1

loading...

Wednesday, October 31, 2018

MAKALAH Strategi Pembelajaran yang Berorientasi pada Aktivitas Peserta Didik

MAKALAH Strategi Pembelajaran yang Berorientasi pada Aktivitas Peserta Didik

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pada awalnya istilah strategi digunakan dalam dunia militer yang diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan. Seorang yang berperan dalam mengatur strategi, umtuk memenangkan peperangan untk melakukan suatu tindakan, ia akan menimbang bagaimana kekuatan pasukan yang dimilikinya baik dilihat dari kuantitas maupun kualitas; misalnya kemampuan setiap personal, jumlah dan kekuatan persenjataan, motivasi pasukannya, dsb. Selanjutnya ia juga akan mengumpulan informasi tentang kekuatan lawan, baik jumlah prajuritnya maupun keadaan persenjataannya. Setelah semuanya di ketahui, baru kemudian ia akan menyusun tindakan apa yang harus di lakukannya, baik tentang siasat peperangan yang harus dilakukan taktik, taktik dan teknik peperangan, maupun waktu yang pas untuk melakukan suatu serangan, dan lain sebagainya. Dengan demikian dalam menyususn strategi perlu memperhitngkan berbagai faktor, baik faktor dalam maupun faktor luar.
Dari ilustarsi di atas dapat kita simpulkan, bahwa strtegi digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan. Dengan demikian strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang di desain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Namun kadang seorang pendidik belum begitu memahami strategi apa yang harus nya di pakai dalam proses pembelajaran, dan bagaimana menerapkan strategi tersebut dalam proses pembelajaran. Serta pendidik belum mengetahui strategi apa yang cocok untuk di gunakan dalam pembelajaran.
Oleh karena itu  dalam makalah ini kami membahas salah satu straregi pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas peserta didik agar pendidik bisa menambah pengetahuannya serta mengetahui bagaimana cara penerapan strategi pembelajaran khususnya yang berorientasi pada aktivitas peserta didik.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa Pengertian Strategi Pembelajaran yang Berorientasi pada Aktivitas Peserta Didik ?
2.      Apa Konsep dan Tujuan Pembelajaran yang Berorintasi pada Aktivitas Siswa (PBAS) ?
3.      Bagaimana Peran Guru dalam Implementasi Pembelajaran yang Berorientasi pada Aktivitas Siswa ?
4.      Bagaimana Cara Menerapkan pembelajaran yang Berorientasi pada Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran ?
5.      Apa Saja Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran yang Berorientasi Pada Siswa (PBAS) ?
6.      Apa yang Menjadi Kelebihan dan Kekurangan Strategi Pembelajaran yang Berorientasi pada Peserta Didik ?
7.      Apa yang Menjadi Dasar Pertimbangan Pemilihan Strategi Pembelajaran yang Berorientasi pada Peserta Didik ?
8.      Apa Saja Langkah-Langkah Pelaksanaan Strategi Pembelajaran yang Berorientasi pada Peserta Didik ?
9.      Bagaimana Upaya Pemecahan Kasus Pembelajaran dalam Strategi Pembelajaran yang Berorientasi pada Peserta Didik ?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk Mengetahui Pengertian Strategi Pembelajaran yang Berorientasi pada Aktivitas Peserta Didik.
2.      Untuk Mengetahui Konsep dan Tujuan Pembelajaran yang Berorintasi pada Aktivitas Siswa (PBAS).
3.      Untuk Mengetahui Peran Guru dalam Implementasi Pembelajaran yang Berorientasi pada Aktivitas Siswa.
4.      Untuk Mengetahui Penerapan pembelajaran yang Berorientasi pada Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran.
5.      Untuk Mengetahui Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran yang Berorientasi Pada Siswa (PBAS).
6.      Untuk Mengetahui Kelebihan dan Kekurangan Strategi Pembelajaran yang Berorientasi pada Peserta Didik.
7.      Untuk Mengetahui Dasar Pertimbangan Pemilihan Strategi Pembelajaran yang Berorientasi pada Peserta Didik.
8.      Untuk Mengetahui Langkah-Langkah Pelaksanaan Strategi Pembelajaran yang Berorientasi pada Peserta Didik.
