MAKALAH ETIKA PROFESI GURU “DASAR KODE ETIK GURU”
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Dasar Kode Etik Guru” tepat pada waktunya.
Sholawat serta salam tak lupa penulis ucapkan kepada Nabi besar Muhammad SAW
yang telah menghantarkan kita menuju jalan yang terang. Tak lupa kami ucapkan
terima kasih kepada Ibu dosen yang telah membimbing kami dalam membuat makalah
ini.
Penulis
membuat makalah ini dengan tujuan agar dapat memenuhi tugas kelompok dari Ibu
dosen berikan. Makalah ini terdapat beberapa sumber, seperti dari buku, ,
internet,dan lain-lain.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Untuk itu kami
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca. Dan juga penulis berharap semoga
makalah ini bermanfaat bagi penulis secara khusus dan pembaca.
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR
ISI..........................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.
Latar
belakang.............................................................................................1
2.
Rumusan
Masalah.......................................................................................1
3.
Tujuan.........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Dasar Terpenting
Kode Etik Guru............................................................3-5
B.
Upaya Guru
Mengembangkan Proses Pembelajaran Pada Siswa............5-6
C.
Kode Etik Guru
Indonesia........................................................................6-8
D.
Etika dan Etos
Kerja Baru......................................................................8-10
E.
Penetapan dan
Sanksi Pelanggaran Kode Etik Guru............................10-12
F.
Implementasi
Kode Etik Guru..............................................................12-13
BAB III PENUTUP
1.
Kesimpulan................................................................................................14
2.
Saran..........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Sebagai seorang muslim kita harus berakhlak kepada Rasulullah SAW, meskipun beliau sudah wafat dan
kita tidak berjumpa dengannya, namun keimanan kita kepadanya membuat kita harus
berakhlak baik kepadanya, sebagaimana keimanan kita kepada Allah, membuat kita
harus berakhlak baik kepada-Nya. Pada dasarnya Rasulullah SAW adalah manusia
yang tidak berbeda dengan manusia pada umumnya. Namun, terkait dengan status
“Rasul” yang disandangkan Allah atas dirinya, maka terdapat pula ketentuan
khusus dalam bersikap terhadap utusan yang tidak bisa disamakan dengan sikap
kita terhadap orang lain pada umumny.
B. Rumusan
Masalah
1. Mengapa kita wajib mencintai dan taat kepada ajaran Rasulullah Saw?
2. Bagaimana cara berakhlak kepada Rasulullah Saw ?
3. Bagaimana contoh kasus nyata implementasi akhlak terhadap Rasulullah
C. Tujuan
Penulisan Makalah
1. Agar kita tahu alasan mengapa kita wajib mencintai
dan taat kepada ajaran yang dibawakan Rasulullah Saw.
2. Paham dan dapat mengimplementasikan cara berakhlak
kepada Rasulullah sebagai wujud rasa cinta dan ketaatan
kita terhadap Rasulullah.
3. Mengetahui beberapa contoh kasus nyata implementasi
akhlak terhadap Rasulullah sehingga kita dapat mengambil pelajarannya.
.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Akhlak Kepada Rasulullah
Allah berfirman :
نَ رَءُ وْفٌ رَّحِيْمٌ لْمُؤْمِنِيْ لَقَدْ جَاءَ كُمْ
رَسُولٌ مِّنْ أُنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَاعَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِاُ
“Sungguh,
telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat rasa olehnya
penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan
keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang
beriman.” (Q.S. at-taubah : 128).
Iman kepada para nabi merupakan salah satu butir dalam rukun iman. Sebagai
umat islam, tentu kita wajib beriman kepada Rasulullah saw. beserta risalah
yang dibawanya. Untuk memupuk keimanan ini, kita perlu mengetahui dan
mempelajari sejarah hidup beliau, sehingga dari situ kita dapat memetik banyak
pelajaran dan hikmah.
Rasulullah adalah penutup para nabi dan rasul, serta utusan Allah kepada
seluruh umat manusia. Beliau adalah hamba yang tidak boleh disembah, dan rasul
yang tidak boleh didustakan. Beliau adalah sebaik-baik makhluk, makhluk paling
mulia dihadapan Allah, derajatnya paling tinggi, dan kedudukannya paling dekat
oleh Allah.[1]
Beliau diutus kepada manusia dan jin dengan membawa kebenaran dan petunjuk,
yang diutus oleh Allah sebagi rahmat bagi alam semesta.
