1

loading...

Monday, October 29, 2018

Makalah Pengembangan dan Peningkatan Kualitas Pendidikan Islam

Makalah Pengembangan dan Peningkatan Kualitas Pendidikan Islam

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Memasuki abad XXI atau millenium ketiga ini dunia pendidikan dihadapkan kepada berbagai masalah pelik yang apabila tidak segera diatasi secara tepat, tidak mustahil dunia pendidikan akan ditinggal oleh zaman. Kesadaran akan tampilnya dunia pendidikan dalam memecahkan dan merespon berbagai tantangan baru yang timbul pada setiap zaman adalah suatu hal yang logis bahkan suatu keharusan. Hal yang demikian dapat dapat dimengerti mengingat dunia pendidikan merupakan slah satu pranata yang terlibat langsung dalam mempersiapkan masa depan umat manusia. Kegagalan didunia adalah merupakan kegagalan bagi kelangsungan kehidupan bangsa.
       Pendidikan saat ini pada umumnya amat dipengaruhi oleh pandangan hidup Barat yang bercorak ateistik, sekularistik, meterialistik, rasionalistik, empiris dan skeptis. Sebagai akibat dari pandangan filosofis yang demikian itu, maka lulusan dunia pendidikan saat ini cenderung berubah orientasi dan pola hidupnya ke arah yang lebih bercorak materialistik, hedonistik, sekularistik, dan individulitik, yang gejala-gejalanya antara lain kurang menghargai nilai-nilai agama, pola hidup yang permissive, yakni serba memperbolehkan siapa saj, seperti pergaulan bebas, hidup bersama tanpa menikah, menyalahgunakan obat-obatan terlaranag dan lain sebagainya.
       Pandangan filosofis yang melandasi dunia pendidikan yang demikian ini harus segera kita ganti dengan pandangan hidup yang Islami yang disesuaikan dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa indonesia. Hal ini sejalan dengan pandangan seluruh ahlimpendidikan yang mengatakan bahwa sistem serta tujuan pendidikan bagi suatu masyarakat atau negara tidak dapat diimpor atau diekspor dari atau ke suatu negara atau masyarakat. Ia harus timbul dari dalam masyaratkat itu sendiri. Bagi umat Islam yang berada di Indonesia, pendidikan yang dikembangkan selain harus sejalan dengan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia maka juga harus sejalan dengan nilai-nlai Islam. Sudah waktunya agar Islam sebagai ajaran universal dan mengandung berbagai keunggulan kompratif untuk diterapkan dalam rangka mencari solusi terhadap berbagai masalah nasional, terutama masalah pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1.     Apa Arah, Ciri dan Peluang Pengembangan dan Peningkatan Kualitas Pendidikan Islam ?