9.      Untuk Mengetahui Upaya Pemecahan Kasus Pembelajaran dalam Strategi Pembelajaran yang Berorientasi pada Peserta Didik.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Strategi Pembelajaran yang Berorientasi pada Aktivitas Peserta Didik
Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kemp (1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan yang harus di kerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efetif dan efisisen. Satu strategi pembelajaran dapat digunakan dalam beberapa metode.
Strategi pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas peserta didik berarti suatu perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu  dengan menggunakan pendekatan pada kegiaatan atau aktivitas siswa. Dalam standar proses pendidikan, pembelajaran di desain untuk membelajarkan siswa. Artinya, sistem pembelajaran menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dengan kata lain, pembelajaran  di tekankan atau berorientasi pada aktivitas siswa (PBAS).
Ada beberapa asumsi perlunya pembelajaran berorientasi pada aktivitas siswa.
Pertama asumi filosofis tentang pendidikan. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk mengembangkan manusia menuju kedewasaan, baik kedewasaan intelektual, sosial, maupu kedewasaan moral.oleh karena itu, proses pendidikan bukan hanya mengembangkan intelektual saja, tetapi mencakup seluruh potensi yang dimiliki anak didik.
Kedua , asumsi tentang siswa sebagai subjek pendidikan, yaitu: siswa bukanlah manusia yang berukuran mini melainkan manusia yang sedang dalam tahap perkembangan, setiap manusia mempunyai kemampuan yang berbeda dan anak didik pada dasarnya adalah insan kreatif, aktif dan dinamis dalam menghadapi lingkungannya.
Ketiga, asumsi tentang guru adalah : guru bertanggung jawabatas tercapainya hasil belajar peserta didik , guru memiliki kemampuan profesional dalam mengajar, guru memiliki peran sebagai sumber belajar, pemimpin dalam belajar yang memungkinkan terciptanya kondisi yang baik bagi siswa dalam belajar.
Keempat,  asumsi yang berkaitan dengan proses pengajaran adalah : bahwa proses pengajaran direncanakan dan dilaksanakan sebagai sustu sistem, proses pengajaran akan lebih aktif apabila menggunakan metode dan teknik yang tepat dan berdaya guna,inti proses pengajaran adalah adanya kegiatan belajar siswa secara optimal[1].
B.     Konsep dan Tujuan Pembelajaran yang Berorientasi pada Aktivitas Siswa (PBAS)
Pembelajaran berorientasi aktivitas siswa dapat dipandang sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa optimal untuk memperoleh hasil belajar berupa perpanduan antara kognitif , afektif dan psikomotor secara seimbang. Pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa ini menekankan kepada aktivitas siswa secara optimal, artinya pembelajaran mengkehendaki keseimbangan antara aktivitas fisik, mental, termasuk emosional dan aktivitas intelektual[2].
Dalam konsep tersebut ada dua hal yang harus dipahami.
Pertama, dipandang dari proses pembelajaran, PBAS menekankan pada aktivitas siswa secara optimal, artinya PBAS menhendaki keseimbangan antara aktivitas fisik, mental, termasuk emosional dan aktivitas intelektual. Oleh karena itu, kadar PBAS tidak hanya bisa dilihat dari aktivitas fisik saja, akan tetapi juga ativitas mental dan intelektual.
Kedua, dipandang dari sisi hasil belajar, PBAS menhendaki hasil belajar yang seimbang dan terpadu antara kemampuan (kognitif), siakp (afektif), dan keterampilan (psikomotorik). Artinya dalam PBAS pembentukan siswa secara utuh merupakan tujaun utama dalam proses pembelajaran. PBAS tidak menhendaki pembentukan siswa yang secara intelektual cerdas tanpa diimbangi oleh sikap dan keterampilan.
Melalui PBAS ini siswa tidak hanya dituntut untuk menguasai informasi,tetapi juga bagaimana memanfaatkan informasi itu untuk kehidupannya.PBAS juga bertujuan membentuk siswa yang cerdas sekaligus siswa yang memiliki sikap posistif dan secaramototrik terampil. Aspek-aspek semacam inilah yang diharapkan dapat dihasilkan dari pendekatan PBAS. Sedangkan secara khusus PBAS bertujuan untuk : meningkatkan kualitas pembelaajaran agar lebih bermakna dan mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya.[3]