Sebagaimana
firman Allah :
سَلْنَكَ
أِلاَّ رَحْمَةً لِّلْعَلَمِيْنَ وَمَآ أَرْ
“Dan kami
tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmad bagi seluruh
alam” (Q.S. Al-Anbiyaa’ : 107).[2]
Allah menurunkan kitab-Nya kepadanya mengamanahkan kepadanya atas
agama-Nya, dan menugaskannya untuk menyampaikan risalah-Nya. Allah telah
melindunginya dari kesalahan dalam menyampaikan risalah itu. Allah ta’ala
mendukung nabi-Nya dengan mukzizat-mukzizat yang nyata dan ayat-ayat yang
jelas, memperbanyak makan untuk beliau, memperbanyak air. Dan beliau
mengabarkan sebagian perkara ghaib.
B. Kewajiban Mencintai Rasulullah
Mencintai Rasulullah adalah wajib dan termasuk bagian dari iman, semua
orang islam mengimani bahwa Rasulullah adalah hamba Allah dan utusan-Nya. Makna
mengimani ajaran Rasulullah Saw adalah menjalankan ajarannya, menaati
perintahnya dan berhukum dengan ketetapannya.
Ahlus sunah mencintai Rasulullah Saw dan mengagungkannya sebagaimana para
sahabat beliau mencintai beliau lebih dari mecintai mereka kepada diri mereka
sendiri dan keluarga mereka, sebagaimana sabda Rasulullah :
لايؤمن أحدكم حتّى اكون أحبّ اليه من نفسه ووالِده
وولَده والنّاس أجمعين.
Artinya: Tidak
beriman salah seorang diantaramu, sehingga aku lebih dicintai olehnya daripada
dirinya sendiri, orang tuanya, anaknya dan manusia semuanya.(H.R. Bukhari
Muslim).
Allah swt
berfirman:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللهَ فَاتَّبِعُوْنِى
يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَاللهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Katakanlah
(Muhammad): “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang (QS 3:31).[3]
C. Taat
Kita wajib menaati nabi Muhammad Saw dengan menjalankan apa yang
diperintahkannya dan meninggalkan apa yang dilarangnya. Hal ini merupakan
konsekuensi dari syahadat (kesaksian) bahwa beliau adalah rasul (utusan Allah).
Dalam banyak ayat al-Qur’an, Allah memerintahkan kita untuk menaati nabi
Muhammad Saw. diantaranya ada yang diiringi dengan perintah taat kepada Allah
sebagaimana firman-Nya :
يَـأيُّهَا اْلَذِيْنَ ءَامَنُواْ أَطِيْعُواْ اللَّهُ
وَأَطِيْعُواْ الرَّسُولُ…
“Wahai
orang-orang yang beriman ‘taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad)’…..” (Q.S.
Annisa : 59).
Allah SWT menyeru hamba-hamba-Nya yang beriman dengan seruan “Hai
orang-orang yg beriman” sebagai suatu pemuliaan bagi mereka karena merekalah yg
siap menerima perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Dengan seruan iman
merekapun menjadi semakin siap menyambut tiap seruan Allah SWT. Kewajiban taat
kepada Allah dan kepada Rasul-Nya adalah dengan melaksanakan perintah-perintah
-Nya serta larangan-larangan -Nya.[4]
Jika seseorang benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir ia akan taat
kepada Allah dan Rasul-Nya karena ia mengimani benar bahwa Allah SWT
sesungguhnya Maha Mengetahui segala sesuatu baik yang nampak maupun yang
tersembunyi
Terkadang pula Allah mengancam orang yang mendurhakai Rasulullah,
sebagaimana firman-Nya :
…فَلْيَحْذَرِالَّذِيْنَ يُخَالِفُوْنَ عَنْ أَمْرِهِ،أَنْ
تُصِيْبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْيُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيْمٌ
“… Maka
hendaklah orang yang menyalahi perintah Rasul-Nya takut akan mendapat cobaan
atau ditimpa azab yang pedih.” (Q.S. An-Nur : 63).[5]
Artinya hendaknya mereka takut jika hatinya ditimpa fitnah kekufuran,
nifaq, bid’ah, atau siksa pedih didunia. Allah telah menjadikan ketaatan dan
mengikuti Rasulullah sebagai sebab hamba mendapatkan kecintaan Allah dan
ampunan atas dosa-dosanya, sebagai petunjuk dan mendurhakainya sebagai suatu
kesesatan.
