1

loading...

Tuesday, October 30, 2018

MAKALAH BUDIDAYA IKAN PATIN

MAKALAH BUDIDAYA IKAN PATIN

BAB I
             PENDAHULUAN          
A.    Latar Belakang
Bagi masyarakat Indonesia ikan Ptin merupakan salah satu jenis ikan konsumsi yang cukup digemari oleh masyarakat. Umumnya ada 2 jenis patin yang ada dipasaran saat ini, yaitu patin lokal dan patin siam. Patin lokal adalah patin asli Indonesia dari sungai-sungai besar Sumatera dan Kalimantan, sedangkan patin siam merupakan jenis patin yang diproduksi di Thailand.
Ikan patin merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan panjang berwarna putih perak dengan punggung berwarna kebirubiruan. Ikan patin dikenal sebagai komoditi yang berprospek cerah, karena memiliki harga jual yang tinggi. Ikan patin memiliki rasa yang lezat dan dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan seperti pindang, digoreng atau diolah menjadi hidangan lainnya. Hal inilah yang menyebabkan ikan patin mendapat perhatian dan diminati oleh para pengusaha untuk membudidayakannya.
Dibeberapa daerah sentra penghasil patin lokal, seperti Sumatera dan Kalimantan. Ikan patin ini dengan mudah ditemui disungai-sungai atau danau. Selain mengandalkankan penangkapan diperairan umum patin merupakan jenis ikan budidaya potensial yang banyak dipelihara pembudidaya ikan dipulau Jawa sampai dikawasan timur Indonesia. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa penyebaran patin sudah hampir mencakup seluruh wilayah tanah air.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari Ikan Patin ?
2.      Bagaimana Syarat Hidup dan Kebiasaan Hidup dari Ikan Patin ?
3.      Apa saja Jenis-Jenis Patin ?
4.      Bagaimana Pengendalian hama penyakit dalam budidaya Ikan Patin dan Apa saja penyakit yang menyerang Ikan Patin ?
C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui  pengertian dari Ikan Patin.
2.      Untuk mengetahui Syarat Hidup dan Kebiasaan Hidup dari Ikan Patin.
3.      Untuk mengetahui Jenis-Jenis Patin.
4.      Untuk mengetahui pengendalian hama penyakit dalam budidaya Ikan Patin dan penyakit yang menyerang Ikan Patin.




















