Makalah Pengembangan dan Peningkatan Kualitas Pendidikan Islam
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memasuki abad XXI atau millenium ketiga ini dunia
pendidikan dihadapkan kepada berbagai masalah pelik yang apabila tidak segera
diatasi secara tepat, tidak mustahil dunia pendidikan akan ditinggal oleh
zaman. Kesadaran akan tampilnya dunia pendidikan dalam memecahkan dan merespon
berbagai tantangan baru yang timbul pada setiap zaman adalah suatu hal yang
logis bahkan suatu keharusan. Hal yang demikian dapat dapat dimengerti
mengingat dunia pendidikan merupakan slah satu pranata yang terlibat langsung
dalam mempersiapkan masa depan umat manusia. Kegagalan didunia adalah merupakan
kegagalan bagi kelangsungan kehidupan bangsa.
Pendidikan saat ini pada umumnya amat
dipengaruhi oleh pandangan hidup Barat yang bercorak ateistik, sekularistik,
meterialistik, rasionalistik, empiris dan skeptis. Sebagai akibat dari
pandangan filosofis yang demikian itu, maka lulusan dunia pendidikan saat ini
cenderung berubah orientasi dan pola hidupnya ke arah yang lebih bercorak
materialistik, hedonistik, sekularistik, dan individulitik, yang
gejala-gejalanya antara lain kurang menghargai nilai-nilai agama, pola hidup
yang permissive, yakni serba memperbolehkan siapa saj, seperti pergaulan bebas,
hidup bersama tanpa menikah, menyalahgunakan obat-obatan terlaranag dan lain
sebagainya.
Pandangan filosofis yang melandasi dunia
pendidikan yang demikian ini harus segera kita ganti dengan pandangan hidup
yang Islami yang disesuaikan dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa indonesia.
Hal ini sejalan dengan pandangan seluruh ahlimpendidikan yang mengatakan bahwa
sistem serta tujuan pendidikan bagi suatu masyarakat atau negara tidak dapat
diimpor atau diekspor dari atau ke suatu negara atau masyarakat. Ia harus
timbul dari dalam masyaratkat itu sendiri. Bagi umat Islam yang berada di
Indonesia, pendidikan yang dikembangkan selain harus sejalan dengan nilai-nilai
budaya bangsa Indonesia maka juga harus sejalan dengan nilai-nlai Islam. Sudah
waktunya agar Islam sebagai ajaran universal dan mengandung berbagai keunggulan
kompratif untuk diterapkan dalam rangka mencari solusi terhadap berbagai
masalah nasional, terutama masalah pendidikan.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa
Arah, Ciri dan Peluang Pengembangan dan Peningkatan Kualitas Pendidikan Islam ?
2. Bagaimana
Mencari Rumusan Sistem Pendidikan Yang Islami ?
C.
Tujuan Penulisan
1. Mengetahui,
Arah, Ciri dan Peluang Pengembangan dan Peningkatan Kualitas Pendidikan Islam
2. Mengetahui
Mencari Rumusan Sistem Pendidikan Yang Islami
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Arah, Ciri dan Peluang Pengembangan dan Peningkatan Kualitas Pendidikan Islam
1. Pengertian Pendidikan Islam
Secara sederhana pendidikan Islam
dapat diartikan sebagai pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai ajaran
Islam sebagaimana yang tercantum dalam al-Quran dan Hadist serta dalam
pemikiran para ulama dan dalam praktek sejarah umat Islam. Berbagai komponen
dalam pendidikan mulai dari tujuan, kurikulum,
guru, metode, pola hubungan guru dan murid, evaluasi, srana dan
prasarana, lingkungan dan evaluasi pendidikan harus didasarkan pada nilai-nilai
ajaran Islam. [1]
Pengertian
pendidikan Islam yaitu sebuah proses yang dilakukan untuk menciptakan
