1

loading...

Wednesday, October 31, 2018

MAKALAH ETIKA PROFESI GURU “DASAR KODE ETIK GURU”

MAKALAH ETIKA PROFESI GURU “DASAR KODE ETIK GURU”
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Dasar Kode Etik Guru” tepat pada waktunya. Sholawat serta salam tak lupa penulis ucapkan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah menghantarkan kita menuju jalan yang terang. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu dosen yang telah membimbing kami dalam membuat makalah ini.
Penulis membuat makalah ini dengan tujuan agar dapat memenuhi tugas kelompok dari Ibu dosen berikan. Makalah ini terdapat beberapa sumber, seperti dari buku, , internet,dan lain-lain.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca. Dan juga penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis secara khusus dan pembaca.



Penulis



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.      Latar belakang.............................................................................................1
2.      Rumusan Masalah.......................................................................................1
3.      Tujuan.........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Dasar Terpenting Kode Etik Guru............................................................3-5
B.     Upaya Guru Mengembangkan Proses Pembelajaran Pada Siswa............5-6
C.     Kode Etik Guru Indonesia........................................................................6-8
D.    Etika dan Etos Kerja Baru......................................................................8-10
E.     Penetapan dan Sanksi Pelanggaran Kode Etik Guru............................10-12
F.      Implementasi Kode Etik Guru..............................................................12-13
BAB III PENUTUP
1.      Kesimpulan................................................................................................14
2.      Saran..........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA








BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Sebagai seorang muslim kita harus berakhlak kepada Rasulullah SAW, meskipun beliau sudah wafat dan kita tidak berjumpa dengannya, namun keimanan kita kepadanya membuat kita harus berakhlak baik kepadanya, sebagaimana keimanan kita kepada Allah, membuat kita harus berakhlak baik kepada-Nya. Pada dasarnya Rasulullah SAW adalah manusia yang tidak berbeda dengan manusia pada umumnya. Namun, terkait dengan status “Rasul” yang disandangkan Allah atas dirinya, maka terdapat pula ketentuan khusus dalam bersikap terhadap utusan yang tidak bisa disamakan dengan sikap kita terhadap orang lain pada umumny.

B.      Rumusan Masalah
1. Mengapa kita wajib mencintai dan taat kepada ajaran Rasulullah Saw?
2. Bagaimana cara berakhlak kepada Rasulullah Saw ?
3. Bagaimana contoh kasus nyata implementasi akhlak terhadap Rasulullah

C.      Tujuan Penulisan Makalah
1. Agar kita tahu alasan mengapa kita wajib mencintai dan taat kepada ajaran yang dibawakan Rasulullah Saw.
2. Paham dan dapat mengimplementasikan cara berakhlak kepada Rasulullah sebagai wujud rasa cinta dan ketaatan kita  terhadap Rasulullah.
3. Mengetahui beberapa contoh kasus nyata implementasi akhlak terhadap Rasulullah sehingga kita dapat mengambil pelajarannya.
.