2.     Bagaimana Mencari Rumusan Sistem Pendidikan Yang Islami ?
C. Tujuan Penulisan
1.     Mengetahui, Arah, Ciri dan Peluang Pengembangan dan Peningkatan Kualitas Pendidikan Islam
2.     Mengetahui Mencari Rumusan Sistem Pendidikan Yang Islami




















BAB II
PEMBAHASAN

A. Arah, Ciri dan Peluang Pengembangan dan Peningkatan Kualitas Pendidikan Islam
1. Pengertian Pendidikan Islam
            Secara sederhana pendidikan Islam dapat diartikan sebagai pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai ajaran Islam sebagaimana yang tercantum dalam al-Quran dan Hadist serta dalam pemikiran para ulama dan dalam praktek sejarah umat Islam. Berbagai komponen dalam pendidikan mulai dari tujuan, kurikulum,  guru, metode, pola hubungan guru dan murid, evaluasi, srana dan prasarana, lingkungan dan evaluasi pendidikan harus didasarkan pada nilai-nilai ajaran Islam. [1]
              Pengertian pendidikan Islam yaitu sebuah proses yang dilakukan untuk menciptakan manusia-manusia yang seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan serta mampu mewujudkan eksistensinya sebagai khalifah Allah di bumi, yang berdasarkan kepada ajaran al-Quran dan sunnah, maka dalam konteks ini terciptanya isan kamil setelah proses pendidikan berakhir. Maka pendidikan Islam adalah pendidikan yang mampu menyiapkan kader-kader khalifah, sehingga secara fungsional keberadaanya menjadi pemeran utama terwujudnya tatanan dunia yang rahmatan lil-‘alamin. Ditambahkan lagi bahwa pendidikan yang berwawasan semesta, berwawasan kehidupan yang utuh dan multi dimensional, yaitu meliputi wawasan Tuhan, manusia dan alam secara inregratif.[2]
                        Seperti halnya di negara-negara lain, sistem pendidikan Islam dalam perkembangannya sangat dipengaruhi oleh aliran atau paham ke-Islaman, maupun oleh keaadaan perkembangan sistem pendidikan Barat. Pengaruh sistem pendidikan Barat terhadap sistem pendidikan Islam terbukti berakibat tidak hanya pendidkan Islam tidak lagi berorientasi sepenuhnya pada tujuan dan cita-cita Islam, tetapi juga tidak mencapai tujuan pendidikan Barat yang bersifat sekuler. Dengan demikian selain terjadinya dikhotomi dan sekularisasi dalam bidang pendidikan, juga berakibat pada semakain kaburnya arah pendidikan Islam. Hal ini dapat diatasi dengan cara menunjukkan dengan jelas cita-cita Islam dalam berbagai aspek kehidupan yang diangkat dari ajaran dasar al-Quran. Cita-cita Islam itulah selanjutnya manjadi misi ajaran Islam. Pendidikan Islam di Indonesia sudah berlangsung sejak masuknya Islam ke Indonesia. Pada tahap awal pendidikan Islam dimulai dari kontak-kontak pribadi maupun kolektif antara pendidik dengan peserta didiknya. Ajaran Islam sebagaimana dijumpai  dalam al-Quran dan penjabarannya  dalam hadist telah meletakkan dasar-dasar yang khas tentang berbagai aspek kehidupan mulai dari masalah sosial, politik, ekonomi, hubungan antara umat beragama, hukum, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
               Dalam bidang sosial, Islam mencita-citakan suatu masyarakat yang egaliter, yaitu sistem sosial yang didasarkan atas kesetaraan dan kesederajatan sebagai makhluk Tuhan. Atas dasar ini, kedudukan dan kehormatan manusia di hadapan Tuhan dan manusia lainnya bukan didasarkan atas perbedaan suku bangsa, golongan, bahasa, warna kulit, keturanan, tempat tinggal dan lain sebagainya melihat didasarkan atas ketakwaannya kepada Tuhan dan dharma bhaktinya terhadap masalah-masalah kemanusiaan.
               Dalam bidang politik, Islam mencita-citakan suatu kehidupan negara yang dipimpin oleh orang yang adil, jujur, amanah, demokrasi dan kredibel sehingga yang bersangkutan tidak menyalahgunakan kekeuasaannya, dan senantiasa berupaya menciptakan kemakmuran bagi masyarakat .
               Dalam bidang ekonomi, Islam mencita-citakan keadaan ekonomi yang didasarkan pada pemerataan, anti monopoli, saling menggantungkan, tidak saling merugikan seperti menipu, mencuri dan sebagainya.
               Dalam bidang hubungan sosial anatara umat Islam dan umat yang beragama lainnya. Islam mencita-citakan suatu keadaan masyarakat yang didasarkan pada ukhuwah yang kokoh, yakni ukhuwah Islamiyah.
               Dalam bidang hukum, Islam mencita-citakan tegaknya supremasi hukum yang didasarkan pada keadilan, tidak adanya pilih kasih, manusiawi, konsisten dan objektif yang diarahkan untuk melindungi seluruh aspek hak asasi manusia, yaitu hak yang meliputi hak hidup, hak beragma, hak memiliki dan memanfaatkan harta, dan hak mengembangkan kan cita-cita dan memperdalam ilmu pengetahuan.