Kunci kemuliaan seorang mukmin terletak pada ketaatannya kepada Allah dan
rasul-Nya, karena itu para sahabat ingin menjaga citra kemuliaannya dengan
mencontohkan kepada kita ketaatan yang luar biasa kepada apa yang ditentukan
Allah dan Rasul-Nya. Ketaatan kepada Rasul sama kedudukannya dengan taat kepada
Allah, karena itu bila manusia tidak mau taat kepada Allah dan Rasul- Nya, maka
Rasulullah tidak akan pernah memberikan jaminan pemeliharaan dari azab dan
siksa Allah swt, di dalam Al-Qur’an, Allah swt berfirman:
مَنْ يُّطِعِ الرَّسُوْلَ فَقَدْ أَطَاعَ اللهَ وَمَنْ
تَوَلَّى فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيْظًا
“Barang siapavyang mentaati
Rasul, sesungguhnya ia mentaati Allah. Dan barang siapa yang berpaling,
maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadipemelihara bagi mereka (QS
4:80).
Manakala seorang muslim telah mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka ia akan
memperoleh kenikmatan sebagaimana yang telah diberikan kepada para Nabi, orang
yang jujur, orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh, bahkan mereka adalah
sebaik-baik teman yang harus kita miliki.
Oleh karena itu, ketaatan kepada Rasulullah saw juga menjadi salah satu
kunci untuk bisa masuk ke dalam surga. Adapun orang yang tidak mau mengikuti
Rasul dengan apa yang dibawanya, yakni ajaran Islam dianggap sebagai orang yang
tidak beriman.[6]
D. Menghidupkan Sunnah
Bagi seorang muslim, mengikuti sunah atau tidak bukan merupakan suatu
pilihan, tetapi kewajiban. Sebab, mengenalkan ajaran Islam sesuai denagn
ketentuan Allah dan Rasul-Nya adalah kewajiban yang harus diaati. Mengenai
kewajiban mengikuti Nabi dan menaati sunnahnya serta mengikuti petunjuknya,
Allah berfirman :
وَمَا نَهَكُمْ
عَنْهُ فَاْنَتَهثوْاْ،وَاتَّقُواْ اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيْدُ العِقَابِ
وَمَآءَائَـىكُمُ الرَّسُلُ فَخُذُوهُ …
“… Apa yang
diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dan apa yang dilarangnya bagimu maka
tinggalkanlah. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sungguh, Allah sangat keras
hukum-Nya.” (Q.S. al-Hasyr : 7).[7]
Secara umum bid’ah adaah sesat karena berada diluar perintah Allah Swt dan
Rasul-Nya, akan tetapi banyak hal yang membuktikan, bahwa Nabi membenarkan
banyak persoalan yang sebelumnya belum pernah beliau lakukan. Kemudian dapat
disimpulkan bahwa semua bentuk amalan, baik itu dijalankan atau tidak pada masa
Rasulullah, selama tiak melanggar syari’at dan mempunyai tujuan , niat
mendekatkan diri kepada Allah dan mendapatkan ridho-Nya, serta untuk mengingat
Allah serta Rasul-Nya adalah sebagian dari agama dan itu dperbolehkan dan
diterima.
Sebagaimana nabi bersabda :
“Sesungguhnya
segala perbuatan tergantung pada niat dan setaiap manusia akan mendapat sekedar
paa yang diniatkan, siapa yang hijrahnya (tujuannya) itu adalah karena Alah dan
Rasul-Nya, hijrahnya (tujuan) itu adalah berhasil.” (H.R. Bukhari)7
Banyak sekali orang yang memfonis bid’ah dengan berdalil pada sabda
Rasulullah :
“setiap yang
diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat”.
Juga hadis
Rasulullah :
“barang
siapa yang didalam agama kami mengadakan sesuatu yang tidak dari agama ia
ditolak”.
Mereka tidak memperhatikan terlebih dahulu apakah yang baru diakukan itu
membawa kebaikan dan yang dikehendaki oleh agama atau tidak. Jika ilmu agama
sedangkal itu orang tidak perlu bersusah payah memperoleh kebaikan.