BAB II
PEMBAHASAN

A.      Akhlak Kepada Rasulullah
Allah berfirman :
نَ رَءُ وْفٌ رَّحِيْمٌ لْمُؤْمِنِيْ لَقَدْ جَاءَ كُمْ رَسُولٌ مِّنْ أُنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَاعَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِاُ
“Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat rasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman.” (Q.S. at-taubah : 128).
Iman kepada para nabi merupakan salah satu butir dalam rukun iman. Sebagai umat islam, tentu kita wajib beriman kepada Rasulullah saw. beserta risalah yang dibawanya. Untuk memupuk keimanan ini, kita perlu mengetahui dan mempelajari sejarah hidup beliau, sehingga dari situ kita dapat memetik banyak pelajaran dan hikmah.
Rasulullah adalah penutup para nabi dan rasul, serta utusan Allah kepada seluruh umat manusia. Beliau adalah hamba yang tidak boleh disembah, dan rasul yang tidak boleh didustakan. Beliau adalah sebaik-baik makhluk, makhluk paling mulia dihadapan Allah, derajatnya paling tinggi, dan kedudukannya paling dekat oleh Allah.[1]
Beliau diutus kepada manusia dan jin dengan membawa kebenaran dan petunjuk, yang diutus oleh Allah sebagi rahmat bagi alam semesta.
Sebagaimana firman Allah :
سَلْنَكَ أِلاَّ رَحْمَةً لِّلْعَلَمِيْنَ وَمَآ أَرْ
“Dan kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmad bagi seluruh alam” (Q.S. Al-Anbiyaa’ : 107).[2]
Allah menurunkan kitab-Nya kepadanya mengamanahkan kepadanya atas agama-Nya, dan menugaskannya untuk menyampaikan risalah-Nya. Allah telah melindunginya dari kesalahan dalam menyampaikan risalah itu. Allah ta’ala mendukung nabi-Nya dengan mukzizat-mukzizat yang nyata dan ayat-ayat yang jelas, memperbanyak makan untuk beliau, memperbanyak air. Dan beliau mengabarkan sebagian perkara ghaib.

B.      Kewajiban Mencintai Rasulullah
Mencintai Rasulullah adalah wajib dan termasuk bagian dari iman, semua orang islam mengimani bahwa Rasulullah adalah hamba Allah dan utusan-Nya. Makna mengimani ajaran Rasulullah Saw adalah menjalankan ajarannya, menaati perintahnya dan berhukum dengan ketetapannya.
Ahlus sunah mencintai Rasulullah Saw dan mengagungkannya sebagaimana para sahabat beliau mencintai beliau lebih dari mecintai mereka kepada diri mereka sendiri dan keluarga mereka, sebagaimana sabda Rasulullah :
لايؤمن أحدكم حتّى اكون أحبّ اليه من نفسه ووالِده وولَده والنّاس أجمعين.
Artinya: Tidak beriman salah seorang diantaramu, sehingga aku lebih dicintai olehnya daripada dirinya sendiri, orang tuanya, anaknya dan manusia semuanya.(H.R. Bukhari Muslim).
Allah swt berfirman:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللهَ فَاتَّبِعُوْنِى يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَاللهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Katakanlah (Muhammad): “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS 3:31).[3]

