MAKALAH ILMU PENDIDIKAN ISLAM
FITRAH MANUSIA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang istimewa. Hal ini dikarenakan
manusia dikaruniai akal sebagai keistimewaan dibandingkan makhluk lainnya.
Manusia merupakan makhluk mulia dari segenap makhluk yang ada di alam raya ini.
Allah telah membekali manusia dengan berbagai keutamaan sebagai ciri khas yang
membedakan dengan makhluk yang lain.Keistimewaan manusia juga dikarenakan
manusia memiliki potensi yang dikenal dengan istilah fitrah.
Akal adalah salah satu potensi rohani yang dimiliki oleh manusia. Di
samping akal manusia mempunyai potensi rohani lain yang disebut dengan fitrah.
Secara fitri, Allah SWT sebagai sang khalik
telah menciptakan manusia sebagai suatu makhluk yang istimewa, yaitu makhluk
yang memiliki berbagai macam kelebihan dibandingkan dengan makhluk-makhluk yang
lainnya, baik itu kelebihan dari segi jasmani maupun rohani.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan firah manusia ?
2.
Sebutkan tentang fitrah dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits ?
3.
Sebutkan macam-macam fitrah manusia ?
4.
faktor apa saja yang mempengaruhi faktor fitrah manusia ?
C.
Tujuan Masalah
1.
Agar dapat mengetahui pengertian fitrah manusia,
2.
Dapat mengetahui fitrah sesuai yang ada di dalam Al-Quran dan
Hadits,
3.
Mengetahui macam-macam fitrah manusia,
4.
Serta dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi fitrah manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Fitrah
Manusia
Kata fitrah artinya kejadian asal, atau pola dasar. Dari makna ini
lahir makna lain, yaitu penciptaan atau kejadian. Fitrah manusia adalah
kejadiannya sejak semula atau bawaan nya sejak lahir (kurais, shihab, 1996:
283-284) karena masi pola dasar ( atau sifat-sifat asli) makna fitrah itu baru
akn memiliki arti bagi kehidupan manusia setelah tumbuh dan kembangkan secara
optimal.
Menurut Zayadin fitrah manusia meliputi tiga demensi, yaitu :
1.
fitrah jasmani
fitrah jasmani merupakan aspek biologi yang disiapkan sebagai wadah
dari fitrah rohani. Ia memiliki arti bagi kehidupan manusia untuk mengembangkan
proses biologisnya. Daya ini disebut dengan daya hidup (al-hayat), kendatipun
sifatnya abstrak tetapi ia belum mampu menggerakkan tingkah laku. Tingkah laku bary
terwujud jika fitrah jasmini ini telah ditempati fitrah rohani. Proses ini
terjadi pada manusia ketika berusia empat bulan dalam kandungan (pada saat yang
sama berkembang fitrah nafs). Oleh karena natur fitrah jasmani inilah maka ia
tidak mampu bereksistensi dengan sendirinya.
2.
Fitrah rohani merupakan aspek psikis manusia. Aspek ini tercipta
dari alam amar allah yang sifatnya ghaib. Ia diciptakan untuk menjadi substansi
dan esensi pribadi manusia. Eksistensinya tidak hanya dialam imateri, tetapi
juga dialam materi (setelah bergabung dengan jasmani), sehingga ia lebih dahulu
dan lebih abadi adanya dari pada fitrah jasmani. Naturnya suci dan mengejar
pada dimensi-dimensi spritual tanpa memperdulikan dimensi material. Ia mampu
bereksistensi meskipun tempatnya di dunia abstrak, selanjutnya akan menjadi
tingkah laku aktual jika fitrah rohani ini menyatu dengan fitrah jasmani.
3.
Fitrah nafs merupakan aspek psiko-fisik manusia. Aspek ini
merupakan paduan integral (totalitas manusia) antara fitrah jasmani (biologis)
dengan fitrah rohani (psikologis), sehingga dinamakan psiko-fisik. Ia memiliki
tiga komponen pokok, yaitu : qalbu, akal, dan nafsu yang saling berinteraksi
dan mewujud dalam bentuk kepribadian. Hanya saja, ada salah satu yang lebih
dominan dari ketiganya. Fitrah ini diciptakan
untuk mengaktualisasikan semua rencana dan perjanjian allah kepada
manusia di alam arwah.
