MAKALAH Strategi Pembelajaran yang Berorientasi pada Aktivitas Peserta Didik
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada awalnya istilah
strategi digunakan dalam dunia militer yang diartikan sebagai cara penggunaan
seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan. Seorang yang
berperan dalam mengatur strategi, umtuk memenangkan peperangan untk melakukan
suatu tindakan, ia akan menimbang bagaimana kekuatan pasukan yang dimilikinya
baik dilihat dari kuantitas maupun kualitas; misalnya kemampuan setiap
personal, jumlah dan kekuatan persenjataan, motivasi pasukannya, dsb.
Selanjutnya ia juga akan mengumpulan informasi tentang kekuatan lawan, baik
jumlah prajuritnya maupun keadaan persenjataannya. Setelah semuanya di ketahui,
baru kemudian ia akan menyusun tindakan apa yang harus di lakukannya, baik
tentang siasat peperangan yang harus dilakukan taktik, taktik dan teknik
peperangan, maupun waktu yang pas untuk melakukan suatu serangan, dan lain
sebagainya. Dengan demikian dalam menyususn strategi perlu memperhitngkan
berbagai faktor, baik faktor dalam maupun faktor luar.
Dari ilustarsi di atas
dapat kita simpulkan, bahwa strtegi digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau
keberhasilan dalam mencapai tujuan. Dengan demikian strategi pembelajaran dapat
diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang di
desain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Namun kadang seorang
pendidik belum begitu memahami strategi apa yang harus nya di pakai dalam
proses pembelajaran, dan bagaimana menerapkan strategi tersebut dalam proses
pembelajaran. Serta pendidik belum mengetahui strategi apa yang cocok untuk di
gunakan dalam pembelajaran.
Oleh karena itu dalam makalah ini kami membahas salah satu
straregi pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas peserta didik agar
pendidik bisa menambah pengetahuannya serta mengetahui bagaimana cara penerapan
strategi pembelajaran khususnya yang berorientasi pada aktivitas peserta didik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa
Pengertian Strategi Pembelajaran yang Berorientasi pada Aktivitas Peserta Didik
?
2.
Apa Konsep dan
Tujuan Pembelajaran yang Berorintasi pada Aktivitas Siswa (PBAS) ?
3.
Bagaimana Peran
Guru dalam Implementasi Pembelajaran yang Berorientasi pada Aktivitas Siswa ?
4.
Bagaimana Cara
Menerapkan pembelajaran yang Berorientasi pada Aktivitas Siswa dalam Proses
Pembelajaran ?
5.
Apa Saja Faktor
yang Mempengaruhi Pembelajaran yang Berorientasi Pada Siswa (PBAS) ?
6.
Apa yang Menjadi
Kelebihan dan Kekurangan Strategi Pembelajaran yang Berorientasi pada Peserta
Didik ?
7.
Apa yang Menjadi
Dasar Pertimbangan Pemilihan Strategi Pembelajaran yang Berorientasi pada
Peserta Didik ?
8.
Apa Saja
Langkah-Langkah Pelaksanaan Strategi Pembelajaran yang Berorientasi pada
Peserta Didik ?
9.
Bagaimana Upaya
Pemecahan Kasus Pembelajaran dalam Strategi Pembelajaran yang Berorientasi pada
Peserta Didik ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk
Mengetahui Pengertian Strategi Pembelajaran yang Berorientasi pada Aktivitas
Peserta Didik.
2. Untuk
Mengetahui Konsep dan Tujuan Pembelajaran yang Berorintasi pada Aktivitas Siswa
(PBAS).
3. Untuk
Mengetahui Peran Guru dalam Implementasi Pembelajaran yang Berorientasi pada
Aktivitas Siswa.
4. Untuk
Mengetahui Penerapan pembelajaran yang Berorientasi pada Aktivitas Siswa dalam
Proses Pembelajaran.
5. Untuk
Mengetahui Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran yang Berorientasi Pada Siswa
(PBAS).
6. Untuk
Mengetahui Kelebihan dan Kekurangan Strategi Pembelajaran yang Berorientasi
pada Peserta Didik.
7. Untuk
Mengetahui Dasar Pertimbangan Pemilihan Strategi Pembelajaran yang Berorientasi
pada Peserta Didik.
8. Untuk
Mengetahui Langkah-Langkah Pelaksanaan Strategi Pembelajaran yang Berorientasi
pada Peserta Didik.
