MAKALAH KEUTAMAAN ULAMA DAN DA'I
PENDAHULUAN
Secara bahasa, kata ulama adalah bentuk jamak dari kata
‘aalim. ‘Aalim adalah isim fail dari kata dasar:’ilmu. Jadi ‘aalim adalah orang
yang berilmu. Dan ‘ulama adalah orang-orang yang punya ilmu.
Dengan demikian, pengertian ulama secara harfiyah
adalah “orang-orang yang memiliki ilmu”. Pengertian ulama secara harfiyah ini
sejalan dengan beberapa pendapat ulama sendiri:
Ulama adalah orang yang ilmunya menyampaikan
mereka kepada sifat takut kepada Allah”(Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin).
Mereka (para ulama) adalah orang-orang yang
menjelaskan segala apa yang dihalalkan dan diharamkan, dan mengajak kepada
kebaikan serta menafikan segala bentuk kemudharatan”(Badruddin Al-Kinani)
Ulama ialah orang-orang yang mempunyai
pengetahuan tentang ayat-ayat Allah, baik yang bersifat kauniyah maupun
Quraniyah, dan mengantarnya kepada pengetahuan tentang kebenaran Allah, takwa,
dan khasysyah (takut) kepada-Nya” (M.Quraish
Shihab).
Karakteristik esensial ulama adalah iman, ilmu,
dan amal, yang semuanya amat mendalam, berbeda dengan orang biasa, serta
mendapatkan pengakuan dan penerimaan dari masyarakat secara kultural” (Mastuhu).[1]
A.
REDAKSI
HADIST
1. حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ أَبِي أُوَيْسٍ قَالَ حَدَّثَنِي
مَالِكٌ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا
يَنْتَزِعُهُ مِنْ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى
إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا
بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا – البخارى
Telah
menceritakan kepada kami Isma'il bin Abu Uwais berkata, telah menceritakan
kepadaku Malik dari Hisyam bin 'Urwah dari bapaknya dari Abdullah bin 'Amru bin
Al 'Ash berkata; aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Sesungguhnya Allah tidaklah mencabut ilmu sekaligus mencabutnya
dari hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para ulama
hingga bila sudah tidak tersisa ulama maka manusia akan mengangkat pemimpin
dari kalangan orang-orang bodoh, ketika mereka ditanya mereka berfatwa tanpa
ilmu, mereka sesat dan menyesatkan". [2]
2. عَنْ قَيْسِ بْنِ كَثِيرٍ قَالَ قَدِمَ
رَجُلٌ مِنْ الْمَدِينَةِ عَلَى أَبِي الدَّرْدَاءِ وَهُوَ بِدِمَشْقَ فَقَالَ مَا
أَقْدَمَكَ يَا أَخِي فَقَالَ حَدِيثٌ بَلَغَنِي أَنَّكَ تُحَدِّثُهُ عَنْ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَمَا جِئْتَ لِحَاجَةٍ قَالَ لَا
قَالَ أَمَا قَدِمْتَ لِتِجَارَةٍ قَالَ لَا قَالَ مَا جِئْتُ إِلَّا فِي طَلَبِ هَذَا
الْحَدِيثِ قَالَ فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَبْتَغِي فِيهِ عِلْمًا سَلَكَ اللَّهُ بِهِ طَرِيقًا
إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضَاءً لِطَالِبِ
الْعِلْمِ وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي
الْأَرْضِ حَتَّى الْحِيتَانُ فِي الْمَاءِ وَفَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ
الْقَمَرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ إِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ
إِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا إِنَّمَا وَرَّثُوا
الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَ بِهِ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ - الترمذى
Dari
Qais bin Katsir ia berkata; Seseorang dari Madinah mendatangi Abu Darda` di
Damaskus, Abu Darda` bertanya; "Apa yang membuatmu datang kemari wahai
saudaraku?" Orang itu menjawab: "Satu hadits yang telah sampai
kepadaku bahwa anda menceritakannya dari Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam." Abu Darda` bertanya; "Bukankah kau datang karena keperluan
lain?" Orang itu menjawab; "Tidak." Abu Darda` bertanya;
"Bukankah kau datang untuk berniaga?" Orang itu menjawab:
"Tidak, aku datang hanya untuk mencari hadits tersebut." Abu Darda`
berkata; "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan
menuntunnya menuju surga dan para malaikat akan meletakkan sayap-sayapnya
karena senang kepada pencari ilmu, sesungguhnya orang berilmu itu akan
dimintakan ampunan oleh (makhluq) yang berada di langit dan di bumi hingga ikan
di air, keutamaan orang yang berlilmu atas ahli ibadah laksana keutamaan
rembulan atas seluruh bintang, sesungguhnya ulama adalah pewaris pada nabi dan
sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka hanya
mewariskan ilmu, maka siapa yang mengambilnya berarti ia telah mengambil bagian
yang banyak."