C.    Peran Guru dalam Implementasi Pembelajaran yang Berorientasi pada Aktivitas Siswa (PBAS)
Kekeliruan yang kerap muncul adalah adanya anggapan bahwa dengan PBAS peran guru semakin kurang. Anggapan semacam ini tentu saja tidak benar, sebab walaupun PBAS didesain untuk meniangkatkan aktivitas siswa, tidak berarti menagkibatkan kurangnya peran dan tanggung jawab seorang guru. Dalam implementasi PBAS, guru tidak berparan sebagai satu-satunya sumber belajar yang bertugas menuangkan materi pelajaran pada siswa, akan tetapi yang terpenting dalah bagaimana memfasilitasi agar siswa belajar. Oleh karena itu, penerapan PBAS menuntut guru untuk kreatif dan inovatif sehingga mampu menyesuaikan kegiatan mengajarnya dengan gaya dan karakteristik belajar siswa. Untuk mewujudakan itu ada beberapa kegiatan yang dapat dilakukan guru, di antaranya :
a.       Mengemukakan berbagai alternatif tujuan pembelajaran yang harus dicapai sebelum kegiatan pembelajaran di mulai. Artinya tujuan pembelajaran tidak hanya di tentukan oleh guru tetapi diharapkan siswa juga terlibat dalam menentukan dan merumuskannya.
b.      Menyusun tugas-tugas belajar bersama siswa.
c.       Memberikan informasi tentang kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan. Dengan memberitahukn rencana pembelajaran maka siswa akan semakin paham apa yang harus dilakukan.
d.      Memberikan pelayanan dan bantuan kepada siswa yang memerlukannya. Artinya seorang guru harus menyadari bahwa siswa memiliki kemampuan yang sangat beragam.
e.       Memberikan motivasi, mendorong siswa untuk belajar, membimbing dan lain sebagainya melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan. Artinya dalam PBAS pertanyaan tidak semata-mata berfungsi untuk menguji kemampuan siswa akan tetapi lebih dari itu.
f.       Membantu siswa dalam menarik suatu kesimpulan. Dalam implementasi PBAS seorang guru tidak menyimpulkan sendiri pokok bahasan yang telah dipelajarinya. Proses dan kesimpulan apa yang dapat ditarik sebaiknya diserahkan kepada siswa.
Selain peran-peran diatas, masih banyak tugas lain yang menjadi tanggung jawab guru. Misalnya, apabila siswa memerlukan suatu informasi tertentu, maka seorang guru berkewajiban untuk menunjukkan di mana informasi itu dapat di peroleh siswa. Denagn demikian, guru tidak menempatkan diri sebagai sumber informasi, tetapi berperan sebagi petunjuk dan fasilitator dalam memanfaatkan sumber belajar.[4]




D.    Penerapan Pembelajaran yang Berorientasi pad Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran
Untuk dapat mengetahui apakah proses pembelajaran memiliki kadar pembelajaran dengan aktivitas siswa yang tinggi, rendah, dapat dilihat dari kriteria penerapan pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Kriteria tersebut menggambarkan sejauh mana keterlibatan siswa dalam pembelajran baik dalam perencanan pembelajaran, proses pembelajaran maupun dalam mengevaluasi hasil pembelajaran. Semakin siswa terlibat dalam ketiga aspek tersebut, maka kadar pembelajran yang berorientasi pada aktivitas siswa akan semakin tinggi.
1.      Kadar pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa dilihat dari proses perencanaan.
a)      Adanya keterlibatan siswa dalam merumuskan tujuan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan serta pengalaman dan motofasi yang dimiliki sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kegiatan pembelajaran.
b)      Adanya keterlibatan siswa dalam menyusun rancangan pembelajaran.
c)      Adanya keterlibatan siswa dalam menentukan dan memilih sumber belajar yang diperlukan.
d)     Adanya keterlibatan siswa dalam menentukan dan mengadakan media pembelajaran yang akan digunakan.
2.      Kadar pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa dilihat dari proses pembelajaran
a)      Adanya keterlibatan siswa baik secara fisik, mental, emosional maupun intlektual dalam setiap proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari tingginya perhatian dan motivasi siswa untuk menyelesaikan setiap tugas yang diberikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
b)      Siswa belajar secara langsung (experiential learning). Dalam proses pembelajran secara langsung, konsep dan prinsip diberikan melalui pengalaman nyata seperti meraba, merasakan, mengoprasikan dan sebagainya.
c)      Adanya keinginan siswa untuk menciptakan iklim belajra yang kondusif.
d)     Keterlibatan siswa dalam mencari dan memanfaatkan sumber belajar yang tersedia yang dianggap relevan dengan tujuan pembelajaran.
e)      Adanya keterlibatan siswa dalam melakukan prakarsa seperti Tanya jawab dan mengajukan pertanyaan, berusaha memecahkan masalah selama pembelajran berlangsung.
f)       Terjadinya interaksi multi arah, baik antara siswa dengan siswa, antara guru dan siswa.
3.      Kadar pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa ditinjau dari kegiatan evaluasi pembelajaran
a)      Adanya keterlibatan siswa untuk mengevaluasi sendiri hasil pembelajaran yang dilakukannya.
b)      Keterlibatan siswa secara mandiri untuk melaksanakan kegiatan semacam tes dan tugas-tugas tertentu.
c)      Kemauan siswa untuk menyusun laporan baik tertulis maupun secara lisan berkenaan hasil belajar yang diperolehnya.[5]