C.      Taat
Kita wajib menaati nabi Muhammad Saw dengan menjalankan apa yang diperintahkannya dan meninggalkan apa yang dilarangnya. Hal ini merupakan konsekuensi dari syahadat (kesaksian) bahwa beliau adalah rasul (utusan Allah). Dalam banyak ayat al-Qur’an, Allah memerintahkan kita untuk menaati nabi Muhammad Saw. diantaranya ada yang diiringi dengan perintah taat kepada Allah sebagaimana firman-Nya :
يَـأيُّهَا اْلَذِيْنَ ءَامَنُواْ أَطِيْعُواْ اللَّهُ وَأَطِيْعُواْ الرَّسُولُ
“Wahai orang-orang yang beriman ‘taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad)’…..” (Q.S. Annisa : 59).
Allah SWT menyeru hamba-hamba-Nya yang beriman dengan seruan “Hai orang-orang yg beriman” sebagai suatu pemuliaan bagi mereka karena merekalah yg siap menerima perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Dengan seruan iman merekapun menjadi semakin siap menyambut tiap seruan Allah SWT. Kewajiban taat kepada Allah dan kepada Rasul-Nya adalah dengan melaksanakan perintah-perintah -Nya serta larangan-larangan -Nya.[4]
Jika seseorang benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir ia akan taat kepada Allah dan Rasul-Nya karena ia mengimani benar bahwa Allah SWT sesungguhnya Maha Mengetahui segala sesuatu baik yang nampak maupun yang tersembunyi
Terkadang pula Allah mengancam orang yang mendurhakai Rasulullah, sebagaimana firman-Nya :
فَلْيَحْذَرِالَّذِيْنَ يُخَالِفُوْنَ عَنْ أَمْرِهِ،أَنْ تُصِيْبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْيُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيْمٌ
“… Maka hendaklah orang yang menyalahi perintah Rasul-Nya takut akan mendapat cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (Q.S. An-Nur : 63).[5]
Artinya hendaknya mereka takut jika hatinya ditimpa fitnah kekufuran, nifaq, bid’ah, atau siksa pedih didunia. Allah telah menjadikan ketaatan dan mengikuti Rasulullah sebagai sebab hamba mendapatkan kecintaan Allah dan ampunan atas dosa-dosanya, sebagai petunjuk dan mendurhakainya sebagai suatu kesesatan.
Kunci kemuliaan seorang mukmin terletak pada ketaatannya kepada Allah dan rasul-Nya, karena itu para sahabat ingin menjaga citra kemuliaannya dengan mencontohkan kepada kita ketaatan yang luar biasa kepada apa yang ditentukan Allah dan Rasul-Nya. Ketaatan kepada Rasul sama kedudukannya dengan taat kepada Allah, karena itu bila manusia tidak mau taat kepada Allah dan Rasul- Nya, maka Rasulullah tidak akan pernah memberikan jaminan pemeliharaan dari azab dan siksa Allah swt, di dalam Al-Qur’an, Allah swt berfirman:
مَنْ يُّطِعِ الرَّسُوْلَ فَقَدْ أَطَاعَ اللهَ وَمَنْ تَوَلَّى فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيْظًا
“Barang siapavyang mentaati Rasul, sesungguhnya ia mentaati Allah. Dan barang siapa yang berpaling, maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadipemelihara bagi mereka (QS 4:80).
Manakala seorang muslim telah mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka ia akan memperoleh kenikmatan sebagaimana yang telah diberikan kepada para Nabi, orang yang jujur, orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh, bahkan mereka adalah sebaik-baik teman yang harus kita miliki.
Oleh karena itu, ketaatan kepada Rasulullah saw juga menjadi salah satu kunci untuk bisa masuk ke dalam surga. Adapun orang yang tidak mau mengikuti Rasul dengan apa yang dibawanya, yakni ajaran Islam dianggap sebagai orang yang tidak beriman.[6]

