Proposal Skripsi Implementasi Program Pelatihan Life Skill Terhadap Bidang Kepekerjaan Alumni Panti Sosial
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Remaja adalah mereka yang sedang tumbuh dan berkembang
dalam perjalanan kehidupan kemasa dewasa dan tua yang penuh dengan perasaan
tanggung jawab. Rasa dan kewajiban tanggung jawab tersebut bukan saja untuk dirinya sendiri
tetapi juga bagi orang lain, seperti: keluarga, masyarakat pada umumnya.[1]
Remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi kedalam
masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada
dibawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak
sejajar. Pada usia remaja terdapat tugas-tugas perkembangan tertentu yang harus
dipenuhi individu.
Remaja adalah peralihan dari masa kanak-kanak menuju
masa kedewasaan. Suatu masa yang mempengaruhi perkembangan dalam aspek sosial,
emosi, dan fisik.Remaja memiliki tugas-tugas perkembangan yang mengarah pada
persiapan memenuhi tuntutan dan peran sebagai orang dewasa. Pada tahap ini,
salah satu tugas perkembangan remaja adalah memilih dan mempersiapkan diri untuk
menjalankan suatu pekerjaan, serta membuat keputusan karir.
Berdasarkan teori Maslow adalah bahwa kebutuhan remaja itu tersusun dalam suatu
hirarki, kebutuhan yang tertinggi adalah kebutuhan realisasi diri. Lima
tingkatan kebutuhan menurut Maslow yaitu : kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan
keselamatan dan keamanan, kebutuhan rasa aman, rasa ingin menghargai, kebutuhan
untuk mengembangkan diri. Kelima kebutuhan tersebut saling menunjang dan
mengisi pemuasan akan kebutuhan tersebut dan akan terasa puas, namun selang
beberapa lama dirasakan kebutuhan yang sama lagi. Manusia secara terus- menerus
melakukan bermacam-macam rangkaian kegiatan.
Salah satu faktor yang sering dianggap menurunkan
motivasi siswi remaja untuk belajar adalah materi pelajaran itu sendiri dan
guru yang menyampaikan materi pelajaran itu. Materi pelajaran sering dikeluhkan
oleh para siswa sebagai membosankan, terlalu sulit, tidak ada manfaatnya untuk
kehidupan sehari-hari. Berkurangnya semangat belajar para siswa mengakibatkan
kurangnya keinginan untuk bertahan dilingkungan sekolah seringkali ditimpakan
pula pada faktor terbatasnya kesempatan untuk memperoleh pendidikan lanjut
keperguruan tinggi, disamping itu terbatasnya lapangan kerja bagi orang-orang
yang putus sekolah.[2]
Faktor lain yang menyebabkan terjadinya putus sekolah
pada remaja adalah ketidakmampuan orang tua dalam membiayai kebutuhan
pendidikan anaknya sehingga banyak remaja yang disebut sebagai generasi penerus
bangsa akhirnya tidak tercapai terkhusus bagi keluarganya. Oleh karena itu para
siswa tersebut membutuhkan bimbingan yang baik khusus nya yang berkaitan dengan
karir pekerjaan.
Dilihat dari usaha kesejahteraan anak, panti sosial
merupakan suatu pelayanan subtitusif atau pengganti fungsi-fungsi sebagai
pengganti keluarga, terutama yang berupa pemberian asuhan pendidikan dan
perlindungan secara tepat dengan berbagai macam metode pengajaran ataupun
pendampingan diantaranya menumbuh kembangkan keterampilan sosial dan
keterampilan kerja dalam rangka mempersiapkan diri sebagai manusia
dewasa yang mandiri dan bertanggung jawab dan sukses secara individual dan
sosial.
Berdasarkan teori Karl C. Garrison dikaitkan dengan
tugas-tugas perkembangan remaja bahwa dapat ditarik kesimpulan yakni tugas
perkembangan seorang remaja dituntut agar dapat menerapkan dirinya dan mampu
merencanakan karirnya sedini mungkin. Pada dasarnya remaja sudah menentukan
karirnya akan tetapi faktanya dilapangan masih ada remaja yang belum bisa
menentukan karirnya.[3]
Generasi muda dituntut untuk lebih aktif dan kreatif
dalam menyiapkan masa depan agar mereka tidak terlindas oleh ketatnya
persaingan global. Mereka harus benar-benar siap tidak hanya secara mental
namun juga dari kemampuan, keterampilan, dan kualitas individu mereka untuk
memulai dari kemampuan karir mereka kelak karena semua itu akan menentukan
kesejahteraan hidup mereka kedepannya.
