1

loading...

Monday, October 29, 2018

Proposal Skripsi Implementasi Program Pelatihan Life Skill Terhadap Bidang Kepekerjaan Alumni Panti Sosial

Proposal Skripsi Implementasi Program Pelatihan Life Skill Terhadap Bidang Kepekerjaan Alumni Panti Sosial 
BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Remaja adalah mereka yang sedang tumbuh dan berkembang dalam perjalanan kehidupan kemasa dewasa dan tua yang penuh dengan perasaan tanggung jawab. Rasa dan kewajiban tanggung jawab  tersebut bukan saja untuk dirinya sendiri tetapi juga bagi orang lain, seperti: keluarga, masyarakat pada umumnya.[1] Remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi kedalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada dibawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar. Pada usia remaja terdapat tugas-tugas perkembangan tertentu yang harus dipenuhi individu.
Remaja adalah peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa kedewasaan. Suatu masa yang mempengaruhi perkembangan dalam aspek sosial, emosi, dan fisik.Remaja memiliki tugas-tugas perkembangan yang mengarah pada persiapan memenuhi tuntutan dan peran sebagai orang dewasa. Pada tahap ini, salah satu tugas perkembangan remaja adalah memilih dan mempersiapkan diri untuk menjalankan suatu pekerjaan, serta membuat keputusan karir.
Berdasarkan teori Maslow adalah bahwa kebutuhan remaja itu tersusun dalam suatu hirarki, kebutuhan yang tertinggi adalah kebutuhan realisasi diri. Lima tingkatan kebutuhan menurut Maslow yaitu : kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan keselamatan dan keamanan, kebutuhan rasa aman, rasa ingin menghargai, kebutuhan untuk mengembangkan diri. Kelima kebutuhan tersebut saling menunjang dan mengisi pemuasan akan kebutuhan tersebut dan akan terasa puas, namun selang beberapa lama dirasakan kebutuhan yang sama lagi. Manusia secara terus- menerus melakukan bermacam-macam rangkaian kegiatan.
Salah satu faktor yang sering dianggap menurunkan motivasi siswi remaja untuk belajar adalah materi pelajaran itu sendiri dan guru yang menyampaikan materi pelajaran itu. Materi pelajaran sering dikeluhkan oleh para siswa sebagai membosankan, terlalu sulit, tidak ada manfaatnya untuk kehidupan sehari-hari. Berkurangnya semangat belajar para siswa mengakibatkan kurangnya keinginan untuk bertahan dilingkungan sekolah seringkali ditimpakan pula pada faktor terbatasnya kesempatan untuk memperoleh pendidikan lanjut keperguruan tinggi, disamping itu terbatasnya lapangan kerja bagi orang-orang yang putus sekolah.[2]
Faktor lain yang menyebabkan terjadinya putus sekolah pada remaja adalah ketidakmampuan orang tua dalam membiayai kebutuhan pendidikan anaknya sehingga banyak remaja yang disebut sebagai generasi penerus bangsa akhirnya tidak tercapai terkhusus bagi keluarganya. Oleh karena itu para siswa tersebut membutuhkan bimbingan yang baik khusus nya yang berkaitan dengan karir pekerjaan.
Dilihat dari usaha kesejahteraan anak, panti sosial merupakan suatu pelayanan subtitusif atau pengganti fungsi-fungsi sebagai pengganti keluarga, terutama yang berupa pemberian asuhan pendidikan dan perlindungan secara tepat dengan berbagai macam metode pengajaran ataupun pendampingan diantaranya menumbuh kembangkan keterampilan sosial dan keterampilan kerja dalam rangka mempersiapkan diri sebagai manusia dewasa yang mandiri dan bertanggung jawab dan sukses secara individual dan sosial.