Fitrah nefs merupakan anugerah yang diberikan khusus untuk species
manusia. Pemberian fitrah nafs masih dalam wujud potensi atau daya manusia
maupun bertingka laku. Allah swt, meskipun telah menciptakan fitrah nafs bukan
berarti dia tidak berbuat atau tidak aktif lagi.
Sunnah allah terhadap fitrah nafs terbagi atas dua kategori.
Pertama, sunnah yang berkaitan dengan aspek fisiknya. Sunnah ini berupa aturan
dan cara memelihara, melindungi, dan melestarikan aspek fisik manusia seperti,
alat-alat indera, sistem saraf, sistem kelenjar, tulang, daging, dan
sebagiannya. Aturan ini misalnya; makan, minum, tidur, olah raga, hubungan
seksul, dan sebagainya.
Lebih lanjut,
M. Rasyid ridha (tt: 63) dalam al-manar juz 1 menyatakan bahwa muhammad abduh
membagi hidayah menjadi empat bagian, yaitu:
1.
Al-hidayah al-wijdaniy yaitu hidayah yang dapat ditanggap oleh insting hewan dan manusia
2.
Al-hidayah al-hawas yaitu hidayah yang dapat ditangkap oleh indera
hewan dan manusia
3.
Al-hidayah al-aqliy yaiti hidayah yang dapat diterima oleh akal
manusia
4.
Al-hidaya al-diniy yaitu hidayah yang hanya dapat ditangkap oleh
rasa keimana , yaitu hidayah agama
Keempat hidaya
tersebut di atas, untuk kebaikan manusia. hanya saja hanya allah yang mampu
memberi hidaya, sebab dia al-hadi (pemberi petunjuk atau pemberi hidaya). Walau
demikian, meskipun hidayah berasal dari allah, akan tetapi penerimaanya
tergantung pada pilihan manusia sendiri. Allah berfirman: “sesungguhnya kamu
tidak akan mampu memberi petunjuk kepada orang yang kamu cintai, tetapi allah
yang memberi petunjuk kepada orang yang dikehendakinya (atau yang
menghendakinnya). “ (Qs. Al-Qoshosh [28] ayat 56).
Muhammad taqi
falsafi menyebut dua potensi dasar yang selalu dimiliki oleh setiap manuia.
Potensi itu adalah potensi tauhid (fitrah tauhidy) dan potensi akhlaki (fitrah
akhlaki).
1.
Potensi tauhid merupakan potensi untuk mengenal dan mengetahui
adanya tuhan
2.
Potensi akhlak merupakan potensi untuk membedakan tingkah laku yang
baik dan yang buruk
Fitrah manusia
dengan segala dimensinya merupakan conditional atatement (citra bersyarat), dan
aktualisasinya menutut upaya manusia sendiri. Pengejawantahan diri (self
realization) brau dapat teraktualisasikan bila manusia banyak melakukan jihad
dan ikhtiar yang hasilnya akan terpulang kepada dirinya sendiri. “dan barang
siapa yang berjihad (berusaha dengan sungguh-sungguh) ia sesungguhnya berusaha
untuk dirinya sendiri. “Qs. Al-ankabut ayat 6) .
Menurut Al-Auza’iy, fitrah adalah kesucian dalam jasmani dan rohani.
Pendapat ini di dukung dengan adanya hadist nabi yang terjemahannya sebagai berikut:
“Lima macam dalam kategori kesucian yaitu
khitanan, memotong rambut, mencukur kumis, memotong kuku, dan mencabut bulu
ketiak”. (HR. Bukhari Muslim dari Abu Hurairah).
Sedangkan pengertian fitrah menurut Al Ghazali adalah suatu sifat dari
dasar manusia yang di bekali sejak lahirnya dengan memiliki keistimewaan
sebagai berikut:
1. Beriman kepada Allah
2. Kemampuan
dan kesediaan untuk menerima kebaikan dan keburukan atas dasar kemampuan untuk
menerima pendidikan dan pengajaran.
3. Dorongan ingin tahu untuk mencari hakikat kebenaran yang merupakan
daya untuk berpikir.
4. Dorongan biologis yang berupa syahwat dan
insting Kekuatan-kekuatan lain dan sifat-sifat manusia yang dapat di kembangkan
dan di sempurnakan.