manusia-manusia yang seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan serta mampu mewujudkan eksistensinya sebagai khalifah Allah di bumi, yang
berdasarkan kepada ajaran al-Quran dan sunnah, maka dalam konteks ini
terciptanya isan kamil setelah proses pendidikan berakhir. Maka pendidikan
Islam adalah pendidikan yang mampu menyiapkan kader-kader khalifah, sehingga
secara fungsional keberadaanya menjadi pemeran utama terwujudnya tatanan dunia
yang rahmatan lil-‘alamin. Ditambahkan lagi bahwa pendidikan yang berwawasan
semesta, berwawasan kehidupan yang utuh dan multi dimensional, yaitu meliputi
wawasan Tuhan, manusia dan alam secara inregratif.[2]
Seperti halnya di negara-negara
lain, sistem pendidikan Islam dalam perkembangannya sangat dipengaruhi oleh
aliran atau paham ke-Islaman, maupun oleh keaadaan perkembangan sistem
pendidikan Barat. Pengaruh sistem pendidikan Barat terhadap sistem pendidikan
Islam terbukti berakibat tidak hanya pendidkan Islam tidak lagi berorientasi
sepenuhnya pada tujuan dan cita-cita Islam, tetapi juga tidak mencapai tujuan
pendidikan Barat yang bersifat sekuler. Dengan demikian selain terjadinya
dikhotomi dan sekularisasi dalam bidang pendidikan, juga berakibat pada
semakain kaburnya arah pendidikan Islam. Hal ini dapat diatasi dengan cara
menunjukkan dengan jelas cita-cita Islam dalam berbagai aspek kehidupan yang
diangkat dari ajaran dasar al-Quran. Cita-cita Islam itulah selanjutnya manjadi
misi ajaran Islam. Pendidikan Islam di Indonesia sudah berlangsung sejak
masuknya Islam ke Indonesia. Pada tahap awal pendidikan Islam dimulai dari
kontak-kontak pribadi maupun kolektif antara pendidik dengan peserta didiknya. Ajaran
Islam sebagaimana dijumpai dalam
al-Quran dan penjabarannya dalam hadist
telah meletakkan dasar-dasar yang khas tentang berbagai aspek kehidupan mulai
dari masalah sosial, politik, ekonomi, hubungan antara umat beragama, hukum,
ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Dalam
bidang sosial, Islam mencita-citakan suatu masyarakat yang egaliter, yaitu
sistem sosial yang didasarkan atas kesetaraan dan kesederajatan sebagai makhluk
Tuhan. Atas dasar ini, kedudukan dan kehormatan manusia di hadapan Tuhan dan
manusia lainnya bukan didasarkan atas perbedaan suku bangsa, golongan, bahasa,
warna kulit, keturanan, tempat tinggal dan lain sebagainya melihat didasarkan
atas ketakwaannya kepada Tuhan dan dharma bhaktinya terhadap masalah-masalah
kemanusiaan.
Dalam
bidang politik, Islam mencita-citakan suatu kehidupan negara yang dipimpin oleh
orang yang adil, jujur, amanah, demokrasi dan kredibel sehingga yang
bersangkutan tidak menyalahgunakan kekeuasaannya, dan senantiasa berupaya
menciptakan kemakmuran bagi masyarakat .
Dalam
bidang ekonomi, Islam mencita-citakan keadaan ekonomi yang didasarkan pada
pemerataan, anti monopoli, saling menggantungkan, tidak saling merugikan
seperti menipu, mencuri dan sebagainya.
Dalam
bidang hubungan sosial anatara umat Islam dan umat yang beragama lainnya. Islam
mencita-citakan suatu keadaan masyarakat yang didasarkan pada ukhuwah yang
kokoh, yakni ukhuwah Islamiyah.
Dalam
bidang hukum, Islam mencita-citakan tegaknya supremasi hukum yang didasarkan
pada keadilan, tidak adanya pilih kasih, manusiawi, konsisten dan objektif yang
diarahkan untuk melindungi seluruh aspek hak asasi manusia, yaitu hak yang
meliputi hak hidup, hak beragma, hak memiliki dan memanfaatkan harta, dan hak
mengembangkan kan cita-cita dan memperdalam ilmu pengetahuan.
