MAKALAH KONFLIK DAN NEGOISASI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam fenomena
interaksi dan interelasi sosial antar individu maupun antar kelompok,
terjadinya konflik sebenarnya merupakan hal yang wajar. Pada awalnya konflik
dianggap sebagai gejala atau fenomena yang tidak wajar dan berakibat negatif,
tetapi sekarang konflik dianggap sebagai gejala alamiah yang dapat berakibat
negatif maupun positif tergantung bagaimana cara mengelolanya. Oleh sebab itu,
persoalan konflik tidak perlu dihilangkan tetapi perlu dikembangkan karena
merupakan sebagai bagian dari kodrat manusia yang menjadikan seseorang lebih
dinamis dalam menjalani kehidupan.
Organisasi terdiri dari berbagai macam
komponen yang berbeda dan saling memiliki ketergantungan dalam proses kerjasama
untuk mencapai tujuan tertentu. Perbedaan yang terdapat dalam organisasi
seringkali menyebabkan terjadinya ketidakcocokan yang akhirnya menimbulkan
konflik. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya ketika terjadi suatu
organisasi, maka sesungguhnya terdapat banyak kemungkinan timbulnya konflik.
Konflik dapat menjadi masalah yang serius dalam setiap organisasi, tanpa peduli
apapun bentuk dan tingkat kompleksitas organisasi tersebut, jika konflik
tersebut dibiarkan berlarut-larut tanpa penyelesaian. Karena itu keahlian untuk
mengelola konflik sangat diperlukan bagi setiap pimpinan atau manajer
organisasi.
B. Rumusan
Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan konflik ?
2) Apa faktor penyebab terjadinya konflik ?
3) Apa pengertian dari negosiasi ?
4) Bagaimana tahap untuk melakukan
negosiasi ?
C. Tujuan
1) Mengetahui apa yang dimaksud dengan
konflik
2) Mengetahui apa faktor penyebab
terjadinya konflik
3) Mengetahui pengertian dari negosiasi
4) Mengetahui bagaimana tahap untuk
melakukan negosiasi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Konflik
Konflik berasal dari kata
kerja latin configere yang berarti
saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau
lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Konflik yaitu proses yang bermula ketika
satu pihak mengganggap pihak lain secara negative mempengaruhi atau akan secara
negative mempengaruhi ,sesuatu yang menjadi kepedulian pihak pertama,ketidak
sesuaian antara dua atau lebih anggota-anggota atau kelompok-kelompok
organisasi yang timbul karena adanya
kenyataan bahwa mereka harus membagi sumber daya atau pekerjaan yang terbatas
atau karna kenyataan bahwa mereka mempunyai perbedaan status ,tujuan ,nilai
atau persepsi.
v Ada
beberapa pengertian konflik menurut beberapa ahli.
1. Menurut Taquiri dalam Newstorm
dan Davis (1977),
konflik merupakan warisan kehidupan sosial
yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan
ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih
pihak secara berterusan.
2. Menurut Gibson, et al (1997: 437),
hubungan selain dapat menciptakan
kerjasama, hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini
terjadi jika masing – masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau
tujuan sendiri – sendiri dan tidak bekerja sama satu sama lain.
3. Menurut Robbin (1996),
Keberadaan
konflik dalam organisasi
dalam organisasi ditentukan oleh persepsi
individu atau kelompok. Jika mereka tidak
menyadari adanya konflik
di dalam organisasi maka secara
umum konflik tersebut dianggap tidak ada. pada tingkatan
4. organisasi (Muchlas, 1999). Konflik ini
terutama pada tingkatan individual yang sangat dekat hubungannya dengan stres.
v Perkembangan
pandangan tentang konflik
a) Pandangan tradisional (1930-1940).
Pandangan ini menyatakan bahwa konflik
itu hal yang buruk, sesuatu yang negatif, merugikan, dan harus dihindari.
Konflik disinonimkan dengan istilah violence, destruction, dan irrationality.