Berdasarkan teori Karl C. Garrison dikaitkan dengan tugas-tugas perkembangan remaja bahwa dapat ditarik kesimpulan yakni tugas perkembangan seorang remaja dituntut agar dapat menerapkan dirinya dan mampu merencanakan karirnya sedini mungkin. Pada dasarnya remaja sudah menentukan karirnya akan tetapi faktanya dilapangan masih ada remaja yang belum bisa menentukan karirnya.[3]
Generasi muda dituntut untuk lebih aktif dan kreatif dalam menyiapkan masa depan agar mereka tidak terlindas oleh ketatnya persaingan global. Mereka harus benar-benar siap tidak hanya secara mental namun juga dari kemampuan, keterampilan, dan kualitas individu mereka untuk memulai dari kemampuan karir mereka kelak karena semua itu akan menentukan kesejahteraan hidup mereka kedepannya.
Panti Sosial Bina Remaja mulai didirikan pada tahun 1978 yang diberi nama Panti Karya Taruna, kemudian dengan surat keputusan Materi Sosial Nomor: 41 Tahun 1979. Panti ini diubah menjadi Panti Penyantunan Anak Harapan, dan pada tahun 1995 melalui surat keputusan Materi Sosial RI NO.22/HUK/1995 panti ini diubah menjadi Panti Sosial Bina Remaja Harapan. Seiring dengan diberlakukan Undang-Undang Otonomi Daerah Oleh Dapartermen Sosial. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Nomor : 28/2008, panti ini diubah menjadi Balai Pengembangan Anak dan Remaja Harapan Bengkulu.
Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) adalah salah satu lembaga Kesejahteraan Sosial yang bertanggung jawab di 10 (sepuluh) Kabupaten atau Kota wilayah kerja dalam Provinsi Bengkulu, untuk memberikan pelayanan Kesejahteraan Sosial kepada anak terlantar, anak putus sekolah dalam rangka menumbuh kembangkan keterampilan Sosial dan keterampilan kerja, mereka dapat berfungsi sebagai anggota masyarakat yang terampil dan aktif berpartisipasi secara produktif dalam pembangunan.[4]
Pendidikan untuk remaja itu sangatlah penting, akan tetapi masih banyak juga remaja yang tidak melanjutkan sekolahnya dan memilih tinggal di lembaga,  seperti Panti Sosial Bina Remaja. Dipanti ini, remaja diberikan Bimbingan Keterampilan untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada pada dirinya untuk bekal kedepannya. Bimbingan keterampilan yang diberikan kepada remaja putus sekolah seperti, menjahit, salon kecantikan dan otomotif.
Penghuni Panti Sosial Bina Remaja yaitu, Anak terlantar dan anak putus sekolah. Keberadaan penguni balai ini dilatarbelakangi oleh beberapa hal, diantaranya mereka tidak memiliki Orang tua, anak yatim, piatu dan yatim piatu terlantar. Anak yang berasal dari keluarga tidak mampu.[5]
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti diPSBR menunjukan bahwa motivasi yang dimiliki oleh remaja dalam mengikuti pelatihan bimbingan keterampilan sangat aktif saat prosesnya saja. Akan tetapi ada juga sebagian dari remaja yang mengikuti pelatihan bekerja sesuai dengan pelatihan yang diberikan, dan ada juga sebagian dari mereka tidak mengaplikasikan program pelatihan tersebut, bahwa penghuni Panti Sosial Bina Remaja ini terlihat sangat terampil dalam mengikuti Kegiatan Bimbingan Keterampilan. Karena sebelum mereka keluar dari Panti Sosial Bina Remaja, nanti mereka dimagangkan selama 1 (satu)  minggu, disana mereka bisa mendapatkan ilmu dll, tapi ada juga remaja yang sudah selesai dari Panti Sosial Bina Remaja mereka bahkan  tidak mengembangkan minat dan bakatnya sesudah selesai dari Panti Sosial Bina Remaja.[6]
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka penulis bermaksud melaksanakan penelitian dengan mengangkat judul Implementasi Program Pelatihan Life Skill Terhadap Bidang Kepekerjaan Alumni Panti                                .