E.     Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran yang Berorientasi pada Siswa (PBAS)
Keberhasilan penenerapan PBAS dalam proses pembelajaran yang dapat dipengaruhi oleh beberapa factor, diantaranya:
1.      Guru
Dalam proses pembelajaran dalam kelas, guru merupakan ujung tombak yang sangat menentukan keberhasilan penenerapan PBAS, karena guru merupakan orang yang berhadapan laangsung dangan siswa. Ada beberapa hal yang mepengaruhi keberhasilan PBAS dipandang daari sudut guru, yaitu kemampuan guru, sikapa profesionalitas guru, latar belakang pendidikan guru, daan pengalamaan mengajar.
2.      Perserta didik
Merupakan komponen yang melakukan kegiatan pelajaran untuk menegmbangkan potensi kemampuasn menjadi nyata untuk mencapai tujuan belajar. Komponen peserta ini dapat dimodifikasi oleh guru.
3.      Tujuan
Merupakan dasar yang menjadikan landasan untuk menentukan strategi, materi, media dan evaluasi pembelajaran. Untuk itu, dalam strategi pembelajaran, pentuan tujua merupakan komponen yang pertama kali harus dipilih oleh seorang guru, karena tujuan pembelajaran merupakan target yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran.

4.      Bahan pelajaran
Merupakan medium untuk mencapai tujuan pembelajran yang berupa materi yang tersusun secara sistematis dan dinamis sesuai dengan arah tujuandan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan tuntutan masyarakat.
5.      Kegiatan pembelajaran
Agar tujuan dapat dicapai secara optimal, maka dalam menentukan strategi pembelajaran perlu dirumuskan komponen kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan standar proses pembelajaran.
6.      Metode
Adalah satu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pembelajran yang telah ditetapkan. Penentuan metode yang akan digunakan oleh guru dalam proses pembelajran akaan sangat menentukan berhasil atau tidaknya pembelajran yang berlangsung.
7.      Sarana belajar
Keberhasilan implementasi pembelajran yang berorientasi pada kstivitas siswa juga dapat di pengaruhi oleh ketersediaan saran belajar yang meliputi runag kelas, setting tempat duduk siswa, media, dan sumber belajar.
8.      Alat
Dalam proses pembelajran alat memiliki fungsi sebagai pelengkap untuk mencapai tujuan. Alat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu alat verbal dan non verbal. Alat verbal dapat berupa suruhan, perintah, larangan dan lain-lain. Sedangkan yang nonverbal dapat berupa globe, peta papan tulis slide dan lain-lain.
9.      Sumber pelajaran
Dalah segala sesuatu yang dapat diperguanaakn sebai tempat atau rujuakn dimana bahan pembelajran bisa diperolrh. Sehingga sumber belajar dapat berasal dari masyarakat, lingkungan, dan kebudayaan. Misalnya: manusia, buku, media masa, museum dan lain-lain.
10.  Evaluasi
Merupakan komponen yang berfunsi untuk menegtahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum, juga bisa berfungsi sebagai umpan balik untuk perbaikaan strategi yang telah ditetapkan. Kedua fungsi evaluasi tersebut merupakan evaluasi sebagai funsi sumatif dan formatif.