Panti Sosial Bina Remaja mulai didirikan pada tahun 1978 yang diberi nama Panti
Karya Taruna, kemudian dengan surat keputusan Materi Sosial Nomor: 41 Tahun
1979. Panti ini diubah menjadi Panti Penyantunan Anak Harapan, dan pada tahun
1995 melalui surat keputusan Materi Sosial RI NO.22/HUK/1995 panti ini diubah
menjadi Panti Sosial Bina Remaja Harapan. Seiring dengan diberlakukan
Undang-Undang Otonomi Daerah Oleh Dapartermen Sosial. Berdasarkan Surat
Keputusan Gubernur Nomor : 28/2008, panti ini diubah menjadi Balai Pengembangan
Anak dan Remaja Harapan Bengkulu.
Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) adalah salah satu lembaga Kesejahteraan
Sosial yang bertanggung jawab di 10 (sepuluh) Kabupaten atau Kota wilayah kerja
dalam Provinsi Bengkulu, untuk memberikan pelayanan Kesejahteraan Sosial kepada
anak terlantar, anak putus sekolah dalam rangka menumbuh kembangkan
keterampilan Sosial dan keterampilan kerja, mereka dapat berfungsi sebagai
anggota masyarakat yang terampil dan aktif berpartisipasi secara produktif
dalam pembangunan.[4]
Pendidikan
untuk remaja itu sangatlah penting, akan tetapi masih banyak juga remaja yang
tidak melanjutkan sekolahnya dan memilih tinggal di lembaga, seperti Panti Sosial Bina Remaja. Dipanti ini, remaja diberikan Bimbingan Keterampilan
untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada pada dirinya untuk bekal
kedepannya. Bimbingan keterampilan yang diberikan kepada remaja putus sekolah
seperti, menjahit, salon kecantikan dan otomotif.
Penghuni Panti
Sosial Bina Remaja yaitu, Anak terlantar dan anak putus sekolah. Keberadaan penguni balai
ini dilatarbelakangi oleh beberapa hal, diantaranya mereka tidak memiliki Orang
tua, anak yatim, piatu dan yatim piatu terlantar. Anak yang berasal dari
keluarga tidak mampu.[5]
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti diPSBR
menunjukan bahwa motivasi yang dimiliki oleh remaja dalam mengikuti pelatihan
bimbingan keterampilan sangat aktif saat prosesnya saja. Akan tetapi ada juga
sebagian dari remaja yang mengikuti pelatihan bekerja sesuai dengan pelatihan
yang diberikan, dan ada juga sebagian dari mereka tidak mengaplikasikan program
pelatihan tersebut, bahwa penghuni Panti Sosial Bina Remaja ini terlihat sangat
terampil dalam mengikuti Kegiatan Bimbingan Keterampilan. Karena sebelum mereka
keluar dari Panti Sosial Bina Remaja, nanti mereka dimagangkan selama 1 (satu) minggu, disana mereka bisa mendapatkan ilmu
dll, tapi ada juga remaja yang sudah selesai dari Panti Sosial Bina Remaja mereka
bahkan tidak mengembangkan minat dan
bakatnya sesudah selesai dari Panti Sosial Bina Remaja.[6]
Berdasarkan uraian latar belakang masalah
di atas maka penulis bermaksud melaksanakan penelitian dengan mengangkat judul “Implementasi Program Pelatihan Life Skill
Terhadap Bidang Kepekerjaan Alumni Panti .”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti merumuskan masalah
dalam penelitian ini, sebagai berikut:
1. Bagaimana
implementasi program pelatihan life skill terhadap bidang kepekerjaan Alumni PSBR?
2. Apa saja
hambatan dalam implemntasi program pelatihan life skil?
C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini tidak meluas dan terarah maka penulis membatasi
masalah penelitan dengan menentukan fokus implementasi program pelatihan life
skill pada bidang kebengkelan dan salon
dan fokus pada pelaksanaan program pelatihan life skill, penerapan
materi dan inovasi.
D. Tujuan
Penelitian
Untuk
mendeskripsikan bagaimana Implementasi Program Pelatihan
Life Skill terhadap Bidang Kepekerjaan Alumni PSBR.