Ditambah lagi tuduhan golongan orang ingkar mengenai suatu amalan adalah
kata-kata sebagai berikut : Rasulullah tidak pernah memerintah dan
mencontohkannya. Begitu pula para sahabat tidak ada satupun diatara mereka yang
mengerjakannya. Dan jikalau perbuatan itu baik kenapa tidak dilakukan oleh
Rasulullah, jika mereka tidak melakukan kenapa harus kita yang melakukannya.
Bahkan dengan hal itu mereka menyebutkan bahwa hal baru seperti tahlilan atau
berzikir bersama adalah bid’ah, dan itu adalah sesat.
Dimana harus
kita fahami macam-macam sunnah, antara lain adalah :
a. Sunnah Qauliyyah : sunnah dimana
Rasulullah saw sendiri menganjurkan atau menyarankan suatu amalan, tapi tidak
ditemukan bahwa rasulullah tidak pernah mengerjakannya secara langsung. Jadi
sunnah ini adalah sunnah Rasulullah yang dalilnya sampai kepada kita bukan
dengan cara dicontohkan, melainkan hanya diucapkan saja oleh beliau. Contohnya
adalah hadis Rasulullah yang menganjurkan orang untuk belajar berenang, tetapi
kita belum pernah mendengar Rasulullah atau para sahabat belajar berenang.
b. Sunnah Fi’liyah : Sunah yang ada
dalilnya dan pernah dilakukan langsung oleh Rasulullah. Misalkan sunnah puasa
senin kamis, makan dengan tangan kanan, dan lain-lain.
c. Sunnah Taqriyyah : Sunah dimana
Rasulullah tidak pernah melakukan secara langsung dan tidak pula pernah
memerintahkannya. Melainkan hanya mendiamkannya saja. Contohnya adalah beberapa
amalan para sahabat yang saat dilakukan Rasulullah mendiamkannya saja.
Begitu juga dengan amalan ibadah yang belum pernah dilakukan nabi dan para
sahabat juga tidak pernah disampaikan dan tidak pula didiamkan oleh beliau,
yaitu yang dilakukan oleh para ulama. Misalkan mengadakan majlis maulidin Nabi
Saw dan yasinan. Tidak lain para ulama yang melakukan ini adalah mengambil
dalil-dalil dari kitabullah yang menganjurkan agar manusia selalu berbuat
kebaikan atau dalil tentang pahala bacaan dan amal ibadah. Dan berbuat kebaikan
ini banyak caranya asalkan tidak bertentangan dengan Islam.
Mari kita
rujuk ayat al-qur’an berikut :
وَمَآءَائَـىكُمُ الرَّسُلُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَكُمْ
عَنْهُ فَاْنَتَهثوْاْ،وَاتَّقُواْ اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيْدُ العِقَابِ …
“… Apa yang
diberikan Rasul kepadamu maka terimalah.dan apa yang dilarangnya bagimu maka
tinggalkanlah. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sungguh, Allah sangat keras hukum-Nya.”
(Q.S. al-Hasyr : 7).[8]
Dalam ayat ini jelas bahwa perintah untuk tidak melakukan segala sesuatu
jika telah tegas dan jelas larangannya.
Dan dalam
hadis Rasulullah yang diriwayatkan oleh bukhari :
“Jika aku
menyuruhmu melakukan sesuatu, maka lakukanlah semampumu dan jika aku melarangmu
melakukan sesuatu, maka jauhilah.”.
Maka para ulama mengambil kesimpulan bahwa bid’ah yang dianggap sesat
adalah menghalalkan sebagian dari agama yang tidak diizinkan oleh Allah. Serta
bertentangan dengan yang telah disyari’atkan oleh Islam. Contoh bid’ah sesat
yang mudah adalah sengaja shalat tidak menhadap kiblat, mengerjakan shalat
dengan satu sujud, atau yang lebih banyak terjadi adalah bagi masyarakat
keraton yaitu mendo’akan orang yang telah meninggal dengan sesaji serta memohon
kepada Allah dan berdzikir menggunakan sesaji. Itulah yang dianggap sesat karna
sesaji tidak ada dalam Islam dan itu menyimpang dari syari’at Islam.[9]
Dengan demikian, menghidupkan sunnah Rasul menjadi sesuatu yang amat
penting sehingga begitu ditekankan oleh Rasulullah Saw.