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa fitrah merupakan semua
bentuk potensi yang telah dianugerahkan oleh Allah kepada manusia semenjak
proses penciptaannya di alam rahim guna kelangsungan hidupnya di atas dunia
yang perlu dikembangkan untuk mencapai perkembangan yang sempurna melalui
bimbingan dan latihan.
B. Teori tentang Fitrah dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits
Manusia diciptakan Allah dalam struktur yang paling baik diantara
makhluk-makhluk yang lain. Struktur manusia terdiri dari unsur jasmaniyah dan
rohaniyah, atau unsur fisiologis dan unsur psikologis. Dalm struktur jasmanih
dan rohaniyah itu, Allah memberikan seperangkat kemampuan dasar yang memiliki
kecenderungan berkembang dalam psikologi disebut potensialitas atau disposisi,
yang menurut aliran psikologi behaviorisme disebut prepotence reflexes
(kemampuan dasar yang secara otomatis yang dapat berkembang). Dalam pandangan
Islam kemampuan dasar/pembawaan itu disebut dengan fitrah yang dalam pengertian
etimologis mengandung arti “kejadian”, oleh karena fitrah itu berasal dari kata
kerja “fatara” yang berarti “menjadikan”.
Dalam al-qur’an
kata fitrah dengan berbagai bentuk nya disebutkan sebanyak 28 kali, sebanyak 14
kali disebutkan dalam konteks uraian tentang bumi dan langit, sedangkan sisanya
disebut dalam konteks pembicaraan tentang manusia, baik yang berhubungan fitrah
penciptaan maupun fitrah keagamaan yang dibawanya.
È
“maka
hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (yang benar), fitrah allah yang
telah menciptakan manusia atau fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah
allah, itulah agama yang lurus,tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui “
(Qs. Al-rum:30).
Merujuk kepada fitrah yang
dikemukakan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia sejak asal
kejadiannya, membawa potensi beragama yang lurus. Sedangkan firman Allah Q.S.
Al-A’raf:172 merupakan perjanjian primordial antara manusia pada dasarnya
memiliki fitrah berupa keimanan kepada Allah. Ia lahirkan dengan bekal tauhid
bukan dalm keadaan atheis atau musyrik.
وإذ أخذ رنك من
بنى ادم من ظهورههم ذريتهم و أشهدهم عى
أنفسهم ألست
بربكم قالوا بلى شهدنا . أن تقولوا يوم القيا مة
أنا كنا عن هذا
غافلين ( الأعراف176 )
Dan
(ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari Sulbi
mereka dan mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Betul
(Engkau Tuhan Kami), kami menjadi saksi”, (kami lakukan yang demikian itu, agar
di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”. Q.S.al-A’raf:172.
Setelah manusia lahir, lingkungan
tempat ia hidup, memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan
akidah nya. Adavtasi dengan lingkungan menyebabkan seseorang meninggalkan
fitrah ketauhidan sehingga ia tidak percaya, bahkan menentang dan memusuhi
Tuhan. Pengaruh yang paling besar datang dari kedua orang tua nya, karena
mereka adalah lingkungan yang paling dekat dan terakrab dengan anak nya.
Rasulullah SAW. Bersabda bahwa setiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah.
Kedua orang tuanya lah yang menyebabkan anak itu menjadi yanudi, nasrani atau
majusi. Setiap manusia memang memiliki fitrah tauhid, tetapi juga
mengisyaratkan bahwa orang tua sangat berperan dan berpengaruh besar terhadap
pertumbuhan dan perkembangan akidah seseorang anak. Rasulullah saw, bersabda:
يمجسانه و أ ينصرانه أو يهودانه فأبواه الفطرة على يولد مولود كل
“Tiap-tiap
anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang
mendidiknya menjadi orang yang beragama yahudi, nasrani atau majusi.”
Kalau kita memahami kata La
pada Q.S. al-Rum:30 dalam arti tidak,maka ini berarti bahwa seseorang
tidak dapat menghindar dari fitrah itu. Dalam kontek ayat ini, ini berarti
bahwa fitarah beragama akan melekat pada diri manusia untuk selamanya, walaupun
boleh jadi tdak diakui atau diabaikan nya.