B.
KOSA KATA (MUFRADAT)
1.
Hadist Pertama
إِنَّ اللَّهَ: sesungguhnya Allah
يَقْبِضُ: Mencabut
عَالِمًا اتَّخَذَ: orang-orang bodoh
2.
Hadist Kedua
يَلْتَمِسُMencari:
الجَنَّةِSurga:
تَضَعُ Meletakkan::
Menempuh
|
:
|
سَلَكَ
|
Sayapnya
|
:
|
أَجْنِحَتَهَا
|
Suatu jalan
|
:
|
طَرِيْقًا
|
Ikan-ikan
|
:
|
الحِيْتَان
|
Menuntut
|
:
|
يَلْتَمِسُ
|
Keutamaan orang berilmu
|
:
|
فَضْلَ اْلعِلْمِ
|
Mepermudah
|
:
|
سَهَّلَ
|
Pewaris Nabi
|
:
|
وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ
|
Pasti meletakkan
|
:
|
لَتَضَعُ
|
Bagian yang banyak
|
:
|
بِحَظٍّ وَافِرٍ
|
C.
PENJELASAN HADIST
1.
Hadist Pertama
Dalam hadits ini dijelaskan bahwa apabila Allah hendak mencabut suatu
ilmu maka terlebih dahulu Allah akan mencabut nyawa ulama. Ini bisa dimaklumi
bahwa yang memiliki ilmu itu adalah ulama. Seandainya ilmu ulama itu belum
sempat dipelajari oleh orang lain maka akan hilanglah ilmu itu. Kemudian hadits
di atas juga menjelaskan bahwa apabila sudah tidak ada orang yang pandai
(agama), akhirnya orang bodoh pun akan diangkat sebagai pemimpin, yang akan
tersesat dan menyesatkan orang lain.
Oleh karena itu, sangat
penting mempunyai ilmu (agama) dan sekaligus menyebarluaskannya pada orang lain
agar tidak kehabisan ulama sehingga apabila seorang ulama meninggal maka akan
ada penggantinya. Dengan demikian, umat manusia tetap berada pada jalan yang
diridhoi Allah swt. Dan Nabi pun menerangkan pula bahwa beliau tidak
meninggalkan emas dan perak (harta), namun mewariskan ilmu.
2.
Hadist Kedua
Hadits tersebut di atas
masih ada kaitannya dengan ilmu pengetahuan. Dijelaskan oleh Nabi, seorang alim
(orang yang berilmu) lebih utama dari seorang hamba yang gemar ibadah (hamba
yang ilmunya sedikit). Dan Rasulullah saw. menjelaskan bahwa para ulama adalah
pewaris para nabi.
Pertama: Bahwa seorang alim lebih
utama dari seorang abid yang gemar beribadah.
Ini artinya bahwa orang yang berilmu mempunyai kedudukan yang sangat tinggi
bahkan melebihi seorang abid yang gemar beribadah namun tidak didasari dengan
ilmu yang memadai.Yang dimaksud dengan orang yang berilmu di sini adalah orang
yang mempunyai ilmu dan mengamalkannya. Ilmu yang dimilikinya bagaikan cahaya
yang dapat menerangi kegelapan. Sebagai orang yang berilmu ia mengerti bahwa
ilmunya harus dimanfaatkan. Dengan ilmunya ia dapat membedakan antara yang hak
dan yang bathil, antara yang halal dan mengetahui yang haram. Dengan ilmunya,
ia dapat beribadah dengan baik, apa yang dikerjakannya mempunyai dasar, dan di
dalam berbuat ia penuh dengan hati-hati.Dengan ilmunya pula ia dapat merubah
keadaan dan cepat menyesuaikan keadaan itu dengan segera.