Dalam
bidang ilmu pengetahuan, Islam mencita-citakan ilmu pengetahuan yang integrated
antara ilmu agama dan ilmu non agama. Sedangkan dalam bidang kebudayaan Islam
mentolelir masuknya kebudayaan dari manapun datangnya sepanjang sejalan dengan
nilai-nlai dasar ajaran Islam.
Cita-cita
Islam dalam berbagai bidang kehidupan yang demikian ideal, selain harus
disosialisasikan kepada masyarakat melalui jalur pendidikan, juga sekaligus
menjadi dasar atau prinsip dalam penyelenggaraan pendidikan Islam. Dengan
demikian posisi dan tuga pendidikan Islam adalah memasyarakatkan secara efektif
dan efisien dengan ciri-ciri ajaran Islam. [3]
2. Prioritas Kegiatan Pendidikan Islam
Sejalan
dengan cita-cita Islam yang menjadi dasar pendidikan Islam sebagaimana telah
disebutkan, maka prioritas kegiatan pendidikan Islam harus diarahkan untuk
mencapai tujuan yaitu mengahasilkan para lulusan yang memiliki pandangan ajaran
Islam yang luas, menyeluruh dan holistik serta mampu mengaplikasikannya sesuai
dengan tingkat usia anak didik dan perkembangan zaman.
Pendidikan
islam bukanlah hanya untuk mewariskan paham atau pola keagamaan hasil
internalisasi generasi teretentu kepada anak didik. Pendidikan Islam jangan memperlakukan
anak didik sebagai konsumen dari sebuah paham atau gagasan ilmu-ilmu tertentu,
melainkan harus mampu memeberikan fasilitas yang memungkinkan dia menjadi
produsen ilmu dan membentuk pemahaman agama dalam dirinya yang kondusif degan
zaman. Seorang guru harus memiliki kemampuan untuk memahami dan menyelami alam
pikiran para siswa, dan kemampuan untuk mengkonsep bahan pelajaran sehingga
tersusun suatu program pelajaran yang relevan dengan realitas yang terdapatdlam
kehidupan para siswa. Seseorang yang mendidik bukan guru yang hanya memamerkan
pengetahuaan ketika ia berada di deoan kelas, tetapi seorang guru yang mendidik
adalah guru yang mampu mengembangkitkan dan menemukan kebenaran. [4]
Bahan-bahan agama hendaknya selalu
dapat mengeintegrasikan problematik empirik disekitarnya, agar anak didik tidak
memperoleh bentuk pemahamaan keagamaan yang bersifat parsial dan segmentatif.
Hal ini penting dalam kaitannya dengan penumbuhan sikap kepedulian sosial, di
mana anak harus berlatih, oleh karena itu anak harus selalu diajak melakukan
refleksi dalam rangaka menanggapi setiap bentuk tantangan hidup yang
dihadapinya. Dengan demikian latihan-latihan terhadap problematik dengan
menyuguhkan bahan yang dilematis, misalnya anak didik diharapkan dapat memilih
jenis-jenis atau bentuk pilihan etika, hal tersebut kemudian akan membentuk
sikap dasar tingkah lakunya sebagai individu maupun anggota masyaratakat.
Sehingga dalam kehidupan sehari-harinya anak tidak akan hampa iman dan tidak
meiliki ketergantungan pada kaum profesional agama. Dengan cara demikian agama
yang dianutnya bukan hanya sekedar menjadi pengetahuan, melainkan lebih
merupakan sikap dan amalan yang manfaatnya dapat dirasakan baik oleh dirinya
maupun orang lain.
Prioritas pendidikan Islam yaitu bagaimana agar
agama Islam dapat meletakkan kerangka dasar bagi manusia sehingga mampu
menunaikan tugas pokoknya sebagai khalifah di bumu, sebagai pengemban tugas
sejarahnya semasa hidup di dunia. Pendidikan Islam sesungguhnya adalah bagian
yang sangat penting dari proses penyerapan tugas sejarah itu kepada anak didik
demi keberlangsungan peradaban yang intinya mengembangkan fungsi kekhalifahan.