D.      Menghidupkan Sunnah
Bagi seorang muslim, mengikuti sunah atau tidak bukan merupakan suatu pilihan, tetapi kewajiban. Sebab, mengenalkan ajaran Islam sesuai denagn ketentuan Allah dan Rasul-Nya adalah kewajiban yang harus diaati. Mengenai kewajiban mengikuti Nabi dan menaati sunnahnya serta mengikuti petunjuknya, Allah berfirman :
               وَمَا نَهَكُمْ عَنْهُ فَاْنَتَهثوْاْ،وَاتَّقُواْ اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيْدُ العِقَابِ وَمَآءَائَـىكُمُ الرَّسُلُ فَخُذُوهُ
“… Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sungguh, Allah sangat keras hukum-Nya.” (Q.S. al-Hasyr : 7).[7]
Secara umum bid’ah adaah sesat karena berada diluar perintah Allah Swt dan Rasul-Nya, akan tetapi banyak hal yang membuktikan, bahwa Nabi membenarkan banyak persoalan yang sebelumnya belum pernah beliau lakukan. Kemudian dapat disimpulkan bahwa semua bentuk amalan, baik itu dijalankan atau tidak pada masa Rasulullah, selama tiak melanggar syari’at dan mempunyai tujuan , niat mendekatkan diri kepada Allah dan mendapatkan ridho-Nya, serta untuk mengingat Allah serta Rasul-Nya adalah sebagian dari agama dan itu dperbolehkan dan diterima.
Sebagaimana nabi bersabda :
“Sesungguhnya segala perbuatan tergantung pada niat dan setaiap manusia akan mendapat sekedar paa yang diniatkan, siapa yang hijrahnya (tujuannya) itu adalah karena Alah dan Rasul-Nya, hijrahnya (tujuan) itu adalah berhasil.” (H.R. Bukhari)7
Banyak sekali orang yang memfonis bid’ah dengan berdalil pada sabda Rasulullah :
“setiap yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat”.
Juga hadis Rasulullah :
“barang siapa yang didalam agama kami mengadakan sesuatu yang tidak dari agama ia ditolak”.
Mereka tidak memperhatikan terlebih dahulu apakah yang baru diakukan itu membawa kebaikan dan yang dikehendaki oleh agama atau tidak. Jika ilmu agama sedangkal itu orang tidak perlu bersusah payah memperoleh kebaikan.
Ditambah lagi tuduhan golongan orang ingkar mengenai suatu amalan adalah kata-kata sebagai berikut : Rasulullah tidak pernah memerintah dan mencontohkannya. Begitu pula para sahabat tidak ada satupun diatara mereka yang mengerjakannya. Dan jikalau perbuatan itu baik kenapa tidak dilakukan oleh Rasulullah, jika mereka tidak melakukan kenapa harus kita yang melakukannya. Bahkan dengan hal itu mereka menyebutkan bahwa hal baru seperti tahlilan atau berzikir bersama adalah bid’ah, dan itu adalah sesat.
Dimana harus kita fahami macam-macam sunnah, antara lain adalah :
a.  Sunnah Qauliyyah : sunnah dimana Rasulullah saw sendiri menganjurkan atau menyarankan suatu amalan, tapi tidak ditemukan bahwa rasulullah tidak pernah mengerjakannya secara langsung. Jadi sunnah ini adalah sunnah Rasulullah yang dalilnya sampai kepada kita bukan dengan cara dicontohkan, melainkan hanya diucapkan saja oleh beliau. Contohnya adalah hadis Rasulullah yang menganjurkan orang untuk belajar berenang, tetapi kita belum pernah mendengar Rasulullah atau para sahabat belajar berenang.
b.  Sunnah Fi’liyah : Sunah yang ada dalilnya dan pernah dilakukan langsung oleh Rasulullah. Misalkan sunnah puasa senin kamis, makan dengan tangan kanan, dan lain-lain.
c.  Sunnah Taqriyyah : Sunah dimana Rasulullah tidak pernah melakukan secara langsung dan tidak pula pernah memerintahkannya. Melainkan hanya mendiamkannya saja. Contohnya adalah beberapa amalan para sahabat yang saat dilakukan Rasulullah mendiamkannya saja.
Begitu juga dengan amalan ibadah yang belum pernah dilakukan nabi dan para sahabat juga tidak pernah disampaikan dan tidak pula didiamkan oleh beliau, yaitu yang dilakukan oleh para ulama. Misalkan mengadakan majlis maulidin Nabi Saw dan yasinan. Tidak lain para ulama yang melakukan ini adalah mengambil dalil-dalil dari kitabullah yang menganjurkan agar manusia selalu berbuat kebaikan atau dalil tentang pahala bacaan dan amal ibadah. Dan berbuat kebaikan ini banyak caranya asalkan tidak bertentangan dengan Islam.
Mari kita rujuk ayat al-qur’an berikut :
وَمَآءَائَـىكُمُ الرَّسُلُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَكُمْ عَنْهُ فَاْنَتَهثوْاْ،وَاتَّقُواْ اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيْدُ العِقَابِ
“… Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah.dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sungguh, Allah sangat keras hukum-Nya.” (Q.S. al-Hasyr : 7).[8]
Dalam ayat ini jelas bahwa perintah untuk tidak melakukan segala sesuatu jika telah tegas dan jelas larangannya.
Dan dalam hadis Rasulullah yang diriwayatkan oleh bukhari :
“Jika aku menyuruhmu melakukan sesuatu, maka lakukanlah semampumu dan jika aku melarangmu melakukan sesuatu, maka jauhilah.”.
Maka para ulama mengambil kesimpulan bahwa bid’ah yang dianggap sesat adalah menghalalkan sebagian dari agama yang tidak diizinkan oleh Allah. Serta bertentangan dengan yang telah disyari’atkan oleh Islam. Contoh bid’ah sesat yang mudah adalah sengaja shalat tidak menhadap kiblat, mengerjakan shalat dengan satu sujud, atau yang lebih banyak terjadi adalah bagi masyarakat keraton yaitu mendo’akan orang yang telah meninggal dengan sesaji serta memohon kepada Allah dan berdzikir menggunakan sesaji. Itulah yang dianggap sesat karna sesaji tidak ada dalam Islam dan itu menyimpang dari syari’at Islam.[9]
Dengan demikian, menghidupkan sunnah Rasul menjadi sesuatu yang amat penting sehingga begitu ditekankan oleh Rasulullah Saw.
Contoh-contoh sunnah Rasulullah adalah :
a.  Istighfar setiap waktu
b.  Menjaga wudhu
c.  Bersedekah
d.  Shalat dhuha
e.  Puasa Muharram dan shalat tahajud :
Dari Abu Hurairah r.a. dia berkata : “ Rasulullah Saw bersabda :
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ المُحَرَّمُ وَأَضَلُ الصَّلاَ ةِ بَعْدَالفَرِيْضَة صَلاَةُ اللَّيْلِ
“Seutama-utama puasa sesudah Ramadhan adalah puasa dibulan Muharram dan seutama-utama shalat sesudah shalat fardu ialah shalat malam.” ( H.R. Muslim no.1163).

