1

loading...

Tuesday, October 23, 2018

MAKALAH PENGARUH TEMAN SEBAYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR

MAKALAH PENGARUH TEMAN SEBAYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekeliling manusia yang dapat mempengaruhi tingkah laku manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Didalam pendidikan itu sendiri, lingkungan yang sangat dekat berhubungan langsung dengan pendidikan yaitu lingkungan sosial. Lingkungan sosial merupakan bentuk hubungan antara manusia satu dengan manusia yang lainnya. Adapun lingkungan sosial ini meliputi: keluarga, teman, guru dan masyarakat. Teman merupakan salah satu lingkungan sosial pertama bagi anak atau remaja berinteraksi dengan orang lain selain anggota keluargannya.[1]
Didalam Al-Qur’an, Allah Swt. pernah menyinggung masalah pergaulan agar memilih teman yang baik. Sebagaimana firmannya dalam Q.S At-Taubah:119
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.”[2]
Firman Allah Swt. diatas jelas bahwa Allah Swt. melarang kita agar tidak bergaul dengan orang-orang yang buruk akhlaknya dan bejat moralnya. Hendaknya seseorang itu bergaul dengan orang-orang yang benar seperti orang-orang yang baik. Teman yang baik dan dapat memberi pengaruh yang baik juga terhadap dirinya.
Menurut pendapat Dr.M.J. Langeveld bahwa “pergaulan itu merupakan ladang atau lapangan yang memungkinkan terjadinya pendidikan”.[3]
pendidikan adalah kebutuhan hidup setiap manusia. Bahkan  didalam Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional mendefinisikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia serta terampil yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Sidiknas 2003 : 1).[4]
Setiap pengaruh dari pergaulan teman sebaya mempunyai dampak terhadap pendidikan, baik hal yang dapat mendukung proses pembelajaran atau malah akan menjadi penghambat sistem pembelajaran itu sendiri, karena setiap apa yang dilakukan seorang teman akan berpengaruh dan memberi dampak terhadap motivasi belajar anak tersebut.
Menurut Purwanto (2007:73) Motivasi belajar adalah suatu usaha yang didasari untuk menggerakkan, mengarahkan, dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil dan tujuan tertentu”. Tentu saja motivasi ini sangat penting dalam memajukan peningkatan mutu pembelajaran yang dapat mengacu pada tujuan dari pembelajaran itu sendiri[5]. Motivasi belajar ini sering menjadi pengaruh dari dalam diri anak jika dihadapkan dengan berbagai macam pengaruh yang terjadi diluar diri anak tersebut terutama pengaruh dari teman-teman  sebayanya.
Seorang anak yang telah memasuki dunia pendidikan formal (sekolah) dan telah memasuki masa remaja. Anak tersebut cenderung lebih dekat dengan teman sebayanya ketimbang dengan keluarganya sendiri, hal ini karena anak lebih sering berada diluar menghabiskan waktunya disekolah, ekstrakulikuler dan bermain bersama teman sebayanya dibandingkan dengan keluargaanya sendiri.
Permasalahan yang banyak terjadi sekarang ini, salah satunya merupakan dampak dari pengaruh-pengaruh teman sebaya yang tidak diinginkan. Hal ini tentu menjadi kekhawatiran dari para orang tua terhadap prilaku dan moral anaknya serta menjadi tanggung jawab orang dewasalah untuk dapat meminimalisir kemungkinan buruk yang akan terjadi dikedepannya. Peranan orang tua tentu sangat penting demi masa depan anak-anaknya terutama dalam hal memilih teman yang baik untuk anaknya. Sebagaimana Menurut anjuran Imam Al-Ghazali: ”Hendaknya (orang tua) menjaga anak-anaknya dari bergaul dengan anak-anak yang dibiasakan bersenang-senang dan bermewah-mewah serta dibiasakan berpakaian yang serta lux dan demikian pula terhadap anak-anak yang berkelakuan buruk”.[6]
Peranan orang dewasa tidak hanya sebatas orang tua saja, melainkan juga guru dan masyarakat sekitar. Didalam pendidikan formal, hal ini menjadi tanggung jawab seorang guru yang merupakan motivator terhadap anak didiknya. Diharapkan pengaruh yang dihasilkan teman sebaya hendaknya dapat berpengaruh kearah yang positif dan dapat menjadi motivasi yang baik untuk meningkatkan mutu pembelajaran dan prestasi anak disekolah. Membimbing dan mengarahkan anak agar tidak berkelakuan yang buruk dan dapat memberikan pengaruh positif kepada teman-temanya merupakan tujuan dari seorang guru kepada anak didiknya.[7]
Teman sebaya merupakan salah satu dari ruang lingkup sekolah. Biasanya didalam sekolah seringkali kita mendengar adanya kelompok teman sebaya. Kelompok teman sebaya merupakan sekelompok anak atau remaja yang memiliki usia dan tingkat kematangan yang hampir sama. Hubungan yang terjadi diantara keduanya merupakan hubungan yang edukatif. Dimana mereka akan saling ssberinteraksi, belajar bersama, bercerita, saling mengajak dan diajak dan saling memberikan dukungan antara satu sama lain. Hubungan yang dibangun dengan baik akan sangat membantu pembelajaran dan proses pembentukkan tingkah laku anak keranah yang lebih baik juga.[8]
Pada dasarnya ada beberapa jenis teman sepermainan/sebaya dengan berbagai tipe adanya teman sepermainan itu karena didasari oleh kesamaan hobi, tujuan, pikiran dan seringnya bertemu. Dan setiap teman sepermainan memiliki karakter yang berbeda. Perbedaan karakter ini memengaruhi dalam banyak hal, khususnya prestasi belajar. Pengaruh tersebut dapat berpengaruh positif maupun negatif terhadap tingkat prestasi belajar . tergantung diri sendiri atau teman sepermainan tersebut.
Kelompok teman sebaya mempuyai fungsi dalam proses belajar karena dapat meningkatkan kemampuan kognitif bagi anak. Teman dapat dijadikan teman diskusi tentang berbagai macam masalah dan cara menyelesaikannya, dapat juga tempat untuk belajar kelompok, mengemukakan pendapat, dan untuk meningkatkan kemampuan dalam penalaran. Tidak dapat dipungkiri bahwa teman sebaya dapat mempengaruhi hal-hal positif, bertukar pikiran, berbagi info atau pendapat. Dimana hal ini Justru sangat baik dalam memberikan perubahan dalam hasil belajar siswa dan dapat juga  berpengaruh terhadap tingkat prestasi belajar siswa.[9]