3.
Peluang pendidikan Islam Untuk Persiapan Masa Depan
Masa depan umat manusia di abad ke-21 atau millenium
ketiga sangat ditentukan oleh seberapa jauh ia mampu secara fungsional di
tengah-tengah kehidupan global yang amat kompetetif. Dalam situasi tersebut
manusia yang akan survive adalah yang dapat merubah tantangan penjadi peluang,
dan dapat mengisi peluang tersebut secra produktf. Faktor kepribadian atau
moralitas yang baik akan menjadi salah satu daya tarik dalam berkomunikasi
dengan sesama manusia. Masa depan membutuhkan manusia-manusia yang kreatif,
inovatif, dinamis, terbuka, bermoral baik, pecaya diri, dan mampu berkomunikasi
dan memanfaatkan peluang serta menjadikan orang lain sebagai mitra.
Selanjutnya berpegang teguh kepada nilai-nilai
spritual pada agama semakin dibutuhkan masyarakat masa depan. Hal yang demikian
diperlukan untuk mengatasi berbagai goncangan jiwa atau stres yang diakibatkan
kekelahan atau keterbatasan daya alam bersaing dengan orang lain, atau sebagai
akibat dari kehidupan sekuler materialistik yang semakin merajalela. Untuk
mewujudkan manusia yang sanggup mengahadapi tantangan, peluang dan kendala memasuki
kehidupan masa depan, pendidikan Islam memiliki peluang yang sangat luas.
Pendidikan yang seimbang dalam mempersiapkan anak didik yaitu anak didik yang
tidak hanya mampu mengembangkan kreatifitas intelektual dan imajinasi secara
mandiri, tatapi juga memiliki ketahanan mental spritual serta mampu beradaptasi
dan meresponi problematika yang dihadapinya sesuai kerangka dasar ajaran Islam.[5]
Kualitas paendidikan Islam bemanfaat dapat memenuhi
tanggung jawab lembaga yang telah menerima amanat dan mandat mendidik peserta
didik, memberikan kepuasan pada masyarakat, menembus sebagai lembaga pendidik
yang maju baik di dalam maupun luar negeri sebagai tempat studi banding bagi
lembaga pendidikan lainnya.[6] Staregi
tesebut pada dasarnya bertumpu pada kemampuan memperbaiki dan merumuskan
visinya setiap zaman yang dituangkan dalam rumusan tujuan pendidikan yang
jelas. Untuk menguur berhasil tidaknya strtegi tersebut dapat dilihat melalui
berbagai indikator sebagai berikut :
a. Secara
akademik lulusan pendidikan tersebut dapat melanjutkan kejenjang pendidikan
yang lebih tinggi.
b. Secara
moral, lulusan pendidikan tersebut menunjukkan tanggung jawab dan kepeduliannya
kepada masyarakat sekitarnya.
c. Secara
individual, lulusan pendidikan tersebut semakin meningkat ketakwaannya, yaitu
manusia yang melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhu larangannya.
d. Secara
sosial, lulusan pendidikan tersebut dapat berinteraksi dan bersosialisasi
dengan masyarakat sekitarnya.
e. Secara
kultural, ia mampu menginterprestasikan ajaran agamanya sesuai dengan lingkunga
sosialnya.
4. Pelaksanaan Sehari-hari di Lingkungan PIIPL
Dalam pelaksanaan sehari-hari di lingkungan PIIPL,
lembaga pendidika Islam Al-Izhar harus menentukan dan memilih visi dan misinya
yang dianggap sesuai dengan tuntutan ajaran Islam serta paling cocok untuk
merespon berbagai perkembanan dan tuntutan zaman. Visi, misi, tujuan dalam
pelaksanaan harus dibedakan tingkatannya sesuai dengan tingkat jenjang
pendidikan.