               Dalam bidang ilmu pengetahuan, Islam mencita-citakan ilmu pengetahuan yang integrated antara ilmu agama dan ilmu non agama. Sedangkan dalam bidang kebudayaan Islam mentolelir masuknya kebudayaan dari manapun datangnya sepanjang sejalan dengan nilai-nlai dasar ajaran Islam.
               Cita-cita Islam dalam berbagai bidang kehidupan yang demikian ideal, selain harus disosialisasikan kepada masyarakat melalui jalur pendidikan, juga sekaligus menjadi dasar atau prinsip dalam penyelenggaraan pendidikan Islam. Dengan demikian posisi dan tuga pendidikan Islam adalah memasyarakatkan secara efektif dan efisien dengan ciri-ciri ajaran Islam. [3]
 2. Prioritas Kegiatan Pendidikan Islam  
                        Sejalan dengan cita-cita Islam yang menjadi dasar pendidikan Islam sebagaimana telah disebutkan, maka prioritas kegiatan pendidikan Islam harus diarahkan untuk mencapai tujuan yaitu mengahasilkan para lulusan yang memiliki pandangan ajaran Islam yang luas, menyeluruh dan holistik serta mampu mengaplikasikannya sesuai dengan tingkat usia anak didik dan perkembangan zaman.
                        Pendidikan islam bukanlah hanya untuk mewariskan paham atau pola keagamaan hasil internalisasi generasi teretentu kepada anak didik. Pendidikan Islam jangan memperlakukan anak didik sebagai konsumen dari sebuah paham atau gagasan ilmu-ilmu tertentu, melainkan harus mampu memeberikan fasilitas yang memungkinkan dia menjadi produsen ilmu dan membentuk pemahaman agama dalam dirinya yang kondusif degan zaman. Seorang guru harus memiliki kemampuan untuk memahami dan menyelami alam pikiran para siswa, dan kemampuan untuk mengkonsep bahan pelajaran sehingga tersusun suatu program pelajaran yang relevan dengan realitas yang terdapatdlam kehidupan para siswa. Seseorang yang mendidik bukan guru yang hanya memamerkan pengetahuaan ketika ia berada di deoan kelas, tetapi seorang guru yang mendidik adalah guru yang mampu mengembangkitkan dan menemukan kebenaran. [4]
                        Bahan-bahan agama hendaknya selalu dapat mengeintegrasikan problematik empirik disekitarnya, agar anak didik tidak memperoleh bentuk pemahamaan keagamaan yang bersifat parsial dan segmentatif. Hal ini penting dalam kaitannya dengan penumbuhan sikap kepedulian sosial, di mana anak harus berlatih, oleh karena itu anak harus selalu diajak melakukan refleksi dalam rangaka menanggapi setiap bentuk tantangan hidup yang dihadapinya. Dengan demikian latihan-latihan terhadap problematik dengan menyuguhkan bahan yang dilematis, misalnya anak didik diharapkan dapat memilih jenis-jenis atau bentuk pilihan etika, hal tersebut kemudian akan membentuk sikap dasar tingkah lakunya sebagai individu maupun anggota masyaratakat. Sehingga dalam kehidupan sehari-harinya anak tidak akan hampa iman dan tidak meiliki ketergantungan pada kaum profesional agama. Dengan cara demikian agama yang dianutnya bukan hanya sekedar menjadi pengetahuan, melainkan lebih merupakan sikap dan amalan yang manfaatnya dapat dirasakan baik oleh dirinya maupun orang lain.
Prioritas pendidikan Islam yaitu bagaimana agar agama Islam dapat meletakkan kerangka dasar bagi manusia sehingga mampu menunaikan tugas pokoknya sebagai khalifah di bumu, sebagai pengemban tugas sejarahnya semasa hidup di dunia. Pendidikan Islam sesungguhnya adalah bagian yang sangat penting dari proses penyerapan tugas sejarah itu kepada anak didik demi keberlangsungan peradaban yang intinya mengembangkan fungsi kekhalifahan. 