11.  Situasi atau lingkungan
Lingkunagan yang dimaksud adalah situasi dan keadaan fisik (misalnya iklim, madrasah, letak madrasah, dan lain sebaginya). Dan hubungan antar insani , misalnya dengan teman, peserta didik dengan orang lain. Contoh keadaan ini misalnay menurut isi materinya seharusnya pembelajran menggunakan media masyarakat untuk pembelajaran, karena kondisi masyarakat sedang rawan, maka diubah dengan menggunakan metode lain, misalnya membuat film.[6]

F.     Kelebihan dan Kekurangan Strategi Pembelajaran yang Berorientasi pada Peserta Didik
Berikut ini kelebihan dan kekurangan strategi pembelajaran yang berorientasi padaa peserta didik yaitu :
1.      Kelebihan penggunaan strategi pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik
a)      Dalam strategi pembelajaran yang berosientasi pada siswa ini menekankan kepada aktivitas siswa secara optimal, yaitu bahwa ada berkesinambungan antara aktifitas fisik, mental, emosional juga aktivitas intlektual. Denga tujuan untuk memperoleh hasil belajar berupa perpanduan antara aspek kognitif, efektif, dan psikomotor secara seimbang.
b)      Siswa berperan sebagai subjek pendidikan bukan objek pendidikan yang harus dijejali dengan berbagai informasi, melainkan siswa tersebut mengolah informasi tersebut dan mengaplikasikannya ataau menghubungkannya dengan kehidupan. Sehingga melalui pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa tidak hanya dituntut untuk menguasai sejumlah informasi, tetapi juga bagaimana memanfaatkaan infomasi itu untuk kehidupannya. Dan menjadikan siswa adalah subjek yang memiliki potensi untuk dapat dikembangkan.
c)      Dalam strategi pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa guru tidak berperan sebagi satu-satunya sumber belajae yang bertugas menuangkan materi pelajaran kepada siswa, akan tetapi guru berperan sebagai penunjuk dan fasilitator dalaam memanfaatkan suber belajar.
d)     Dalam strategi pembelajan yang berorientasi ada aktivitas siswa guru dan siswa sama-sama berperan sebagai subjek belajar yang membedakan hanyalah tugasnya mmsing-masing.
e)      Kegiatan pembelajaran lebih bermakna dan efisien karena siswa berpatisipasi dalam kegiatan perumusan tujuan pembelajran dan pengambialn kesimpulan.
2.      Kekurangan penggunaan strategi pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik
a)      Dalam kegiatan pembelajran dengan menggunakan strategi pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa aktif dan tidak aktifnya siswa berpatisipasi dalam kegiatan pembelajaran hanya siswa yang mengetahuinya secara pasti. Karena keaktifan siswa ada yang dapat diamati secara langsung sperti menegerjakan tugas, berdiskusi, mengumpulkan data dan lainnya. Namun ada dua hal yang tidak dapat diamati seperti kegiatan mendengarkan dan menyimak.
b)      Keberhasilan strategi pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa sangat tergantung kepada apa yang dimiliki oleh guru seperi kemampuan guru, sikap profesionalitas guru, latar belakang pendidikan dan pengalamaan mengajar guru. Karena hal-hal tersebut yang sangaat menentukan bagaimana guru bisa menjalankan perannya sebagi penunjuk fasilitator sehingga guru dapat memfasilitasi siswanya untuk belajar. Tanpa hal-hal yang harus dimiliki oleh guru tersebut dapat dipastiakan proses kegiatan pembelajaran tidak akan berhasil dengan baik.
c)      Dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa penenkanan hanya pada proses bukan pada hasil dan memerlukan waktu yang panjang.[7]