Tingkat prestasi anak diukur dari keberhasilan pembelajaran yang telah diberikan. Hendaknya dalam proses pembelajaran yang terjadi, lingkungan juga dapat mendukung pembelajaran dan dapat memberi dorongan untuk tambah semangatnya dalam belajar.[10]
Penelitian ini lebih khususnya melihat dari pergaulan teman sebaya tingkat remaja yang sampel penelitiannya diambil pada pergaulan siswa yang terjadi  disekolah. Selanjutnya dari awal penelitian, penulis dapat menemukan fenomena yang dapat dilihat dari siswa bahwa masih banyaknya dampak negatif yang terjadi akibat teman sebaya. Adanya sebagian dari teman sebaya yang masih memberikan dampak yang buruk dalam perkembangan belajar anak. Teman sebaya bukan hanya sebagai rekan tetapi juga sebagai pendukung yang memberikan motivasi atau dorongan belajar dan semangat belajar yang tinggi untuk sama-sama memperbaikki prestasi belajar yang maksimal.
Problem yang terjadi pada saat ini bahwa teman sebaya juga dapat menurunkan semangat belajar dan prestasi belajar diantara siswa. Dampak yang sering muncul juga kebanyakkan dari teman sebaya, kemalasan dan tidak adanya semangat untuk belajar sering terjadi didalam kehidupan siswa. Ada yang mengikuti tingkah laku temannya seperti malas belajar, tidak mengerjakan PR, bolos sekolah, dalam belajar hanya memikirkan bermain bahkan ada yang sampai prestasi anak tersebut menurun hanya karena  mengikuti temannya yang sering bermalas-malasan.
Dari apa yang dipaparkan diatas, penulis sangat tertarik untuk mengkaji lebih lanjut dengan melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Teman Sebaya Terhadap Prestasi Belajar”.
B. Identifikasi Masalah
Pencapaian pemahaman siswa salah satunya ditentukan oleh nilai prestasi yang diperoleh peserta didik, bahkan sampai saat ini nilai prestasi yang diperoleh siswa menjadi tolak ukur keberhasilan belajar seseorang. Namun, dalam proses pembelajaran itu banyak sekali faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan dan prestasi belajar tersebut. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain seperti minat dan bakat.
Disamping itu juga ada faktor lain yang mempengaruhi proses dari pemahaman siswa tersebut yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang turut mempengaruhi pemahaman siswa berasal dari dalam diri siswa tersebut dan ada juga faktor eksternal (lingkungan) seperti lingkungan keluarga, teman sebaya dan sekolah.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dalam penelitian ini penulis memberikan batasan masalah pada faktor-faktor lingkungan yang menjadi pengaruh dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dalam lingkup teman sebaya. Memusatkan penelitian pada pergaulan teman sebaya termasuk juga yang dilakukan seorang guru dalam mengarahkan pertemanan yang dapat meningkatkan semangat belajar siswa.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1.    apakah faktor yang dapat mempengaruhi teman sebaya dalam proses belajar dan prestasi belajar siswa?
2.    Bagaimanakah peran guru dalam mengarahkan pertemanan yang terjadi dalam pergaulan teman sebaya dalam lingkup sekolah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1.    Untuk mengetahui apakah faktor yang ditimbulkan teman sebaya dapat berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa.
2.    Untuk mengetahui peran apasaja yang dilakukan seorang guru dalam mengarahkan pertemanan yang terjadi dalam pergaulan teman sebaya dalam lingkup sekolah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
F. Manfaat Penelitian
1.    Teoritis
Hasil penelitian ini digunakan sebagai upaya dalam meningkatkan semangat dan motivasi belajar siswa sehingga tercapainya prestasi belajar yang maksimal dan membantu meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan dalam hal saling adanya sikap saling memengaruhi antara satu sama lain dalam hal yang baik dengan cara membimbing dan mengarahkan siswa dan teman sebaya kearah yang positif.
2.    Praktis
a.    Bagi Siswa
1)        Dapat meningkatkan semangat belajar sehingga terelialisasikan melalui prestasi belajar siswa.
2)        Meningkatkan antusias siswa dalam hal saling memberi dukungan antara satu sama lain saat belajar.
3)        Menciptakan lingkungan yang juga dapat meningkatkan persaingan yang positif diantara siswa.
b.    Bagi Guru
1)        Dapat meminimalisir hal buruk terjadi dalam pergaulan teman sebaya sehingga tujuan dari pendidikan tercapai maksimal.
2)        Dapat menjadi acuan bagi guru untuk memahami karakter dari setiap peserta didiknya.
3)        Guru dapat memperbaikki cara dalam hal menghadapi siswa-siwanya yang dapat memberi pengaruh yang tidak baik kepada siswa lainnya.
4)        Menjadi pemahaman guru jika berhasil memberi arahan dan motivasi siswanya sehingga pergaulan yang ada menjadi ladang kberhasilan pembelajaran yang maksimal.
c.    Bagi Peneliti
1)        Peneliti dapat melatih diri dalam melaksanakan penelitian.
2)        Sebagai sarana dalam memperaktekkan ilmu yang diperoleh dibangku perkuliahan.
3)        Peneliti dapat mengetahui seberapa besar pengaruh teman sebaya terhadapa prestasi belajar siswa.
G. Sistematika Penulisan
Untuk terarahnya penulisan skripsi ini dibuat sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I adalah Pendahuuan, berisikan Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan Sistematika Penulisan.
Bab II adalah Landasan Teori, yang berisikan faktor-faktor dari pergaulan teman sebaya, motivasi guru dan cara menghadapinya, Penelitian Relevan, Kerangka Teoritis, Hipotesis Penelitian.
Bab III adalah bab yang membahas tentang Jenis Penelitian,Waktu dan Tempat Penelitian, Populasi dan Sampel, Definisi Operasional Variabel, Teknik Pengumpulan Data, Instrumen Penelitian, Uji Validitas dan Reliabilitas, Teknik Analsis Data.
Bab IV adalah bab yang membahas tentang Hasil Penelitian dan Pembahasan yang berisi Deskripsi Wilayah Penelitian, Penyajiann Data Hasil Penelitian, Pembahasan Hasil Penelitian.
Bab V merupakan Penutup, bab ini berisikan tentang Kesimpulan Hasil Penelitian dan Saran-saran Penulisan terhadap Hasil Penelitian.


BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Prestasi Belajar
1. Pengerian Prestasi
Kata “Prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti hasil usaha. Istilah “prestasi belajar” (achievement) berbeda dengan “hasil belajar” (learning outcome). Prestas belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukkan watak peserta didik (Zainal Arifin, 2013:12). Menuurut Muhibbin Syah (2011: 141), “prestasi adalah tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program.[11]
Prestasi tidak akan dapat dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan. Dalam kenyataannya untuk mendapatkan prestasi tidak semudah yang dibayangkan tetapi dengan perjuangan dan berbagai tantangan yang harus dihadapi untuk mencapainya. Meski pencapaian prestasi itu penuh dengan rintangan dan tantangan yang harus dihadapi seseorang namun tidak akan pernah menyerah untuk mencapainya.
Prestasi belajar adalah tentang apa yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dengan istilah hasil belajar. Jadi prestasi dalam belajar adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan yang menyenangkan hati dan diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.[12]
2. Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu proses dalam kehidupan manusia yang berlangsung sepanjang hayat. Belajar dimulai dari bayi sampai sepanjang usia mereka. Menurut Slameto (2013:2) belajar merupakan suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar merupakan suatu proses untuk menjadikan manusia bekembang secara utuh, baik dalam segi jasmani maupun rohani. Belajar yang dilakukan oleh manusia senantiasa dilandasi dengan iktikad baik. Belajar harus dilaksanakan dengan sengaja, direncanakan sebelumnya dengan struktur tertentu, sehingga proses belajar dapat terkontrol secara cermat. Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (2014:102), “Belajar adalah suatu proses yang menirnbulkan terjadinya suatu perubahan dan pembaharuan dalam tingkah laku dan atau kecakapan”.[13]
Prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh dari proses belajar yang dijalan selama mengikuti proses pembelajaran. Prestasi belajar adalah bukti keberhasilan yang dapat dilihat dari perubahan-perubahan pada dalam diri seorang siswa dari perubahan pengetahuan, ketrampilan dan lain sebagainya. Dimyati dan Mudjiyono (2009:200) menjelaskan bahwa prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, di mana tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan skala nilai berupa huruf atau kata atau simbol.[14]
Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang selalu ada dalam kehidupan manusia, karena sepanjang hidupnya manusia selalu mengejar prestasi belajar menurut bidang dan kemampuan masing-masing (Zainal Arifin, 2013: 12). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai seseorang setelah mengikuti kegiatan belajar yang ditunjukkan dengan nilai yang berupa angka atau huruf dalam periode waktu tertentu.[15]