Untuk mengetahui apa saja hambatan dalam
implementasi program pelatihan Life skill
E. Kegunaan Penelitian
1.
Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk
menambah khazanah keilmuan dan memperkaya wawasan, serta dapat menjadi
referensi bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan jenis penelitian
Implementasi Program Pelatihan Life Skill terhadap Bidang Kepekerjaan Alumni Panti
Sosial Bina Remaja Provinsi Bengkulu dan memperkaya hasil penelitian di
Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah terutama Jurusan Dakwah Prodi Bimbingan
Konseling.
2. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta
perluasan pemahaman kepada pembaca, serta berguna untuk semua kalangan.
F. Kajian Terhadap
Penelitian Terdahulu
Pertama, Skripsi yang di
tulis Pramudhya Tyaswuri dengan judul “ Implementasi Life Skills Pelatihan Keterampilan Pertukangan Kayu Bagi Binaan”.
Rumusan masalah dalam penelitiannya yaitu (1) Bagaimana pelaksanaan pelatihan
keterampilan pertukangan kayu bagi warga binaan?. (2) Apakah yang menjadikan
faktor kendala dalam pelaksanaan pelatihan keterampilan pertukangan kayu?. Jenis penelitiannya yaitu kualitatif deskriptif.
Hasil penelitian diperoleh dalam penelitian adalah: (1) Pelaksanaan
pelatihan keterampilan pertukangan kayu bagi warga binaan meliputi, interaksi
antara warga binaan dengan instruktur baik dengan adanya saling komunikasi
dalam proses pembelajaraan, instruktur sebagai motivasi dan partner, instruktur
berasal dari pembina LP dan BLK Kota Yogyakarta, fasilitas pelatihan
keterampilan yang digunakan sangatlah lengkap, materi pelatihan hanya berupa
latihan kerja yang lebih mengutamakan kemajuan fisik meliputi teori umum dan
teori teknis pertukangan kayu, strategi pembelajaran yang digunakan adalah
strategi pembelajaran yang berpusat pada pendidik karena perencanaan proses
pembelajaran dilakukan oleh instruktur tanpa menggunakan pendekatan andragogi
(ilmu dan seni membantu orang dewasa belajar).
Metode pembelajaran melalui
ceramah, tanya jawab dan praktik lapangan, evaluasi pelatihan keterampilan
pertukangan kayu melalui tes individu dan tes kelompok serta memperkerjakan
peserta pelatihan dibengkel kerja Lapas sebagai tindak lanjut pelaksanaan
pelatihan. (2) Faktor yang menghambat yaitu warga binaan mempunyai sifat yang
mudah tersinggung sehingga pada proses pembelajaran sering terjadi perselisihan
antar warga binaan, cara mengatasi hambatan tersebut dapat dilakukan pada
metode pembelajaran yaitu dalam pelaksanaan metode praktek antara peserta yang
satu dengan peserta pelatihan yang lain dilakukan diruang terpisah dan
pengawasan lebih ditingkat.[7]
Kedua, Skripsi yang di
tulis Wahyu Sri Wilujeng dengan judul “Implementasi Pendidikan Karakter Melalui
Kegiatan Keagamaan Di SD Ummu Aiman Lawang”. Rumusan masalah dalam penelitian
yaitu (1) Bagaimana penerapan pendidikan karakter di Sd Ummu Aiman? (2) Apa
saja kendala dan solusi yang dihadapi dalam pelaksanaan penanaman pendidikan
karakter disekolah? (3) Apa saja nilai pendidikan karakter yang ditanamkan di
SD Ummu Aiman?. Jenis penelitiannya yaitu kualitatif deskriptif. Hasil
penelitian diperoleh dalam penelitian adalah: (1) Proses pelaksanaan kegiatan
keagamaan disekolah dilaksanakan dengan menggunakan metode pembiasaan yang
dilakukan secara terus menerus dan juga terstruktur. (2) Faktor penghambat dari
pelaksanaan kegiatan keagamaan ini adalah kurangnya disiplin bagi sebagian
siswa yang tidak menerapkan pembiasaan tersebut dirumah. (3) Nilai karakter
yang ditanamkan disekolah meliputi nilai disiplin , jujur, tanggung jawab,
sopan santun, ikhlas, dan jugas karakter toleransi.[8]
Ketiga, Skripsi yang di tulis Dwi Marfuji dengan
judul “Pelaksanaan Pembelajaraan Life Skil berbasis Kewirausahaan pada
Peseta Didik”. Rumusan masalah dalam penelitiannya yaitu (1) Bagaimana
pelaksanaan pembelajaran life skill di UPTD SKB Kulon Progo? Jenis penelitiannya yaitu kualitatif deskriptif. Hasil penelitian
diperoleh dalam penelitian adalah: (1) pelaksanaan pembelajaan life skill
berbasis kewirausahaan di UPTD SKB Kulon Progo terdiri dari (a) persiapan
pembelajaran terdiri dari penyiapan kurikulum, sarana dan prasarana (b)
pelaksanaan pembelajaraan life skill berbasis kewirausahaan seperi halnya
pembelajaran lainnya didalamnya terdapat komponen-komponen pembelajaran
meliputi peserta didik, pendidik, tujuan, metode, media kurikulum, materi,
kegiatan pembelajaran, bahan ajar, sarana prasarana, evaluasi dan sumber
pendanaan.