BAB II
PEMBAHASAN



A.    Pengertian Ikan Patin
  Ikan patin merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan panjang berwarna putih perak dengan punggung berwarna kebirubiruan. Ikan patin dikenal sebagai komoditi yang berprospek cerah, karena memiliki harga jual yang tinggi. Ikan patin memiliki rasa yang lezat dan dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan seperti pindang, digoreng atau diolah menjadi hidangan lainnya. Hal inilah yang menyebabkan ikan patin mendapat perhatian dan diminati oleh para pengusaha untuk membudidayakannya. Ikan ini cukup responsif terhadap pemberian makanan tambahan. Pada pembudidayaan, dalam usia enam bulan ikan patin bisa mencapai panjang 3540 cm. Sebagai keluargaPangasidae, ikan ini tidak membutuhkan perairan yang mengalir untuk “membongsorkan“ tubuhnya. Pada perairan yang tidak mengalir dengan kandungan oksigen rendah pun sudah memenuhi syarat untuk membesarkan ikan ini.
Ikan patin berbadan panjang untuk ukuran ikan tawar lokal, warna putih seperti perak, punggung berwarna kebirubiruan. Kepala ikan patin relatif kecil, mulut terletak di ujung kepala agak di sebelah bawah (merupakan ciri khas golongan catfish). Pada sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis pendek yang berfungsi sebagai peraba.[1]
Dibeberapa daerah sentra penghasil patin lokal, seperti Sumatera dan Kalimantan. Ikan patin ini dengan mudah ditemui disungai-sungai atau danau. Selain mengandalkankan penangkapan diperairan umum patin merupakan jenis ikan budidaya potensial yang banyak dipelihara pembudidaya ikan dipulau Jawa sampai dikawasan timur Indonesia. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa penyebaran patin sudah hampir mencakup seluruh wilayah tanah air.
1.         Bergizi Tinggi
Selain rasanya yang enak, nilai protein daging patin juga tergolong tinggi, mencapai 69,6%. Kandungan gizi lainnya adalah lemak 5,8%, abu 3,5%, dan air 59,3%. Adapun bobot ikan setelah disiangi sebesar 79,7% dari bobot awalnya. Sedangkan filet yang diperoleh dari bobot ikan seberat 1-2 kg mencapai 61,7%.
2.       Harga jual yang Menjanjikan
Patin termasuk jenis ikan air tawar yang memiliki nilai bernilai ekonomi penting. Harga jualnya cukup menjanjikan umumnya diatas harga jual rata-rata ikan konsumsi yang lain. Mahalnya harga jual patin karena rasa dagingnya yang enak, lezat, dan gurih. Dari semua jenis ikan keluarga lele lelean rasa daging patin boleh dibilang termasuk yang sangat enak. Tidak mengherankan jika saat ini banyak rumah makan atau restoran yang menyediakan olahan ikan patin sebagai menu utamanya.
Bahkan, tidak sedikit orang yang menjadi fanatik mengkosumsi daging patin khusus di Sumatra, menu patin yang paling terkenal adalah “patin asam pedas” yang menjadi masakan favorit masyarakat etnis melayu dan terkenal hingga kenegara tetangga, seperti Malaysia, Singapura, dan Brunai Darussalam, menu lainnya adalah pepes dan sup patin.
3.Mudah Dibudidayakan
Sebenarnya, budidaya patin tidaklah sesulit dan serumit yang dibudidayakan selama ini. Selain dapat dipelihara dikolam biasa seperti yang umun dilakukan pada pembudidayaan ikan lain. Pemeliharaan ikan patin juga dapat dilakukan diberbagai media lain dilokasi yang terbatas. Misalnya, didalam bak tembok atau bak fiberglass yang diletakkan didalam ruangan, dikolam tanah yang dilapisi terpal, atau disaluran air yang diberi pembatas agar ikan tidak kabur. Sama seperti ikan lele-lele lainnya, patin tidak memiliki sisik, bentuk kepalanya relative kecil, mulutnya terletak diujung kepala sebelah bawah. Disudut mulutnya terdapat dau pasang kumis yang berfungsi sebagai alat pencari pakan dan peraba saat berenang. 