B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah melakukan kegiatan pembelajaran yang kemudian digambarkan dalam  simbol, angka ataupun huruf. Keberhasilan atau kegagalan dalam kegiatan pembelajaran tentu akan berpengaruh pada prestasi belajar yang diperoleh oleh siswa. Di dalam sebuah kelas tidak semua siswa memiliki tingkat prestasi yang sama satu dengan lainnya, ada siswa yang memiliki prestasi tinggi, sedang mapupun rendah. Menurut Slameto (2013: 54), terdapat faktor-kator yang mempengaruhi prestasi belajar yang digunakan menjadi dua golongan, yaitu : 
1.    Faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam diri individu, meliputi :
a)    Faktor jasmaniah berupa faktor kesehatan dan cacat tubuh. 
b)   Faktor psikologis, berupa intelegensi, perhatian, minat, bakat, rnotif, kematangan, kesiapan. 
c)    Faktor kelelahan yaitu kelelahan jasmani dan rohani. 
2.    Faktor eksternal yaitu faktor yang ada di luar individu, terdiri dari: 
a)    Faktor keluarga yaitu cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan. 
b)   Faktor sekolah yaitu metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa lain, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah. 
c)    Faktor masyarakat yaitu kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.[16]
Faktor-faktor yang menentukan pencapaian prestasi belajar adalah:
1.    Faktor Internal 
a)    Kesehatan 
Kesehatan jasmani dan rohani sangat mempengaruhi kemampuan belajar seseorang. Bila seseorang selalu tidak sehat, sering sakit, dapat rnengakibatkan kurang bergairah untuk belajar. Jika kesehatan rohani kurang baik seperti mengalarni gangguan pikiran, adanya konflik maka juga akan mengganggu semangat untuk belajar. 
b)   Intelegensi dan bakat 
Kedua aspek kejiwaan ini juga sangat berpengaruh terhadap kernampuan belajar seseorang. Biasanya jika seseorang mempunyai intelegensi tinggi akan mudah belajar dan hasilnya pun cukup balk, tetapi jika seseorang mempunyai intelegensi rendah akan susah belajar dan hasilnya pun akan cenderung rendah. Bakat juga sangat mempengaruhi keberhasilan belajar. Jika seseorang rnempunyai bakat dalam bidang tertentu maka akan lebih mudah dan cepat pandai untuk mempelajarinya dibandingkan dengan orang yang, tidak punya bakat tersebut.
c)    Minat dan motivasi 
Minat belajar yang besar cenderung akan menghasilkan prestasi belajar tinggi, sebaliknya jika minat belajar kurang maka prestasi belajar akan rendah. Kuat lemahnya motivasi belajar akan mempengaruhi hasil belajar seseorang. Motivasi belajar perlu diusahakan terutarna dalam diri sendiri untuk memikirkan cita-cita masa depan.
d)   Cara belajar 
Jika belajar tidak rnemperhatikan teknik dan faktor Psikologis dan ilmu kesehatan, maka akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan. Selain itu perlu juga diperhatikan waktu belajar, tempat, fasilitas, penggunaan media pengajaran dan penyesuaian bahan pelajaran. Belajar harus dengan cara yang balk sehingga hasil belajar yang didapat akan memuaskan. 
2.    Faktor Eksternal 
a)    Lingkungan Keluarga 
Faktor orang tua sangat mempengaruhi anak dalam belajar. Tinggi rendahnya pendidikan orang tua, besar kecilnya penghasilan, cukup atau kurangnya perhatian dan bimbingan orang tua, rukun atau tidak dengan orang tua, akrab atau tidak dengan orang tua, ketenangan dalam rumah, semua itu sangat rnempengaruhi keberhasilan seseorang.
b)   Lingkungan Sekolah
Keadaan sekolah tempat untuk belajar sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar. Kualitas guru, metode dalam mengajar, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas/perlengkapan di sekolah, keadaan ruangan, jumlah murid per kelas, pelaksanaan tata tertib sekolah, semua ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar anak. 
c)    Lingkungan Masyarakat 
Keadaan masyarakat juga menentukan prestasi belajar. Bila dilingkungan sekitar masyarakatnya orang-orang berpendidikan, terutama anak-anaknya bersekolah tinggi dan moralnya baik maka akan mendorong anak untuk lebih giat belajar. 
d)   Lingkungan sekitar 
Keadaan lingkungan sekitar juga mempengaruhi prestasi belajar. Keadaan lingkungan, bangunan rumah, suasana sekitar rumah, keadaan lalulintas, iklim, dan sebagainya, semua itu sangat mempengaruhi prestasi belajar anak.[17]
C. Pergaulan Kelompok Teman Sebaya
1.    Pengertian Pergaulan Kelompok Teman Sebaya
