MAKALAH
MOTIF dan NILAI BERFILSAFAT
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT karena dengan semata kami
dapat meyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing mata kuliah Filsafat
Pendidikan Islam. Sebagai wujud dari pengabdian kami kepada Allah SWT sekaligus
bentuk realisasi dari tanggung jawab dan kewajiban kami selama mengikuti mata
kuliah ini.
Makalah ini bersisi materi tentang “Motif
dan Nilai Berfilsafat” pembahasan yang memaparkan tentang uraian, dan
penjelasan dari Motif dan Nilai Berfilsafat. Sehingga makalah dapat digunakan
untuk penyajian diskusi dan untuk keperluan lainnya.
Makalah ini diharapkan dapat di manfaatkan
oleh para mahasiswa/i sebagai materi dalam belajar atau sebagai bahan bacaan
untuk menambah wawasan yang telah ada, selain itu, penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada Allah SWT, kepada kedua orang tua, teman-teman, dan semua
pihak yang telah memberikan dan bantuannya dalam penyusunan makalah ini.
Bengkulu, Oktober 2018
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .....
DAFTAR ISI
.....
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang .......
B.
Rumusan Masalah
..
BAB II PEMBAHASAN
A.
Motif Berfilsafat
...
B.
Nilai Berfilsafat
..
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
.......
B.
Saran
....
DAFTAR PUSTAKA ........
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Mengapa manusia berfilsafat? Kekaguman
atau keheranan, keraguan atau kesangsian, dan kesadaran akan keterbatasan
merupakan 3 hal yang mendorong manusia untuk
berfilsafat. Plato filsuf Yunani, guru dari Aristoteles menyatakan bahwa, mata kita memberi pengamatan
bintang-bintang, matahari, dan langit. Pengamatan ini memberi dorongan kepada
kita untuk menyelidiki,
dan dari penyelidikan ini berasal
filsafat. Berbeda dengan Plato, Agustinus dan Rene Descartes beranggapan lain.
Menurut mereka, berfilsafat itu bukan dimulai dari kekaguman atau keheranan,
tetapi sumber utama mereka berfilsafat dimulai dari keraguan atau kesangsian.
Ketika manusia heran, ia akan ragu-ragu dan mulai berpikir apakah ia sedang
tidak ditipu oleh panca inderanya yang sedang keheranan?
Rasa heran dan meragukan ini mendorong
manusia untuk berpikir lebih mendalam, menyeluruh dan kritis untuk memperoleh
kepastian dan kebenaran yang hakiki. Berpikir secara mendalam, menyeluruh dan
kritis seperti ini disebut dengan berfilsafat.
Bagi manusia, berfilsafat dapat juga
bermula dari adanya suatu kesadaran akan keterbatasan pada dirinya. Apabila
seseorang merasa bahwa ia sangat terbatas dan terikat terutama pada saat
mengalami penderitaan atau kegagalan, maka dengan adanya kesadaran akan
keterbatasannya itu manusia berfilsafat. Ia akan memikirkan bahwa di luar
manusia yang terbatas, pastilah ada sesuatu yang tidak terbatas yang dijadikan
bahan kemajuan untuk menemukan kebenaran yang hakiki.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa motif berfilsafat ?
2.
Apa nilai-nilai berfilsafat ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Motif Berfilsafat
Filsafat merupakan cara pandang terhadap
pengetahuan yang ada. Filsafat adalah komponen penting kepemimpinan, dengan belajar berpikir secara logis, seimbang,
kritis, sistematis, dan komunikatif, anda akan menjadi seorang pemimpin ideal,
yang amat dibutuhkan di
berbagai bidang di masa
sekarang ini.
Oleh karenanya seseorang yang berfilsafat pasti memiliki
motif sehingga ia terdorong untuk
melakukan. Diantara motif-motif orang berfilsafat yaitu sebagai berikut:
1.
Rasa ingin tahu(Curiousity)
Sejatinya manusia adalah makhluk yang berfikir, berfikir
inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya yang ada di bumi ini,
namun tentu dalam berfikir pun pastilah berbeda, maka filsafat ini adalah cara
berfikir yang berbeda, filsafat tidak hanya melihat dan membicarakan yang ada
namun filsafat juga membicarakan hal tidak ada atau yang mungkin ada.
Berfilsafat adalah berfikir secara mendalam sampai ke akar inilah yang disebut berfilsafat. Sebetulnya
berfilsafat itu merupakan hal yang penting karena berfilsafat sejatinya
berusaha mencari kebenaran, dengan berfilsafat kita tidak hanya melihat satu
sisi namun semua sisi kita lihat sehingga mendapatkan makna yang lebih kuat.
Ketika melihat pohon yang subur berdiri kokoh dengan daunnya yang lebat dan di
penuhi dengan buah-buahnya maka orang yang berfilsafat tidak cukup hanya
melihat itu semua, orang yang berfilsafat tentu bertanya mengapa pohon tersebut
bisa berdiri kokoh dengan daun yang lebat dan di penuhi buah? ternyata pohon
yang kuat memiliki akar yang sehat, ia dirawat disirami dan di pupuki dengan
sangat teliti sehingga menjadikan pohon itu berdiri kokoh dan tumbuh dengan
suburnya.