Dalam fitrah beragama (addin
al-qayimah), iamam merupakan inti. Dengan demikian, maka fitrah mengandung
komponen psikologis yang berupa keimanan, karena iman bagi seorang mukmin
merupakan daya penggerak utama dalam dirinya yang memberi semangat untuk selalu
mencari kebenaran hakiki dari Allah yang maha esa. Sebagai mana semangat
Ibrahim As yang dikisahkan dalam Al-Qur’an, yang ayah nya sendiri yang
menyembah berhala, tidak terpngaruh sama sekali oleh kepercayaan ayahnya.
Bahkan sebaliknya, ia dengan daya fikirannya yang mengandung beni iman kepada
yang maha pencipta semesta alam, tergerak fikirannya mencari dan menganalisa
tentang gejala alamiyah, mulai dari melihat bintang-bintang dilangit, lalu
melihat bulan yang bercahaya terang, kemudian melihat benda langit yang
bersinar panas diupuk langit yaitu matahari, yang berakhir pada kesimpulan
bahwa Tuhan yang benar bukan lah benda-benda seperti yang ia saksikan dilangit,
melainkan tuhan yang benar, menurut femikiran analisanya adalah yang bersifat
abadi, yang eksistensinya tidak goyah atau isidental, karena tuhan adalah maha
kuasa dan maha pencipta semua benda dan makhluk dilangit dan bumi serta yang
berada diantara langit dan bumi. Pendapat tersebut antara lain juga dikemukakan
oleh Ahmad Muhammad Jamal, guru besar di universitas Tunis dengan alasan
sebagai berikut.
فالإيمان هو
الأساس الأخلاق ا لفاضلة. و الأخلاق الفلضلة
أساس العلم
الصحيح . و العلم الصحيح مو الأساس العمل
الصالح . هذا هو
البناء التربىوى القرانى
Apakah fitrah manusia hanya terbatas
pada fitrah keagamaan ? jelas tidak. Redaksi ayat ini tidak dalam bentuk
pembatasan tetapi juga karena masih ada ayat-ayat lain yang membicarakan
tentang penciptaan potensi manusia walaupun tidak menggunakan kata fitrah
seperti firman Allah:
زين للناس حب
الشهوات من النساء و البنين و القناطير المنقطرة
من الذهب و
الفضة و الخيل المسو مة و الأنعام و الحرث
ذلك متاع الحياة
الدنيا و الله عذده حسن المىاب ( ال عمران:14 )
“Telah
dibiaskan kepada manusia kecenderungan hati kepada perempuan (lelaki), anak
lelaki (dan perempuan) serta harta yang banyak berupa emas, perak, kuda
pilihan, binatang ternak dan sawah ladang. Itu lah kesenangan hidup didunia.
Dan disisi Allah lah tempat kembali yang baik”.(Q.S. al-Imran:14)
Karena itu, kesimpulan yang
mendekati tepat adalah sebagai mana ditulis oleh Muhammad Thahir bin Asyur
dalam tafsir nya tentang surah al-Rum:30 yaitu sebagai berikut:
الفطر ة هى
النظام الذى أو جده الله فى كل مخلوق و الفطر ة التى
تخص
نوع الانسان هى ما خلقه الله عليه جسدا و عقلا
Fitrah
adalah bentuk dan sistem yang diwujudkan Allah pada setiap makhluk. Fitrah yang
berkaitan dengan manusia adalah apa yang diciptakan Allah pada manusia yang
berkaitan dengan jasmani dan akal nya (serta ruh nya).
Dengan
demikian dapat diambil kesimpulan bahwa fitrah adalah suatu kemampuan dasar
berkembang manusia yang dianugrakan Allah SWT kepada nya. Didalam nya
terkandung berbagai komponen psikologis yang satu sama yang lain saling
berkaitan dan saling menyempurnakan bagi hidup manusia.
C.
Macam-macam Fitrah
Sebagai mana
telah dijelaskan diatas bahwa fitrah mengacu kepada potensi yang dimiliki manusia.
Potensi itu diantaranya yaitu,
1. Potensi beragama
Perasaan keagamaan adalah naluri yang dibawa sejak
lahir bersama ketika manusia dilahirkan. Manusia memerlukan keimanan kepada
zat tertinggi yang Maha Unggul di luar dirinya dan dan diluar dari alam
benda yang dihayati olehnya. Naluri beragama mulai tumbuh apabila manusia
dihadapkan pada persoalan persoalan yang melingkupinya.
