KATA PENGANTAR
Assalam mu’alaikum
wr.wb
Puji syukur kita panjatkan
kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia – Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “hubungan Akhlak dengan Ilmu Lainnya” Dalam penyusunan makalah ini
banyak terdapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sehingga makalah ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada “Rodiah ” sebagai
dosen pembimbing mata kuliah Ilmu akhlak,
dimana telah membantu memberikan bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan
makalah ini, serta teman
teman yang mendukung proses
pembuatan makalah ini.
Penulis sadar
bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan yang masih perlu
diperbaiki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca demi perbaikan tugas ini dimasa yang akan datang.
Akhirnya penulis
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Wassalamualaikum.wr.wb
Bengkulu, April 2012
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... 2
DAFTAR ISI..................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 4
A. Latar
Belakang Masalah............................................................................................ 4
B. Rumusan
Masalah...................................................................................................... 4
C. Tujuan
Penulisan ....................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................. 5
A.
PENGERTIAN ILMU AKHLAK............................................................................ 5
B. HUBUNGAN
ILMU AKHLAK............................................................................. 6
DENGAN ILMU-ILMU
LAINNYA .............................................................................. 6
BAB IV PENUTUP......................................................................................................... 13
A.
Kesimpulan................................................................................................................ 13
B. Saran ......................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 14
BAB
I
PENDAHULUAN
A.Latar
belakang
Ilmu akhlak
Tersusun atas dua perkataan yang bisa di artikan dari segi idhafy. Secara
idhafy, ilmu akhlak, adalah segala macam ilmu yang ada kaitannya dengan
akhlak”. Dalam pengertian seperti itu, maka daya jangkauannya menjadi luas
sekali, termasuklah kedalamnya antara lain ilmu jiwa ( psychology ), ilmu
logika ( ilmu manthiq ), ilmu sosiologi, ilmu aestetika ( terminologo ),
maka ada pula beberapa devinisi.
Menurut
Al-Mas’udi dalam bukunya “Taisirul khallaq fieilmiah” dirumuskan, bahwa
ilmu akhlak:” qaidah-qaiadah yang dipergunakan untuk mengetahui kebaikan hati
dan panca indra. Sedang Al-Bustamy merumuskan sebagai:” ilmu mengenai keutamaan
dan cara memperolehnya serta mencelupkannya kedalam pribadi, kenistaan dan
acara-cara menghindarinya
B.
rumusan masalah
1.
Pengertian
ilmu Akhlak?
2.
hubungn
ilmu Akhlak dengan Ilmu Lainnya?
C.Tujuan Penulisan
1.
Untuk
mengetahui sejarah Pertumbuhan dan perkembangan Ilmu Akhlak
2.
Untuk
Mengetahui Etika,moral,susila
D. manfaat
Manfaat
dari pembuatan makalah ini adalah untukmengetahui “hubungan Akhlak dengan Ilmu
Lainnya”
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian ilmu akhlak
Dua cara yang dapat digunakan untuk memahami
ilmu akhlak yaitu: pendekatan liguistik
(kebahasaan) dan pendekatan terminologik (peristilahan)
. Segi kebahasaan,akhlak berasal dari bahasa arabyaitu aqlaka,yang berarti as-sajiyah(perangai) ath-thabi”ah (kelakuan,watakdasar)al-adat (kebiasaan,kezalimanal-ma”ruah(peradaban yang baik)dan al-din (agama). Kata akhlak jamak dari katakhuluq ataukhulukun.
. Segi kebahasaan,akhlak berasal dari bahasa arabyaitu aqlaka,yang berarti as-sajiyah(perangai) ath-thabi”ah (kelakuan,watakdasar)al-adat (kebiasaan,kezalimanal-ma”ruah(peradaban yang baik)dan al-din (agama). Kata akhlak jamak dari katakhuluq ataukhulukun.
Sedangkan untuk merujuk arti akhlak
ini dapat di ambil beberapa pendapat
para imam,sebagai berikut:
para imam,sebagai berikut:
Imam Gazhali berpendapat :
“sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan bermacam-macam perbuatandengan gampang dan mudah
tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.
“sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan bermacam-macam perbuatandengan gampang dan mudah
tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.
Dalam
mu’jam al Wasith di sbutkan bahwa :
Artinya :“ilmu yang objek pembahasannya adalah tentang nilai-nilai
yang berkaitan dengan perbuatan manusiayang dapat di sifatkan yang baik atau buruk”.
Artinya :“ilmu yang objek pembahasannya adalah tentang nilai-nilai
yang berkaitan dengan perbuatan manusiayang dapat di sifatkan yang baik atau buruk”.
B.Ruang lingkup Pembahasan
Ilmu Akhlak
Pokok-pokok yang di bahas dalam ilmu akhlak adalah intinya perbuatan manusia.
Perbuatan tersebut di tentukan kriterianya apakah baik atau buruk.
. Ahmad Amin mengatakan :”bahwa objek ilmu akhlak adalah membahas perbuatan manusia yang selanjutnya perbuatan tersebut di tentukan baik atau buruk”. Muhammad Ghazhali mengatakan bahwa kawasan pembahasan ilmuakhlak adalah seluruh aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu maupun kelompok.
. Ahmad Amin mengatakan :”bahwa objek ilmu akhlak adalah membahas perbuatan manusia yang selanjutnya perbuatan tersebut di tentukan baik atau buruk”. Muhammad Ghazhali mengatakan bahwa kawasan pembahasan ilmuakhlak adalah seluruh aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu maupun kelompok.
C.Manfaat
Mempelajari Ilmu Akhlak
Mustafa Zahri, mengatakan bahwa tujuan
perbaikan akhlak itu adalah untuk membersihkan kalbu dari kotoran-kotoran hawa
nafsu dan amarah sehinggahati menjadi suci dan bersih, bagaikan cermin yang dapat
menerima nur (cahaya)Tuhan.
Hubungan Ilmu Akhlaq
dengan Ilmu-ilmu Lainnya
1.Hubungan antara ilmu akhlak dengan ilmu Tauhid
Hubungan ilmu Akhlak
dengan ilmu Tauhid dapai dilhat dari analis berikut ini diantaranya :
a. Dilihat dari
segi obyek pembahasannya yaitu menguraikan masalah Tuhan baik dari segi
zat,sifat dan perbuatannya, dengan demikian Ilmu Tauhid akan mengarahkan
perbuatan manusia menjadi ikhlas, dan keihlasan itu merupakan salah satu akhlak
mulia.
b. Dilihat dari
fungsinya, ilmu Tauhid menghendaki
agar seseorang yang bertauhid tidak hanya cukup menghafal rukun iman yang enam
dengan dalil-dalilnya saja, tetapi yang terpenting adalah agar orang yang
bertauhid itu meniru dan menyontoh terhadap subyek yang terdapat dalam rukun
iman itu. Dengan demikian beriman kepada rukun iman yang enam itu akan memberi
pengaruh terhadap pembentukan akhlak mulia.
Jadi jelas bahwa ilmu tauhid sangat erat kaitannya dengan pembinaan akhlak yang
mulia. Dengan demikian dalam rangka pengembangan Ilmu akhlak, bahan-bahannya
dapat digali dari ajaran tauhid dan keimanan tersebut.
2.Hubungan
antara ilmu akhlak dengan ilmu tasawuf
Sebagaimana
diketahui bahwa dalam tasawuf masalah ibadah amat menonjol, karena bertasawuf
itu pada hakikatnya melakukan serangkaian ibadah seperti shalat, puasa, haji,
zikir, dann lain sebagianya, yang semuanya itu dilakukan dalam rangka
mendekatkatkan diri kepada Allah, ibadah yang dilakukan dalam rangka bertasawuf
itu ternyata erat hubungannya dengan akhlak.