Contoh-contoh sunnah Rasulullah adalah :
a. Istighfar setiap waktu
b. Menjaga wudhu
c. Bersedekah
d. Shalat dhuha
e. Puasa Muharram dan shalat tahajud
:
Dari Abu Hurairah r.a. dia berkata : “ Rasulullah Saw bersabda :
أَفْضَلُ
الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ المُحَرَّمُ وَأَضَلُ الصَّلاَ ةِ
بَعْدَالفَرِيْضَة صَلاَةُ اللَّيْلِ
“Seutama-utama
puasa sesudah Ramadhan adalah puasa dibulan Muharram dan seutama-utama shalat
sesudah shalat fardu ialah shalat malam.” ( H.R. Muslim no.1163).
E. Membaca Shalawat Dan Salam
Diantara hak Nabi Saw yang disyariatkan Allah atas umatnya adalah agar
mereka mengucapkan shalawat dan salam untuk beliau. Allah Swt dan para
malaikat-Nya telah bershalawat kepada beliau dan Allah memerintahkan kepada
para hamba-Nya agar mengucapkan shalawat dan taslim kepada beliau.
Allah berfirman :
إِنَّ اللَّهَ وَمَلئِكَتَهُ, يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ, يـآيُّهاَ
الَّذِيْنَ ءَامَنُواْصَلُّواْعَلَيْهِ وَسَلِّمُواْتَسْلِيْمًا
“Sesungguhnya
Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi Saw. ‘Wahai orang-orang yang
beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh
penghormatan kepadanya.’” (Q.S. Al-Ahzab : 56).
Al-Mubarrad berpendapat bahwa akar kata bershalawat berarti memohonkan
rahmat dengan demikian shalawat berarti rahmad dari Allah sedang shalawat
malaikat berarti pengagungan dan permohonan rahmad Allah untuknya.
Jika bershalawat kepada Nabi Muhammad Saw hendaklah seseorang menghimpunnya
dengan salam untuk beliau. Karena itu, hendaklah tidak membatasi dengan salah
satunya saja. Misalnya dengan mengucapkan “Shallallaahu ‘alaih(semoga
shalawat dilimpahkan untuknya).” Atau hanya mengucapkan ‘alaihissalam(semoga
dilimpahkan untuknya keselamatan)”. Jadi digabung : “washshalaatu
wassalaamu ‘ala Rasulillah, atau Allahumma shalli wa sallim ‘ala Nabiyyina
Muhammad, atau shallallahu ‘alaihi wa sallam.”. hal itu karena Allah
memerintahkan untuk mengucapkan keduanya.
Mengucapkan shalawat untuk Nabi Saw, diperintakan oleh syari’at pada
waktu-waktu yang dipentingkan, baik yang hukumnya wajib dan sunnah muakaddah.
Diantara waktu itu adalah ketika shalat diakhir tassyahud, diakhir qunud, saat
khutbah seperti khutbah jum’at dan khutbah hari raya, setelah menjawab
mu’adzin, ketika berdo’a, ketika masuk dan keluar masjid, juga ketika menyebut nama
beliau.
Rasulullah Saw telah mengajarkan kepada kaum muslimin tentang tata cara
mengucapkan shalawat. Rasulullah menyarankan agar memperbanyak shalawat
kepadanya pada hari jum’at, sebangaimana sabdanya :
أَكْثِيْرُ الصَّلاَةَ عَلَيَّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ،
فَمَنْ صَلّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهِ عَشْرًا
“Perbanyaklah
kalian membaca shalawat untukku pada hari dan malam jum’at, barang siapa yang
bershalawat untukku sekali, niscaya Allah bershalawat untuknya 10 kali”.[10]
Kemudian ibnul qayyim menyebutkan beberapa manfaat dari membaca shalawat
kepada Nabi, diantaranya adalah :
a. Shalawat merupakan bentuk ketaatan kepada
perintah Allah.
b. Mendapatkan 10 kali shalawat dari Allah bai
yang bershalawat sekali untuk beliau.
c. Diharapkan dikabulkannya do’a apabila
didahului dengan shalawat.
d. Shalawat merupakan sebab mendapatkan syafaat dari Nabi, diiringi
permohonan kepada Allah agar memberikan wasilah (kedudukan yang tinggi) kepada
beliau pada hari kiamat.
e. Sebab
diampuninya dosa-dosa.
f. Shalawat adalah sebab sehingga
nabi menjawab orang yang mengucapkan shalawt dan salam kepadanya.