Lingkungan tepat tinggal mengajarkan berbagai macam hal kehidupan kepada manusia. Salah satu untuk mengenal satu sama lain dengan antar individu. Manusia dituntut untuk dapat mandiri dalam mengerjakan kegiatannya, manusia juga dituntut untuk mampu berinteraksi dengan individu lain. Karena dalam kehidupannya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. merupakan proses antar individu yang satu dengan yang lain yang terjalin secara langsung yang melakukan hubungan interaksi dan jika dilakukan dalam jangka waktu tertentu akan membentuk jalinan persahabatan atau pertemanan. Dari pergaulan yang dilakukan oleh siswa, maka siswa mulai mengenal berbagai pihak yang terdapat dalam lingkungan pergaulan tersebut. Salah satunya adalah teman sebaya.
Teman sebaya adalah anak-anak dengan usia atau tingkat kedewasaan yang kurang lebih sama. Lingkungan teman sebaya merupakan suatu interaksi dengan orang-orang yang mempunyai kesamaan dalam usia, status sosial, hobi dan pemikiran yang sama, dalam berinteraksi mereka akan mempertimbangkan dan lebih memilih bergabung dengan orang-orang yang mempunyai kesamaan dalam hal-hal tersebut (Robert A. Baron dan Donn Byrne, 2005: 114). Dalam kelompok teman sebaya individu akan merasakan adanya persamaan satu dengan yang baik usia, status sosial, kebutuhan, dan tujuan untuk memperkuat kelompok itu, sehingga individu didalam kelompok tersebut akan merasa menemukan dirinya dan akan mengembangkan rasa sosialnya seiring dengan perkembangan kepribadiannya.[18]
2.    Latar Belakang Timbulnya Kelompok Teman sebaya
Kehidupan sehari-hari yang dijalani setiap individu terdapat tiga lingkungan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Menurut Robert A. Baron dan Donn Byrne (2005: 124) anak tumbuh dan berinteraksi dalam dua dunia yaitu dunia orang dewasa dan dunia teman sebayanya. Dunia orang dewasa meliputi orang tuanya, gurunya, dan tetangganya, sedangkan dunia teman  sebayanyameliputi kelompok permainan, kelompok teman di sekolah, dan teman-temannya. Interaksi teman sebaya dari kebanyakan anak usia sekolah ini terjadi dalam grup atau kelompok, sehingga periode ini sering disebut usia kelompok. Dalam menentukan sebuah kelompok teman, dasar bagi kemungkinan terbentuknya kelompok teman sebaya adalah tinggal di lingkungan yang sama, bersekolah di sekolah yang sama, dan berpartisipasi dalam organisasi masyarakat yang sama. Sehingga seorang siswa lebih mementingkan aktivitas yang dilakukan bersama-sama, misalnya berbicara, berkeluyuran, berjalan ke sekolah, berbicara melalui telepon, mendengarkan musik, bermain game, dan melucu. Jadi dapat disimpulkan latar belakang terbentuknya kelompok teman sebaya karena adanya kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama, adanya kebutuhan yang sama, memiliki tujuan yang sama untuk mencari identitas diri dan ingin melakukan interaksi yang lebih banyak dengan teman sebaya dibandingkan orang tua. Setelah terbentuknya kelompok teman sebaya lama kelamaan akan timbul hubungan pertemanan atau persahabatan.[19] 
Para ahli perkembangan yaitu Rubin, Bukowski dan Parker, 2006; Wentzel dan Battle, 2001 dalam Santrock (2009: 112) menemukan lima jenis status teman sebaya. Lima jenis status teman sebaya yang ditemukan adalah sebagai berikut :
a)    Anak-anak populer (popular children), seringkali dipilih sebagai kawan terbaik dan jarang tidak disukai oleh kawannya.
b)   Anak biasa, anak yang tidak sering disukai juga anak yang tidak sering tidak disukai. 
c)    Anak rata-rata (average children), memperoleh angka rata-rata untuk dipilih secara positif dan negatif oleh kawan-kawannya.
d)   Anak-anak yang ditolak (rejected children), jarang dipilih sebagai kawan terbaik seseorang dan secara aktif tidak disukai oleh kawan-kawannya.
e)    Anak-anak kontroversial (controversial children), mungkin dipilih sebagai kawan terbaik seseorang atau mungkin pula tidak disukai oleh kawan-kawannya. 
Sahabat dapat bertindak sebagai orang yang terpercaya dan dapat membantu dalam mengatasi masalah-masalah. Pemberian dukungan dapat berupa dukungan emosi serta nasehat berupa informasi.[20]
3. Indikator Pergaulan Kelompok Teman Sebaya
Pergaulan kelompok teman sebaya adalah hubungan interaksi sosial yang timbul karena individu-individu yang berkumpul dan membentuk suatu kelompok yang didasarkan pada persamaan usia, status sosial, kebutuhan serta minat yang seiring berjalannya waktu akan membentuk pertemanan atau persahabatan. Dari penjelasan kajian teori Pergaulan Kelompok Teman Sebaya, maka dapat diperoleh kesimpulan mengenai indikator Pergaulan Kelompok Teman Sebaya adalah sebagai berikut :