E.      Membaca Shalawat Dan Salam
Diantara hak Nabi Saw yang disyariatkan Allah atas umatnya adalah agar mereka mengucapkan shalawat dan salam untuk beliau. Allah Swt dan para malaikat-Nya telah bershalawat kepada beliau dan Allah memerintahkan kepada para hamba-Nya agar mengucapkan shalawat dan taslim kepada beliau.
Allah berfirman :
إِنَّ اللَّهَ وَمَلئِكَتَهُ, يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ, يـآيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُواْصَلُّواْعَلَيْهِ وَسَلِّمُواْتَسْلِيْمًا
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi Saw. ‘Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.’” (Q.S. Al-Ahzab : 56).
Al-Mubarrad berpendapat bahwa akar kata bershalawat berarti memohonkan rahmat dengan demikian shalawat berarti rahmad dari Allah sedang shalawat malaikat berarti pengagungan dan permohonan rahmad Allah untuknya.
Jika bershalawat kepada Nabi Muhammad Saw hendaklah seseorang menghimpunnya dengan salam untuk beliau. Karena itu, hendaklah tidak membatasi dengan salah satunya saja. Misalnya dengan mengucapkan “Shallallaahu ‘alaih(semoga shalawat dilimpahkan untuknya).” Atau hanya mengucapkan ‘alaihissalam(semoga dilimpahkan untuknya keselamatan)”. Jadi digabung : “washshalaatu wassalaamu ‘ala Rasulillah, atau Allahumma shalli wa sallim ‘ala Nabiyyina Muhammad, atau shallallahu ‘alaihi wa sallam.”. hal itu karena Allah memerintahkan untuk mengucapkan keduanya.
Mengucapkan shalawat untuk Nabi Saw, diperintakan oleh syari’at pada waktu-waktu yang dipentingkan, baik yang hukumnya wajib dan sunnah muakaddah. Diantara waktu itu adalah ketika shalat diakhir tassyahud, diakhir qunud, saat khutbah seperti khutbah jum’at dan khutbah hari raya, setelah menjawab mu’adzin, ketika berdo’a, ketika masuk dan keluar masjid, juga ketika menyebut nama beliau.
Rasulullah Saw telah mengajarkan kepada kaum muslimin tentang tata cara mengucapkan shalawat. Rasulullah menyarankan agar memperbanyak shalawat kepadanya pada hari jum’at, sebangaimana sabdanya :
أَكْثِيْرُ الصَّلاَةَ عَلَيَّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ، فَمَنْ صَلّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهِ عَشْرًا
“Perbanyaklah kalian membaca shalawat untukku pada hari dan malam jum’at, barang siapa yang bershalawat untukku sekali, niscaya Allah bershalawat untuknya 10 kali”.[10]
Kemudian ibnul qayyim menyebutkan beberapa manfaat dari membaca shalawat kepada Nabi, diantaranya adalah :
a.  Shalawat merupakan bentuk ketaatan kepada perintah Allah.
b.  Mendapatkan 10 kali shalawat dari Allah bai yang bershalawat sekali untuk beliau.
c.  Diharapkan dikabulkannya do’a apabila didahului dengan shalawat.
d. Shalawat merupakan sebab mendapatkan syafaat dari Nabi, diiringi permohonan kepada Allah agar memberikan wasilah (kedudukan yang tinggi) kepada beliau pada hari kiamat.
e. Sebab diampuninya dosa-dosa.
f.  Shalawat adalah sebab sehingga nabi menjawab orang yang mengucapkan shalawt dan salam kepadanya.