3. Peluang pendidikan Islam Untuk Persiapan Masa Depan
Masa depan umat manusia di abad ke-21 atau millenium ketiga sangat ditentukan oleh seberapa jauh ia mampu secara fungsional di tengah-tengah kehidupan global yang amat kompetetif. Dalam situasi tersebut manusia yang akan survive adalah yang dapat merubah tantangan penjadi peluang, dan dapat mengisi peluang tersebut secra produktf. Faktor kepribadian atau moralitas yang baik akan menjadi salah satu daya tarik dalam berkomunikasi dengan sesama manusia. Masa depan membutuhkan manusia-manusia yang kreatif, inovatif, dinamis, terbuka, bermoral baik, pecaya diri, dan mampu berkomunikasi dan memanfaatkan peluang serta menjadikan orang lain sebagai mitra.
Selanjutnya berpegang teguh kepada nilai-nilai spritual pada agama semakin dibutuhkan masyarakat masa depan. Hal yang demikian diperlukan untuk mengatasi berbagai goncangan jiwa atau stres yang diakibatkan kekelahan atau keterbatasan daya alam bersaing dengan orang lain, atau sebagai akibat dari kehidupan sekuler materialistik yang semakin merajalela. Untuk mewujudkan manusia yang sanggup mengahadapi tantangan, peluang dan kendala memasuki kehidupan masa depan, pendidikan Islam memiliki peluang yang sangat luas. Pendidikan yang seimbang dalam mempersiapkan anak didik yaitu anak didik yang tidak hanya mampu mengembangkan kreatifitas intelektual dan imajinasi secara mandiri, tatapi juga memiliki ketahanan mental spritual serta mampu beradaptasi dan meresponi problematika yang dihadapinya sesuai kerangka dasar ajaran Islam.[5]
Kualitas paendidikan Islam bemanfaat dapat memenuhi tanggung jawab lembaga yang telah menerima amanat dan mandat mendidik peserta didik, memberikan kepuasan pada masyarakat, menembus sebagai lembaga pendidik yang maju baik di dalam maupun luar negeri sebagai tempat studi banding bagi lembaga pendidikan lainnya.[6] Staregi tesebut pada dasarnya bertumpu pada kemampuan memperbaiki dan merumuskan visinya setiap zaman yang dituangkan dalam rumusan tujuan pendidikan yang jelas. Untuk menguur berhasil tidaknya strtegi tersebut dapat dilihat melalui berbagai indikator sebagai berikut :
a.      Secara akademik lulusan pendidikan tersebut dapat melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.
b.     Secara moral, lulusan pendidikan tersebut menunjukkan tanggung jawab dan kepeduliannya kepada masyarakat sekitarnya.
c.      Secara individual, lulusan pendidikan tersebut semakin meningkat ketakwaannya, yaitu manusia yang melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhu larangannya.
d.     Secara sosial, lulusan pendidikan tersebut dapat berinteraksi dan bersosialisasi dengan masyarakat sekitarnya.
e.      Secara kultural, ia mampu menginterprestasikan ajaran agamanya sesuai dengan lingkunga sosialnya.
4. Pelaksanaan Sehari-hari di Lingkungan PIIPL
Dalam pelaksanaan sehari-hari di lingkungan PIIPL, lembaga pendidika Islam Al-Izhar harus menentukan dan memilih visi dan misinya yang dianggap sesuai dengan tuntutan ajaran Islam serta paling cocok untuk merespon berbagai perkembanan dan tuntutan zaman. Visi, misi, tujuan dalam pelaksanaan harus dibedakan tingkatannya sesuai dengan tingkat jenjang pendidikan.