Dalam hubungan ini Harun Nasution lebih lanjut mengatakan, bahwa ibadah dalam
islam erat sekali hubungannya dengan pendidikan akhlak. Ibadah dalam Al-qur’an
dikaitkan dengan takwa, dan takwa berarti melaksanakan perintah Tuhan dan menjauhi
larangan-Nya, yaitu orang yang berbuat baik dan jauh dari yang tidak baik.
Inilah yang dimaksud dengan ajaran amar ma’ruf nahimunkar, mengajakan
orang pada kebaikan dan mencegah orang dari hal-hal yang tidak baik. Tegasnya
orang yang bertakwa adalah orang yang berakhlak mulia. Harun Nasution lebih
lanjut mengatakan, kaum sufilah, terutama yang pelaksanaan ibadahnya membawa
kepada paembinaan akhlak mulia dalam diri mereka.
3.Hubungan antara ilmu akhlak dengan ilmu jiwa (
ilmu-nafs )
Ilmu
jiwa suatu ilmu yang menyelidiki bekas-bekas jiwa seseorang seperti:
pengetahuan, perasaan dan kemauannya, dan dalil bekas dan akibatnya mengambil
faidah dari padanya.
Dengan
lain perkataan, ilmu jiwa sasarannya meneliti peranan yang dimainkan dalam
perilaku manusia. Karenanya dia meneliti tentang suara hati ( dhamir ), Kemauan
( iradah ), daya ingatan, hafalan, dan pengertian, sangkaan yang ringan, (
waham ) dan kecenderungan-kecenderungan( awathif ) manusia.
Itu
semua menjadi lapangan kerja jiwa, yang menggerakan manusia untuk berkata dan
berbuat. Oleh karena itu ilmu jiwa merupakan muqaddimah yang pokok sebelum
mengadakan kajian ilmu akhlak. Dikatakan oleh Prof. ahmad Luthfi”, tanpa
dibantu oleh jiwa, orang tidak akan dapat menjabarkan dengan baik tugas ilmu
akhlaq”.
4.Hubungan ilmu Akhlak dengan logika ( ilmu manthiq
)
Ilmu
manthiq ( logic ) aadalah pengetahuan yang menggariskan qaidah-qaidah dan
umdang-undang berpikir, sehingga terpelihara manusia dalam berfikir. Kalau dipandang
ilmu manthiq sebagai alat penimbang mengotrol dan neneriksa sesuatu yang
berasal dari pikiran, maka dia kuat sekali ikatannya dengan ilmu akhlak dari
dua segi:
a.Ilmu
manthik dan ilmu akhlak,
masing-masing bertugas sebagai penimbang sesuatu. Kalau ilmu akhlak merumuskan
aturan-aturan di mana manusia harus berprilaku sesuai dengan aturan itu, maka
ilmu manthiq merumuskan aturan-aturan dimana manusia harus berpikir sesuai
dengan aturan yang telah dirumuskan itu.
b.Ilmu
manthiq dan ilmu akhlak keduanya membahas dan meneliti manusia dari segi yang
bersifat kejiwaan, dengan catatan, ilmu akhlak menyorot manusia dari segi
tingkah lakunya sedang ilmu manthiq menyorot dari segi hasil pikirannya.
Oleh karena itu
ilmu manthiq sebagai kunci untuk mengerti filsafat, dalam pengertian, orang
yang tidak memahami ilmu manthiq tidak akan bisa memahami filsafat. Ilmu akhlak
disebut juga dengan filsafat akhlak, maka orang tidak akan mengerti filsafat
akhlak bila tidak mengerti manthiq. Dari uraian diatas dapat disimpulakan bahwa
terarah dan baik atau tidak sesuai prilaku sangat tergantung dan dipengaruhi
kepada baik tidaknya dalam berfikir.