9. Untuk
Mengetahui Upaya Pemecahan Kasus Pembelajaran dalam Strategi Pembelajaran yang
Berorientasi pada Peserta Didik.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Strategi Pembelajaran yang Berorientasi pada Aktivitas Peserta Didik
Dalam dunia pendidikan,
strategi diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan
yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kemp (1995)
menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan yang harus di
kerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efetif
dan efisisen. Satu strategi pembelajaran dapat digunakan dalam beberapa metode.
Strategi pembelajaran
yang berorientasi pada aktivitas peserta didik berarti suatu perencanaan yang
berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu dengan menggunakan
pendekatan pada kegiaatan atau aktivitas siswa. Dalam standar proses
pendidikan, pembelajaran di desain untuk membelajarkan siswa. Artinya, sistem
pembelajaran menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dengan kata lain,
pembelajaran di tekankan atau
berorientasi pada aktivitas siswa (PBAS).
Ada beberapa asumsi
perlunya pembelajaran berorientasi pada aktivitas siswa.
Pertama
asumi
filosofis tentang pendidikan. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk
mengembangkan manusia menuju kedewasaan, baik kedewasaan intelektual, sosial,
maupu kedewasaan moral.oleh karena itu, proses pendidikan bukan hanya
mengembangkan intelektual saja, tetapi mencakup seluruh potensi yang dimiliki
anak didik.
Kedua
, asumsi
tentang siswa sebagai subjek pendidikan, yaitu: siswa bukanlah manusia yang
berukuran mini melainkan manusia yang sedang dalam tahap perkembangan, setiap
manusia mempunyai kemampuan yang berbeda dan anak didik pada dasarnya adalah
insan kreatif, aktif dan dinamis dalam menghadapi lingkungannya.
Ketiga,
asumsi
tentang guru adalah : guru bertanggung jawabatas tercapainya hasil belajar
peserta didik , guru memiliki kemampuan profesional dalam mengajar, guru
memiliki peran sebagai sumber belajar, pemimpin dalam belajar yang memungkinkan
terciptanya kondisi yang baik bagi siswa dalam belajar.
Keempat, asumsi yang berkaitan dengan proses
pengajaran adalah : bahwa proses pengajaran direncanakan dan dilaksanakan
sebagai sustu sistem, proses pengajaran akan lebih aktif apabila menggunakan
metode dan teknik yang tepat dan berdaya guna,inti proses pengajaran adalah
adanya kegiatan belajar siswa secara optimal[1].
B. Konsep dan
Tujuan Pembelajaran yang Berorientasi pada Aktivitas Siswa (PBAS)
Pembelajaran
berorientasi aktivitas siswa dapat dipandang sebagai suatu pendekatan dalam
pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa optimal untuk memperoleh
hasil belajar berupa perpanduan antara kognitif , afektif dan psikomotor secara
seimbang. Pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa ini menekankan
kepada aktivitas siswa secara optimal, artinya pembelajaran mengkehendaki
keseimbangan antara aktivitas fisik, mental, termasuk emosional dan aktivitas
intelektual[2].
Dalam konsep tersebut
ada dua hal yang harus dipahami.
Pertama,
dipandang
dari proses pembelajaran, PBAS menekankan pada aktivitas siswa secara optimal,
artinya PBAS menhendaki keseimbangan antara aktivitas fisik, mental, termasuk
emosional dan aktivitas intelektual. Oleh karena itu, kadar PBAS tidak hanya
bisa dilihat dari aktivitas fisik saja, akan tetapi juga ativitas mental dan
intelektual.
Kedua,
dipandang
dari sisi hasil belajar, PBAS menhendaki hasil belajar yang seimbang dan
terpadu antara kemampuan (kognitif), siakp (afektif), dan keterampilan
(psikomotorik). Artinya dalam PBAS pembentukan siswa secara utuh merupakan
tujaun utama dalam proses pembelajaran. PBAS tidak menhendaki pembentukan siswa
yang secara intelektual cerdas tanpa diimbangi oleh sikap dan keterampilan.
Melalui PBAS ini siswa
tidak hanya dituntut untuk menguasai informasi,tetapi juga bagaimana
memanfaatkan informasi itu untuk kehidupannya.PBAS juga bertujuan membentuk
siswa yang cerdas sekaligus siswa yang memiliki sikap posistif dan
secaramototrik terampil. Aspek-aspek semacam inilah yang diharapkan dapat
dihasilkan dari pendekatan PBAS. Sedangkan secara khusus PBAS bertujuan untuk :
meningkatkan kualitas pembelaajaran agar lebih bermakna dan mengembangkan
seluruh potensi yang dimilikinya.[3]
C. Peran Guru dalam
Implementasi Pembelajaran yang Berorientasi pada Aktivitas Siswa (PBAS)
Kekeliruan yang kerap
muncul adalah adanya anggapan bahwa dengan PBAS peran guru semakin kurang.