F.      Mencintai Keluarga Nabi
Mengikuti kerabat rasulullah Saw yang mulia dan berlepas diri dari musuh mereka, adalah masalah penting yang telah diwajibkan oleh islam dan telah dianggapnya sebagai bagian dari cabang agama. Rasulullah menggambarkan ahlil baitnya sebagai suatu benda yang berat dan berharga, sebanding dengan al-qur’an dan benda berharga lainnya.
Rasulullah SAW bersabda, “Wahai manusia sesungguhnya aku tinggalkan dua perkara yang besar untuk kalian, yang pertama adalah Kitabullah(Al-Quran) dan yang kedua adalah Ithrati(Keturunan) Ahlul baitku. Barang siapa yang berpegang teguh kepada keduanya, maka tidak akan tersesat selamanya hingga bertemu denganku ditelaga al-Haudh.” (HR. Muslim dalam Kitabnya Sahih juz.2, Tirmidzi).[11]
Nabi Saw bersabda :
“Dan sesungguhnya ulama adalah pewaris Nabi. Sesungguhnya Nabi tidakmewariskan uang dinar atau dirham, sesungguhnya Nabi hanya mewariskan ilmu kepada mereka, maka barangsiapa yang telah mendapatkannya, berarti telahmengambil bagian yang besar”. (HR. Abu daud dan Tirmidzi).
Karena ulama disebut sebagai pewaris Nabi, maka orang yang disebut ulama seharusnya tidak hanya memahami tentang beluk beluk agama Islam, tapi juga memiliki sikap dan kepribadian sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi dan ulama seperti inilah yang harus kita hormati. Adapun orang yang dianggap ulama karena pengetahuan agamanya yang luas, tapi tidak mencerminkan pribadi Nabi, maka orang seperti itu bukanlah ulama yang sesungguhnya dan berarti tidak ada kewajiban bagi kita untuk menghormatinya.
Rasulullah menyebut keluarga sucinya sebagai jalan kebebasan, pintu keselamatan, dan cahaya petunjuk. Rasulullah juga mewajibkan kita untuk mencintai dan menaati mereka.
Dari abi dzarr ia berkata,‘saya mendengar Rasulullah Saw bersabda’:“Jadikanlah ahlul baitku bagimu tidak ubahnya seperti kepala bagi tubuh dan tidak ubahnya dua mata bagi kepala. Karena sesungguhnya tubuh tidak akan memperoleh petunjuk kecuali dengan kepala, dan begitu juga kepala tidak akan memperoleh petunjuk kecuali dengan kedua mata.”.
Kecintaan kepada kerabat Rasulullah Saw yang di istilahkan sebagai ahlul bait manfaatnya kembali kepada orang yang melakukannya. Rasulullah mengatakan bahwa kecintaan ini merupakan upah dari Allah Swt atas risalah yang disampaikannya. Sebagaimana firman Allah, “katakanlah, Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah apapun atas seruanku, kecintaan kepada keluargaku” (Q.S. Asy-syura : 23).[12]
Kecintaan yang disebutkan disini bukanlah kecintaan biasa, melainkan kecintaan yang mendorong manusia kepada maqam kedekatan ilahi, dan mampu memasuki pintu kebahagiaan abadi.