Konflik ini merupakan suatu hasil disfungsional akibat komunikasi yang buruk,
kurang kepercayaan, keterbukaan di antara orang – orang, dan kegagalaan manajer
untuk tanggap terhadap kebutuhan dan aspirasi karyawan.
b) Pandangan hubungan manusia (1940-1970an).
Pandangan ini menyatakan bahwa konflik
dianggap sebagai suatu peristiwa yang wajar terjadi di dalam kelompok atau
organisasi. Konflik dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat dihindari karena
di dalam kelompok atau organisasi pasti terjadi perbedaan pandangan atau
pendapat antar anggota. Oleh karena itu, konflik harus dijadikan sebagai suatu
hal yang bermanfaat guna mendorong peningkatan kinerja organisasi. Dengan kata
lain, konflik harus dijadikan sebagai motivasi untuk melakukan inovasi atau
perubahan di dalam tubuh kelompok atau organisasi.
c) Pandangan interaksionis (The
Interactionist View).
Pandangan ini yaitu keyakinan bahwa
konflik tidak hanya menjadi kekuasaan positif dalam kelompok namun konflik juga
sangat diperjuankan agar kelompok berkinerja efektif.
B.
Faktor-Faktor Penyebab Konflik
Ø Perbedaan individu, yang meliputi
perbedaan pendirian dan perasaan. Setiap manusia adalah individu yang unik.
Ø Perbedaan latar belakang kebudayaan
sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Ø Perbedaan kepentingan antara individu
atau kelompok.
C.
Jenis-Jenis Konflik
a) konflik tugas yaitu konflik yang
berhubungan dengan isi dan sasaran pekerjaan
b) konflik proses yaitu konflik yang berhubungan
dengan cara melakukan pekerjaan
c) konflik hubungan yaitu konflik yang
didasarkan atas hub personal
v Menurut Dahrendorf, konflik dibedakan
menjadi 4 macam:
a) Konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi),
misalnya antara peranan-peranan dalam keluarga atau profesi (konflik peran
(role))
b) konflik antara kelompok-kelompok sosial
(antar keluarga, antar gank).
c) konflik kelompok terorganisir dan tidak
terorganisir (polisi melawan massa).
d) konflik antar satuan nasional (kampanye,
perang saudara)
e) konflik antar politik.
D.
Akibat Konflik
1. meningkatkan solidaritas sesama anggota
kelompok (ingroup) yang mengalami konflik dengan kelompok lain.
2. keretakan hubungan antar kelompok yang
bertikai.
3. perubahan kepribadian pada individu,
misalnya timbulnya rasa dendam,- benci, saling curiga dll.
4. kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa
manusia.
5. dominasi bahkan penaklukan salah satu
pihak yang terlibat dalam konflik.
e. Langkah-Langkah
Menangani Konflik
1. Menjadi Pendamai.
2. Tetap netral.
3. Dengarkan kedua (atau lebih) pihak.
4. Mau membujuk pihak-pihak untuk
bertanggung jawab.
5. Satukan pihak-pihak yang berselisih
paham.
6. Beri semua pihak kesempatan berbicara.
7. Dorong mereka untuk memaafkan dan melupakan
yang lalu.
F.Proses konflik
·
Komunikasi:
komunikasi yang kurang baik dalam organisasi sebagai menimbulkan
ketidaknyamanan antar kelompok
·
Struktur:
tuntutan pekerjaan menyebabkan ketidaknyamanan antar anggota organisasi
·
Variable
pribadi: ketidak sukaan pribadi atau individu lain.