Anggapan semacam ini tentu saja tidak benar, sebab walaupun PBAS didesain untuk
meniangkatkan aktivitas siswa, tidak berarti menagkibatkan kurangnya peran dan
tanggung jawab seorang guru. Dalam implementasi PBAS, guru tidak berparan
sebagai satu-satunya sumber belajar yang bertugas menuangkan materi pelajaran
pada siswa, akan tetapi yang terpenting dalah bagaimana memfasilitasi agar
siswa belajar. Oleh karena itu, penerapan PBAS menuntut guru untuk kreatif dan
inovatif sehingga mampu menyesuaikan kegiatan mengajarnya dengan gaya dan
karakteristik belajar siswa. Untuk mewujudakan itu ada beberapa kegiatan yang
dapat dilakukan guru, di antaranya :
a.
Mengemukakan
berbagai alternatif tujuan pembelajaran yang harus dicapai sebelum kegiatan
pembelajaran di mulai. Artinya tujuan pembelajaran tidak hanya di tentukan oleh
guru tetapi diharapkan siswa juga terlibat dalam menentukan dan merumuskannya.
b.
Menyusun
tugas-tugas belajar bersama siswa.
c.
Memberikan
informasi tentang kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan. Dengan
memberitahukn rencana pembelajaran maka siswa akan semakin paham apa yang harus
dilakukan.
d.
Memberikan
pelayanan dan bantuan kepada siswa yang memerlukannya. Artinya seorang guru
harus menyadari bahwa siswa memiliki kemampuan yang sangat beragam.
e.
Memberikan
motivasi, mendorong siswa untuk belajar, membimbing dan lain sebagainya melalui
pengajuan pertanyaan-pertanyaan. Artinya dalam PBAS pertanyaan tidak
semata-mata berfungsi untuk menguji kemampuan siswa akan tetapi lebih dari itu.
f.
Membantu siswa
dalam menarik suatu kesimpulan. Dalam implementasi PBAS seorang guru tidak
menyimpulkan sendiri pokok bahasan yang telah dipelajarinya. Proses dan
kesimpulan apa yang dapat ditarik sebaiknya diserahkan kepada siswa.
Selain peran-peran
diatas, masih banyak tugas lain yang menjadi tanggung jawab guru. Misalnya,
apabila siswa memerlukan suatu informasi tertentu, maka seorang guru
berkewajiban untuk menunjukkan di mana informasi itu dapat di peroleh siswa.
Denagn demikian, guru tidak menempatkan diri sebagai sumber informasi, tetapi
berperan sebagi petunjuk dan fasilitator dalam memanfaatkan sumber belajar.[4]
D. Penerapan
Pembelajaran yang Berorientasi pad Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran
Untuk dapat mengetahui
apakah proses pembelajaran memiliki kadar pembelajaran dengan aktivitas siswa
yang tinggi, rendah, dapat dilihat dari kriteria penerapan pembelajaran yang
berorientasi pada aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Kriteria tersebut
menggambarkan sejauh mana keterlibatan siswa dalam pembelajran baik dalam
perencanan pembelajaran, proses pembelajaran maupun dalam mengevaluasi hasil
pembelajaran. Semakin siswa terlibat dalam ketiga aspek tersebut, maka kadar
pembelajran yang berorientasi pada aktivitas siswa akan semakin tinggi.
1. Kadar
pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa dilihat dari proses
perencanaan.
a) Adanya
keterlibatan siswa dalam merumuskan tujuan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuan serta pengalaman dan motofasi yang dimiliki sebagai bahan
pertimbangan dalam menentukan kegiatan pembelajaran.
b) Adanya
keterlibatan siswa dalam menyusun rancangan pembelajaran.
c) Adanya
keterlibatan siswa dalam menentukan dan memilih sumber belajar yang diperlukan.
d) Adanya
keterlibatan siswa dalam menentukan dan mengadakan media pembelajaran yang akan
digunakan.
2. Kadar
pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa dilihat dari proses
pembelajaran
a) Adanya
keterlibatan siswa baik secara fisik, mental, emosional maupun intlektual dalam
setiap proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari tingginya perhatian dan
motivasi siswa untuk menyelesaikan setiap tugas yang diberikan sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan.
b) Siswa
belajar secara langsung (experiential
learning). Dalam proses pembelajran secara langsung, konsep dan prinsip
diberikan melalui pengalaman nyata seperti meraba, merasakan, mengoprasikan dan
sebagainya.
c) Adanya
keinginan siswa untuk menciptakan iklim belajra yang kondusif.
d) Keterlibatan
siswa dalam mencari dan memanfaatkan sumber belajar yang tersedia yang dianggap
relevan dengan tujuan pembelajaran.
e) Adanya
keterlibatan siswa dalam melakukan prakarsa seperti Tanya jawab dan mengajukan
pertanyaan, berusaha memecahkan masalah selama pembelajran berlangsung.
f) Terjadinya
interaksi multi arah, baik antara siswa dengan siswa, antara guru dan siswa.