Dalam pelaksanaannya sehari-hari visi, misi, dan
tujuan harus merupakan kesepakatan lembaga. Dengan demikian sekalipun mungkin
di antara para guru ada yang memeiliki visi, misi, dan tujuan yang lain,
hendaknya visi, misi, dan tujuannya itu hanya boleh dimiliki oleh yang
bersangkutan, bukan untuk diterapkan di lembaga. Hal ini harus diambil agar
tidak menimbulkan kekacauan dalam arah yang akan ditempuh, serta tidak
membingungkan para siswa. Para guru dan pengelola pendidikan diminta bersikap
arif, beebesar jiwa dan toleransi yang tinggi yaitu sikap yang menganggap bahwa
apa yang diterapkan sebagai pilihan oleh lembaga adalah memiliki kebenaran di
samping kesalahan, sebagaimana juga sikap dan pandangan yang dimiliki secara
individual oleh para guru atau pengelola juga memiliki kebenaran dan kesalahan.
Namun apa yang dipilih oleh lembaga tingkat kebenarannya jauh lebih kuat
daripada tingkat kebenaran yang dimiliki secara individual. Karena pilihan
lemabaga telah melalui proses panjang dan dihasilkan melalui pemikiran orang
banyak.
B.
Mencari Rumusan Sistem Pendidikan Yang Islami
Pembicaraan seputar Islam dan pendidikan
tetap menarik, terutama dalam kaitannya dengan upaya membangun sumber daya
manusia Muslim. Islam sebagai agama dan pandangan hidup yang diyakini mutlak
kebenarannya akan memberikan arah dan landasan etis serta moral pendidikan.
Upaya menghubungkan islam dengna masalah pendidikan dan masalah lainnya, dalam
pemikiran Islam masih dijumpai adanya perdebatan yang hingga kini masih belum
tuntas.
Dalam konteks ini Munawir Sjadzali mengatakan
bahwa dikalangan umat Islam sampai sekarang terdapat tida aliran yang sering
menimbulkan kontroversi.
a.
Islam sebagai
agama terakhir dan penyempurnaan, adalah agama yang diajarannya biasanya
mengemukakan pernyataan, bahwa Islam mengatur dari permasalahan-permasalahan
kecil seperti bagaimana adab atau tata cara masuk kamar kecil sampai pada
masalah-masalah kenegaraa, kemanusiaan, sistem ekonomi dan lain sebagainya.
b.
Islam hanya
mengatur hubungan antara manusia dan Tuhannya. Mengajak manusia kembali kepada kehidupan
mulia dengan menjunjung tinggi budi pekerti luhur. Sedangkan urusan-urusan
keduniaan, termasuk masalah pendidikan, manusia diberikan hak otonomi untuk
mengaturnya berdasarkan kemampuan akal budi yang diberikan kepada manusia.
c. Islam
bukanlah sebuah sistem kehidupan yang praktis dan baku, melainkan sebuah sistem
nilai norma yang secara dinamis dipahami dan diterjemahkan berdasarkan setting
sosial yang dimensi ruang dan waktu tertentu. Karena itu, secara praktis, dalam
Islam tidak terdapat sistem ekonomi, politik, pendidikan dan lain sebagainya
secara tersurat dan baku.
1.
Ciri-ciri Pendidikan Yang Islami
Sebagaimana telah disebutkan bahwa dalam Islam
terdapat sistem pendidikan yanag baku, melainkan hanya terdapat nilai-nilai
moral dan etis yang seharusnya mewarnai sistem pendidikan tersebut. Berbagai
komponen yang terdapat dalam suatu sistem pendidikan tersebut, seperti dasar
pendidikan, tujuan, kurikulum, metode, pola, hubungan guru murid dan lain
sebagainya harus didasarkan pada nlai-nilai moral dan etis ajaran Islam. Hal
inilah yang selanjutnya menjadi ciri khas yang membedakan antara pendidikan
yang Islami dengan pendidikan yang tidak Islam. Lebih jauh lagi berbagai
komponen yang terdapat dalam ajaran Islam ini dapat dikemukakan sebagai
berikut.
a.