Jadi, orang yang berilmu itu dapat memberi manfaat pada dirinya sendiri dan
kepada umat manusia. Di saat beribadah kepada Allah dilakukannya dengan benar
sesuai dengan apa yang dimilikinya. Dan di saat itu juga ia dapat menerangi
umat manusia dengan jalan memberi petunjuk kepada orang yang membutuhkannya. Ia
tidak ingin melihat orang lain terjerumus dalam kehinaan.Seseorang yang tidak
berilmu di dalam beribadah tidak sesempurna orang yang berilmu. Bisa jadi apa
yang dilakukannya tidak memberi manfaat pada dirinya.
Rasulullah saw. mengibaratkan orang alim (ulama) dibandingkan dengan seorang
abid bagaikan bulan atas bintang-bintang. Artinya ilmu yang dimiliki (seorang
alim) dapat memancarkan cahaya yang terang seperti terangngnya cahaya bulan,
sedangkan seorang abid yang beribadah memancarkan cahaya seperti cahaya
bintang.
Kedua: Para ulama adalah pewaris
para nabi.
Para ulama (orang yang berilmu) bertugas sebagai pembawa amanat para nabi
yang harus disampaikan kepada umat manusia. Secara berkesinambungan dakwawah
atau ajaran yang penuh disampaikan oleh para nabi, setelah beliau wafat dilanjutkan
oleh para ulama. Seorang ulama tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, tapi
dengan ilmu yang ia miliki ia berkewajiban mengamalkannya, dan mengajarkannya
kepada orang lain. Dengan demikian, keberadaan agama akan terus terpelihara
dengan baik. Walaupun kita tidak pernah berjumpa dengan Nabi Muhammad saw. dan
tidak pernah mendengar langsung ajaran-ajarannya, namun berkat kegigihan para
ulama Islam, kita dapat mengenyam nikmat-nikmat ajaran Islam. Karena ulama
adalah pewaris nabi dan pemegang amanah Allah. Begitu pentingnya peranan ulama,
nabi pernah mengingatkan, Allah akan mencabut ilmunya dengan cara mencabut
(nyawa) para ulama. Bagi sahabat yang ingin membaca hadits lainnya mengenai
menuntut ilmu.
PENUTUP
Ulama secara harfiyah adalah “orang-orang yang
memiliki ilmu”. Pengertian ulama secara harfiyah ini sejalan dengan beberapa
pendapat ulama sendiri:
Ulama adalah orang yang ilmunya menyampaikan
mereka kepada sifat takut kepada Allah”(Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin).
Mereka (para ulama) adalah orang-orang yang
menjelaskan segala apa yang dihalalkan dan diharamkan, dan mengajak kepada
kebaikan serta menafikan segala bentuk kemudharatan”(Badruddin Al-Kinani)
Ulama ialah orang-orang yang mempunyai
pengetahuan tentang ayat-ayat Allah, baik yang bersifat kauniyah maupun
Quraniyah, dan mengantarnya kepada pengetahuan tentang kebenaran Allah, takwa,
dan khasysyah (takut) kepada-Nya” (M.Quraish
Shihab).
Karakteristik esensial ulama adalah iman, ilmu,
dan amal, yang semuanya amat mendalam, berbeda dengan orang biasa, serta
mendapatkan pengakuan dan penerimaan dari masyarakat secara kultural” (Mastuhu).
DAFTAR PUSTAKA
Umar Hasyim. 1998. Mencari Ulama Pewaris Nabi. PT. Bina Ilmu.
Surabaya
Rahmiati dan Nor Hamdan. 2006. Dinamika Peran Ulama Dalam Politik
Praktis. Antasari press. Banjarmasin
Ibnu Majah. (Sunan), Kitab al-ilmi, Bab
Keutamaan Ulama’ dan anjuran mencari ilmu (Bentuk-bentuk Dar Al
Fikri 2001)
[2] Rahmiati dan Nor Hamdan.
2006. Dinamika Peran Ulama Dalam Politik Praktis. Antasari press.
Banjarmasin Hal.31
No comments:
Post a Comment