G.     Berziarah Ke Makam Rasulullah
Berkunjung kemakam Rasulullah merupakan amalan sunnah, yakni amalan yang sangat mulia dan sangat dianjurkan. Ibn Umar mengatakan bahwa Nabi Muhammad bersabda yang arinya : “Barang siapa berziarah kemakamku, maka ia dijamin akan mendapat syafaatku.”.
Saat melaksanakan haji merupakan kesempatan emas bagi umat Islam untuk melaksanakan ibadah sebanyak-banyaknya. Beribadah di Haramain (Makkah dan Madinah) mempunyai keutaman yang lebih dari tempat-tempat lainnya. Maka para jamaah haji menyempatkan diri berziarah ke makah Rasulullah SAW.Berziarah ke makam Rasulullah SAW adalah sunnah hukumnya.[13]
Dari Ibn ‘Umar RA. Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang melaksanakan ibadah haji, lalu berziarah ke makamku setelah aku meninggal dunia, maka ia seperti orang yang berziarah kepadaku ketika aku masih hidup.” (HR Darul Quthni).
Atas dasar ini, pengarang kitab I’anatut Thalibin menyatakan: ”Berziarah ke makam Nabi Muhammad merupakan salah satu qurbah (ibadah) yang paling mulia, karena itu, sudah selayaknya untuk diperhatikan oleh seluruh umat Islam”.
Dan hendaklah waspada, jangan sampai tidak berziarah padahal dia telah diberi kemampuan oleh Allah SWT, lebih-Iebih bagi mereka yang telah melaksanakan ibadah haji. Karena hak Nabi Muhammad SAW yang harus diberikan oleh umatnya sangat besar.
Bahkan jika salah seorang di antara mereka datang dengan kepala dijadikan kaki dari ujung bumi yang terjauh hanya untuk berziarah ke Rasullullah SAW maka itu tidak akan cukup untuk memenuhi hak yang harus diterima oleh Nabi SAW dari umatnya.
Mudah-mudahan Allah SWT membalas kebaikan Rasullullah SAW kepada kaum muslimin dengan sebaik-baik balasan.[14]
Lalu, bagaimana dengan kekhawatiran Rasulullah SAW yang melarang umat Islam menjadikan makam beliau sebagai tempat berpesta, atau sebagai berhala yang disembah.. Yakni dalam hadits Rasulullah SAW:
“Dari Abu Hurairah RA. Ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah kamu jadikan kuburanku sebagai tempat perayaan, dan janganlah kamu jadikan rumahmu sebagai kuburan. Maka bacalah shalawat kepadaku. Karena shalawat yang kamu baca akan sampai kepadaku di mana saja kamu berada.” (Musnad Ahmad bin Hanbal: 8449).
Maka, berziarah ke makam Rasulullah SAW tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Bahkan sangat dianjurkan karena akan mengingatkan kita akan jasa dan perjuangan Nabi Muhammad SAW, sekaligus menjadi salah satu bukti mengguratnya kecintaan kita kepada beliau.