Dalam pelaksanaannya sehari-hari visi, misi, dan tujuan harus merupakan kesepakatan lembaga. Dengan demikian sekalipun mungkin di antara para guru ada yang memeiliki visi, misi, dan tujuan yang lain, hendaknya visi, misi, dan tujuannya itu hanya boleh dimiliki oleh yang bersangkutan, bukan untuk diterapkan di lembaga. Hal ini harus diambil agar tidak menimbulkan kekacauan dalam arah yang akan ditempuh, serta tidak membingungkan para siswa. Para guru dan pengelola pendidikan diminta bersikap arif, beebesar jiwa dan toleransi yang tinggi yaitu sikap yang menganggap bahwa apa yang diterapkan sebagai pilihan oleh lembaga adalah memiliki kebenaran di samping kesalahan, sebagaimana juga sikap dan pandangan yang dimiliki secara individual oleh para guru atau pengelola juga memiliki kebenaran dan kesalahan. Namun apa yang dipilih oleh lembaga tingkat kebenarannya jauh lebih kuat daripada tingkat kebenaran yang dimiliki secara individual. Karena pilihan lemabaga telah melalui proses panjang dan dihasilkan melalui pemikiran orang banyak.
B. Mencari Rumusan Sistem Pendidikan Yang Islami
         Pembicaraan seputar Islam dan pendidikan tetap menarik, terutama dalam kaitannya dengan upaya membangun sumber daya manusia Muslim. Islam sebagai agama dan pandangan hidup yang diyakini mutlak kebenarannya akan memberikan arah dan landasan etis serta moral pendidikan. Upaya menghubungkan islam dengna masalah pendidikan dan masalah lainnya, dalam pemikiran Islam masih dijumpai adanya perdebatan yang hingga kini masih belum tuntas.
         Dalam konteks ini Munawir Sjadzali mengatakan bahwa dikalangan umat Islam sampai sekarang terdapat tida aliran yang sering menimbulkan kontroversi.
a.      Islam sebagai agama terakhir dan penyempurnaan, adalah agama yang diajarannya biasanya mengemukakan pernyataan, bahwa Islam mengatur dari permasalahan-permasalahan kecil seperti bagaimana adab atau tata cara masuk kamar kecil sampai pada masalah-masalah kenegaraa, kemanusiaan, sistem ekonomi dan lain sebagainya.
b.     Islam hanya mengatur hubungan antara manusia dan Tuhannya. Mengajak manusia kembali kepada kehidupan mulia dengan menjunjung tinggi budi pekerti luhur. Sedangkan urusan-urusan keduniaan, termasuk masalah pendidikan, manusia diberikan hak otonomi untuk mengaturnya berdasarkan kemampuan akal budi yang diberikan kepada manusia.
c.      Islam bukanlah sebuah sistem kehidupan yang praktis dan baku, melainkan sebuah sistem nilai norma yang secara dinamis dipahami dan diterjemahkan berdasarkan setting sosial yang dimensi ruang dan waktu tertentu. Karena itu, secara praktis, dalam Islam tidak terdapat sistem ekonomi, politik, pendidikan dan lain sebagainya secara tersurat dan baku.
1. Ciri-ciri Pendidikan Yang Islami
Sebagaimana telah disebutkan bahwa dalam Islam terdapat sistem pendidikan yanag baku, melainkan hanya terdapat nilai-nilai moral dan etis yang seharusnya mewarnai sistem pendidikan tersebut. Berbagai komponen yang terdapat dalam suatu sistem pendidikan tersebut, seperti dasar pendidikan, tujuan, kurikulum, metode, pola, hubungan guru murid dan lain sebagainya harus didasarkan pada nlai-nilai moral dan etis ajaran Islam. Hal inilah yang selanjutnya menjadi ciri khas yang membedakan antara pendidikan yang Islami dengan pendidikan yang tidak Islam. Lebih jauh lagi berbagai komponen yang terdapat dalam ajaran Islam ini dapat dikemukakan sebagai berikut.
a. Dasar Pendidikan Yang Islami
Dalam struktur ajaran Islam, tauhid merupakan hal yang amat fundamental dan mendasari segala aspek segala kehidupan penganutnya, tak terkecuali aspek pendidikan. Melalui dasar ini dapat dirumuskan hal-hal sebagai berikut.