B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut:
1.    Bagaimana implementasi program pelatihan life skill terhadap bidang kepekerjaan Alumni PSBR?
2.    Apa saja hambatan dalam implemntasi program pelatihan life skil?
C.      Batasan Masalah
Agar penelitian ini tidak meluas dan terarah maka penulis membatasi masalah penelitan dengan menentukan fokus implementasi program pelatihan life skill pada bidang  kebengkelan dan salon dan fokus pada pelaksanaan program pelatihan life skill, penerapan materi dan inovasi.
D.      Tujuan Penelitian
Untuk mendeskripsikan bagaimana Implementasi Program Pelatihan Life Skill terhadap Bidang Kepekerjaan Alumni PSBR.
Untuk mengetahui apa saja hambatan dalam implementasi program pelatihan Life skill
E.       Kegunaan Penelitian
1.    Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk menambah khazanah keilmuan dan memperkaya wawasan, serta dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan jenis penelitian Implementasi Program Pelatihan Life Skill terhadap Bidang Kepekerjaan Alumni Panti Sosial Bina Remaja Provinsi Bengkulu dan memperkaya hasil penelitian di Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah terutama Jurusan Dakwah Prodi Bimbingan Konseling.
2.    Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta perluasan pemahaman kepada pembaca, serta berguna untuk semua kalangan.
F.       Kajian Terhadap Penelitian Terdahulu
Pertama, Skripsi yang di tulis Pramudhya Tyaswuri dengan judul “ Implementasi Life Skills Pelatihan Keterampilan Pertukangan Kayu Bagi Binaan”. Rumusan masalah dalam penelitiannya yaitu (1) Bagaimana pelaksanaan pelatihan keterampilan pertukangan kayu bagi warga binaan?. (2) Apakah yang menjadikan faktor kendala dalam pelaksanaan pelatihan keterampilan pertukangan kayu?. Jenis penelitiannya yaitu kualitatif deskriptif.
Hasil penelitian diperoleh dalam penelitian adalah: (1) Pelaksanaan pelatihan keterampilan pertukangan kayu bagi warga binaan meliputi, interaksi antara warga binaan dengan instruktur baik dengan adanya saling komunikasi dalam proses pembelajaraan, instruktur sebagai motivasi dan partner, instruktur berasal dari pembina LP dan BLK Kota Yogyakarta, fasilitas pelatihan keterampilan yang digunakan sangatlah lengkap, materi pelatihan hanya berupa latihan kerja yang lebih mengutamakan kemajuan fisik meliputi teori umum dan teori teknis pertukangan kayu, strategi pembelajaran yang digunakan adalah strategi pembelajaran yang berpusat pada pendidik karena perencanaan proses pembelajaran dilakukan oleh instruktur tanpa menggunakan pendekatan andragogi (ilmu dan seni membantu orang dewasa belajar).
 Metode pembelajaran melalui ceramah, tanya jawab dan praktik lapangan, evaluasi pelatihan keterampilan pertukangan kayu melalui tes individu dan tes kelompok serta memperkerjakan peserta pelatihan dibengkel kerja Lapas sebagai tindak lanjut pelaksanaan pelatihan. (2) Faktor yang menghambat yaitu warga binaan mempunyai sifat yang mudah tersinggung sehingga pada proses pembelajaran sering terjadi perselisihan antar warga binaan, cara mengatasi hambatan tersebut dapat dilakukan pada metode pembelajaran yaitu dalam pelaksanaan metode praktek antara peserta yang satu dengan peserta pelatihan yang lain dilakukan diruang terpisah dan pengawasan lebih ditingkat.[7]
Kedua, Skripsi yang di tulis Wahyu Sri Wilujeng dengan judul “Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan Keagamaan Di SD Ummu Aiman Lawang”. Rumusan masalah dalam penelitian yaitu (1) Bagaimana penerapan pendidikan karakter di Sd Ummu Aiman? (2) Apa saja kendala dan solusi yang dihadapi dalam pelaksanaan penanaman pendidikan karakter disekolah? (3) Apa saja nilai pendidikan karakter yang ditanamkan di SD Ummu Aiman?. Jenis penelitiannya yaitu kualitatif deskriptif. Hasil penelitian diperoleh dalam penelitian adalah: (1) Proses pelaksanaan kegiatan keagamaan disekolah dilaksanakan dengan menggunakan metode pembiasaan yang dilakukan secara terus menerus dan juga terstruktur. (2) Faktor penghambat dari pelaksanaan kegiatan keagamaan ini adalah kurangnya disiplin bagi sebagian siswa yang tidak menerapkan pembiasaan tersebut dirumah. (3) Nilai karakter yang ditanamkan disekolah meliputi nilai disiplin , jujur, tanggung jawab, sopan santun, ikhlas, dan jugas karakter toleransi.[8]
Ketiga, Skripsi yang di tulis Dwi Marfuji dengan judul “Pelaksanaan Pembelajaraan Life Skil berbasis Kewirausahaan pada Peseta Didik”. Rumusan masalah dalam penelitiannya yaitu (1) Bagaimana pelaksanaan pembelajaran life skill di UPTD SKB Kulon Progo? Jenis penelitiannya yaitu kualitatif deskriptif. Hasil penelitian diperoleh dalam penelitian adalah: (1) pelaksanaan pembelajaan life skill berbasis kewirausahaan di UPTD SKB Kulon Progo terdiri dari (a) persiapan pembelajaran terdiri dari penyiapan kurikulum, sarana dan prasarana (b) pelaksanaan pembelajaraan life skill berbasis kewirausahaan seperi halnya pembelajaran lainnya didalamnya terdapat komponen-komponen pembelajaran meliputi peserta didik, pendidik, tujuan, metode, media kurikulum, materi, kegiatan pembelajaran, bahan ajar, sarana prasarana, evaluasi dan sumber pendanaan.
Pembelajaraan kecakapan hidup yang dilaksanakan meliputi: cara mengoperasikan dan pemanfaatan komputer, pelatihan dasar-dasar menjahit menggunakan mesin jahit, pelatihan tata laksana rumah tangga, budidaya jamur, prlatihan budidaya air tawar, tata rias rambut, tanaman hortikultural dan pembelajaran kewirausahaannya meliputi ceramah pemotivasian disela-sela pembelajaran. (c) evaluasi atau pemilihan yaitu dengan post tes dab penilaian praktek. (2) faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pembelajaran life skill (a) faktor pendukung yaitu, semangat yang tinggi dari peserta didik dalam mengikuti kegiatan, lokasi yang berdekatan dengan dinas pendidikan kabupaten Kulon Progo baik sehingga mudah dijangkau, adanya anggaran yang diperuntukan program-program UPTD SKB Kulon Progo. (b) faktor pnghambat, perbedaan kemampuan peserta didik yang berbeda-beda menimbulkan extra penaganan dalam pelaksanaan pembelajaraan yang belangsung di UPTD SKB Kulon Progo, sarana dan prasarana yang kurang memadai.[9]
G.      Sistematika Penulisan
BAB I : yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian terhadap penelitian terdahulu dan sistematika penulisan.
BAB II : yang berisi tentang pengertian pelatihan, tujuan pelatihan, Unsur-unsur Program Pelatihan, Bidang Life skill, Pengertian Life skill, Pembelajaran Life Skill, Macam-macam Life Skill, Tujuan Life Skill, pengertian remaja, tahap perkembangan remaja, Tugas Perkembangan Remaja, Karakteristik Umum Perkembangan Remaja.
BAB III : yang berisi tentang jenis penelitian, waktu dan lokasi penelitan, informan penelitian, sumber data penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan teknik keabsahan data.