G.    Dasar Pertimbangan Pemilihan Strategi Pembelajaran yang Berorientasi pada Peserta Didik.
Dalam pemilihan strategi pendidikan terdapat beberapa prinsip-prinsip penggunaan strategi pembelajaran yang dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam pemilihan strategi pembelajaran, yaitu sebagai berikut :
1.      Berorientasi pada tujuan
Dalam sistem pembelajaran tujuan merupakan komponen utama. Kenapa demikian, karena dengan adanya suatu tujuan dalam pembelajaran kita bisa menentukan strategi apa yang harus di pakai agar dapat mewujudkan tujuan dari suatu pembelajaran.
Oleh karena itu berhasil atau tidaknya siswa mencapai tujuannya dalam proses belajar ditentukan oleh strategi apa yang digunakan oleh guru tersebut. Misalnya saja seorang guru yang senang ceramah, sehingga setiap pembelajarann dia menggunakan strategi penyampaian, seakan-akan dia berpikir bahwa semua tujuan dapat tercapai dengan strategi tersebut. Tentu saja hal ini keliru. Apabila kita menginginkan siswa trampil menggunakan suatu alat,katakanlah terampil menggunakan thermometer sebagai alat ukur suhu badan, tidak mungkin menggunakan strategi penyampaian. Untuk mencapai tujuan yang demikian, siswa harus melakukan praktek langsung.
2.      Aktivitas
Belajar bukanlah menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah berbuat, atau melakukan sesuatu memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diterapkan. Karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas siswa. Aktivitas tidak dimaksudkan terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas mental. Banyak guru yang terkecoh oleh sikap siswa yang pura-pura aktif padahal sebenarnya tidak.[8]
3.      Individualisme
mengajar adalah usaha mengembangkan setiap individu siswa. Walaupun kita mengajar pada sekelompok siswa, namun pada hakikatnya yang ingin kita mencapai adalah perubahan perilaku setiap siswa. Guru yang baik dan profesional manakala ia menangani 50 orang siswa, seluruhnya berhasil mencapai tujuan; dan sebaliknya dikatakan guru yang tidak baik atau tidak berhasil manakala ia menangani 50 orang siswa, 49 tidak behasil mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, dilihat dari segi jumlah siswa sebaiknya standar keberhasilan guru di tentukan setinggi–tingginya. Semakin tinggi standar keberhasilan ditentukan, maka semakin berkualitas proses pembelajaran
4.      Integritas
Dalam hal ini seorang guru dituntut untuk bisa mengembangkan seluruh siswa nya. Tidak hanya pada kemampuan koginitifnya saja, tetapi juga pengembangaan afektif dan psikomotorik. Oleh karena itu strategi pembelajan harus mengembangkan seluruh aspek kepribadian siswa secara terintegritas. Contohnya dalam hal diskusi, dalam hal ini seorang guru harus dapat merancang strategi diskusi agar pelaksanaannya tidak hanya pengembangan inlektual saja tetapi juga mendorong siswanya agar berani menyatakan pendapat, menghargai pendapat temannya, bersikap jujur dan bertanggung jawab.
Dalam bab IV pasal 19 peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 ditegaskan bahwa proses  pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara :
1.      Interaktif, mengandung makna bahwa guru bukan saja sekedar menyampaikan pengetahuan kepada siswanya tetapi juga menciptakan lingkungan agar dapat merangsang siswanya untuk belajar. Melalui proses interaksi memungkinkan kemampuan siswa untuk berkembang baik mental maupun intelektual.
2.      Inspiratif, pembelajaran adalah proses yang inspiratif yang mendorong siswanya untuk mencoba dan melakukan sesuatu. Oleh karena itu guru harus membuka kemungkinan siswa untuk berkerja sendiri. Biarkan siswanya berbuat dan berfikir sesuai dengan inspirasinya sendiri, sebab belajar itu bersifat subjek yang bisa dimaknai oleh setiap subjek belajar.
3.      Menyenangkan, proses belajar itu sejatinya harus menyenangkan, karena seorang siswa akan lebih memahami pengetahuan yang disampaikan apabila terbebas dari rasa tegang atau bersifat menyenangkan. Hal ini bisa dilakukan seorang guru dengan cara menata ruang kelas yang menarik. Atau seorang guru bisa menggunakan beberapa model belajar seperti belajar sambil bermain, menggunakan media atau sumber belajar yang relevan.
4.      Menantang, selain menyenangkan, proses belajar harus menantang pola pikir siswanya dengan cara mengembangkan rasa ingin tahu siswa melalui kegiatan mencoba-coba, berfikir secara inspiratif atau berekplorasi. Harusnya seorang guru tidak memberikan informasi yang sudah jadi atau siap tapi seorang guru memberikan informasi yang “meragukan” agar siswanya merasa penasaran dan ingin mengetahui lebih jauh serta memastikan informasi yang diberikan oleh gurunya.
5.      Motivasi, motivasi adalah aspek yang paling penting dalam membelajarkan siswa, karena tanpa adanya motivasi, tidak mungkin siswanya memiliki kemampuan untuk belajar.  Oleh karena itu membangkitkan motivasi adalah tugas dan fungsi guru. Dalam membangkitkan motivasi siswa guru harus menunjukan seberapa penting pengalaman dan juga materi belajar dalam kehidupannya, bukan hanya sekedar memperoleh nilai atau pujian tapi juga keningin tahuan untuk memenuhi kebutuhannya di masa depan.[9]

