MAKALAH SEJARAH SEBAGAI ILMU DAN SENI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejarah adalah
pengalaman hidup manusia pada masa lalu dan akan terus berlangsung sepanjang hayatnya.
Mempelajari sejarah merupakan sebuah perwujudan tanggung jawab terhadap apa
yang telah dia lakukan pada masa lalunya, serta untuk mempersiapkan rencana
yang akan dilaksanakan dimasa mendatang. Mengabaikan sejarah akan membuat
seseorang menjadi lupa dan akan kehilangan identitas diri mereka serta tidak
akan mungkin mampu membangun dan mengupayakan kehidupan yang lebih baik.
Makalah ini dibuat
untuk mengetahui maksud dari sejarah sebagai ilmu dan sejarah sebagai seni.
Dalam perkembangannya kedua hal ini tidak dapat dipisahkan, dikarenakan kedua
hal ini saling melengkapi satu sama lain, serta merupakan salah satu unsur
penting dalam ilmu sejarah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian dari sejarah sebagai ilmu dan seni?
2. Bagaimana
sejarah dapat dikatakan sebagai ilmu dan seni?
3. Bagaimana
pandangan para pakar sejarah terhadap pengertian sejarah sebagai ilmu dan seni?
1.3 Tujuan
1. Dapat
memberi gambaran tentang maksud sejarah sebagai ilmu dan seni.
2. Dapat
menyimpulkan tentang apa yang dimaksud dengan sejarah sebagai ilmu dan seni
dari para pakar sejarah.
3. Dapat
mengaplikasikan maksud dari sejarah sebagai ilmu dan seni dalam pembelajaran
sejarah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Sebagai Ilmu dan Seni
a. Sejarah sebagai ilmu
Sejarah sebagai ilmu mengkaji informasi dari masa lalu
yang merupakan suatu hasil dari kebudayaan. Sejarah juga merupakan sebuah ilmu
yang terbuka, keterbukaan itu membuat siapapun dapat mengaku sebagai sejarawan
secara sah, asal hasilnya dapat dipertanggung jawabkan sebagai ilmu. Sejarah
sebagai ilmu dapat berkembang dengan berbagai cara, seperti sejarah sebagai
filsafat, perkembangan dalam teori sejarah, perkembangan dalam ilmu-ilmu lain,
dan perkembangan dalam metode sejarah. Perkembangan dalam sejarah selalu berati
bahwa sejarah selalu responsif terhadap kebutuhan masyarakat akan informasi.
Berikut adalah sejarah dari berbagai sudut pandang :
1.
Sejarah sebagai
filsafat
Perkembangan dalam filsafat ditunjukan ketika filsafat
sejarah zaman pertengahan didominasi oleh filsafat sejarah Kristen, maka
penulisan yang menonjolkan peran-peran orang suci juga tampak.
2.
Perkembangan dalam
teori sejarah
Perkembangan dalam teori sejarah ditunjukkan ketika
dalam seminar sejarah I di Yogyakarta pada tahun 1957 telah dicanangkan
perlunya nasionalisme dalam penulisan sejarah yaitu sejarah yang menunjukkan
peran orang Indonesia (Indonesia-sentrisme) untuk menggantikan sejarah dari
atas geladak kapal yang menunjukkan peran para penjajah
Belanda (Neerlando-sentrisme).
3.
Perkembangan dalam
ilmu-ilmu lain
Perkembangan pada ilmu-ilmu lain juga berpengaruh pada
perkembangan sejarah. Ketika sosiologi menjadikan kota sebagai bahan kajian,
maka sejarah muncul dengan Sejarah. Dalam sejarah muncul Psikohistori, sejarah
yang menguraikan kejiwaan tokoh-tokoh sejarah.
4.
Perkembangan dalam
metode sejarah
Ketika
dalam sejarah muncul metode kuantitatif, maka di Amerika dan Eropa mncul metode
kuantitatif, karena ditempat-tempat itu sumber sejarah lama sangat mungkin
untuk di kuantitatifkan.
b. Sejarah sebagai seni
Sejarah sebagai seni dapat dilihat dari semua
peninggalan berupa dokumen ataupun benda yang selalu melibatkan unsur rasa
dengan kata lain yaitu seni. Peninggalan berupa dokumen tertulis selalu
memiliki unsur sastra. Demikian juga peninggalan yang berupa artefak dalam
wujud benda-benda hasil karya manusia yang tak pernah lepas dari gaya maupun
ragam hias yang menyertai fungsi dari benda tersebut.