[1]Hasan Basri, Remaja Berkualitas Problematika Remaja dan Solusinya. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 41
[2]Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologis Remaja, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), hlm. 150-153
[3]Tika yuliana Atharini, Bimbingan Karier pada Remaja di Panti Sosial Buna Remaja Beran Tridadi, (Yogyakarta: Fakultas Dakwah dan Komunakasi UIN Sunan Kalijaga, 2015) hlm 6
[4]Profil Balai Pengembangan Anak dan Remaja (BPAR) Provinsi Bengkulu.
[5]Observasi Awal, tanggal 13 desember 2017, di Balai Pengembangan Anak dan Remaja.
[6]Wawancara sementara, tanggal 13 Desember 2017, di Balai Pengembangan Anak dan Remaja.
[7]Pramudhya Tyaswuri, Implentasi Life Skills Pelatihan Keterampilan Pertukangan Kayu Bagi Binaan, (Skripsi Sarjana, Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta 2010).
[8]Wahyu Sri Wilujeng, Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan Keagamaan Di SD Ummu Aiman Lawang , (Skripsi Sarjana, Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang 2016).

[9]Dwi Marfuji, Pelaksanaan Pembelajaraan Life Skil berbasis Kewirausahaan pada Peseta Didik, (Skripsi Sarjana, Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta 2016).

No comments:

Post a Comment