5.Hubungan ilmu Akhlak dengan ilmu aestetika ( ilmu
jamal )
Ilmu
Aestetika, adalah ilmu pengetahuan yang membahas tentang manusia dari aspek
kelazatan-kelazatan yang ditimbulkan oleh sesuatu pemandangan yang indah dalam
diri manusia.[2]
Kebanyakan
ahli ilmu mengatakan, sangat erat hubungan antara ilmu akhlak dengan ilmu
aestetika, tak obahnya laksana hubungan antara paman dengan keponakannya di
mana diatasnya bertemu pada satu nasab atau keturunan. Hanya saja kalau ilmu
akhlak yang menjadi sasarannya dari segi segi perilaku ( suluk ) maka ilmu
aetetika sasarannya dari segi kelezatan yang obyeknya tetap sama taitu
diri manusia.
Allah
menyuruh manusia memperhatikan pergantian malam dengan siang dan sesuatu yang
diciptakan Allah, baik yang dilangit dan dibumi. Hal ini merupakan sebab yang
paling kuat pengaruh kedalam jiwa yang membawa manusia mudah ber-iman kepada
Allah. Dengan mengamati
( taammul ) alam semesta yang
begitu indah dan kuat serta sedemikian rupa teraturnya menjadi tanda bagi orang
yang taqwa.
Dalam surat Yunus ayat: 6
Artinya: Sesungguhnya pada
pertukaran malam dan siang itu dan pada apa yang diciptakan Allah di langit dan
di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang- orang
yang bertakwa.
Dari keterangan-keterangan
di atas, maka dapat disimpulkan, bahwa sangat erat hubungan antara ilmu
aestetika dengan ilmu akhlak. Orang kalau sudah terbiasa dengan keindahan, maka
langkah berikutnya dia akan senag kepada akhlak yang terpuji.
6.Hubungan
ilmu Akhlak dengan ilmu sosiologi ( ilmu ijtima’)
Secara etimologi Sosiologi berasal dari kata “Socius” yang berarti kawan
dan “logos” yang berarti ilmu pengetahuan. Jadi sosiologi adalah ilmu
pengetahuan tentang bermasyarakat. Memang banyak pengertian ( ta’rif ) tentang
sosiologi tentang, antara lain yang dikemukakan oleh P.J. bouman, Samuel Smith
dan Ch. A.Ell wood,tekanannya
kepada“masyarakat“,bukan kepada “hidup bermasyarakat”. Kita lebih tepat memakai
pengertian yang memuat “hidup bermasyarakat”, karena masyarakat tidak
mempunyai arti yang tepat. Ada masyarakat dalam arti luas, ialah kebulatan
daripada semua perhubungan didalam hidup bermasyarakat. Sedangkan dalam arti
sempit, ialah suatu kelompok manusia yang menjadi tempat hidup bermasyarakat,
tidak dalam aspeknya, tetapi dalam berbagai-bagai aspek yang bentuknya tidak
tertentu. Masyarakat dalam arti sempit ini tidak mempunyai arti yang tertentu,
misalnya: masyarakat mahasiswa, masyarakat pedagang, masyarakat tani dan
lain-lain.
Dikatakan
Ahmad Amin, bahwa pertalian antara Ilmu Sosiologi dengan Ilmu Akhlak erat
sekali. Hal yang demikian itu dikarenakan manusia tidak mungkin melepaskan diri
sebagai makhluk bermasyarakat. Dimanapun seseorang itu hidup , ia tidak bisa
memisahkan dirinya lingkungan masyarakat dimana dia berada walaupun kadar
pengaruh itu relative sifatnya.
Memang
manusia adalah makhluk bersyarikat dan bermasyarakat,saling membutuhkan
diantaranya sesamanya. Hal ini jelas sekali bila kita perhatikan firman Allah
surat Al-Hujurat ayat : 13 :
Artinya : “Hai manusia,
Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
lagi Maha Mengenal.
7.Hubungan antara akhlak dengan aqidah dan Iman
Sesungguhnya
antara akhlak dengan aqidah dan iman terdapat hubungan yang sangat kuat sekali
,karena akhlak yang baik itu sebagai bukti dari keimanan dan akhlak yang buruk
sebagai nukti atas lemahnya iman. Semakin sempurna akhlak seseorang muslim
berarti semakin kuat imannya. Akhlak yang baik adalah bagian dari amal shaleh yang
menambah keimanan dan memiliki bobot yang berat dalam timbangan. Pemiliknya
sangat dicintai oleh nabi SAW dan akhlak yang baik adalah satu penyebab masuk
jannahnya seseorang.