Akal akan menyadari kekerdilannya dan mengakui akan
kudratnya yang terbatas. Akal akan insaf bahwa kesempurnaan ilmu hanyalah bagi
pencipta alam jagat raya ini, yaitu Allah. Islam bertujuan merealisasikn
penghambaan sang hamba kepada Tuhannya saja. Memberantas perhambaan sesame
hamba Tuhan. Insan dibawa menyembah kehadirat Allah penciptanya dengan tulus
ikhlas tersisih dari syirik atau sebarang penyekutuannya.
2. Kecenderungan moral
Kecenderungan moral erat
kaitannya dengan potensi beragama. Ia mampu untuk membedakan yang baik dan
buruk. Atau yang memiliki hati yang dapat mengarahkan kehendak dan akal.
Apabila dipandang dari pengertian fitrah seperti di atas, maka kecenderungan
moral itu bisa mengarah kepada dua hal sebagaimana terdapat dalam
surat Asy-Syam ayat 7 yang
artinya sebagai berikut:
“Dan jiwa serta
penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) dan ketakwaannya.”
3. Manusia bersifat luwes, lentur
(fleksible).
Manusia mampu dibentuk dan
diubah. Ia mampu menguasai ilmu pengetahuan, menghayati adatadat, nilai,
tendeni atau aliran baru. Atau meninggalkan adat, nilai dan aliran lama, dengan
cara interaksi social baik dengan lingkungan yang bersifat alam atau
kebudayaan. Allah berfirman tentang bagaimana sifat manusia yang mudah lentur,
terdapat dalam surat Al Insan ayat 3 yang
artinya sebagai berikut:
“Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang
kafir.”
4. Kecenderungan
bermasyarakat
Manusia juga memiliki kecendrungan bersosial dan
bermasyarakat.Menurut Ibnu Taimiyah, dalam diri manusia setidaknya terdapat
tiga potensi (fitrah), yaitu:
a. Daya intelektual (quwwat al-‘aql), yaitu
potensi dasar yang memungkinkan manusia dapat membedakan nilai baik dan buruk.
Dengan daya intelektualnya, manusia dapat mengetahui dan meng-Esakan Tuhannya.
b. Daya
ofensif (quwwat al-syahwat), yaitu potensi dasar yang mampu menginduksi
obyek-obyek yang menyenangkan dan bermanfaat bagi kehidupannya, baik secara
jasmaniah maupun rohaniah secara serasi dan seimbang.
c. Daya
defensif (quwwat al-ghadhab) yaitu potensi dasar yang dapat menghindarkan manusia
dari segala perbuatan yang membahayakan dirinya. Namun demikian, diantara ketiga potensi tersebut, di
samping agama – potensi akal menduduki posisi sentral sebagai alat kendali
(kontrol) dua potensi lainnya. Dengan demikian, akan teraktualisasikannya
seluruh potensi yang ada secara maksimal, sebagaimana yang disinyalir oleh
Allah dalam kitab dan ajaran-ajaranNya. Penginkaran dan pemalsuan manusia akan posisi
potensi yang dimilikinya itulah yang akan menyebabkannya melakukan perbuatan
amoral.
Menurut Ibnu Taimiyah membagi fitrah manusia
kepada dua bentuk, yaitu:
a. Fitrah al gharizat
Merupakan potensi dalam diri
manusia yang dibawanya sejak lahir. Bentuk fitrah ini berupa nafsu, akal, dan hati nurani. Fitrah (potensi) ini dapat dikembangkan melalui jalan
pendidikan.
b. Fitrah al munazalat
Merupakan potensi luar
manusia. Adapun fitrah ini
adalah wahu ilahi yang diturunkan Allah untuk membimbing dan mengarahkan fitrah al gharizat berkembang sesuai dengan
fitrahnya yang hanif. Semakin tinggi interaksi antara kedua fitrah tersebut, maka akan semakin tinggi pula kualitas
manusia.
Dari semua
penjelasan mengenai potensi manusia, tampak jelas bahwa lingkungan sebagai faktor
eksternal. Lingkungan ikut mempengaruhi dinamika dan arah pertumbuhan fitrah manusia.
Semakin baik penempaan fitrah yang
dimiliki manusia, maka akan semakin baiklah kepribadiannya. Demikian pula
sebaliknya, penempaan dan pembinaan fitrah yang dimiliki
tidak pada fitrahnya maka manusia akan tergelincir dari tujuan hidupnya. Untuk
itu salah satu pembinaan fitrah dengan
pendidikan.