Dasar Pendidikan Yang Islami
Dalam struktur ajaran Islam, tauhid merupakan hal
yang amat fundamental dan mendasari segala aspek segala kehidupan penganutnya,
tak terkecuali aspek pendidikan. Melalui dasar ini dapat dirumuskan hal-hal
sebagai berikut.
Pertama, kesatuan kehidupan. Bagi manusia ini
berarti bahwa kehidupan duniawi menyatu dengan kehidupan ukhrawinya. Sukses
atau kegagalan ukhrawi ditentukan oleh amal duniawinya.
Kedua, kesatuan ilmu. Tidak ada pemisahan antara
ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum, karena semuanya bersumber dari satu sumber,
yaitu Allah SWT.
Ketiga, kesatuan iman dan rasio. Karena
masing-masing dibutuhkan dan masing-masing mempunyai wilayahnya sehingga harus
saling melengkapi.
Keempat,
kesatuan agama. Agama yang dibawa oleh para Nabi kesemuanya bersumber dari
Allah SWT, prinsip-prinsip pokoknya menyangkut akidah, syari’ah dan akhlak
tetap sama dari zaman dahulu sampai sekarang.
Kelima,
kesatuan kepribadian manusia. Mereka semua diciptakan dari tanah dan Ruh
Illahi.
Keenam, kesatuan individu dan masyarakat.
Masing-masing harus saling menunjang.
Dengan
dasar tauhid ini, maka pendidikan yang dikembangkan oleh Islam tidak akan
mengarah kepada kesatuan dengan Tuhan, manusia, dan alam semesta. Wawasan
tentang ketuhanan akan menumbuhkan ideologi, idealisme, cita-cita dan
perjuangan. Wawasan tentang manusia akan menumbuhkan kearifan, kebijaksanaan,
kebersamaan, demokrasi, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, dan sebaliknya
menetang anarkisme dan kesewenang-wenangan. Wawasan tentang alam akan
melahirkan semangat dan sikap ilmiah, sehingga melahitkan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta kesadaran yang mendalam untuk melestarikannya, karena alam
bukan semata-mata sebagai obyek yang harus dieksploitasi seenaknya, melainkan
sebagai mitra dan sahabat yang ikut menentukan corak kehidupan. Ketiga wawasan
yang dibangun dari dasar tauhid tersebut diharapkan dapat melahirkan kebudayaan
yang berkualitas, sebagaiman yang dikehendaki oleh nurani manusia. Bukan
kebudayaan yang jutru menumbuhkan ketakutan, kekejaman dan menurunkan derajat
kemanusiaan.
b.
Fungsi dan Tujuan Pendidikan Yang Islami
Fungsi pendidikan yang Islami harus berfungsi
sebagai penyiapan kader-kader khalifah dalam rangka membangun kerajaan dunia
yang makmur, dinamis, harmonis sebagaiman diisyaratkan oleh Allah. Dengan
demikian pendidikan Islam mestinya adalah pendidikan yang paling ideal, karena
kita hanya berwawasan kehidupan secara utuh dan multi dimensional. Tidak hnya
berorientasi untuk membuat dunia menjadi sejahtera dan gegap gempita, tetapi
juga mengajarkan bahwa dunia sebagai ladang, sekaligus sebagai ujian dapat lebih
baik di akhirat.
Dengan demikian, pendidikan yang Islami mengemban
misi melahirkan manusia yang tidak hanya memanfaatkan persediaan alam, tetapi
juga manusia yang mau bersyukur kepada yang khalifah dan memperlakukan alam
tidak hanya sebagai obyek penderita semata, tetapi juga sebagai komponen
integral dari sistem kehidupan.
c.