B.     Syarat Hidup dan Kebiasaan Hidup
1.      Kebutuhan suhu dan alkalinitas
            Patin sangat toleran terhadap derajat keasaman (pH) air. Ikan ini dapat bertahan hidup di perairan dengan derajat keasamaan yang agak asam (pH rendah) sampai basa (pH tinggi) dengan angka pH 5-9. Pada dasarnya, patin akan tumbuh optimal jika kandungan oksigen (O2) yang terdapat dalam air berkisa 3-6 ppm, kadar karbondioksida (CO2) 9-20 ppm, tingkat alkalinitas 80-250, dan suhu air 28-300 C.
2.      Termasuk Hewan Nokturnal
            Di habitat aslinya, ikan ini selalu bersembunyi didalam lubang-lubang, sebagai ikan nocturnal (aktif pada malam hari), patin baru keluar dari liang persembunyiannya ketika hari mulai gelap. Kebiasaan lain, ikan ini lebih banyak menetap didasar perairan daripada muncul dipermukaan air. Karena itu, patin digolongkan sebagai ikan dasar perairan (demersal). Hal ini dapat dibuktikan dari bentuk mulutnya yang melebar, seperti mulut ikan-ikan demersal pada umumnya.
3.      Makanan Alami
           Secara alami, makanan patin dialam bebas berupa ikan-ikan kecil, cacing detritus (mikroba pengurai didasar perairan), serangga, udang-udangan, moluska, dan biji-bijian. Berdasarkan jenis makananya yang beragam tersebut, patin dikategorikan sebagai ikan pemakan segala (omnivora).[2]
C.    Jenis-Jenis Patin
a) Patin Bangkok
           Pada awalnya, jenis patin yang populer dibudidayakan di Indonesia adalah patin Bangkok atau jambal siam atau  patin siam (Pangasius hyphopthaimus). Patin jenis tersebut merupakan jenis patin yang diproduksi dari Thailand. Sehingga sering juga disebut dengan lele Bangkok. Patin Bangkok memiliki keunggulan menghasilkan banyak telur, sehingga secara otomatis menghasilkan benih yang juga banyak. Namun sayang dagingnya yang merah tidak begitu disukai oleh pasar ekspor. 
b) Patin Jambal
         Patin jambal merupakan jenis patin lokal. Patin ini banyak terdapat dibeberapa sungai besar di Sumatra dan Kalimantan. Keunggulan patin ini terletak pada ukuran tubuhnya yang besar dan dagingnya yang berwarna putih, sehingga disukai oleh pasar ekspor. Namun, jumlah telurnya tidak begitu banyak, sehingga hasil benihnya pun sedikit.
c) Patin Super Harapan Pertiwi (Pasupati)
     Untuk menutupi kekurangan pada kedua jenis patin sebelumnya, para ahli akhirnya mengawinsilangkan patin siam betina dengan patin jambal jantan. Dari perkawinan silang ini, dihasilkan patin unggul (Hibrida) yang disebut dengan patin super harapan pertiwi (pasupati). Keunggulan patin pasupati diantaranya memiliki daging yang berwarna putih, kadar lemak yang relative rendah, laju pertumbuhan tubuh yang relatif cepat, dan jumlah telur yang relative banyak. Daging berwarna putih dan bobot tubuh yang besar diturunkan dari patin jambal, sedangkan jumlah telur yang relative banyak diturunkan dari patin siam.
D.    Pengendalian Hama penyakit dalam Budidaya Ikan Patin dan Penyakit yang Menyerang Ikan Patin
Penyakit ikan patin ada yang disebabkan infeksi dan noninfeksi. Penyakit noninfeksi adalah penyakit yang timbul akibatadanya gangguan faktor yang bukan patogen. Penyakit noninfeksi ini tidak menular. Sedangkan penyakit akibat infeksi biasanya timbul karena gangguan organisme patogen.
1)      Penyakit akibat infeksi