Konflik ini ada dua ada fungsional dan
disfungsional,kalo fungsional itu konflik yang mendukung sasaran kelompok dan
memperbaiki kinerjanya,dan disfungsional itu adalah konflik yang menghambat
kinerja kelompok.[1]
Tingkat konflik
|
Kemungkinan dampak pada organisasi
|
Organisasi yang memiliki karakter
|
Tingkat kinerja organisasi
|
|
Stuasi I
|
Rendah atau tidak ada
|
disfungsional
|
Adaptas lambat terhadap perubahan
Sedikit perubahan
Stimulasi gagasan yang minim
Apati
Stagnasi
|
Rendah
|
Stuasi II
|
Optimal
|
Fungsional
|
Gerakan positif ke perubahan
Inovasi dan perubahan
Mencari solusi perubahan
Kreativitas dan Adaptasi yang
cepat terhadap perubahan lingkungan
|
Tinggi
|
Stuasi III
|
Tinggi
|
Disfungsional
|
Gangguan berat
Menggangu aktivitas
Sulit berkkoordinasi
Kekacauan
|
Rendah
|
Proses konflik Proses konflik terdiri atas lima tahap: potensi oposisi atau ketidakcocokan, kognisi dan personalisasi, maksud, perilaku, hasil.
TAHAP I : POTENSI OPOSISI ATAU
KETIDAK COCOKAN
Langkah pertama dalam proses konflik
adalah adanya kondisi (syarat) yang menciptakan kesempatan untuk kemunculan
konflik itu. Kondisi itu tidak selalu mengarah ke konflik, tetapi salah satu
kondisi itu perlu agar konflik itu muncul. Kondisi ini (yang dapat dipandang
juga sebagai penyebab atau sumber konflik) juga bisa dianggap sebagai
sebab atau sumber konflik kedalam tiga kategori umum : variabel,
komunikasi, struktur, dan pribadi.
·
Komunikasi
Potensi Konflik meningkat apabila
terdapat terlalu sedikit komunikasi atau terlalu banyak komunikasi. Saluran
yang dipilih dapat merangsang oposisi. Proses penyaringan yang terjadi ketika
informasi disampaikan para anggota dan penyimpangan komunikasi dari saluran
formal atau yang sudah ditetapkan sebelumnya menawarkan potensi kesempatan bagi
timbulnya konflik.
·
Struktur
Struktur dalam
konteks ini digunakan dalam artian yang mencakup: ukuran (kelompok), derajat
spesialisasi yang diberikan kepada anggota kelompok, kejelasan jurisdiksi
(wilayah kerja), kecocokan antara tujuan anggota dengan tujuan kelompok,dangaya
kepemimpinan. Makin besar
kelompok, dan makin terspesialisasi kegiatannya, maka semakin besar pula
kemungkinan terjadinya konflik.
·
Variabel Pribadi
Sistem nilai
yang dimiliki tiap-tiap individu, karakteristik kepribadian yang menyebabkan
individu memiliki keunikan (idiosyncrasies) dan berbeda dengan individu
yang lain.
TAHAP II : KOGNISI DAN PERSONALISASI
Tahap ini penting karena dalam tahap
inilah biasanya isu-isu konflik didefinisikan. Pada tahap ini pula para pihak
memutuskan konflik itu tentang apa. Konflik yang dipersepsi adalah kesadaran
oleh satu atau lebih pihak akan adanya kondisi-kondisi yang menciptakan peluang
munculnya konflik. Konflik yang dirasakan adalah keterlibatan dalam sebuah
konflik yang menciptakan kecemasan, ketegangan, frustasi atau rasa bermusuhan.
Jadi definisi konflik itu penting, karena lazimnya definisi itu menggambarkan
perangkat penyelesaian yang mungkin.
Apabila pada tahap I muncul kondisi
yang negatif, maka pada tahap ini kondisi tersebut didefinisikan, sesuai
persepsi pihak yang berkonflik.
Konflik yang dipersepsikan :
kesadaran satu pihak atau lebih atas adanya konflik yang menciptakan peluang
terjadinya konflik
Konflik yang dirasakan :
keterlibatan emosional saat konflik yang menciptakan kecemasan, ketegangan,
frustasi, atau kekerasan.