a)    Teman sebagai pengganti keluarga
Furman dan Buhrmester (1992) dalam Santrock (2009: 114) mengatakan bahwa anak remaja lebih bergantung pada teman-teman mereka daripada dengan orang tua mereka untuk memuaskan kebutuhan pertemanan, perasaan berharga dan keintiman kasih sayang.[21] 
b)   Belajar memecahkan masalah
Salah satu fungsi dan peranan teman sebaya adalah belajar saling bertukar perasaan dan masalah. Mereka saling menumpahkan perasaan dan permasalahan yang tidak bisa mereka ceritakan pada orang tua maupun guru mereka. Dalam peer group, individu dapat mencapai ketergantungan satu sama lain. Karena dalam peer group ini mereka dapat merasakan kebersamaan dalam kelompok, mereka saling tergantung satu sama lainnya.
c)    Memperoleh dorongan emosional
Salah satu fungsi positif dari teman sebaya menurut Kelly dan Hansen (1987) dalam Dimyati dan Mudjiyono (2009: 167-168) adalah memperoleh dorongan emosional dan sosial serta menjadi lebih independen.[22]
d)   Menjadi teman belajar siswa
Seperti yang telah dijelaskan Dimyati dan Mudjiyono (2009: 178) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya kelompok teman sebaya adalah kegiatan atau aktivitas yang sama, tinggal di lingkungan yang sama, bersekolah di sekolah yang sama dan berpartisipasi dalam organisasi yang sama. Salah satu bentuk kegiatan atau aktivitas bersama berdasar lingkungan bersekolah ditempat yang sama adalah belajar bersama, sehingga teman sebaya akan menjadi teman belajar siswa.[23] 
e)  Meningkatkan harga diri siswa Salah satu fungsi positif dari teman sebaya menurut Kelly dan Hansen (1987) dalam Dimyati dan Mudjiyono (2009: 170) adalah meningkatkan harga diri.[24]
D. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan sebagai acuan dari penelitian ini maka dibuat Kajian terdahulu, dimanakajian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari penelitian terdahulu, penulis tidak menemukan penelitian dengan judul yang sama seperti judul penelitian penulis. Namun penulis mengangkat beberapa penelitian sebagai referensi dalam memperkaya bahan kajian pada penelitian penulis. Berikut merupakan penelitian terdahulu berupa beberapa jurnal terkait dengan penelitian yang dilakukan penulis.
1.    Penelitian yang dilakukan oleh Danti Indri Astuti (2016) yang berjudul “Pengaruh Pergaulan Kelompok Teman Sebaya dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS di SMA N 1 Parakan”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
1)   Terdapat pengaruh positif dan signifikan Pergaulan Kelompok Teman Sebaya terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Parakan Tahun Ajaran 2015/2016, yang ditunjukkan dengan = 0,421; = = 0,177; thitung 4,592; ttabel1,985, konstanta = 53,753, koefisien = 0,333 dengan taraf signifikansi 5%. Garis regresi dinyatakan dengan persamaan Y = 0,333X1 + 53,753.
2)   Terdapat pengaruh positif dan signifikan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Parakan Tahun Ajaran 2015/2016, yang ditunjukkan dengan = 0,655; = 0,429; thitung = 8,589; ttabel = 1,985; konstanta = 36,289; koefisien = 0,798 dengan taraf signifikansi 5%. Garis regresi dinyatakan dengan persamaan Y = 0,798   +36,289. 
3)   Terdapat pengaruh positif dan signifikan Pergaulan Kelompok Teman Sebaya dan Motivasi Belajar secara bersama-sama terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Parakan Tahun Ajaran 2015/2016, yang ditunjukkan dengan = 0,702; )= 0,492; = 47,045; = 3,090; konstanta = 28,632, koefisien = 3,467, koefisien = 7,762 dengan taraf signifikansi 5%. Garis regresi dinyatakan dengan persamaan Y = 0,206X1 + 0,711X2 + 28,632.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian di atas adalah kesamaan variabel bebasnya yaitu teman sebaya dan motivasi belajar. Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian ini menggunakan sampel sedangkan pada penelitian di atas menggunakan populasi, selain itu perbedaan juga terdapat pada lokasi dan subjek penelitian serta mata pelajaran yang digunakan pada penelitian diatas yaitub mata pelajara akuntansi sedangkan pada penelitian ini mata pelajaran yang akan diteliti yaitu Pendidikan Agama Islam. 
2.    Penelitian yang dilakukan oleh Titin Suprihatin (2010) yang berjudul “Metode Pembelajaran Tutor Teman Sebaya Meningkatkan  Hasil Belajar Berdasarkan Regulasi-Diri”. Dalam penelitiannya menyatakan bahwa pembelajaran melalui tutor teman sebaya efektif meningkatkan belajar berdasarregulasi-diri pada mahasiswa. Metode pembelajaran tutorteman sebaya terbukti memberikan kontribusi munculnya perilaku belajar berdasar regulasi-diri pada mahasiswa. Berdasarkan temuan penelitian ini, peneliti menyarankan kepada pengajar di perguruan tinggi memfasilitasi model pembelajaran yang mampu meningkatkan regulasi mahasiswa dalam belajarnya, yaitu melalui metode pembelajaran tutor teman sebaya. Metode pembelajaran tutor teman sebaya ini akan meningkatkan tingkat pemahaman mahasiswa terhadap tugas belajar yang diberikan. Hal ini terlihat dari waktu belajar yang digunakan pada kelompok perlakuan. Mereka selesai  tepat waktu dan penyelesaian tugas lebih cepat dibandingkan kelompok.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian di atas adalah kesamaan tema yang angkat yaitu teman sebaya dan prestasi belajar. Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian ini adalah penelitian diatas masih terlalu luas dan subjek  pembahasanya seputar mahasiswa sedangkan penelitian ini subjek utamanya adalah siswa selain itu perbedaan juga terdapat pada lokasi penelitiannya.