Organisme patogen yang menyebabkan infeksi biasanya berupa parasit, jamur, bakteri, dan virus. Produksi benih ikan patin secara masal masih menemui beberapa kendala antara lain karena sering mendapat serangan parasit Ichthyoptirus multifilis (white spot) sehingga banyak benih patin yang mati, terutama benih yang berumur 12 bulan. Dalam usaha pembesaran patin belum ada laporan yang mengungkapkan secara lengkap serangan penyakit pada ikan patin, untuk pencegahan.  Beberapa penyakit akibat infeksi berikut ini sebaiknya diperhatikan.
a.       Penyakit parasit
Penyakit white spot (bintik putih) disebabkan oleh parasit dari bangsa protozoa dari jenis Ichthyoptirus multifilis Foquet. Pengendalian: menggunakan metil biru atau methilene blue konsentrasi 1% (satu gram metil biru dalam 100 cc air). Ikan yang sakit dimasukkan ke dalam bak air yang bersih, kemudian kedalamnya masukkan larutan tadi. Ikan dibiarkan dalam larutan selama 24 jam. Lakukan pengobatan berulangulang selama tiga kali dengan selang waktu sehari.
b.      Penyakit jamur
Penyakit jamur biasanya terjadi akibat adanya luka pada badan ikan. Penyakit ini biasanya terjadi akibat adanya luka pada badan ikan. Penyebab penyakit jamur adalah Saprolegnia sp. dan Achlya sp. Pada kondisi air yang jelek, kemungkinan patin terserang jamur lebih besar. Pencegahan penyakit jamur dapat dilakukan dengan cara menjaga kualitas air agar kondisinya selalu ideal bagi kehidupan ikan patin. Ikan yang terlanjur sakit harus segera diobati. Obat yang biasanya di pakai adalah malachyt green oxalate sejumlah 23 g/m air (1 liter) selama 30 menit. Caranya rendam ikan yang sakit dengan larutan tadi, dan di ulang sampai tiga hari berturut turut.
c.       Penyakit Bakteri
Penyakit bakteri juga menjadi ancaman bagi ikan patin. Bakteri yang sering menyerang adalah Aeromonas sp. dan Pseudomonas sp. Ikan yang terserang akan mengalami pendarahan pada bagian tubuh terutama di bagian dada, perut, dan pangkal sirip. Penyakit bakteri yang mungkin menyerang ikan patin adalah penyakit bakteri yang juga biasa menyerang ikanikan air tawar jenis lainnya, yaitu Aeromonas sp. dan Pseudomonas sp. Ikan patin yang terkena penyakit akibat bakteri, ternyata mudah menular, sehingga ikan yang terserang dan keadaannya cukup parah harus segera dimusnahkan. Sementara yang terinfeks, tetapi belum parah dapat dicoba dengan beberapa cara pengobatan. Antara lain:
1.      Dengan merendam ikan dalam larutan kalium permanganat (PK) 1020 ppm selama 3060 menit,
2.      Merendam ikan dalam larutan nitrofuran 510 ppm selama 1224 jam, atau
3.      merendam ikan dalam larutan oksitetrasiklin 5 ppm selama 24 jam.[3]
2)      Penyakit noninfeksi
       Penyakit noninfeksi banyak diketemukan adalah keracunan dan kurang gizi. Keracunan disebabkan oleh banyak faktor seperti pada pemberian pakan yang berjamur dan berkuman atau karena pencemaran lingkungan perairan. Gejala keracunan dapat diidentifikasi dari tingkah laku ikan.
a) Ikan akan lemah, berenang megapmegap dipermukaan air. Pada kasus yang berbahaya, ikan berenang terbalik dan mati. Pada kasus kurang gizi, ikan tampak kurus dan kepala terlihat lebih besar, tidak seimbang dengan ukuran tubuh, kurang lincah dan berkembang tidak normal.
b) Kendala yang sering dihadapi adalah serangan parasit Ichthyoptirus multifilis (white spot) mengakibatkan banyak benih mati, terutama benih yang berumur 12 bulan.
c) Penyakit ini dapat membunuh ikan dalam waktu singkat.
d) Organisme ini menempel pada tubuh ikan secara bergerombol sampai ratusan jumlahnya sehingga akan terlihat seperti bintikbintik putih.
e) Tempat yang disukai adalah di bawah selaput lendir sekaligus merusak selaput lendir tersebut.