TAHAP III : MAKSUD
Maksud (niat) adalah keputusan untuk
bertindak dengan cara tertentu. Banyak konflik semakin rumit karena salah satu
pihak salah dalam memahami maksud pihak lain. Di sisi lain, biasanya ada
perbedaan yang besar antara maksud dan perilaku, sehingga perilaku tidak selalu
mencerminkan secara akurat maksud seseorang.
Persaingan: keinginan memuaskan kepentingan seseorang, tidak
mempedulikan dampak pada pihak lain dalam konflik tersebut.
Kolaborasi: situasi yg di dalamnya pihak-pihak yang berkonflik
sepenuhnya saling memuaskan kepentingan semua pihak.
Penghindaran:
keinginan menarik diri dari konflik
Akomodasi: kesediaan satu pihak dalam konflik untuk memperlakukan
kepentingan pesaing di atas kepentingannya sendiri.
Kompromi: satu situasi yang di
dalamnya masing - masing pihak yang berkonflik bersedia mengorbankan sesuatu.
TAHAP IV : PERILAKU
Pada tahap inilah konflik mulai
terlihat jelas. Tahap perilaku ini meliputi pernyataan, aksi, dan reaksi yang
dibuat oleh pihak-pihak yang berkonflik. Perilaku konflik ini biasanya
merupakan upaya untuk menyampaikan maksud dari masing-masing pihak.
Apabila konflik disfungsional
terjadi harus diredakan dengan manajemen konflik. Manajemen Konflik adalah
penggunaan teknik – teknik resolusi dan stimulasi untuk memperoleh level
konflik yg diinginkan.
TAHAP V : HASIL
Jalinan aksi-reaksi antara pihak-pihak yang berkonflik
menghasilkan konsekuensi. Konsekuensi atau akibat ini bisa saja
bersifat fungsional atau disfungsional. Dikatakan bersifat fungsional ketika
konflik tersebut justru menghasilkan perbaikan kinerja kelompok, sedangkan
disfungsional adalah ketika konflik tersebut menjadi penghambat kinerja
kelompok.
Teknik pemecahan konflik
Teknik pemecahan konflik
|
|
Pemecahan masalah
|
Pertemuan tatap muka pihak-pihak
yang berkonflik untuk mengidentifikasi masalah dan menyelesaikannya melalui
diskusi terbuka
|
Tujuan superordinate
|
Menetapkan tujuan bersama yang
tidak dapat dicapai tanpa kerja sama dari setiap pihak yang berkonflik
|
Ekspansi sumber daya
|
Ketika sebuah konflik timbul
karena kelangkaan sumber daya (uang,promosi,kesempatan,ruang kantor) ekspansi
sumber daya dapat menciptakan solusi yang saling menguntungkan
|
Penghindaran
|
Penarikan diri dari, atau
penyembunyian, konflik
|
Memperhalus
|
Meminimalkan perbedaan sembari
menekankan kepentingan bersama diantara pihak-pihak yang berkonflik
|
Berkompromi
|
Masih masing-masing pihak yang
berkonflik menyerahkan sesuatu yang bernilai
|
Perintah otoratif
|
Manajemen menggunakan wewenang
formalnya untuk menyelesaikan konflik dan kemudian menyampaikan keinginannya
kepada pihak-pihak yang terlibat
|
Mengubah variabel manusia
|
Menggunakan teknik-teknik
perbuahan perilaku seperti pelatihan hubungan insani untuk mengubah sikap dan
perilaku yang menyebabkan konflik
|
Mengubah variabel structural
|
Mengubah struktur organisasi
formal dan pola-pola interaksii dari pihak-pihak yang berkonflik melalui
rancang ulang pekerjaan, pemindahanm penciptaan posisi koordinasi, dan sebagainya.