3.    Penelitian yang dilakukan oleh Nafisah Rusmawati (2018) dengan judul “Hubungan antara Dukungan Sosial Dan Motivasi membaca Pada Siswa SMA” Berdasarkan hasil penelitian bahwa ada  hubungan positif antara dukungan sosial dan motivasi membaca. Semakin tinggi dukungan sosial yang diterima semakin tinggi motivasi membaca siswa SMA. Sebaliknya semakin rendah dukungan sosial yang diterima semakin rendah motivasi membaca siswa SMA.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian di atas adalah kesamaan tema yang angkat yaitu teman sebaya dan motivasi belajar. Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian ini adalah penelitian diatas masih terlalu luas dan subjek  pembahasanya seputar motivasi membaca sedangkan penelitian ini bukan hanya minat membaca saja tetapi juga dalam meningkatkan pembelajaran siswa. Selain  itu perbedaan juga terdapat pada lokasi penelitiannya.
4.    Penelitian yang dilakukan oleh Laila Fitiana (2010) dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Group Investigation (GI) dan STAD terhadap prestasi belajar Matematika ditinjau dari Kemandirian Siswa”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
1)   Terdapat pengaruh model pembelajaran terhadap prestasi belajar matematika pada saat siswa-siswa yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran cooperative tipe GI lebih baik prestasi belajarnya dibandingkan dengan siswa-siswa yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran cooperative tipe STAD.
2)   Terdapat pengaruh kemandirian belajar terhadap prestasi belajar matematika pada mereka yang mempunyai kemandirian belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya dibandingkan dengan mereka yang mempunyai kemandirian belajar sedang maupun yang mempunyai kemandirian belajar rendah, dan mereka yang mempunyai sedang sama prestasi belajarnya dibandingkan dengan mereka yang mempunyai kemandirian belajar rendah.
3)    Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran cooperative dengan kemandirian belajar siswa terhadap prestasi belajar
Persamaan penelitian ini dengan penelitian di atas adalah kesamaan yaitu sama meneliti tentang bagaimana prestasi siswa apabila bekerjasama dengan kelompol teman sebayanya sendiri. Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian ini adalah penelitian tentang pembelajaran dengan teman sebaya dalam lingkup pendidikan agama islam sedangkan diatas bersifat global untuk semua mata pelajaran.
E. Kerangka Berpikir
1. Pengaruh Teman Sebaya terhadap Prestasi Belajar Siswa 
Pergaulan Kelompok Teman Sebaya merupakan hubungan yang terjalin antar anak atau remaja karena adanya persamaan usia, status sosial, kebutuhan serta minat. Kesamaan ini semakin lama akan membentuk pertemanan atau persahabatan yang akan mempunyai pengaruh besar bagi siswa, misalnya dari cara berperilaku, berpendapat dan pandangan tentang siswa sendiri, serta pergaulan kelompok teman sebaya dianggap dapat meningkatkan harga diri siswa. Pergaulan kelompok yang terjadi satu dengan lainnya akan berbeda karena itu semua sesuai dengan penilaian individu terhadap suatu kelompok teman sebaya.
Pergaulan kelompok teman sebaya yang baik adalah ketika siswa bersama teman-teman sebayanya melakukan aktivitas yang bermanfaat seperti membentuk kelompok belajar dan patuh pada norma-norma dalam masyarakat, pengaruh ini akan mempengaruhi perilaku mereka yang mementingkan prestasi belajarnya sehingga mereka akan berlomba lomba untuk bisa mendapatkan prestasi terbaik dalam kelompok teman sebayanya sehingga hal itu dapat meningkatkan prestasi belajarnya,  maupun sebaliknya ketika siswa bersama teman-teman sebayanya melakukan aktivitas yang kurang bermanfaat seperti lebih memilih bermain atau nongkrong daripada membentuk kelompok belajar, ini akan mempengaruhi perilaku mereka yang kurang mementingkan prestasi belajarnya. Oleh karena itu, pergaulan teman sebaya diduga mempunyai pengaruh positif terhadap prestasi belajar akuntansi.
2. Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar
Anak dengan motivasi belajar yang tinggi akan terlihat melalui kesungguhan anak dalam belajar, kemauan anak mengerjakan tugas yang diberikan, dan keaktifan anak di dalam kelas. Sedangkan anak dengan motivasi rendah akan terlihat dari kemalasan anak mengerjakan tugas yang diberikan, nilai yang kurang baik, bahkan perilaku membolos yang sering dilakukan. Dengan adanya motivasi tentunya akan meciptakan siswa yang aktif, mendorong, memberikan arah dan menjaga perilakunya setiap saat. Siswa yang memiliki motivasi tinggi akan senantiasa bersungguh sungguh dalam belajar sehingga terjadi proses belajar yang baik, dari proses belajar yang baik akan berpengaruh pada prestasi belajarnya. Jadi, bisa dikatakan jika siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi maka prestasi belajarsiswa tersebut juga akan meningkat, maupun sebaliknya jika siswa memiliki motivasi belajar yang rendah maka prestasi belajar siswa tersebut juga akan menurun. Oleh karena itu, motivasi belajar diduga mempunyai pengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa.
3. Pengaruh Teman Sebaya dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar
Pergaulan kelompok teman sebaya dan motivasi belajar memiliki peran penting dalam prestasi belajar. Dimana ketika siswa bersama teman-teman sebayanya melakukan aktivitas yang bermanfaat seperti membentuk kelompok belajar dan patuh pada norma-norma dalam masyarakat, pengaruh ini akan mempengaruhi perilaku mereka yang mementingkan prestasi belajarnya. Selain itu siswa yang memiliki motivasi belajar yang sama akan berkelompok atau berinteraksi sehingga mereka akan membentuk kelompok belajar yang tentunya dengan motivasi yang sama mereka ingin memperoleh prestasi belajar yang baik, sehingga diduga bahwa pergaulan kelompok teman sebaya dan motivasi belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
F. Paradigma Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir, maka hubungan antar variabel dalam
penelitian ini dapat digambarkan dalam paradigma penelitian sebagai berikut :