Pertama, kesatuan kehidupan. Bagi manusia ini berarti bahwa kehidupan duniawi menyatu dengan kehidupan ukhrawinya. Sukses atau kegagalan ukhrawi ditentukan oleh amal duniawinya.
Kedua, kesatuan ilmu. Tidak ada pemisahan antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum, karena semuanya bersumber dari satu sumber, yaitu Allah SWT.
Ketiga, kesatuan iman dan rasio. Karena masing-masing dibutuhkan dan masing-masing mempunyai wilayahnya sehingga harus saling melengkapi.
          Keempat, kesatuan agama. Agama yang dibawa oleh para Nabi kesemuanya bersumber dari Allah SWT, prinsip-prinsip pokoknya menyangkut akidah, syari’ah dan akhlak tetap sama dari zaman dahulu sampai sekarang.
          Kelima, kesatuan kepribadian manusia. Mereka semua diciptakan dari tanah dan Ruh Illahi.
Keenam, kesatuan individu dan masyarakat. Masing-masing harus saling menunjang.
          Dengan dasar tauhid ini, maka pendidikan yang dikembangkan oleh Islam tidak akan mengarah kepada kesatuan dengan Tuhan, manusia, dan alam semesta. Wawasan tentang ketuhanan akan menumbuhkan ideologi, idealisme, cita-cita dan perjuangan. Wawasan tentang manusia akan menumbuhkan kearifan, kebijaksanaan, kebersamaan, demokrasi, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, dan sebaliknya menetang anarkisme dan kesewenang-wenangan. Wawasan tentang alam akan melahirkan semangat dan sikap ilmiah, sehingga melahitkan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kesadaran yang mendalam untuk melestarikannya, karena alam bukan semata-mata sebagai obyek yang harus dieksploitasi seenaknya, melainkan sebagai mitra dan sahabat yang ikut menentukan corak kehidupan. Ketiga wawasan yang dibangun dari dasar tauhid tersebut diharapkan dapat melahirkan kebudayaan yang berkualitas, sebagaiman yang dikehendaki oleh nurani manusia. Bukan kebudayaan yang jutru menumbuhkan ketakutan, kekejaman dan menurunkan derajat kemanusiaan.
b. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Yang Islami
Fungsi pendidikan yang Islami harus berfungsi sebagai penyiapan kader-kader khalifah dalam rangka membangun kerajaan dunia yang makmur, dinamis, harmonis sebagaiman diisyaratkan oleh Allah. Dengan demikian pendidikan Islam mestinya adalah pendidikan yang paling ideal, karena kita hanya berwawasan kehidupan secara utuh dan multi dimensional. Tidak hnya berorientasi untuk membuat dunia menjadi sejahtera dan gegap gempita, tetapi juga mengajarkan bahwa dunia sebagai ladang, sekaligus sebagai ujian dapat lebih baik di akhirat.
Dengan demikian, pendidikan yang Islami mengemban misi melahirkan manusia yang tidak hanya memanfaatkan persediaan alam, tetapi juga manusia yang mau bersyukur kepada yang khalifah dan memperlakukan alam tidak hanya sebagai obyek penderita semata, tetapi juga sebagai komponen integral dari sistem kehidupan.
