1

loading...

Tuesday, October 30, 2018

MAKALAH ULUMUL HADITS "BIOGRAFI SINGKAT BEBERAPA ULAMA HADITS"


BAB I
PENDAHULUAN
A.     LATAR  BELAKANG
Islam di Indonesia merupakan mayoritas terbesar ummat Muslim di dunia. Walapun masyarakat indonesia mayoritas islam, tetapi sebagian dari mereka tidak begitu mengenal apa itu islam, kewajiban-kewasjiban dalam islam, larangan- larangan dalam islam, antara yang halal dan haram, antara yang hak dan yang batil, siapa sahabat- sahabat Rasulullah SAW. Apalagi kalau tentang kisah Rasullulah SAW dan para sahabatnya. Masyarakat Indonesia sekarang lebih menyukai dan mengidolakan drama dan artis artis yang sering muncul di televisidari pada para sahabat Ralullah SAW. Merka lebih suka menghafal lagu lagu dari pada Al- Qur’an dan hadits. Mereka lebih suka datang ke konser dari pada ke pengajian.Merka lebih mengenal nama nama artis dari pada sahabat sahabat Rasulullah dan para pejuang islam lainya. Islam merupakan agama  yang di bawa dan diajarkan oleh Baginda Rasulullah Muhammad SAW sebagai nabi akhir zaman denga kitab sucinya Al- Qur;an.. Setelah wafat ajaran- ajaran Rasullulah tidak hanya berhenti di situ, tetapi masih tetap di jalankan oleh para sahabat-sahabatnya, kemudian para sahabat Rasulullah SAW mengajarkannya ke pada murid– muridnya dan para muridnya mengajarkan kepada muridnya lagi yang sekarang lebih di kenal dengan kata Ulama dan ajaran-ajaran Rasullah SAW itu sekarang lebih di kenal dengan nama hadits.  
Hadits (ejaan KBBI: hadis, bahasa Arab: الحديث  dengarkan (bantuan·info), transliterasi: Al-Hadîts), adalah perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan dan persetujuan dari Nabi Muhammad yang dijadikan landasan syariat Islam. Berita tersebut didapat dari para sahabat pada saat bergaul dengan Nabi. Berita itu selanjutnya disampaikan kepada sahabat lain yang tidak mengetahui berita itu, atau disampaikan kepada murid-muridnya dan diteruskan kepada murid-murid berikutnya lagi hingga sampai kepada pembuku hadits.  Murid- murid sahabat nabi itu sekarang lebih di kenal dengan sebutan Ulama. Hadits dijadikan sumber hukum Islam selain al-Qur'an, dalam hal ini kedudukan hadits merupakan sumber hukum kedua setelah al-Qur'an. Hadits di riwayatkan oleh seorang ulama. 
Ulama (Arab:العلماء Ulamāʾ, tunggal عالِم ʿĀlim) adalah pemuka agama atau pemimpin agama yang bertugas untuk mengayomi, membina dan membimbing umat Islam baik dalam masalah-masalah agama maupum masalah sehari hari yang diperlukan baik dari sisi keagamaan maupun sosial kemasyarakatan. Makna sebenarnya dalam bahasa Arab adalah ilmuwan atau peneliti, kemudian arti ulama tersebut berubah ketika diserap kedalam Bahasa Indonesia, yang maknanya adalah sebagai orang yang ahli dalam ilmu agama Islam.
Pengertian ulama secara harfiyah adalah “orang-orang yang memiliki ilmu”. Dari pengertian secara harfiyah dapat disimpulkan bahwa ulama adalah:
  1. Orang Muslim yang menguasai ilmu agama Islam
  2. Muslim yang memahami syariat Islam secara menyeluruh (kaaffah) sebagaimana terangkum dalam Al-Quran dan ''as-Sunnah''
  3. Menjadi teladan umat Islam dalam memahami serta mengamalkannya.
Para Ulama Hadits sangat berperan penting dalam islam, karena tanpa merka kita mungkin tidak akan tau bagaimana sunah-sunah nabi. Maka dari itu kita wajib untuk mengenal mereka, para penerus ajaran Rasulullah SAW.
B.     RUMUSAN MASALAH
1.       Bagaimana biografi imam Turmudzi ?
2.      Bagaimana biografi imam Abu Dawud?
3.      Bagaimana biografi imam Nasa’i?
4.      Bagaimana biografi imam Ibnu Majah?

C.     TUJUAN PENULISAN
1.      Untuk mengetahui biografi imam Turmudzi.
2.      Untuk mengetahui biografi imam Abu Dawud.
3.      Untuk mengetahui biografi imam Nasa’i.
4.      Untuk mengetahui biografi imam Ibnu Majah.
                                                                                                         
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Imam Turmudzi
Nama lengkapnya adalah Imam Al- Hafiz Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Saurah bin Musa bin Ad—Dahhak As-Sulami At- Tirmidzi. Ia adalah salah seorang ahli hadis kenamaan, dan pengarang berbagai kitab yang mansyur. Ia lahir pada 209 H di kota Tirmiz. [1]
Kakek Abu ‘Isa At Tirmidzi berkebangsaan Mirwaz, kemudian pindah ke Tirmidzi dan menetap di sana. Di kota inilah cucunya yang bernama Abu ‘Isa dilahirkan. Semenjak kecil, Abu ‘Isa sudah gemar mempelajari ilmu dan mencari hadits.