Rounded Rectangle: x_1                                                               HI
Rounded Rectangle: Y
 

                                                                         H3     
Rounded Rectangle: x_2
 

                                                                       
H2
Gambar 1. Paradigma Penelitian
Keterangan :
= Pengaruh Teman Sebaya
= Motivasi Belajar
Y  = Prestasi Belajar Akuntansi
H1 : Pengaruh Teman Sebaya terhadap Prestasi  Belajar
H2  : Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar
H3  : Pengaruh Pergaulan Kelompok Teman Sebaya dan Motivasi  Belajar secara bersama-sama terhadap Prestasi
G. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah, kajian teori dan kerangka berpikir, dapat disusun hipotesis sebagai berikut :
H1. Terdapat pengaruh positif Pengaruh Teman Sebaya terhadap Prestasi Belajar.
H2. Terdapat pengaruh positif Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa.
H3. Terdapat pengaruh Pergaulan Kelompok Teman Sebaya dan Motivasi Belajar secara bersama-sama terhadap Prestasi Belajar Siswa.














DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati. Ilmu  Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.2007
Abu Ahmadi. Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT. Rineka cipta. 2005.
Asri Budiningsih. Belajar dan Pembelajaran.Jakarta:PT Rineka Cipta.2005.
Boere George. General Psychology. Jogjakarta: Prismashophie. 2016.
Dimyati dan Mudjiyono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:PT.Rineka Cipta.2009.
Dalyono, M. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Penerbit PT Rineka Cipta. 2009.
Djiwandono dan Sri Esti Wuryani. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia. 2006.
Jhon W. Santrock. Psikologi Pendidikan. Jakarta:Salimba Humanika.2009
Mustofa Bisri. Psikologi Pendidikan. Yogjakarta: parama ilmu. 2015
Robert A. Baron dan Donn Byrne. Psikologi Sosial. Jakarta: Penerbit: Erlangga.2005.
Slameto. Belajar dan faktor-aktor yang mempengaruhinya. Jakarta:PT.Rineka Cipta.2013.
Tohirin. Psikologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta:Raja Grafindo Persada.2005.
Zainal Arifin. Evaluasi Pembelajaran. Bandung:PT.Remaja Rosdakarya.2013.




[1] Robert A. Baron dan Donn Byrne, Psikologi Sosial(Jakarta: Erlangga:2005). h. 9.
[2] Al-Qur’an dan Terjemahannya
[3] Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu  Pendidikan(Jakarta: PT. Rineka Cipta:2007). h. 5.
[4] Hadari Nawawi, Perundang-Undangan Pendidikan(1983). h. 23.
[5] Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu  Pendidikan(Jakarta:PT.Rineka Cipta:2007). h. 161.
[6] Ibid,... h. 98-100
[7] Abu Ahmadi, Psikologi Perkembangan(Jakarta:PT.Rineka Cipta:2005). h. 46
                [8] Bisri Mustofah, Psikologi Pendidikan(Yogjakarta:Parama Ilmu:2015). h. 78-79
[9] Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu  Pendidikan(Jakarta:PT.Rineka Cipta:2007). h. 25.
[10] Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran(Jakarta:PT.Rineka Cipta:2005). h. 20.
[11] Dimyati dan Mudjiyono, Belajar dan Pembelajaran(Jakarta:PT.Rineka Cipta:2009).   h. 25.
[12] Tohirin, Psikologi Pembelajaran Agama Islam(Jakarta:Raja Grafindo Persada:2005).  h. 151.
[13] Slameto, Belajar dan faktor-aktor yang mempengaruhinya(Jakarta:PT.Rineka Cipta:2013). h. 2.
[14] Dimyati dan Mudjiyono, Belajar dan Pembelajaran(Jakarta:PT.Rineka Cipta:2009).   h. 200.
[15] Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran(Bandung:PT.Remaja Rosdakarya:2013). h. 12.
[16]Slameto, Belajar dan faktor-aktor yang mempengaruhinya(Jakarta:PT.Rineka Cipta:2013). h. 54.

[17] Ibid,... h. 56-70.
[18] Robert A. Baron dan Donn Byrne, Psikologi Sosial(Jakarta: Penerbit: Erlangga:2005). h. 114.
[19] Ibid,... h. 124.
[20] Jhon W. Santrock. Psikologi Pendidikan(Jakarta:Salimba Humanika:2009). h. 112.
[21] Ibid,... h. 114.
[22] Dimyati dan Mudjiyono, Belajar dan Pembelajaran(Jakarta:PT.Rineka Cipta:2009).   h. 167-168.
[23] Ibid,... h. 178.
[24] Ibid,... h. 170.

No comments:

Post a Comment