Historiografi dalam penyajiannya selalu terkandung
sebjektivitas. Bagaimana subjektivitas itu tetap bisa diterima tentunya
memerlukan seni tersendiri. Ada alur cerita yang dibangun, ada dramaturgi, dan
lain sebagainya sehingga bidang kajian sejarah menjadi bidang yang menarik
tetapi tetap bersumber pada fakta-fakta sejarah.
B. Syarat Sejarah Sebagai Ilmu Dan Seni
Dalam perkembangannya, sampai
dengan abad ke-19 ilmu dan seni tidak dapat dipisahkan. Pada tahun 1933 Charles
A. Beard dalam pidatonya berjudul “written history as an act of faith”,
mengatakan bahwa sejarah dan seni saling mengisi. Sejarah mempunyai metode
ilmiah yang hasilnya merupakan rangakaian sekian banyak kata yang diverifikasi.
a. Sejarah sebagai ilmu memiliki khas yaitu :
1.
Bersifat Empiris
Ilmu sejarah termasuk ilmu empiris yang artinya pengalaman manusia sangat penting.
Pengalaman tersebut direkam dalam dokumen dan dari situlah akan ditemukan
fakta. Selanjutnya fakta-fakta tersebut diinterpretasikan yang kemudian muncul
cerita sejarah.
Sejarah dengan ilmu alam memiliki kesamaan, yaitu keduanya berdasarkan
pengamatan dan pengalaman. Bedanya pengalaman sejarah hanya sekali sedangkan
ilmu alam dapat diulang sesuai keinginan. Misalnya dalam sejarah, lahirnya orde
reformasi hanya sekali dan tidak dapat terulang kembali serta yang tinggal
hanya dokumennya saja. Sejarah memiliki fakta sosial dan politik, sedangkan
ilmu alam mempunyai fakta alam. Objeknya pun berbeda, pada sejarah objeknya
adalah manusia sedangkan ilmu alam pada benda-benda.
2.
Mempunyai objek
Objek sejarah yaitu perubahan atau perkembangan aktivitas manusia dalam
dimensi waktu (masa lampau). Waktu merupakan unsur penting dalam sejarah. Waktu
dalam hal ini adalah waktu lampau sehingga asal mula maupun latar belakang
menjadi pembahasan utama dalam kajian sejarah.
3.
Mempunyai Teori
Teori dalam sejarah ini dimaksud kumpulan tentang kaidah pokok suatu ilmu.
Dalam filsafat, teori disebut epistemologi. Teori merupakan pendapat yang
dikemukakan sebagai keterangan mengenai suatu peristiwa. Teori dalam sejarah
berisi satu kumpulan tentang kaidah-kaidah pokok suatu ilmu. Teori tersebut
diajarkan berdasarkan keperluan peradaban. Rekonstruksi sejarah yang dilakukan
mengenal adanya teori yang berkaitan dengan sebab akibat, eksplanasi,
objektivitas, dan subjektivitas.
4.
Mempunyai generalisasi
Generalisasi biasanya menjadi kesimpulan umum. Begitu juga sejarah ada
kesimpulan umum. Tetapi, kesimpulan untuk ilmu-ilmu lain bersifat nomotetis,
sementara sejarah bersifat idiografis. Kesimpulan umum suatu ilmu (bukan
sejarah) biasanya diakui kebenarannya di mana-mana (kebenaran umum). Tetapi
kesimpulan sejarah bisa menjadi koreksi kesimpulan ilmu lain. Kesimpulan umum
dalam sejarah lebih mendekati pola-pola atau kecenderungan dari suatu peristiwa
sehingga dari kecenderungan bisa dilihat bagaimana di tempat lain atau
bagaimana yang akan datang. Misalnya, menurut pemerintahan Belanda, revolusi
Indonesia dilakukan oleh kaum ekstremis, tetapi kenyataannya dilakukan oleh
pemuda.
5.
Mempunyai metode
Sejarah memiliki metode dalam melakukan penelitian. Metode dalam ilmu
sejarah diperlukan untuk menjelaskan perkembangan atau perubahan secara benar.
Dalam sejarah dikenal metode sejarah guna mencari kebenaran sejarah. Sehingga
seorang sejarawan harus lebih berhati-hati dalam menarik kesimpulan.
c. Sejarah sebagai seni memerlukan :
1.
Instuisi
Dalam melakukan pekerjaannya, seorang sejarawan tidak
cukup menggunakan metode dan rasionalitas saja, tetapi juga memerlukan
intuisi yang berlangsung secara naluriah atau instinktif. Sejarawan akan merenung beberapa waktu dengan
harapan dapat mendapat instuisi atau ilham yang nantinya dapat melancarkan
kerjanya.