3. Kadar
pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa ditinjau dari kegiatan
evaluasi pembelajaran
a) Adanya
keterlibatan siswa untuk mengevaluasi sendiri hasil pembelajaran yang
dilakukannya.
b) Keterlibatan
siswa secara mandiri untuk melaksanakan kegiatan semacam tes dan tugas-tugas
tertentu.
c) Kemauan
siswa untuk menyusun laporan baik tertulis maupun secara lisan berkenaan hasil
belajar yang diperolehnya.[5]
E. Faktor yang
Mempengaruhi Pembelajaran yang Berorientasi pada Siswa (PBAS)
Keberhasilan
penenerapan PBAS dalam proses pembelajaran yang dapat dipengaruhi oleh beberapa
factor, diantaranya:
1. Guru
Dalam
proses pembelajaran dalam kelas, guru merupakan ujung tombak yang sangat
menentukan keberhasilan penenerapan PBAS, karena guru merupakan orang yang
berhadapan laangsung dangan siswa. Ada beberapa hal yang mepengaruhi keberhasilan
PBAS dipandang daari sudut guru, yaitu kemampuan guru, sikapa profesionalitas
guru, latar belakang pendidikan guru, daan pengalamaan mengajar.
2. Perserta
didik
Merupakan
komponen yang melakukan kegiatan pelajaran untuk menegmbangkan potensi kemampuasn
menjadi nyata untuk mencapai tujuan belajar. Komponen peserta ini dapat
dimodifikasi oleh guru.
3. Tujuan
Merupakan
dasar yang menjadikan landasan untuk menentukan strategi, materi, media dan
evaluasi pembelajaran. Untuk itu, dalam strategi pembelajaran, pentuan tujua
merupakan komponen yang pertama kali harus dipilih oleh seorang guru, karena
tujuan pembelajaran merupakan target yang ingin dicapai dalam kegiatan
pembelajaran.
4. Bahan
pelajaran
Merupakan
medium untuk mencapai tujuan pembelajran yang berupa materi yang tersusun
secara sistematis dan dinamis sesuai dengan arah tujuandan perkembangan
kemajuan ilmu pengetahuan dan tuntutan masyarakat.
5. Kegiatan
pembelajaran
Agar
tujuan dapat dicapai secara optimal, maka dalam menentukan strategi pembelajaran
perlu dirumuskan komponen kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan standar
proses pembelajaran.
6. Metode
Adalah
satu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pembelajran yang telah
ditetapkan. Penentuan metode yang akan digunakan oleh guru dalam proses
pembelajran akaan sangat menentukan berhasil atau tidaknya pembelajran yang
berlangsung.
7. Sarana
belajar
Keberhasilan
implementasi pembelajran yang berorientasi pada kstivitas siswa juga dapat di
pengaruhi oleh ketersediaan saran belajar yang meliputi runag kelas, setting
tempat duduk siswa, media, dan sumber belajar.
8. Alat
Dalam
proses pembelajran alat memiliki fungsi sebagai pelengkap untuk mencapai
tujuan. Alat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu alat verbal dan non verbal.
Alat verbal dapat berupa suruhan, perintah, larangan dan lain-lain. Sedangkan
yang nonverbal dapat berupa globe, peta papan tulis slide dan lain-lain.
9. Sumber
pelajaran
Dalah
segala sesuatu yang dapat diperguanaakn sebai tempat atau rujuakn dimana bahan
pembelajran bisa diperolrh. Sehingga sumber belajar dapat berasal dari
masyarakat, lingkungan, dan kebudayaan. Misalnya: manusia, buku, media masa,
museum dan lain-lain.
10. Evaluasi
Merupakan
komponen yang berfunsi untuk menegtahui apakah tujuan yang telah ditetapkan
telah tercapai atau belum, juga bisa berfungsi sebagai umpan balik untuk
perbaikaan strategi yang telah ditetapkan. Kedua fungsi evaluasi tersebut
merupakan evaluasi sebagai funsi sumatif dan formatif.