Metode Pendidikan Yang Islami
Metode pendidikan yang Islami bertolak dari
pandangan yang melihat manusia sebagai sasaran pendidikan sebagai makhluk yang
dimuliakan Tuhan, memiliki perbedaan dari segi kapasitas intelektual, bakat dan
kecendrungan, memiliki sifat-sifat yang positif dan sifat-sifat yag negatif,
keterbatasan, dan seterusnya. Maka pendidikan yang Islam akan memperlakukan
sasaran didiknya secara adil, bijaksana, demokratis, sabar, pemaaf. Dengan
pandangan yang demikian, maka pendidikan yang dialami akan menerapkan metode
pendidikan yang manusiawi, menyenangkan dan menggairahkan anak didik. Namun sayangnya
kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa metode pendidikan yang diterapkan oleh
para guru di kelas-kelas belum dapat menumbuhkan bakat, potensi dan gairah anak
didik secara optimal. Dalam hal ini maka perlunya dikembangkan wawasan
emansi-patoris dalam proses belajar mengajar. Sehingga bagi anak didik cukup
memperoleh kesempatan berpartisipasi dalam rangka memiliki kemampuan
metedologis untuk mempelajari materi atau subtansi ajaran Islam.
d.
Kurikulum Pendidikan Yang Islami
Sejalan dengan dasar, fungsi dan metode pendidikan
yang Islami, maka kurikulum pendidikan yang Islami juga harus dirancang
berdasarkan konsep tauhid dalam hubungannya dengan pengembangan ilmu
pengetahuan. Dengan prinsip ini maka berbagai pengetahuan, yakni pengetahuan
agama, pengetahuan sosial, pengetahuan alam, pengetahuan filsafatdan
pengatahuan khusus yang langsung diperoleh dari Tuhan melalui prose penyucian
diri, pada dasarnya adalah berasal dari Tuhan. Dengan dasar ini maka akan
terjadi integrasi antara berbagai pengetahuan tersebut dan seluruhnya diarahkan
untuk semakin mendekatkan diri kepada Tuhan.
2.
Peran Pendidikan Yang Islami Menghadapi Tantangan Masa Depan
Tidak ada
kekhawatiran manusia yang paling puncak di abad mutakhir ini, kecuali hancurnya
masa kemanusiaan manusia dan hilangnya semangat religius dalam segala aktivitas
kehidupan manusia. Pesatnya perkembangan sains dan teknologi di satu sisi
memang telah menghantarkan manusia untuk meningkatkan kesejahteraan
materialnya.
Pemasalahan
kemanusiaan yang dihadapi pada masa depan tersebut akkan dapat diatasi melalui
pelaksanaan pendidikan Islam, yaitu pendidikan yang merupakan manifestasi dari
tugas kekhalifahan umat manusia di muka bumi ini didasarkan pada pandangan
bahwa kesatuan alam dan manusia sebagai totalitas ciptaan Allah, dimana manusia
diberi otoritas relatif untuk mendayagunakan alam dan tidak terlepas dari sifat
ar-Rahman dan ar-Rahim Allah yang termasuk sifat ke Rubiyahannya.[7]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pendidikan
Islam yaitu sebuah proses yang dilakukan untuk menciptakan manusia-manusia yang
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan serta mampu
mewujudkan eksistensinya sebagai khalifah Allah di bumi, yang berdasarkan
kepada ajaran al-Quran dan sunnah, maka dalam konteks ini terciptanya insan
kamil setelah proses pendidikan berakhir. Maka pendidikan Islam adalah
pendidikan yang mampu menyiapkan kader-kader khalifah, sehingga secara
fungsional keberadaanya menjadi pemeran utama terwujudnya tatanan dunia yang
rahmatan lil-‘alamin.
Prioritas
pendidikan Islam yaitu bagaimana agar agama Islam dapat meletakkan kerangka
dasar bagi manusia sehingga mampu menunaikan tugas pokoknya sebagai khalifah di
bumi, sebagai pengemban tugas sejarahnya semasa hidup di dunia. Pendidikan
Islam sesungguhnya adalah bagian yang sangat penting dari proses penyerapan
tugas sejarah itu kepada anak didik demi keberlangsungan peradaban yang intinya
mengembangkan fungsi kekhalifahan.
Dimana
peluang pendidikan Islam untuk masa depan selanjutnya berpegang teguh kepada
nilai-nilai spiritual pada agama semakin dibutuhkan masyarakat masa depan.