|
Teknik peransangan konflik
|
|
Komunikasi
|
Menggunakan pesan-pesan ambigu
atau yang sifatnya mengancam untuk menaikkan tingkat konflik
|
Memasukkan orang luar
|
Menambahkan karyawan ke suatu
kelompok dengan latar belakang,nilai-nilai,sikap atau gaya manajerialnya
berbeda dari anggota-anggota yang ada sekarang
|
Restrukturisasi organisasi
|
Menata ulang kelompok-kelompok
kerja, mengubah aturan dan ketentuan, meningkatkan kesalingketergantungan,
dan membuat perubahan struktural yang diperlukan untuk menggoyang status quo
|
Mengangkat oposisi
|
Menunjuk seorang pengkritik untuk
secara sengaja mendebat posisi mayoritas yang digenggam oleh kelompok
|
Hasil
Fungsional, konfik dapat menjadi suatu penggerak yang meningkatkan kinerja
kelompok. Konflik bersifat konstruktif ketika hal tersebut memperbaiki kualitas
keputusan, merangsang kreativitas dan inovasi, mendorong minat dan
keingintahuan di antara anggota-anggota kelompok, menyediakan media atau sarana
untuk mengungkapkan masalah dan menurunkan ketegangan, serta menumbuhkan
suasana yang mendorong evaluasi diri dan perubahan.[2]
D. Defenisi Negosiasi
negosiasi
merupakan proses yang di dalamnya dua pihak atau lebih bertukar barang atau
jasa dan berupaya menyepakati tingkat kerjasama tersebut bagi mereka.perundingan
atau negosiasi mewarnai interaksi hampir semua orang dalam kelompok dan
organisasi. Contoh yang jelas antara lain adalah: tawar-menawar serikat buruh
dengan manajemen. Contoh yang kurang jelas: manajer berunding dengan bawahan ,
rekan sekerja dan atasan.Kita mendefinisikan negosiasi sebagai proses dimana
dua pihak atau lebih berukar barang atau jasa dan berupaya menyepakati nilai
barang atau jasa tersebut.
Defenisi
Negosiasi menurut Robbins (2008) menyimpulkan bahwa negosiasi ialah sebuah
proses dimana dua belah pihak atau lebih melakukan pertukaran barang atau jasa
dan berupaya untuk menyepakati nilai tukarnya.
Dari
defenisi di atas dapat di simpulkan bahwa negosiasi adalah suatu upaya yang di
lakukan antara pihak-pihak yang berkonflik dengan maksud mencari jalan keluar
untuk menyelesaikan pertentangan yang sesuai kesepakatan bersama.
v Pendekatan
negosiasi
Tawar-menawar distributif ialah negosiasi yang berupaya
membagi sumber daya yang jumlahnya tetap;. Contoh taktik itu adalah
meyakinkan lawan anda mengenai mustahilnya mencapai titik sasaran dia dan
keuntungan dari menerima penyelesaian di titik sasaran anda.
Tawar
menawar integratif merupakan perundingan yang mencari satu penyelesaian atau
lebih yang dapat menciptakan penyelesaian menang-menang. Kontras dengan tawar
menawar distributif, pemecahan masalah integratif berjalan dengan asumsi bahwa
terdapat satu atau lebih penyelesaian yang akan menciptakan solusi
menang-menang.
tawar menawar distributif versus
integrative
|
||
Ciri tawar menawar
|
Ciri tawar menawar distributive
|
Ciri tawar menawar integrative
|
Sumber daya yang tersedia
|
Jumlah Sumber daya tetap dan
harus di bagi
|
Jumlah sumberdaya variabel harus
di bagi
|
Motivasi primer
|
Saya menang, anda kalah
|
Saya menang, anda menang
|
Kepentingan primer
|
Saling menentang
|
Mengerucut dan sama sebangun
antara satu orang dengan lainnya
|
Fokus hubungan
|
Jangka pendek
|
Jangka panjang
|
v
PROSES NEGOSIASI
Persiapan dan Perencanaan
Sebelum
anda mulai berunding, anda perlu menyelesaikan pekerjaan rumah, apakah sifat
dasar dari konflik itu,
Defenisi dan aturan-aturan dasar
Setelah
anda menyelesaikan perencanaan anda dan menyusun suatu strategi anda siap
menetapkan aturan-aturan dasar dan prosedur dengan pihak lain mengenai
perundingan itu sendiri.