H.      Contoh Kasus Nyata Implementasi Akhlak Terhadap Rasulullah
Seiring berkembangya di dunia hiburan terutama dibidang musik, banyak bermunculan entertainer-entertainer baru yang turut meramaikan dunia permusikan di Indonesia. Namun ada beberapa orang yang sudah lama bergelut di dunia hiburan, justru meninggalkan hingar bingar gemerlapnya dunia untuk lebih serius mengabdi kepada Allah dan taat kepada Rasulnya.
Di dunia hiburan, yang notabene kehidupan orang-orang di dalamnya menghambur-hamburkan uang, gaya hidup yang hedonis. Lain halnya yang dilakukan oleh Sakti, personel/gitaris dari band Sheila On Seven. Dia meninggalkan bandnya untuk lebih serius menjadi muslim yang sebenarnya. Namun dia tidak serta merta meninggalkan dunia musik yang digemarinya. Hanya saja dia lebih sering membawakan lagu-lagu religi. Sama halnya dengan Teguh personel/vokalis Vagetoz dan masih banyak lagi orang-orang yang lebih memprioritaskan kepentingan akhiratnya kelak.





BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Kita wajib mencintai dan mentaati apa yang diajarkan Rasulullah sebagai wujud kecintaan dan pengabdian kita sebagai hamba Allah Swt. Apabila kita benar-benar mencintai Allah sudah semestinya kita juga mencintai Rasulullah, karena beliau merupakan kekasih beserta utusan Allah untuk dijadikan uswatun khasanah bagi setiap ummatnya. Bentuk kita mencintai dan mentaati Rasulullah dengan cara, mengikuti dan mengerjakan hal-hal yang diajarkan Rasulllah, menghidupkan sunnah-sunnahnya, membaca shalawat serta salam yang ditujukan kepada beliau, mencintai keluarga dan sahabat-sahabat Nabi, serta berziarah ke makam Rasulullah.

B.      Saran
Dalam penyusunan makalah ini maupun dalam penyajiannya kami selaku manusia biasa menyadari adanya beberapa kesalahan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik maupun saran bagi kami yang bersifat membantu agar kami tidak melakukan kesalahan yang sama dalam penyusunan makalah yang selanjutnya dan semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.



[1] Asmaran. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002.
[2] Kementrian Agama RIAl-Qur’an dan TerjemahnyaJakarta: Sinergi Pustaka Indonesia, 2012.

[3] Asmaran. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002.
[4] Abu Bakar Jabir.al-Jazairy. Pedoman dan Program Hidup Muslim. Semarang: Toha Putra, 1984.
[5] Kementrian Agama RIAl-Qur’an dan TerjemahnyaJakarta: Sinergi Pustaka Indonesia, 2012.

[6] Abu Bakar Jabir.al-Jazairy. Pedoman dan Program Hidup Muslim. Semarang: Toha Putra, 1984.
[7] Kementrian Agama RIAl-Qur’an dan TerjemahnyaJakarta: Sinergi Pustaka Indonesia, 2012.

[8] kementrian Agama RIAl-Qur’an dan TerjemahnyaJakarta: Sinergi Pustaka Indonesia, 2012.

[9] Kementrian Agama RIAl-Qur’an dan TerjemahnyaJakarta: Sinergi Pustaka Indonesia, 2012.

[10] Kementrian Agama RIAl-Qur’an dan TerjemahnyaJakarta: Sinergi Pustaka Indonesia, 2012.

[11] Abu Bakar Jabir.al-Jazairy. Pedoman dan Program Hidup Muslim. Semarang: Toha Putra, 1984.

[12] Moh.Mansyur. Akidah Akhlak II. Jakarta: Penerbit Ditjen Binbaga Islam, 1997.

[13] A.Mustofa. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia, 1997.
[14] Moh.Mansur. Akidah Akhlak II. Jakarta: Penerbit Ditjen Binbaga Islam, 1997.


No comments:

Post a Comment