Untuk mewujudkan manusia yang sanggup menghadapi tantangan, peluang dan kendala
memasuki kehidupan masa depan, pendidikan Islam memiliki peluang yang sangat
luas. Pendidikan yang seimbang dalam mempersiapkan anak didik yaitu anak didik
yang tidak hanya mampu mengembangkan kreatifitas intelektual dan imajinasi
secara mandiri, tetapi juga memiliki ketahanan mental spiritual serta mampu
beradaptasi dan meresponi problematika yang dihadapinya sesuai kerangka dasar
ajaran Islam.
Dimana dalam pelaksanaan sehari-hari di lingkungan
PIIPL, lembaga pendidikan Islam harus menentukan dan memilih visi dan misinya yang
dianggap sesuai dengan tuntutan ajaran Islam serta paling cocok untuk merespon
berbagai perkembangan dan tuntutan zaman.
Pembicaraan seputar Islam dan pendidikan terutama
dalam kaitannya dengan upaya membangun sumber daya manusia Muslim. Upaya menghubungkan
Islam dengan masalah pendidikan dan masalah lainnya, dalam pemikiran Islam
masih dijumpai adanya perdebatan yang hingga kini masih belum tuntas.
Sebagaimana telah disebutkan bahwa dalam Islam
terdapat sistem pendidikan yang baru, melainkan hanya terdapat nilai-nilai
moral dan etis yang seharusnya mewarnai sistem pendidikan tersebut. Hal inilah
yang selanjutnya menjadi ciri khas yang membedakan antara pendidikan yang
Islami dan tidak Islami. Dalam berbagai komponen yang terdapat dalam ajaran
Islam ini dapat dikemukakan yaitu :
1. Dasar
Pendidikan Yang Islami
2. Fungsi
dan tujuan pendidikan yang Islami
3. Metode
Pendidikan Yang Islami
4. Kurikulum
Pendidikan Yang Islami
Sehingga permasalahan kemanusiaan yang dihadapi pada
masa depan tersebut akan dapat diatasi melalui pelaksanaan pendidikan Islam,
yakni pendidikan yang merupakan manifestasi dari tugas kekhalifahan umat
manusia di muka bumi ini didasarkan pada pandangan bahwa kesatuan alam dan
manusia sebagai totalitas ciptaan Allah.
B.
Saran
Dimana pendidikan
yang berkualitas adalah pendidikan yang dapat menghasilkan lulusan yang
berkualitas. Oleh sebab itu, lulusan yang memiliki prestasi akademik dan non
akademik yang mampu menjadi pelopor pembaharuan dan perubahan sehingga mampu
menjawab berbagai tantangan dan permasalahan yang dihadapinya, baik di masa
sekarang atau di masa yang akan datang.
DAFTAR
PUSTAKA
Arif, Armai.2002. Pengantar Ilmu Metedologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers
Daulay, Haidar Putra. 2004. Pendidikan Islam. Jakarta: Prenada Media
Nata, Abuddin. 2003. Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam Di Indonesia.
jakarta: Prenada Media
Qomar, Mujamil. 2013. Strategi Pendidikan Islam. Jakarta:
Erlangga
[1] Abuddin
Nata. 2003. Manajemen Pendidikan. ( Jakarta: Prenada Media ). Hal: 161
[2] Armai
Arif. 2002. Pengantar Ilmu dan Metedologi Pendidikan Islam. ( Jakarta: Ciputat
Pers ). Hal. 16
[3] Abuddin Nata.
2003. Manajemen Pendidikan. ( Jakarta: Prenada Media ). Hal: 162-164
[4] Haidal
Putra Daulay. 2004. Pendidikan Islam. ( Jakarta: Prenada Media ). Hal: 143
[5] Abuddin
Nata. 2003. Manajemen Pendidikan. ( Jakarta: Prenada Media ). Hal: 170-171
[6] Mujamil
Qomar. 2013. Strategi Pendidikan Islam. ( Jakarta: Erlangga ). Hal: 124
[7] Abuddin
Nata. 2003. Manajemen Pendidikan. ( Jakarta: Prenada Media ). Hal: 178-186
No comments:
Post a Comment