Penjelasan dan pembenaran
Bila
pendirian awal telah di pertukarkan, anda dan pihak lain akan menerangkan,
menegaskan, memperjelas, memperkuat, dan membenarkan permintaan asli anda. Ini
tidak selalu bersifat konfrontasional.sebaliknya ini merupakan kesempatan
saling mendidik dan memberi informasi mengenai persoalan, mengapa persoalan itu
penting dan bagaimana cara masing-masing pihak menghasilkan permintaan awal
mereka. Inilah titik dimana anda mungkin berkeinginan memberikan pihak lain
setiap catatan yang membantu mendukung posisi anda.
Tawar-menawar dan pemecahan masalah
Hakikat
proses negosiasi ialah proses aktual memberi dan menerima sebagai upaya
memperbincangkan persetujuan, tidak di ragukan disinilah kompromi perlu di buat
oleh kedua belah pihak
Penutupan dan implementasi
Langkah
terakhir dalam proses negosiasi ialah memformalkan persetujuan yang telah di
wujudkan dan menyusun setiap prosedur yang di perlukan untuk pelaksanaan dan
negosiasi serikat buruh-manajemen, tawar menawar mengenai persyaratan
sewa,sampai pembelian sebidang real astat, sampai ke negosiasi tawaran pekrjaan
untuk posisi menajemen senior negosiasi ini akan memerlukan pengesahan hal-hal
spesifik ke dalam kontrak formal. Tetapi untuk sebagian besar kasus, penutupan
proses perundingan tidak lebih formal daripada jabat tangan.
v Peran
ciri kepribadain dalam negosiasi
Penilaian
keseluruhan atas hubungan antara kepribadian negosiasi menemukan bahwa
ciri dari kepribadian tidak mempunyai dampak langsung yang mencolok baik pada
proses tawar menawar maupun pada hasil negosiasi. Kesimpulan ini penting,
kesimpulan ini mengemukakan bahwa anda harus berkonsentrasi pada persoalan dan
faktor situasi dalam setiap episode tawar menawar dan bukan pada kepribadian
lawan anda.
Perbedaan jenis kelamin dalam
perundingan/negosiasi
Bukti
mengemukakan bahwa sikap wanita terhadap perundingan dan terhadap diri mereka
sendiri sebagai juru runding tampak nya agak berbeda dari sikap seorang pria.
Wanita manajerial menunjukan kepercayaan diri lebih rndah dalam antisipasi
perundingan dan kurang puas dengan kinerja mereka sesudah proses itu rampung,
meskipun sesungguh nya kenerja dan hasil yang mereka capai sama dengan apa yang
telah di capai oleh pria.kesimpulan terakhir ini mengungkapkan bahwa wanita
mungkin terlalu menghukum dirinya sendiri jika tidak bisa bergabung dalam
perundingan-perundingan ketika tindakan tersebut merupakan kepentingan terbaik
mereka.
E. Negosiasi pihak ketiga
Sampai
titik ini kita telah membahas tawar menawar dalam perundingan langsung. tetapi
kadang-kadang individu atau wakil kelompok mencapai jalan buntu dan tidak mampu
menyelesaikan perbedaan mereka melalui perundingan langsung. Dalam kasus
semacam itu mereka mungkin berpaling ke pihak ketiga untuk membantu mereka
menemukan penyelesaian.
Mediator ialah pihak ketiga netral yang
mengasilitasi penyelesaian perundingan dengan menggunakan penalaran dan
persuasi, menyarankan alternatif dan semacamnya.mediator secara luas digunakan
dalam perundingan serikat buruh manajemen dan dalam pertikaian pengadilan
perdata.
