sastra tradisional yang dianggap bersifat universal teleologis, sejarah sastra yang lebih banyak berkaitan dengan sejarah nasional, sejarah umum, dan rangkaian priode. Jadi, nilai sebuah karya, aspek-aspek estetis yang ditimbulkan  bergantung dari hubungan antara unsur-unsur karya dengan horison harapan pembaca.
5.Juric Mikhaliovich Lotman
Lotman lahir di rusia (1922). Lotma adalah seorang ahli semiotika struktural ahli rusia abad xvii dan xix. Konsep dasar yang dikemukakan adalah peranan bahasa seperti sastra, film, seni, musik, agama, dan mitos. Dalam sejarah sastra barat, lotman (1977: 24-25) juga membedakan antara estetika persamaan atau identitas dengan estetika bertentangan dengan oposisi. Jadi aspek estetis di capai dengan adanya kaitan erat antara aspek simentis dengan aspek formal teks, sehingga dalam bahasa sehari-hari yang tidak memiliki makna menjadi bermakna.
6.Roland Barthes
Roland adalah seorang ahli semiotika, kritikus sastra, khususnya naratologi. Barthes lahir di cherbourg, prancis (1915-1980). Barthes dengan pengikutnya menolak keras pandangan tradiosional yang menganggap pengarang sebagai asal – usul  tunggal karya seni. Jenis paradigma ini telah di kemukakan oleh kelompok strukturalis, makna karya sastra terletak dalam struktur dengan kualitas sastra  terletak dalam struktur kualitas relegiusnya.
7.Umberto Eco
Eco adalah seorang semiotikus, kritikus, novelis, dan jurnalis, lahir di piedmod, italia (1932). Menurut eco semiotika dikaitkan dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda.menurut eco (1979: 182-183) semua bidang dapat dikenal sebagai kode sejauh mengungkapkan fungsi estetik setiap unsurnya. Sama dengan pierce esensi tanda adalah kesanggupanya dalam mewakili suatu tanda. Setiap kode memiliki konteks, sebagai konteks sosiokultural. Oleh karena itu  teori tanda harus mampu menjelaskan mengapa sebuah tanda memiliki banyak makna dan akhirnya bagaimana makna-makna baru bisa terbentuk.


BAB IV
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Postmoderisme pada dasarnya mempelajari tanda pada bahasa ,priode postmoderisme lebih banyak memberikan perhatian pada tanda-tanda sebagai estetika semiotis, dengan pertimbangan bahwa kualitas estetis bersumber dari dan dihasilkan melalui pemahaman terhadap sistem tanda.




No comments:

Post a Comment