c. Metode Pendidikan Yang Islami
Metode pendidikan yang Islami bertolak dari pandangan yang melihat manusia sebagai sasaran pendidikan sebagai makhluk yang dimuliakan Tuhan, memiliki perbedaan dari segi kapasitas intelektual, bakat dan kecendrungan, memiliki sifat-sifat yang positif dan sifat-sifat yag negatif, keterbatasan, dan seterusnya. Maka pendidikan yang Islam akan memperlakukan sasaran didiknya secara adil, bijaksana, demokratis, sabar, pemaaf. Dengan pandangan yang demikian, maka pendidikan yang dialami akan menerapkan metode pendidikan yang manusiawi, menyenangkan dan menggairahkan anak didik. Namun sayangnya kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa metode pendidikan yang diterapkan oleh para guru di kelas-kelas belum dapat menumbuhkan bakat, potensi dan gairah anak didik secara optimal. Dalam hal ini maka perlunya dikembangkan wawasan emansi-patoris dalam proses belajar mengajar. Sehingga bagi anak didik cukup memperoleh kesempatan berpartisipasi dalam rangka memiliki kemampuan metedologis untuk mempelajari materi atau subtansi ajaran Islam.
d. Kurikulum Pendidikan Yang Islami
Sejalan dengan dasar, fungsi dan metode pendidikan yang Islami, maka kurikulum pendidikan yang Islami juga harus dirancang berdasarkan konsep tauhid dalam hubungannya dengan pengembangan ilmu pengetahuan. Dengan prinsip ini maka berbagai pengetahuan, yakni pengetahuan agama, pengetahuan sosial, pengetahuan alam, pengetahuan filsafatdan pengatahuan khusus yang langsung diperoleh dari Tuhan melalui prose penyucian diri, pada dasarnya adalah berasal dari Tuhan. Dengan dasar ini maka akan terjadi integrasi antara berbagai pengetahuan tersebut dan seluruhnya diarahkan untuk semakin mendekatkan diri kepada Tuhan.
2. Peran Pendidikan Yang Islami Menghadapi Tantangan Masa Depan
 Tidak ada kekhawatiran manusia yang paling puncak di abad mutakhir ini, kecuali hancurnya masa kemanusiaan manusia dan hilangnya semangat religius dalam segala aktivitas kehidupan manusia. Pesatnya perkembangan sains dan teknologi di satu sisi memang telah menghantarkan manusia untuk meningkatkan kesejahteraan materialnya.
 Pemasalahan kemanusiaan yang dihadapi pada masa depan tersebut akkan dapat diatasi melalui pelaksanaan pendidikan Islam, yaitu pendidikan yang merupakan manifestasi dari tugas kekhalifahan umat manusia di muka bumi ini didasarkan pada pandangan bahwa kesatuan alam dan manusia sebagai totalitas ciptaan Allah, dimana manusia diberi otoritas relatif untuk mendayagunakan alam dan tidak terlepas dari sifat ar-Rahman dan ar-Rahim Allah yang termasuk sifat ke Rubiyahannya.[7]








BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
  Pendidikan Islam yaitu sebuah proses yang dilakukan untuk menciptakan manusia-manusia yang seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan serta mampu mewujudkan eksistensinya sebagai khalifah Allah di bumi, yang berdasarkan kepada ajaran al-Quran dan sunnah, maka dalam konteks ini terciptanya insan kamil setelah proses pendidikan berakhir. Maka pendidikan Islam adalah pendidikan yang mampu menyiapkan kader-kader khalifah, sehingga secara fungsional keberadaanya menjadi pemeran utama terwujudnya tatanan dunia yang rahmatan lil-‘alamin.
  Prioritas pendidikan Islam yaitu bagaimana agar agama Islam dapat meletakkan kerangka dasar bagi manusia sehingga mampu menunaikan tugas pokoknya sebagai khalifah di bumi, sebagai pengemban tugas sejarahnya semasa hidup di dunia. Pendidikan Islam sesungguhnya adalah bagian yang sangat penting dari proses penyerapan tugas sejarah itu kepada anak didik demi keberlangsungan peradaban yang intinya mengembangkan fungsi kekhalifahan. 