Arbitator merupakan pihak ketiga yang
mempunyai wewenang memaksakan kesepakatan. Abitrasi dapat bersifat sukarela
(diminta) atau wajib (dipaksakan pada pihak-pihak oleh undang-undang atau
kontrak).
Otoritas
atas wewenang arbitrator itu beraneka ragam merurut aturan yang di tentukan
olah para peruding. Misalnya arbitrator mungkin terbatas pada memilih tawaran
terakhir atas salah satu perundingan atau pada menyarankan titik persejuan yang
tidak mengikat atau bebas memilih dan membuat setiap pertimbangan yang dia
inginkan. Kelebihan dari abitrasi bila di bandingkan dengan mediasi ialah bahwa
abitrasi selalu menghasilkan penyelesaian.
Konsiliator merupakan pihak ketiga yang
terpercaya yang berperan sebagai pengubung komunikasi informal antara perunding
dengan lawannya.
Perujukan digunakan secara luas dalam segketa
internasional, perburuhan, keluarga dan komunitas.membandingkan efektifitasnya
dengan mediasi ternyata sulit karena keduanya banyak sekali mengalami tumpang
tindih. Dalam perakteknya lazimnya perujuk lebih dari sekedar menjalankan
komunikasi. Mereka juga melakukan pencarian fakta, penafsiran pesan dan
pembujukan terhadap mereka yang bersengketa untuk mencapai kesepakatan.
Konsultan adalah pihak ketiga yang
terampil dan tidak berat sebelah yang berupaya memudahkan pemecahan masalah
melalui komunikasi dan analisis yang di bantu dengan pengetahuannya mengenai
manjemen konflik. Kontras dengan peran-peran diatas, peran konsultan tidaklah
untuk menyelesaikan persoalan tetapi, lebih keperbaikan hubungan antara
pihak-pihak yang berkonflik sehingga mereka dapat mencapai penyelesaiannya
sendiri.[3]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Konflik
berasal dari kata kerja latin configere
yang berarti saling
memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai
suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga
kelompok) dimana salah satu pihak berusaha
menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkannya atau membuatnya
tidak berdaya. Konflik yaitu
proses yang bermula ketika satu pihak mengganggap pihak lain secara negative
mempengaruhi atau akan secara negative mempengaruh.
Faktor-Faktor
Penyebab Konflik
Ø Perbedaan individu, yang meliputi
perbedaan pendirian dan perasaan. Setiap manusia adalah individu yang unik.
Ø Perbedaan latar belakang kebudayaan
sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Ø Perbedaan kepentingan antara individu
atau kelompok.
negosiasi
merupakan proses yang di dalamnya dua pihak atau lebih bertukar barang atau
jasa dan berupaya menyepakati tingkat kerjasama tersebut bagi
mereka.perundingan atau negosiasi mewarnai interaksi hampir semua orang dalam
kelompok dan organisasi
Negosiasi pihak ketiga
Sampai
titik inikita telah membahas tawar menawar dalam perundingan langsung. tetapi
kadang-kadang individu atau wakil kelompok mencapai jalan buntu dan tidak mampu
menyelesaikan perbedaan mereka melalui perundingan langsung. Dalam kasus
semacam itu mereka mungkin berpaling ke pihak ketiga untuk membantu mereka
menemukan penyelesaian.
B.
Saran
Semoga dengan makalah ini teman –teman
bisa memahami apa yang ada dalam komunikaso organisasi,dan semoga makala ini juga bisa lebih baik lagi
kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Donnelly
Invencevich Gibson.organisasi.halm
271
Liliweri alo.sosiologi komuniasi dan organisasi.hlm (327-350)
Karyoto.Dasar-Dasar
manajemen.2015.Andi.yogyakarta.hlm51-61
[1]Donnelly Invencevich Gibson.organisasi.halm 271
[2] Liliweri
alo.sosiologi komuniasi dan organisasi.hlm
(327-350)
[3]
Karyoto.Dasar-Dasar manajemen.2015.Andi.yogyakarta.hlm51-61
No comments:
Post a Comment