Akhlak yang baik
dalam muamalah dengan Allah mencakup 3 perkara :
1.
Membenarkan berita-berita dari Allah
2.
Melaksanakan hukum-hukum-Nya
3.
Sabar dan ridha kepada takdirnya.
8.Hubungan
Antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Hukum
Pokok
pembicaraan kedua hukum ini adalah perbuatan manusia, dan tujuan keduanya juga
sama, yaitu mengatur perbuatan manusia untuk kebahagiaan mereka. Akan tetapi,
cakupan ilmu akhlak lebih luas. Ilmu akhlak memerintahkan untuk melakukan apa
yang bermanfaat dan meninggalkan apa yang mengandung mudharat, sedangkan ilmu
hukum tidak. Ilmu hukum tidak memerintahkan apa yang baik untuk dilaksanakan,
tidak juga melarang apa yang buruk untuk dilakukan.
9.
Hubungan Antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Agama
Ilmu agama adalah ilmu yang mengatur tata cara keimanan, peribadatan, kepada
Allah SWT dan kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia kepada Allah,
manusia kepada manusia, dan manusia kepada lingkungannya. Tujuan dari ilmu
agama adalah untuk menjadikan manusia bahagia di dunia dan akhirat, sedangkan
cara untuk bisa menjadi orang yang bahagia di dunia dan akhirat salah satunya
adalah dengan akhlak yang baik yang juga selalu diajarkan dalam ilmu agama.
10.Hubungan Antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Ekonomi
Istilah ekonomi dalam bahasa Inggris disebut economic, sedangkan ekonomi sendiri berasal dari bahasa Yunani, Oikos dan Nomos yang berarti peraturan rumah tangga. menurut Alfred Marshall, ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari manusia dalam kehidupan sehari-hari bertindak dalam proses produksi, konsumsi, alokasi barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia,
Yang berhubungan dengan ilmu akhlak adalah sistem ekonomi Islam. ekonomi Islam adalah prinsip ekonomi yang berdasarkan syari’at islam yang bertujuan menciptakan kehidupan individu yang sehat dan kuat, sebagai individu atau anggota masyarakat. Dengan akhlak, maka tidak akan terjadi kecurangan dalam proses ekonomi. Semua perilaku ekonomi yang dilakukan akan berlangsung lancar karena semua yang dilakukan didasarkan atas nilai-nilai moral
Dan budi pekerti yang
mulia.[3]
11..Hubungan
ETIKA,MORAL,SUSILA dengan Akhlak
etika,moral dan
susilaberasal dari produk rasio dan budaya masyarakat yang secara selektif di
akui sebagai yang bermanfaat dan baik bagi kelangsungan hidup manusia.
Sementara akhlak berasal dari wahyu,yaitu ketentuan yang berdasarkan petunjuk
al_Quran dan hadits. Dengan kata lain etika,moral,dan sussila berasal dari
manusia sedangkan akhlak berasal dari tuhan.[4]
PEMBENTUKAN AKHLAK
A. Arti Pembentukan Akhlak
Menurut sebagian ahli, bahwa akhlak itu perlu di bentukkarena akhlak adalah
insting (gharizah) yang di bawa manusia sejak lahir. Bagi golongan ini bahwa
masalah akhlak adalah pembawaan dari manusia sendiri yaitu kecenderungan kepada
kebaikan atau fitra yang ada dalam diri manusia. Dan dapat juga berupa
kata hati atau intuisi yang selalu cenderung kepada kebenaran.
B.Metode Pembentukan Akhlak
B.Metode Pembentukan Akhlak
Hubungan antara pembinaan akhlak dalam Islam dengan rukun Islam dan iman adalah
di lakukan secara integrated,yaitu system yang menggunakan berbagai sarana
peribatan dan lainnya secara simultanuntuk di arahkan untuk pembinaan akhlak.