11. Situasi
atau lingkungan
Lingkunagan
yang dimaksud adalah situasi dan keadaan fisik (misalnya iklim, madrasah, letak
madrasah, dan lain sebaginya). Dan hubungan antar insani , misalnya dengan
teman, peserta didik dengan orang lain. Contoh keadaan ini misalnay menurut isi
materinya seharusnya pembelajran menggunakan media masyarakat untuk
pembelajaran, karena kondisi masyarakat sedang rawan, maka diubah dengan
menggunakan metode lain, misalnya membuat film.[6]
F. Kelebihan dan
Kekurangan Strategi Pembelajaran yang Berorientasi pada Peserta Didik
Berikut ini kelebihan
dan kekurangan strategi pembelajaran yang berorientasi padaa peserta didik
yaitu :
1. Kelebihan
penggunaan strategi pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik
a) Dalam
strategi pembelajaran yang berosientasi pada siswa ini menekankan kepada
aktivitas siswa secara optimal, yaitu bahwa ada berkesinambungan antara
aktifitas fisik, mental, emosional juga aktivitas intlektual. Denga tujuan
untuk memperoleh hasil belajar berupa perpanduan antara aspek kognitif,
efektif, dan psikomotor secara seimbang.
b) Siswa
berperan sebagai subjek pendidikan bukan objek pendidikan yang harus dijejali
dengan berbagai informasi, melainkan siswa tersebut mengolah informasi tersebut
dan mengaplikasikannya ataau menghubungkannya dengan kehidupan. Sehingga
melalui pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa tidak hanya
dituntut untuk menguasai sejumlah informasi, tetapi juga bagaimana
memanfaatkaan infomasi itu untuk kehidupannya. Dan menjadikan siswa adalah
subjek yang memiliki potensi untuk dapat dikembangkan.
c) Dalam
strategi pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa guru tidak
berperan sebagi satu-satunya sumber belajae yang bertugas menuangkan materi
pelajaran kepada siswa, akan tetapi guru berperan sebagai penunjuk dan
fasilitator dalaam memanfaatkan suber belajar.
d) Dalam
strategi pembelajan yang berorientasi ada aktivitas siswa guru dan siswa
sama-sama berperan sebagai subjek belajar yang membedakan hanyalah tugasnya
mmsing-masing.
e) Kegiatan
pembelajaran lebih bermakna dan efisien karena siswa berpatisipasi dalam
kegiatan perumusan tujuan pembelajran dan pengambialn kesimpulan.
2. Kekurangan
penggunaan strategi pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik
a) Dalam
kegiatan pembelajran dengan menggunakan strategi pembelajaran yang berorientasi
pada aktivitas siswa aktif dan tidak aktifnya siswa berpatisipasi dalam
kegiatan pembelajaran hanya siswa yang mengetahuinya secara pasti. Karena
keaktifan siswa ada yang dapat diamati secara langsung sperti menegerjakan
tugas, berdiskusi, mengumpulkan data dan lainnya. Namun ada dua hal yang tidak
dapat diamati seperti kegiatan mendengarkan dan menyimak.
b) Keberhasilan
strategi pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa sangat tergantung
kepada apa yang dimiliki oleh guru seperi kemampuan guru, sikap profesionalitas
guru, latar belakang pendidikan dan pengalamaan mengajar guru. Karena hal-hal
tersebut yang sangaat menentukan bagaimana guru bisa menjalankan perannya
sebagi penunjuk fasilitator sehingga guru dapat memfasilitasi siswanya untuk
belajar. Tanpa hal-hal yang harus dimiliki oleh guru tersebut dapat dipastiakan
proses kegiatan pembelajaran tidak akan berhasil dengan baik.
c) Dalam
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran yang
berorientasi pada aktivitas siswa penenkanan hanya pada proses bukan pada hasil
dan memerlukan waktu yang panjang.[7]
G. Dasar
Pertimbangan Pemilihan Strategi Pembelajaran yang Berorientasi pada Peserta
Didik.
Dalam pemilihan
strategi pendidikan terdapat beberapa prinsip-prinsip penggunaan strategi
pembelajaran yang dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam pemilihan
strategi pembelajaran, yaitu sebagai berikut :
1. Berorientasi
pada tujuan
Dalam
sistem pembelajaran tujuan merupakan komponen utama. Kenapa demikian, karena
dengan adanya suatu tujuan dalam pembelajaran kita bisa menentukan strategi apa
yang harus di pakai agar dapat mewujudkan tujuan dari suatu pembelajaran.