F. Mencintai Keluarga Nabi
Mengikuti kerabat rasulullah Saw yang mulia dan berlepas diri dari musuh
mereka, adalah masalah penting yang telah diwajibkan oleh islam dan telah
dianggapnya sebagai bagian dari cabang agama. Rasulullah menggambarkan ahlil
baitnya sebagai suatu benda yang berat dan berharga, sebanding dengan al-qur’an
dan benda berharga lainnya.
Rasulullah SAW bersabda, “Wahai manusia sesungguhnya aku tinggalkan dua
perkara yang besar untuk kalian, yang pertama adalah Kitabullah(Al-Quran) dan
yang kedua adalah Ithrati(Keturunan) Ahlul baitku. Barang siapa yang berpegang
teguh kepada keduanya, maka tidak akan tersesat selamanya hingga bertemu
denganku ditelaga al-Haudh.” (HR. Muslim dalam Kitabnya Sahih juz.2, Tirmidzi).[11]
Nabi Saw bersabda :
“Dan
sesungguhnya ulama adalah pewaris Nabi. Sesungguhnya Nabi
tidakmewariskan uang dinar atau dirham, sesungguhnya Nabi hanya
mewariskan ilmu kepada mereka, maka barangsiapa yang telah
mendapatkannya, berarti telahmengambil bagian yang besar”.
(HR. Abu daud dan Tirmidzi).
Karena ulama disebut sebagai pewaris Nabi, maka orang yang disebut ulama
seharusnya tidak hanya memahami tentang beluk beluk agama Islam, tapi juga
memiliki sikap dan kepribadian sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi dan
ulama seperti inilah yang harus kita hormati. Adapun orang yang dianggap ulama
karena pengetahuan agamanya yang luas, tapi tidak mencerminkan pribadi Nabi,
maka orang seperti itu bukanlah ulama yang sesungguhnya dan berarti tidak ada
kewajiban bagi kita untuk menghormatinya.
Rasulullah menyebut keluarga sucinya sebagai jalan kebebasan, pintu
keselamatan, dan cahaya petunjuk. Rasulullah juga mewajibkan kita untuk
mencintai dan menaati mereka.
Dari abi dzarr ia berkata,‘saya mendengar Rasulullah Saw bersabda’:“Jadikanlah
ahlul baitku bagimu tidak ubahnya seperti kepala bagi tubuh dan tidak ubahnya
dua mata bagi kepala. Karena sesungguhnya tubuh tidak akan memperoleh petunjuk
kecuali dengan kepala, dan begitu juga kepala tidak akan memperoleh petunjuk
kecuali dengan kedua mata.”.
Kecintaan kepada kerabat Rasulullah Saw yang di istilahkan sebagai ahlul
bait manfaatnya kembali kepada orang yang melakukannya. Rasulullah mengatakan
bahwa kecintaan ini merupakan upah dari Allah Swt atas risalah yang
disampaikannya. Sebagaimana firman Allah, “katakanlah, Aku tidak meminta
kepadamu sesuatu upah apapun atas seruanku, kecintaan kepada keluargaku” (Q.S.
Asy-syura : 23).[12]
Kecintaan yang disebutkan disini bukanlah kecintaan biasa, melainkan
kecintaan yang mendorong manusia kepada maqam kedekatan ilahi, dan mampu
memasuki pintu kebahagiaan abadi.
G. Berziarah Ke Makam Rasulullah
Berkunjung kemakam Rasulullah merupakan amalan sunnah, yakni amalan yang
sangat mulia dan sangat dianjurkan. Ibn Umar mengatakan bahwa Nabi Muhammad
bersabda yang arinya : “Barang siapa berziarah kemakamku, maka ia
dijamin akan mendapat syafaatku.”.
Saat melaksanakan haji merupakan kesempatan emas bagi umat Islam untuk
melaksanakan ibadah sebanyak-banyaknya. Beribadah di Haramain (Makkah dan
Madinah) mempunyai keutaman yang lebih dari tempat-tempat lainnya. Maka para
jamaah haji menyempatkan diri berziarah ke makah Rasulullah SAW.Berziarah ke
makam Rasulullah SAW adalah sunnah hukumnya.[13]
Dari Ibn ‘Umar RA. Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Siapa
yang melaksanakan ibadah haji, lalu berziarah ke makamku setelah aku meninggal
dunia, maka ia seperti orang yang berziarah kepadaku ketika aku masih hidup.” (HR
Darul Quthni).