Cara lain yang di tempuh dalam pembinaan akhlak adalah pembiasaan yang di
lakukan sejak kecil dan berlangsung secara berkesinambungan. Keteladanan juga merupakan
metode yang sangat perlu di terapkan dalam rangka pembinaan akhlak. Selain itu,
pembinaan akhlak dapat pula di tempuh dengan cara senantiasa menganggap diri
ini sebagai yang banyak kekurangannya daripada kelebihannya. Pembinaan akhlak
secara efektif dapat pula di lakukan dengan memperhatikan factor kejiwaan
sasaran yang akan di bina.
C.faktor-faktor
yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak
Ada 3 aliran yang dapat di jadikan
factor dasar yang mempengaruhi pembentukan akhlak, yaitu nativisme,empirisme,dankonvergensi.
.
.
Menurut aliran nativisme,bahwa factor yang berpengaruh terhadap pembentukan
diri seseorang adalah factor pembawaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa
kecenderungan,bakat,dan lainnya.
Sedangkan empirisme, menyatakan bahwa factor yang paling berpengaruh terhadap
pembentukan diri seseorang adalah factor dari luar, yaitu lingkungan
social,termasuk pembinaan dan pendidikan yang di berikan.
aliran
konvergensi berpendapat bahwa pembentukan akhlak di pengaruhi oleh factor
internal yaitu pembawaan si anak, dan factor dari luar yaitu pembinaan dan
pendidikan yang di bentuk secara khusus, atau melalui interaksi dalam
lingkungan sosial.
D.Manfaat Akhlak
yang Mulia
Ada beberapa hal yang menjadi kegunaan dari akhlak yang mulia,yaitu di
antaranya :
1. memperkuat dan menyempurnakan
agama
2. mempermudah perhitungan amal di
akhirat
3. menghilangkan kesulitan
4. selamat di dunia maupun di akhirat[5]
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN :
Bahwa pengertian akhlak :
Pertama perbuatan akhlak
adalah perbuatan yang telah tertanamkuat dalam jiwa seseorang,sehingga telah menjadi kepribadiannya.
adalah perbuatan yang telah tertanamkuat dalam jiwa seseorang,sehingga telah menjadi kepribadiannya.
Kedua,perbuatan akhlak adalahperbuatan yang di lakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran
Ketiga,bahwa perbuatanaklhlak adalah perbuatan yang timbuldari dalam diri orangyang
mengerjakannya,tanpa ada paksaan dan tekanan dari luar.
.
.
Keempat, bahwa perbuatan akhlakadalah perbuatan yang di lakukandengan sesungguhnya,bukan
main-main atau bersandiwara
.
.
Kelima,sejalan dengan cirri yang keempatperbuatan akhlak adalahperbuatan yang di lakukan karena ikhlassemata-mata karena
allah,bukan karena ingin di puji orang.
SARAN :
Sebagai pembaca yang baik,saya berharap ada kritik dan saran dari hasil makalah
yang saya buat. Mudah-mudahan bermanfaat bagi yang membacanya. Walaupun makalah
ini di buat dengan sederhana. Di dalam banyak mengandung perluasan makna dan
arti.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Amin. 1995. Etika ( ilmu
akhlak ). Jakarta: Bulan Bintang.
Thaib, Ismail. 1984. Risalah
Akhlak. Yogyakarta: Cv. Bina Usaha
Abdullah, Yatimin. 2007. Studi Akhlak dalam Perspektif Al Qur’an.Jakarta:
Amzah.
Thaib, Ismail. 1984. Risalah Akhlak. Yogyakarta: CV. Bina
Usaha.
[2] Thaib, Ismail. 1984. Risalah
Akhlak.
[3] Abdullah,
Yatimin. 2007. Studi Akhlak dalam
Perspektif Al Qur’an
[4] Thaib, Ismail. 1984. Risalah Akhlak.
[5] Ahmad, Amin. 1995. Etika (
ilmu akhlak )
No comments:
Post a Comment