Oleh
karena itu berhasil atau tidaknya siswa mencapai tujuannya dalam proses belajar
ditentukan oleh strategi apa yang digunakan oleh guru tersebut. Misalnya saja
seorang guru yang senang ceramah, sehingga setiap pembelajarann dia menggunakan
strategi penyampaian, seakan-akan dia berpikir bahwa semua tujuan dapat tercapai
dengan strategi tersebut. Tentu saja hal ini keliru. Apabila kita menginginkan
siswa trampil menggunakan suatu alat,katakanlah terampil menggunakan
thermometer sebagai alat ukur suhu badan, tidak mungkin menggunakan strategi
penyampaian. Untuk mencapai tujuan yang demikian, siswa harus melakukan praktek
langsung.
2. Aktivitas
Belajar bukanlah
menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah berbuat, atau melakukan
sesuatu memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diterapkan.
Karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas siswa.
Aktivitas tidak dimaksudkan terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi juga
meliputi aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas mental. Banyak guru
yang terkecoh oleh sikap siswa yang pura-pura aktif padahal sebenarnya tidak.[8]
3. Individualisme
mengajar adalah
usaha mengembangkan setiap individu siswa. Walaupun kita mengajar pada
sekelompok siswa, namun pada hakikatnya yang ingin kita mencapai adalah
perubahan perilaku setiap siswa. Guru yang baik dan profesional manakala ia
menangani 50 orang siswa, seluruhnya berhasil mencapai tujuan; dan sebaliknya
dikatakan guru yang tidak baik atau tidak berhasil manakala ia menangani 50
orang siswa, 49 tidak behasil mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu,
dilihat dari segi jumlah siswa sebaiknya standar keberhasilan guru di tentukan
setinggi–tingginya. Semakin tinggi standar keberhasilan ditentukan, maka
semakin berkualitas proses pembelajaran
4. Integritas
Dalam hal ini
seorang guru dituntut untuk bisa mengembangkan seluruh siswa nya. Tidak hanya
pada kemampuan koginitifnya saja, tetapi juga pengembangaan afektif dan
psikomotorik. Oleh karena itu strategi pembelajan harus mengembangkan seluruh
aspek kepribadian siswa secara terintegritas. Contohnya dalam hal diskusi,
dalam hal ini seorang guru harus dapat merancang strategi diskusi agar
pelaksanaannya tidak hanya pengembangan inlektual saja tetapi juga mendorong
siswanya agar berani menyatakan pendapat, menghargai pendapat temannya,
bersikap jujur dan bertanggung jawab.
Dalam bab IV
pasal 19 peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 ditegaskan bahwa proses pelaksanaan pembelajaran pada satuan
pendidikan diselenggarakan secara :
1. Interaktif,
mengandung makna bahwa guru bukan saja sekedar menyampaikan pengetahuan kepada
siswanya tetapi juga menciptakan lingkungan agar dapat merangsang siswanya
untuk belajar. Melalui proses interaksi memungkinkan kemampuan siswa untuk
berkembang baik mental maupun intelektual.
2. Inspiratif,
pembelajaran adalah proses yang inspiratif yang mendorong siswanya untuk
mencoba dan melakukan sesuatu. Oleh karena itu guru harus membuka kemungkinan
siswa untuk berkerja sendiri. Biarkan siswanya berbuat dan berfikir sesuai
dengan inspirasinya sendiri, sebab belajar itu bersifat subjek yang bisa
dimaknai oleh setiap subjek belajar.
3. Menyenangkan,
proses belajar itu sejatinya harus menyenangkan, karena seorang siswa akan
lebih memahami pengetahuan yang disampaikan apabila terbebas dari rasa tegang
atau bersifat menyenangkan. Hal ini bisa dilakukan seorang guru dengan cara
menata ruang kelas yang menarik. Atau seorang guru bisa menggunakan beberapa
model belajar seperti belajar sambil bermain, menggunakan media atau sumber
belajar yang relevan.
4. Menantang,
selain menyenangkan, proses belajar harus menantang pola pikir siswanya dengan
cara mengembangkan rasa ingin tahu siswa melalui kegiatan mencoba-coba,
berfikir secara inspiratif atau berekplorasi. Harusnya seorang guru tidak
memberikan informasi yang sudah jadi atau siap tapi seorang guru memberikan
informasi yang “meragukan” agar siswanya merasa penasaran dan ingin mengetahui
lebih jauh serta memastikan informasi yang diberikan oleh gurunya.