2.
Imajinasi
Pada dasarnya, sejarah merupakan kisah nyata bukan fiksi. Namun dalam
penulisannya, sejawan harus mampu membayangkan bagaimana proses sejarah itu
terjadi. Kebenaran objektivitas dan faktual sejarah tetap menjadi landasan
kerja bagi seorang sejarawan.
3.
Emosi
Penulisan tentang sejarah harus mampu menghadirkan objek ceritanya kepada
pembaca atau pendengarnya seolah-olah mereka berhadapan sendiri dengan tokoh
yang diceritakan. Sejarawan memerlukan emosi atau empati untuk dekat dengan
objek penelitiannya. Dalam hal ini, sejarawan harus menghindari emosi yang
berlebihan karena sejarah tetap berpegang pada fakta.
4.
Gaya Bahasa
Penulisan gaya bahasa memiliki peranan yang penting dalam mengkomunikasikan
kisah atau cerita sejarah. Hasil penulisan sejarah tersebut menarik atau
tidaknya cerita sejarah banyak bergantung pada gaya penyampaiannya.
C. Pandangan Para Pakar Sejarah Sebagai Ilmu dan Seni
Beberapa pakar sejarah berpendapat tentang bagaimana mereka mengungkapkan
pendapat mereka mengenai sejarah sebagai ilmu dan seni
Berikut ini sejarah sebagai ilmu dan seni :
a. Sejarah dikategorikan sebagai ilmu karena dalam sejarah juga memiliki
“batang tubuh keilmuan” (the body knowledge),metodelogi yang spesifik.Sejarah
juga memiliki struktur keilmuan sendiri,baik dalam ; fakta,konsep maupun
generalisasi (Banks,1977:211-219;Sjamsuddin,1996: 7-9).
b. Ismaun menyatakan bahwa sejarah sebagai ilmu adalah suatu
susunan pengetahuan (a body of knowledge) tentang peristiwa dan cerita yang
terjadi di dalam masyarakat manusia pada masa lampau yang disusun secara
sistematis dan metodis berdasarkan asas-asas, prosedur, dan metode serta teknik
ilmiah yang diakui oleh para sejarawan. Sejarah sebagai ilmu mempelajari sejarah sebagai
aktualitas dan mengadakan penelitian serta pengkajian tentang peristiwa dan
cerita sejarah. Sejarah sebagai ilmu ialah suatu disiplin, cabang pengetahuan
tentang masa lalu, yang berusaha menuturkan dan mewariskan pengetahuan mengenai
masa lalu suatu masyarakat tertentu.
c. Sejarah sebagai ilmu mempelajari kenyataan dan mengadakan penelitian serta
pengkajian tentang peristiwa dan cerita sejarah.Inilah konsep terpenting dalam
sejarah .Sebagai ilmu, sejarah merupakan susunan pengetahuan tentang peristiwa
dan cerita yang terjadi di dalam masyarakat pada masa lampau yang disusun
secara sistematikdan metodis berdasarkan asas-asas ,prosedur, dan metode secara
teknik ilmiah yang di akui oleh pakar sejarah (Sardiman,2007:6-7).
d. Tokoh penganjur sejarah sebagai seni adalah George Macauly Travelyan. Menurut Travelyan menulis sebuah kisah peristiwa
sejarah tidaklah mudah karena memerlukan imajinasi dan seni. Dalam seni
dibutuhkan intuisi, emosi, dan gaya bahasa. Sejarah dapat juga dilihat sebagai
seni. Seperti halnya seni, sejarah juga membutuhkan intuisi, imajinasi, emosi,
dan gaya bahasa.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sejarah dilihat sebagai ilmu dan seni keduanya mempunyai keterkaitan karena
setiap pengetahuan yang ditulis di dalam peristiwa memuat suatu ilmu-ilmu harus
disusun secara rapi dan berintonasi,dalam menulis peristiwa harus terdapat
unsur seni didalamnya agar terlihat gaya bahasanya untuk menarik pembaca dan
membawanya untuk berimajinasi seolah-olah terbawa dalam suasana di masa lalu.
DAFTAR PUSTAKA
Pranoto, Suhartono W. 2014. Teori dan
Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Prof.DR.Kuntowijoyo. 2005. Pengantar
Ilmu Sejarah. Jakarta:
PT Bentang Pustaka.
http://ssbelajar.blogspot.co.id/2013/09/sejarah-sebagai-ilmu.html# diakses pada 3 Oktober 2015.
No comments:
Post a Comment