  Dimana peluang pendidikan Islam untuk masa depan selanjutnya berpegang teguh kepada nilai-nilai spiritual pada agama semakin dibutuhkan masyarakat masa depan. Untuk mewujudkan manusia yang sanggup menghadapi tantangan, peluang dan kendala memasuki kehidupan masa depan, pendidikan Islam memiliki peluang yang sangat luas. Pendidikan yang seimbang dalam mempersiapkan anak didik yaitu anak didik yang tidak hanya mampu mengembangkan kreatifitas intelektual dan imajinasi secara mandiri, tetapi juga memiliki ketahanan mental spiritual serta mampu beradaptasi dan meresponi problematika yang dihadapinya sesuai kerangka dasar ajaran Islam.
Dimana dalam pelaksanaan sehari-hari di lingkungan PIIPL, lembaga pendidikan Islam harus menentukan dan memilih visi dan misinya yang dianggap sesuai dengan tuntutan ajaran Islam serta paling cocok untuk merespon berbagai perkembangan dan tuntutan zaman.
Pembicaraan seputar Islam dan pendidikan terutama dalam kaitannya dengan upaya membangun sumber daya manusia Muslim. Upaya menghubungkan Islam dengan masalah pendidikan dan masalah lainnya, dalam pemikiran Islam masih dijumpai adanya perdebatan yang hingga kini masih belum tuntas.
Sebagaimana telah disebutkan bahwa dalam Islam terdapat sistem pendidikan yang baru, melainkan hanya terdapat nilai-nilai moral dan etis yang seharusnya mewarnai sistem pendidikan tersebut. Hal inilah yang selanjutnya menjadi ciri khas yang membedakan antara pendidikan yang Islami dan tidak Islami. Dalam berbagai komponen yang terdapat dalam ajaran Islam ini dapat dikemukakan yaitu :
1.     Dasar Pendidikan Yang Islami
2.     Fungsi dan tujuan pendidikan yang Islami
3.     Metode Pendidikan Yang Islami
4.     Kurikulum Pendidikan Yang Islami
Sehingga permasalahan kemanusiaan yang dihadapi pada masa depan tersebut akan dapat diatasi melalui pelaksanaan pendidikan Islam, yakni pendidikan yang merupakan manifestasi dari tugas kekhalifahan umat manusia di muka bumi ini didasarkan pada pandangan bahwa kesatuan alam dan manusia sebagai totalitas ciptaan Allah.
B. Saran
 Dimana pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas. Oleh sebab itu, lulusan yang memiliki prestasi akademik dan non akademik yang mampu menjadi pelopor pembaharuan dan perubahan sehingga mampu menjawab berbagai tantangan dan permasalahan yang dihadapinya, baik di masa sekarang atau di masa yang akan datang.





DAFTAR PUSTAKA

Arif, Armai.2002. Pengantar Ilmu Metedologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers
Daulay, Haidar Putra. 2004. Pendidikan Islam. Jakarta: Prenada Media
Nata, Abuddin. 2003. Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam Di Indonesia. jakarta: Prenada Media
Qomar, Mujamil. 2013. Strategi Pendidikan Islam. Jakarta: Erlangga






[1] Abuddin Nata. 2003. Manajemen Pendidikan. ( Jakarta: Prenada Media ). Hal: 161
[2] Armai Arif. 2002. Pengantar Ilmu dan Metedologi Pendidikan Islam. ( Jakarta: Ciputat Pers ). Hal. 16
[3] Abuddin Nata. 2003. Manajemen Pendidikan. ( Jakarta: Prenada Media ). Hal: 162-164

[4] Haidal Putra Daulay. 2004. Pendidikan Islam. ( Jakarta: Prenada Media ). Hal: 143
[5] Abuddin Nata. 2003. Manajemen Pendidikan. ( Jakarta: Prenada Media ). Hal: 170-171
[6] Mujamil Qomar. 2013. Strategi Pendidikan Islam. ( Jakarta: Erlangga ). Hal: 124
[7] Abuddin Nata. 2003. Manajemen Pendidikan. ( Jakarta: Prenada Media ). Hal: 178-186


No comments:

Post a Comment