5. Motivasi,
motivasi adalah aspek yang paling penting dalam membelajarkan siswa, karena
tanpa adanya motivasi, tidak mungkin siswanya memiliki kemampuan untuk
belajar. Oleh karena itu membangkitkan
motivasi adalah tugas dan fungsi guru. Dalam membangkitkan motivasi siswa guru harus
menunjukan seberapa penting pengalaman dan juga materi belajar dalam
kehidupannya, bukan hanya sekedar memperoleh nilai atau pujian tapi juga
keningin tahuan untuk memenuhi kebutuhannya di masa depan.[9]
H. Langkah-Langkah
Pelaksanaan Strategi Pembelajaran yang Berorientasi pada Peserta Didik
1. Guru
membuka kegiatan pembelajaran dengan memberikan motivasi kepada siswanya.
2. Guru
sedikit menjelaskan kompetensi yang akan dicapai dan menyebutkan sarana atau
alat pendukung yang dibutukan. Kemudian siswa berdiskusi dan mencari sumber
belajar dan alat yang berkaitan dengan kompetensi yang ingin dicapai. Guru juga
selalu memotivasi siswanya agar selalu terlibat dan berpartisipasi dalam
aktivitas pemecahan masalah.
3. Guru
membantu siswa mendefinisikan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal dan lainnya)
4. Guru
dan siswa menyusun tugas belajar bersama-sama. Artinya, tugas-tugas apa yang
harus dilakukan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran, tidak hanya
ditentukan oleh guru tetapi juga siswa. Hal ini untuk memupuk rasa tanggung
jawab siswa.
5. Siswa
mengumpulkan informasi sesuai dengan masalah yang sedang didiskusikan untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
6. Guru
mengawasi jalannya kegiatan pembelajaran dan membantu siswa merencanakan, menyiapkan
penyelesaian tugas dan membantu siswa berbagi tugas dengan temannya.
7. Guru
memberikan penjelasan materi yang sedang dipelajari dan memotivasi siswa untuk
mengajukan pertanyaan sebagai bentuk partisipasi aktif siswa. Kemudian siswa
dan guru bersama-sama menarik kesimpulan dari pembelajaran tersebut.[10]
I. Upaya Pemecahan
Kasus Pembelajaran dalam Strategi Pembelajaran yang Berorientasi pada Peserta
Didik
Kegiatan
yang dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran atau aplikasi strategi
pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa dalam kegiatan
pembelajaran. Kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya yaitu :
1. Mendengarkan
dan Diskusi
Diskusi
berarti kegiatan pemecahan masalah dengan bertukar pikiran melalui
pendapat-pendapat dari setiap anggota kelompok. Dalam kegiatan diskusi sangat
ditentukan oleh kemampuan mendengarkan.
2. Pembelajaran
dengan Metode Think Pair And Share (Saling Memberi dan Menerima Pemikiran-Pikiran
Melalui Saran dan Pendapat)
Dalam
pembelajaran ini guru dan siswa saling bertukar pikiran melalui saran dan
pendapat. Dalam pembelajaran ini juga menggunakan metode diskusi.
Contohnya
dalam pembelajaran biologi, guru menjelaskan materi tentang klasifikasi makhluk
hidup, guru memberikan pertanyaan kepada siswa “ apakah bisa pengklasifikasian
makhluk hidup berdasarkan warna bulu mereka, berikan alasannya ?”. kemudian
siswa memberikan pendapat-pendapatnya, dari pendapat-pendapat siswa guru
menerima dan menghargainya lalu guru menjelasakn tentang pertanyaan tersebut.
3. Pembelajaran
Berdasarkan Masalah
Dalam
kegiatan pembelajaran ini guru dan siswa memiliki peran yang sama tetapi tugas
yang berbeda. Guru dan siswa bersama-sama menentukan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai sampai dengan merumuskan masalah.
Contohnya
dalam pembelajaran pelajaran biologi, pada awal pembelajaran guru memberikan
sebuah masalah kepada siswa yaitu tentang materi sumber daya alam tidak bisa
diperbahrui. Guru memberikan pertanyaan “ beberapa contoh sumber daya alam yang
tidak bisa diperbahrui yaitu salah satunya minyak tanah, lalu bagaimana cara
supaya minya tanah tidak habis?” setelah siswa yang dibimbing guru melakukan
diskusi tentang pertanyaan tersebut dan para siswa mengemukakan pendapatnya.
Setelah itu guru menarik kesimpulan dari
diskusi tersebut.[11]
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Strategi pembelajaran
yang berorientasi pada aktivitas peserta didik berarti suatu perencanaan yang
berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu dengan menggunakan
pendekatan pada kegiaatan atau aktivitas siswa. Tujuann dari strategi
pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa itu sendiri yaitu untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran agar lebih bermakna,untuk menguasai sejumlah informasi
dan memanfaatkan informasi itu untuk kehidupannya.