Atas dasar ini, pengarang kitab I’anatut Thalibin menyatakan: ”Berziarah
ke makam Nabi Muhammad merupakan salah satu qurbah (ibadah) yang paling mulia,
karena itu, sudah selayaknya untuk diperhatikan oleh seluruh umat Islam”.
Dan hendaklah waspada, jangan sampai tidak berziarah padahal dia telah
diberi kemampuan oleh Allah SWT, lebih-Iebih bagi mereka yang telah
melaksanakan ibadah haji. Karena hak Nabi Muhammad SAW yang harus diberikan
oleh umatnya sangat besar.
Bahkan jika salah seorang di antara mereka datang dengan kepala dijadikan
kaki dari ujung bumi yang terjauh hanya untuk berziarah ke Rasullullah SAW maka
itu tidak akan cukup untuk memenuhi hak yang harus diterima oleh Nabi SAW dari
umatnya.
Mudah-mudahan Allah SWT membalas kebaikan Rasullullah SAW kepada kaum
muslimin dengan sebaik-baik balasan.[14]
Lalu, bagaimana dengan kekhawatiran Rasulullah SAW yang melarang umat Islam
menjadikan makam beliau sebagai tempat berpesta, atau sebagai berhala yang
disembah.. Yakni dalam hadits Rasulullah SAW:
“Dari Abu Hurairah
RA. Ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah kamu jadikan kuburanku
sebagai tempat perayaan, dan janganlah kamu jadikan rumahmu sebagai kuburan.
Maka bacalah shalawat kepadaku. Karena shalawat yang kamu baca akan sampai
kepadaku di mana saja kamu berada.” (Musnad Ahmad bin Hanbal:
8449).
Maka, berziarah ke makam Rasulullah SAW tidak bertentangan dengan ajaran
Islam. Bahkan sangat dianjurkan karena akan mengingatkan kita akan jasa dan
perjuangan Nabi Muhammad SAW, sekaligus menjadi salah satu bukti mengguratnya
kecintaan kita kepada beliau.
H. Contoh Kasus Nyata
Implementasi Akhlak Terhadap Rasulullah
Seiring berkembangya di dunia hiburan terutama dibidang musik, banyak
bermunculan entertainer-entertainer baru yang turut meramaikan dunia permusikan
di Indonesia. Namun ada beberapa orang yang sudah lama bergelut di dunia
hiburan, justru meninggalkan hingar bingar gemerlapnya dunia untuk lebih serius
mengabdi kepada Allah dan taat kepada Rasulnya.
Di dunia hiburan, yang notabene kehidupan orang-orang di dalamnya
menghambur-hamburkan uang, gaya hidup yang hedonis. Lain halnya yang dilakukan
oleh Sakti, personel/gitaris dari band Sheila On Seven. Dia meninggalkan
bandnya untuk lebih serius menjadi muslim yang sebenarnya. Namun dia tidak
serta merta meninggalkan dunia musik yang digemarinya. Hanya saja dia lebih
sering membawakan lagu-lagu religi. Sama halnya dengan Teguh personel/vokalis
Vagetoz dan masih banyak lagi orang-orang yang lebih memprioritaskan
kepentingan akhiratnya kelak.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kita wajib mencintai dan mentaati apa yang diajarkan
Rasulullah sebagai wujud kecintaan dan pengabdian kita sebagai hamba Allah Swt.
Apabila kita benar-benar mencintai Allah sudah semestinya kita juga mencintai Rasulullah,
karena beliau merupakan kekasih beserta utusan Allah untuk dijadikan uswatun
khasanah bagi setiap ummatnya. Bentuk kita mencintai dan mentaati Rasulullah
dengan cara, mengikuti dan mengerjakan hal-hal yang diajarkan Rasulllah,
menghidupkan sunnah-sunnahnya, membaca shalawat serta salam yang ditujukan
kepada beliau, mencintai keluarga dan sahabat-sahabat Nabi, serta berziarah ke
makam Rasulullah.
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini maupun dalam penyajiannya
kami selaku manusia biasa menyadari adanya beberapa kesalahan. Oleh karena itu
kami mengharapkan kritik maupun saran bagi kami yang bersifat membantu agar
kami tidak melakukan kesalahan yang sama dalam penyusunan makalah yang
selanjutnya dan semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.
[12] Moh.Mansyur. Akidah Akhlak II. Jakarta:
Penerbit Ditjen Binbaga Islam, 1997.
[13]
A.Mustofa. Akhlak
Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia, 1997.
No comments:
Post a Comment