H.    Langkah-Langkah Pelaksanaan Strategi Pembelajaran yang Berorientasi pada Peserta Didik
1.      Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan memberikan motivasi kepada siswanya.
2.      Guru sedikit menjelaskan kompetensi yang akan dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutukan. Kemudian siswa berdiskusi dan mencari sumber belajar dan alat yang berkaitan dengan kompetensi yang ingin dicapai. Guru juga selalu memotivasi siswanya agar selalu terlibat dan berpartisipasi dalam aktivitas pemecahan masalah.
3.      Guru membantu siswa mendefinisikan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal dan lainnya)
4.      Guru dan siswa menyusun tugas belajar bersama-sama. Artinya, tugas-tugas apa yang harus dilakukan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran, tidak hanya ditentukan oleh guru tetapi juga siswa. Hal ini untuk memupuk rasa tanggung jawab siswa.
5.      Siswa mengumpulkan informasi sesuai dengan masalah yang sedang didiskusikan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
6.      Guru mengawasi jalannya kegiatan pembelajaran dan membantu siswa merencanakan, menyiapkan penyelesaian tugas dan membantu siswa berbagi tugas dengan temannya.
7.      Guru memberikan penjelasan materi yang sedang dipelajari dan memotivasi siswa untuk mengajukan pertanyaan sebagai bentuk partisipasi aktif siswa. Kemudian siswa dan guru bersama-sama menarik kesimpulan dari pembelajaran tersebut.[10]

I.       Upaya Pemecahan Kasus Pembelajaran dalam Strategi Pembelajaran yang Berorientasi pada Peserta Didik
Kegiatan yang dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran atau aplikasi strategi pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya yaitu :
1.      Mendengarkan dan Diskusi
Diskusi berarti kegiatan pemecahan masalah dengan bertukar pikiran melalui pendapat-pendapat dari setiap anggota kelompok. Dalam kegiatan diskusi sangat ditentukan oleh kemampuan mendengarkan.
2.      Pembelajaran dengan Metode Think Pair And Share (Saling Memberi dan Menerima Pemikiran-Pikiran Melalui Saran dan Pendapat)
Dalam pembelajaran ini guru dan siswa saling bertukar pikiran melalui saran dan pendapat. Dalam pembelajaran ini juga menggunakan metode diskusi.
Contohnya dalam pembelajaran biologi, guru menjelaskan materi tentang klasifikasi makhluk hidup, guru memberikan pertanyaan kepada siswa “ apakah bisa pengklasifikasian makhluk hidup berdasarkan warna bulu mereka, berikan alasannya ?”. kemudian siswa memberikan pendapat-pendapatnya, dari pendapat-pendapat siswa guru menerima dan menghargainya lalu guru menjelasakn tentang pertanyaan tersebut.
3.      Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Dalam kegiatan pembelajaran ini guru dan siswa memiliki peran yang sama tetapi tugas yang berbeda. Guru dan siswa bersama-sama menentukan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai sampai dengan merumuskan masalah.
Contohnya dalam pembelajaran pelajaran biologi, pada awal pembelajaran guru memberikan sebuah masalah kepada siswa yaitu tentang materi sumber daya alam tidak bisa diperbahrui. Guru memberikan pertanyaan “ beberapa contoh sumber daya alam yang tidak bisa diperbahrui yaitu salah satunya minyak tanah, lalu bagaimana cara supaya minya tanah tidak habis?” setelah siswa yang dibimbing guru melakukan diskusi tentang pertanyaan tersebut dan para siswa mengemukakan pendapatnya. Setelah itu guru  menarik kesimpulan dari diskusi tersebut.[11]








BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Strategi pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas peserta didik berarti suatu perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu  dengan menggunakan pendekatan pada kegiaatan atau aktivitas siswa. Tujuann dari strategi pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa itu sendiri yaitu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran agar lebih bermakna,untuk menguasai sejumlah informasi dan memanfaatkan informasi itu untuk kehidupannya.
Dalam implementasi pembelajaran guru tidak hanya berperan sebagai satu-satunya sumber belajar yang bertugas menuangkan materi pembelajaran kepada siswa, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana memfasilitasi agar siswa belajar. Guru juga berperan sebagai penunjuk dan fasilitator dalam memanfaatkan sumber belajar.
 Untuk mengetahui kadar penerapan pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dalam dilihat dari tiga proses yaitu proses perencanaan, proses pembelajaran, dan kegiatan evaluasi pembelajaran. Selain itu adapun faktor yang mempengaruhi pembelajaran yang berorientasi pada siswa yaitu guru, peserta didik, tujuan, bahan pelajaran, kegiatan pembelajaran, metode, sarana belajar, alat, sumber pembelajaran, evaluasi dan situasi atau lingkungan. Startegi pembelajaran yang beroreintasi pada aktivitas siswa mempunyai kelebiha dan juga kekurangan. Salah satu kelebihannya yaitu kegiatan pembelajaran lebih bermakna dan efisien karena siswa berpartisipasi dalam kegiatan perumusan tujuan dan pengambilan kesimpulan, sedangakan kekurangannya yaitu dalam strategi ini penekanannya hanya pada proses bukan pada hasil dan memerlukan waktu yang panjang.
Ada beberapa prinsip dasar yang menjadi pertimbangan dalam pemiliahan strategi pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas peserta didik yakni berorientasi pada tujuan, aktivitas, individualisme, dan integritas. Adapun langkah-langkah pelaksanaan strategi pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik yaitu guru memberikan motivasi di awal pelajaran, menjelasakan materi dan menyebutkan sarana prasarana serta alat dan bahan yang dibutuhkan, guru membantu siswa mendefinisikan mengorganisasikan tugas belajar,  guru dan siswa menyusun tugas-tugas belajar, siswa mengumpulkan informasi yang sesuai dengan permasalahan, guru mengawasi kegiatan pembelajaran, dan guru memberikan penjelasan terhadap materi serta menarik kesimpulan dari kegiatan tersebut.
Upaya pemecahan kasus dalam strategi pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas peserta didik dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut yaitu mendengarkan dan diskusi, pembelajaran dengan metode think pair and share, dan pembelajaran berdasarkan masalah.

B.     Saran
Dewasa ini, dalam proses pembelajaran banyak pendidik yang tidak mengetahui strategi apa yang cocok digunakan dalam belajar. Terkadang strategi yang digunakan oleh seorang guru tidak sesuai dengan tujuan yang ingin di capai, sehingga peserta didik tidak begitu memahami materi yang di sampaikan. Oleh karena itu strategi pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa bisa menjadi salah satu strategi yang bisa digunakan dalam proses pembelajaran, yang mana strategi ini lebih menuntut pada keaktifan dan pengembangan siswa secara menyeluruh.








DAFTAR PUSTAKA
Walid, Ahmad. 2017. Strategi Pembelajaran IPA. Bengkulu : Pustaka Pelajar.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana.
Nurhasanawati. 2017. Strategi Pembelajaran yang Berorientasi Pada Aktivitas Siswa. http://ejournal.uin-suska.ac.id
Dewi, Santi. 2017. Strategi Pembelajaran yang Berorientasi Pada Aktivitas Siswa. http://semnasfis.unimed.ac.id/



[1] Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana
[2] Walid, Ahmad. 2017. Strategi Pembelajaran IPA. Bengkulu : Pustaka Pelajar.
[3] Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana
[4] Walid, Ahmad. 2017. Strategi Pembelajaran IPA. Bengkulu : Pustaka Pelajar.
[5] Walid, Ahmad. 2017. Strategi Pembelajaran IPA. Bengkulu : Pustaka Pelajar.
[6] Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana
[7] Walid, Ahmad. 2017. Strategi Pembelajaran IPA. Bengkulu : Pustaka Pelajar.
[8] Dewi, Santi. 2017. Strategi Pembelajaran yang Berorientasi Pada Aktivitas Siswa. http://semnasfis.unimed.ac.id/
[9] Nurhasanawati. 2017. Strategi Pembelajaran yang Berorientasi Pada Aktivitas Siswa. http://ejournal.uin-suska.ac.id
[10] Walid, Ahmad. 2017. Strategi Pembelajaran IPA. Bengkulu : Pustaka Pelajar
[11] Walid, Ahmad. 2017. Strategi Pembelajaran IPA. Bengkulu : Pustaka Pelajar

No comments:

Post a Comment