D. Faktor yang
Mempengaruhi Fitrah
Aspek-aspek fitrah merupakan komponen dasar bersifat dinamis,
responsive terhadap pengaruh linkungan sekitar, termasuk pengaruh pendidikan.
Komponen- komponen dasar tersebut meliputi :
1. Bakat, merupakan suatu
kemampuan pembawaan yang potensial mengacu kepada perkembangan kemampuan
akademis (ilmiah) dan keahlian (profesionla) dalam berbagai bidang kehidupan.
Bakat ini berpangkal pada kemampuan kopmisi (daya cipta), konasi (kehendak),
dan emosi yang disebut dengan tri kotomi (tiga kekuatan kemampuan rohani
manusia). Masing-masing kekuatan rohani berperan.
2. Insting (ghorizah), adalah kemampuan berbuat atau bertingkah tanpa
melalui proses belajar. Kemampuan insting tersebut merupakan pembawaan sejak
lahir juga. Dalam psikologi pendidikan kemampuan ini termasuk kapabilitas yaitu
kemampuan berbuat sesuatu dengan melalui proses belajar. Jenis-jenis tingkah
laku manusia :
a. Melarikan diri karena perasaan
takut
b. Menolak Karena jijik
c. Ingin tahu karena takjub
sesuatu
d. Melawan karena kemarahan
e. Menonjolkan diri karena adanya harga diri.
3. Nafsu dan dorongan-dorongannya. Nafsu dalam kajian
tasawuf dibagi menjadi 4 poin :
a. Nafsu Mutmainnah yang
mendorong kepada taat kepada allah;
b. Nafsu Lawwamah yang mendorog
kearah perbuatan merendahkan orang lain;
c. Nafsu Amarah yang mendorong
kearah perbuatan yang merusak;
d. Nafsu Birahi yang mendorong kearah perbuatan seksual.
4. Karakter atau tabiat manusia
merupakan kemampuan psikologi yang dibawa sejak kelahirannya. Karakter ini
berkaitan dengan tingkah laku moral dan social serta etis seseorang. Karakter
terbentuk kekuatan dalam diri manusia, bukan terbentuk dari dunia luar. Karakter
erat hubungannya degan personalits (kepriadian seseorang). Oleh karena itu
tidak bisa dibedakan dengan jelas.
5. Hereditas atau keturunan merupakan factor kemampuan
dasar yang mengandung cirri-ciri psikologis dan fisiologis yang diturunkan atau
diwariskan oleh orang tua baik dalam garis yang telah jauh.
6. Intuisi adalah kemampuan
psikologis manusia untuk menerima ilham tuhan. Intuisi menggerakkan hati nurani
manusia yang membimbingnya kearah perbuatan dalam situasi khusus diluar
kesadaran akal pikirannya. Namun mengandung makna yang bersifat konstruktif
bagi kehidupannya. Intuisi biasanya diberikan tuhan kepada orang yang bersih
jiwanya. Intuisi lebih banyak dirasakan sebagai getaran hati nurani yang untuk
berbuat sesuatu yang amat khusus.
BAB II
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Fitrah merupakan semua bentuk potensi yang telah
dianugerahkan oleh Allah kepada manusia semenjak proses penciptaannya di alam
rahim guna kelangsungan hidupnya di atas dunia yang perlu dikembangkan untuk
mencapai perkembangan yang sempurna melalui bimbingan dan latihan.
Dan manusia juga memerlukan pendidikan untuk
mengembangkan potensi dalam dirinya. Hal ini dikarenakan, fitrah manusia tidak
bisa dibiarkan berkembang bebas. Fitrah tersebut harus dididik dan diarahkan
agar sesuai dengan peran manusia diciptakan dimuka bumi ini. Sebagai mana
dijelaskan bahwa fitrah mempunyai dua kecenderungan yang berlawanan, yaitu
kearah kebaikan dan keburukan. Untuk itu, proses pendidikan harus dilakukan,
agar manusia tetap berada dalam lingkup kebaikan.
B. Saran
Sesungguhnya setiap orang mempunyai
potensi yang berbeda, tinggal bagaimana diri kita mengaplikasikan potensi
tersebut agar menjadi hal yang bermanfaat bagi perkembangan diri kita dan lingkungan sekitar.
No comments:
Post a Comment