Dalam implementasi
pembelajaran guru tidak hanya berperan sebagai satu-satunya sumber belajar yang
bertugas menuangkan materi pembelajaran kepada siswa, tetapi yang lebih penting
adalah bagaimana memfasilitasi agar siswa belajar. Guru juga berperan sebagai
penunjuk dan fasilitator dalam memanfaatkan sumber belajar.
Untuk mengetahui kadar penerapan pembelajaran
yang berorientasi pada aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dalam dilihat
dari tiga proses yaitu proses perencanaan, proses pembelajaran, dan kegiatan
evaluasi pembelajaran. Selain itu adapun faktor yang mempengaruhi pembelajaran
yang berorientasi pada siswa yaitu guru, peserta didik, tujuan, bahan
pelajaran, kegiatan pembelajaran, metode, sarana belajar, alat, sumber
pembelajaran, evaluasi dan situasi atau lingkungan. Startegi pembelajaran yang
beroreintasi pada aktivitas siswa mempunyai kelebiha dan juga kekurangan. Salah
satu kelebihannya yaitu kegiatan pembelajaran lebih bermakna dan efisien karena
siswa berpartisipasi dalam kegiatan perumusan tujuan dan pengambilan
kesimpulan, sedangakan kekurangannya yaitu dalam strategi ini penekanannya
hanya pada proses bukan pada hasil dan memerlukan waktu yang panjang.
Ada beberapa prinsip
dasar yang menjadi pertimbangan dalam pemiliahan strategi pembelajaran yang
berorientasi pada aktivitas peserta didik yakni berorientasi pada tujuan,
aktivitas, individualisme, dan integritas. Adapun langkah-langkah pelaksanaan
strategi pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik yaitu guru
memberikan motivasi di awal pelajaran, menjelasakan materi dan menyebutkan
sarana prasarana serta alat dan bahan yang dibutuhkan, guru membantu siswa
mendefinisikan mengorganisasikan tugas belajar,
guru dan siswa menyusun tugas-tugas belajar, siswa mengumpulkan
informasi yang sesuai dengan permasalahan, guru mengawasi kegiatan
pembelajaran, dan guru memberikan penjelasan terhadap materi serta menarik
kesimpulan dari kegiatan tersebut.
Upaya pemecahan kasus
dalam strategi pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas peserta didik
dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut yaitu mendengarkan
dan diskusi, pembelajaran dengan metode think
pair and share, dan pembelajaran berdasarkan masalah.
B. Saran
Dewasa ini, dalam
proses pembelajaran banyak pendidik yang tidak mengetahui strategi apa yang
cocok digunakan dalam belajar. Terkadang strategi yang digunakan oleh seorang
guru tidak sesuai dengan tujuan yang ingin di capai, sehingga peserta didik
tidak begitu memahami materi yang di sampaikan. Oleh karena itu strategi
pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa bisa menjadi salah satu
strategi yang bisa digunakan dalam proses pembelajaran, yang mana strategi ini
lebih menuntut pada keaktifan dan pengembangan siswa secara menyeluruh.
DAFTAR
PUSTAKA
Walid, Ahmad. 2017. Strategi Pembelajaran IPA. Bengkulu : Pustaka Pelajar.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta : Kencana.
Nurhasanawati. 2017. Strategi Pembelajaran yang Berorientasi Pada Aktivitas Siswa. http://ejournal.uin-suska.ac.id
Dewi, Santi. 2017. Strategi Pembelajaran yang Berorientasi Pada Aktivitas Siswa. http://semnasfis.unimed.ac.id/
[1] Sanjaya, Wina.
2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana
[3] Sanjaya, Wina.
2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana
[4] Walid, Ahmad.
2017. Strategi Pembelajaran IPA.
Bengkulu : Pustaka Pelajar.
[5] Walid, Ahmad.
2017. Strategi Pembelajaran IPA.
Bengkulu : Pustaka Pelajar.
[6] Sanjaya, Wina.
2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana
[7] Walid, Ahmad.
2017. Strategi Pembelajaran IPA.
Bengkulu : Pustaka Pelajar.
[8] Dewi,
Santi. 2017. Strategi Pembelajaran yang
Berorientasi Pada Aktivitas Siswa. http://semnasfis.unimed.ac.id/
[9] Nurhasanawati.
2017. Strategi Pembelajaran yang
Berorientasi Pada Aktivitas Siswa. http://ejournal.uin-suska.ac.id
[10] Walid, Ahmad.
2017. Strategi Pembelajaran IPA.
Bengkulu : Pustaka Pelajar
[11] Walid, Ahmad.
2017. Strategi Pembelajaran IPA.
Bengkulu : Pustaka Pelajar
No comments:
Post a Comment