2.
Tertarik pada
simbol-simbol (Symbolic Interest)
Ketika
seseorang ingin sekali mengetahui
arti atau maksud dari simbol yang dituju maka ia akan berfilsafat dan bertanya
tentang hal itu. Contohnya pada
simbol pancasila, sila pertama yaitu gambar bintang. Seseorang yang penasaran
pada arti simbol tersebut akan membuat dia tertarik untuk berfikir dan
berfilsafat terhadap pengetahuan tersebut.
3.
Mencari makna (Search for meaning)
Seseorang yang berfilsafat pasti akan mencoba mencari apa
yang menjadi makna kehidupan manusia dan mencari aspek-aspek yang muncul.
Ketika seseorang penasaran maka ia akan berusaha melakukan berbagai cara
untuk menyelidiki
targetnya itu, mencari tahu tentang
maknanya itulah yang mendorong seseorang untuk berfilsafat.
4.
Keinginan untuk menyelesaikan masalah (Desire to solve problems)
Dengan belajar filsafat maka akan mendapatkan beberapa keterampilan
berikut, memikirkan suatu masalah secara
mendalam dan kritis, membentuk argumen dalam bentuk lisan maupun tulisan secara
sistematis dan kritis, mengkomunikasikan ide secara efektif, dan mampu berpikir
secara logis dalam menangani masalah-masalah kehidupan yang selalu tak terduga.
Jadi ketika seseorang sedang dalam masalah ia akan mencoba melalukan sesuatu
pikirian yang mendalam, ia akan mencoba bertanya-tanya penyebab masalah yang
timbul, karena itulah ia melakukan sebuah filsafat. Filsafat juga mengajarkan kita untuk bisa
mempertahankan pendapat, serta bisa mengembangkannya secara sehat, menggunakan
nalar yang tepat, tidak menggunakan otot dan tidak menggunakan ototritas
intervensi.
5.
Membutuhkan Inspirasi (Need for Inspiration)
Motif orang yang berfilsafat salah satunya membutuhkan
inspirasi bagaimana mengorganisasikan proses pembelajaran yang ideal. Teori
pendidikan bertujuan menghasilkan pemikiran tentang kebijakan dan
prinsip-rinsip pendidikan yang didasari oleh filsafat pendidikan. Praktik
pendidikan atau proses pendidikan menerapkan serangkaian kegiatan berupa
implementasi kurikulum dan interaksi antara guru dengan peserta didik guna
mencapai tujuan pendidikan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori-teori
pendidikan. Peranan filsafat pendidikan memberikan inspirasi, yakni menyatakan
tujuan pendidikan negara bagi masyarakat, memberikan arah yang jelas dan tepat
dengan mengajukan pertanyaan tentang kebijakan pendidikan dan praktik di lapangan
dengan menggunakan rambu-rambu dari teori pendidik. Seorang guru perlu
menguasai konsep-konsep yang akan dikaji serta ilmu dan seni mengajar materi
subyek terkait, agar tidak terjadi salah konsep atau miskonsepsi pada diri
peserta didik.
B.
Nilai Berfilsafat
1.
Understanding (memahami)
Dengan berfilsafat kita dapat memahami, memahami diri dari sekeliling dengan
pertanyaan-pertanyaan mendasar.
Sesuatu yang kita amati dengan berfilsafat akan menjadi nilai untuk kita
memahami yang di filsafatkan. Belajar
filsafat akan menjadikan manusia lebih bijaksana. Bijaksana artinya memahami
pemikiran yang ada dari sisi mana pemikiran itudisimpulkan. Memahami dan
menerima sesuatu yang ada dari sisi mana keadaan itu ada. Contoh saat kita berfilsafat pada suatu pengetahuan maka
dengan itu kita bisa memahami yang kita filsafatkan sendiri sesuai cara pandang
kita.
2.
Removing Inconsistencies (membuang hal yang tidak konsisten)
Setelah
berfilsafat dan kita bisa mendapatkan makna atau penjabaran dari suatu pengetahuan
yang kita filsafatkan, tentu kita akan mengambil kesempurnaan dan membuang hal
yang tidak konsisten.
3.
Suggesting
New Development (Mendorong lahirnya perkembangan baru)
Merupakan salah
satu nilai kegunaan berfilsafat. Saat memunculkan pertanyaan, seseorang akan
semakin banyak mengetahui hal yang baru ketika pertanyaan yang diajukan
mendapatkan jawaban.
4.
Seen Relationship (melihat hubungan)
Ketika seseorang sedang berfilsafat terhadap dua kajian
yang berbeda, maka pengaruhnya ia akan melihat hubungan antara kedua materi
tersebut.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Seseorang
yang memiliki keinginan untuk mengetahui atau mengkaji sesuatu, ia akan
melakukan pemikiran dengan cara berfilsafat kemudian itulah yang menyebabkan
timbulnya motif-motif berfilsafat serta memunculkan nilai kegunaannya.
B.
Saran
Demi
kecintaan pada ilmu pengetahuan, kami mengharapkan kritik dan saran yang tepat
dan dapat membangun demi perbaikan makalah ini dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Maksum Ali, Pengantar Filsafat, (Jogjakarta:Ar-Ruzz
Media, 2011)
No comments:
Post a Comment