Pembelajaraan
kecakapan hidup yang dilaksanakan meliputi: cara mengoperasikan dan pemanfaatan
komputer, pelatihan dasar-dasar menjahit menggunakan mesin jahit, pelatihan
tata laksana rumah tangga, budidaya jamur, prlatihan budidaya air tawar, tata
rias rambut, tanaman hortikultural dan pembelajaran kewirausahaannya meliputi
ceramah pemotivasian disela-sela pembelajaran. (c) evaluasi atau pemilihan
yaitu dengan post tes dab penilaian praktek. (2) faktor pendukung dan
penghambat pelaksanaan pembelajaran life skill (a) faktor pendukung yaitu,
semangat yang tinggi dari peserta didik dalam mengikuti kegiatan, lokasi yang
berdekatan dengan dinas pendidikan kabupaten Kulon Progo baik sehingga mudah
dijangkau, adanya anggaran yang diperuntukan program-program UPTD SKB Kulon
Progo. (b) faktor pnghambat, perbedaan kemampuan peserta didik yang
berbeda-beda menimbulkan extra penaganan dalam pelaksanaan pembelajaraan yang
belangsung di UPTD SKB Kulon Progo, sarana dan prasarana yang kurang memadai.[9]
G. Sistematika
Penulisan
BAB I : yang berisi
tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, kajian terhadap penelitian terdahulu dan
sistematika penulisan.
BAB II : yang berisi tentang pengertian pelatihan, tujuan
pelatihan, Unsur-unsur
Program Pelatihan, Bidang Life skill, Pengertian Life skill, Pembelajaran
Life Skill, Macam-macam Life Skill, Tujuan Life Skill,
pengertian remaja, tahap perkembangan remaja, Tugas Perkembangan Remaja,
Karakteristik Umum Perkembangan Remaja.
BAB III : yang
berisi tentang jenis penelitian, waktu dan lokasi penelitan, informan penelitian,
sumber data penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan
teknik keabsahan data.
[1]Hasan Basri, Remaja Berkualitas Problematika Remaja dan Solusinya.
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 41
[2]Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologis Remaja, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2012), hlm. 150-153
[3]Tika yuliana Atharini, Bimbingan Karier pada Remaja di Panti Sosial
Buna Remaja Beran Tridadi, (Yogyakarta: Fakultas Dakwah dan Komunakasi UIN
Sunan Kalijaga, 2015) hlm 6
[5]Observasi Awal, tanggal 13 desember 2017, di Balai Pengembangan Anak dan
Remaja.
[6]Wawancara sementara, tanggal 13 Desember 2017, di Balai Pengembangan
Anak dan Remaja.
[7]Pramudhya
Tyaswuri, Implentasi Life Skills Pelatihan Keterampilan Pertukangan Kayu
Bagi Binaan, (Skripsi Sarjana, Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta 2010).
[8]Wahyu Sri Wilujeng, Implementasi
Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan Keagamaan Di SD Ummu Aiman Lawang ,
(Skripsi Sarjana, Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang 2016).
[9]Dwi Marfuji, Pelaksanaan Pembelajaraan Life Skil berbasis
Kewirausahaan pada Peseta Didik, (Skripsi
Sarjana, Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Pendidikan Universitas Negeri
Yogyakarta 2016).
No comments:
Post a Comment