BAB III
METODE PENELITIAN
A.   Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan  di kolam bapak Baduwi tepatnya di Desa Paret Tiga Riak Siabun 1.
Waktu penelitian pada hari Minggu 14 -21 Oktober 2018 pukul 14.00 Wib.
B.   Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah Budidaya Ikan Patin di Desa Paret Tiga Riak Siabun 1.
C.   Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian dalam penelitian ini sebagai berikut :
1.       Melalui wawancara dengan pemilik kolam Budidaya Ikan Patin.
2.       Melakukan observasi melalui internet dan langsung kelapangan.
3.       Melakukan dokumentasi.
D.   Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah sebagai berikut :
1.      Datang  ketempat penelitian.
2.      Wawancara dengan pemilik  kolam Budidaya Ikan Patin
3.   Melihat pemilik kolam memberikan makan pada ikan patin.
4.   Melihat budidaya Ikan Patin.












HASIL PENELITIAN

    Penelitian yang dilakukan pada tanggal 14-21 Oktober 2018, pukul 14.00 Wib, di kolam bapak Baduwi yaitu “Budidaya Ikan Patin” tepatnya di Desa Paret Tiga Riak Siabun 1. Budidaya Ikan patin ataupun kolam ikan patin bapak baduwi  ini dirintis pada bulan Mei 2016 sampai dengan sekarang 2018. Pada awalnya bapak Baduwi membeli benih ikan patin dengan tetangga yang berumur 1 bulan sebanyak 600 ekor benih ikan, tidak semuanya hidup dan sekarang sudah mencapai 800 ekor. Selama masa pembudidayaan ikan patin ini terdapat ikan yang mati itu sebanyak 3 ekor. Ikan patin yang dibudidayakan oleh pak Baduwi adalah jenis Ikan patin lokal yang berbadan panjang untuk ukuran ikan tawar lokal, warna putih seperti perak, punggung berwarna kebirubiruan. Kepala ikan patin relatif kecil, mulut terletak di ujung kepala agak di sebelah bawah.
     Kolam ikan Bapak Baduwi berukuran 6x2m2, dalam setiap 1 m2 itu bisa menampung ikan sebanyak 100 ekor¸ jadi muatan atau penampung ikan di kolam bapak Baduwi mencapai 1200 ekor. Makanan yang diberikan oleh bapak baduwi pada ikan patinnya yaitu pur, untuk tambahannya berupa sawit, usus ayam itu semenjak umur dua bulan. Pak baduwi memberikan makanan pada ikan patinnya itu sebanyak 2kali sehari yaitu pada pagi hari dan sore hari. Jika panen maka pak baduwi menjualnya ke pasar dengan harga Rp 15.000/kg. Hasil Pemanenan ikan patin dilakukan dalam 4 bulan sekali. Dan pembersihan kolam dilakukan dalam seminggu sekali hanya untuk membuang sisa-sisa makanan saja tidak menguras kolamnya. Dan kolam ini pun tepatnya tidak jauh dari kediaman bapak baduwi, kolam ini terletak di samping rumah bapak baduwi.


BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
            Ikan patin merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan panjang berwarna putih perak dengan punggung berwarna kebirubiruan. Ikan patin dikenal sebagai komoditi yang berprospek cerah, karena memiliki harga jual yang tinggi. Ikan patin memiliki rasa yang lezat dan dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan seperti pindang, digoreng atau diolah menjadi hidangan lainnya. Hal inilah yang menyebabkan ikan patin mendapat perhatian dan diminati oleh para pengusaha untuk membudidayakannya. Patin juga mengandun gizi tinggi, selain rasanya yang enak, nilai protein daging patin juga tergolong tinggi, mencapai 69,6%. Kandungan gizi lainnya adalah lemak 5,8%, abu 3,5%, dan air 59,3%. Adapun bobot ikan setelah disiangi sebesar 79,7% dari bobot awalnya. Sedangkan filet yang diperoleh dari bobot ikan seberat 1-2 kg mencapai 61,7%.  Syarat Hidup dan Kebiasaan Hidup ikan patin antara lain: Kebutuhan suhu dan alkalinitas, Termasuk Hewan Nokturnal dan makanan alami. Terdapat jenis jenis patin antara lain: Patin Bangkok, Patin Jambal, dan Patin Super Harapan Pertiwi (Pasupati).
         Penyakit ikan patin ada yang disebabkan infeksi dan noninfeksi. Penyakit noninfeksi adalah penyakit yang timbul akibatadanya gangguan faktor yang bukan patogen. Penyakit noninfeksi ini tidak menular. Sedangkan penyakit akibat infeksi biasanya timbul karena gangguan organisme patogen.




DAFTAR PUSTAKA
Susanto, Heru. 1999. Budi Daya Ikan Patin. Jakarta:Penebar Swadaya.
            http://feradesliaahyar.wordpress.com/html akses 21 Oktober 2018,pukul 16.40.



[1] http://feradesliaahyar.wordpress.com/html akses 21 Oktober 2018,pukul 16.40.
2 Heru Susanto, Budi Daya Ikan Patin, (Jakarta:Penebar Swadaya, 1999), hal 14-16.

No comments:

Post a Comment