Tirmidzi memulai jihadnya dengan belajar agama sejak beliau masih muda. Beliau mengambil ilmu dari para syekh yang ada di negara beliau. Kemudian beliau memulai melakukan perjalanan dalam menuntut ilmu ke berbagai negara yang ada di muka bumi ini. Yang mana perjalanan beliau itu hanya ditujukan untuk menimba ilmu agama. Beberapa daerah yang pernah beliau datangi pada saat itu adalah Khurasan, Madinah, Mekkah, Bashrah, Kufah,Wasith,Baghdad,ArRay.
          Beliau memulai rihlah pada tahun 234 hijriah. Imam At Tirmidzi keluar dari negrinya menuju ke Khurasan, Iraq dan Haramain dalam rangka menuntut ilmu. Di sana beliau mendengar ilmu dari kalangan ulama yang beliau temui, sehingga dapat mengumpulkan hadits dan memahaminya. Akan tetapi sangat di sayangkan beliau tidak masuk ke daerah Syam dan Mesir, sehingga hadits-hadits yang beliau riwayatkan dari ulama kalangan Syam dan Mesir harus melalui perantara, kalau sekiranya beliau mengadakan perjalanan ke Syam dan Mesir, niscaya beliau akan mendengar langsung dari ulama-ulama tersebut, seperti Hisyam bin ‘Ammar dan semisalnya. Setelah pengembaraannya, imam At Tirmidzi kembali ke negrinya, kemudian beliau masuk Bukhara dan Naisapur, dan beliau tinggal di Bukhara beberapa saat.
Abu ‘Isa At-Tirmidzi diakui oleh para ulama keahliannya dalam hadits, kesalehan dan ketakwaannya. Ia terkenal pula sebagai seorang yang dapat dipercaya, amanah dan sangat teliti.[2]
a)        Guru Imam Turmudzi diantaranya:
Begitu pula apa yang telah dilakukan oleh Imam Ahli Hadis ini. Berbagai negara telah beliau singgahi, sehingga beliau telah banyak menimba ilmu dari para gurunya. Di antara para guru beliau adalah:
·         Ishaq bin Rahawaih, yang merupakan guru pertama bagi Imam Tirmidzi.
·         Imam Bukhari. Imamnya para ahli hadis ini adalah termasuk salah satu imam besar yang mana Imam Tirmidzi mengambil ilmu darinya. Beliau adalah guru yang paling berpengaruh bagi Imam Tirmidzi. Dari beliaulah Imam Tirmidzi mengambil ilmu ‘ilalul hadits.
·         Imam Muslim. Beliau dan Imam Bukhari adalah dua imam ahli hadis  terkenal yang ada di muka bumi ini. Kitab hadis karya mereka berdua adalah kitab yang paling benar setelah Alquran.
·         Imam Abu Dawud.
·         Qutaibah bin Sa’id
·         ‘Ali bin sa’id bin Masruq al Kindi
·         ‘Amru bin ‘Ali al Fallas

b)        Murid Imam Turmudzi, diantaranya:
·                     Abu Bakar Ahmad bin Isma’il as Samarqand
·                     Abu Hamid al Marwazi
·                     Ar Rabi’ bin Hayyan al Bahiliy
·                     Abu Ja’far Muhammad bin Ahmad An Nasafi
·                     Abu Ja’far Muhammad bin sufyan bin An Nadlr An Nasafi al Amin
·                     Muhammad bin Muhammad bin Yahya Al Harawi al Qirab
·                     Muhammad bin Mahmud bin ‘Ambar An Nasafi
c)      Karya- karya Imam Turmudzi, diantaranya:
·                     Al-Jami’ (Sunan at-Tirmidzi). Kitab yang satu ini adalah kitab beliau yang   paling monumental dan paling bermanfaat. Di dalam kitab ini ia mengklasifikasikan hadis menjadi shahih, hasan, dan dha’if. Setelah selesai menulis kitab ini beliau perlihatkannya kepada para ulama Hijaz, Irak, dan Khurasan.Mereka bersenang hari dan bangga melihatnya. Beliau berkata: “ Aku tulis buku ini dan telah aku sodorkan kepada para ulama Hijaz, Irak, dan Khurasan dan mereka menyenanginya. Barang siapa dirumahnaya terdapat kitab  Sunan ini, maka seakan-akan di rumahnya ada seorang Nabi yang berbicara”. Buku inilah sumber pertama hadits hasan. Kualitas haditsnya terbagi menjadi empat macam; yaitu sebagian dipastikan kesahihanya, sebagian laih shahih atas syarat Abu Dawud dan An-Nasa’i, sebagian lain dijelaskan ;Illatnya, dan sebagian lagi beliau terangkan: Aku tidak keluarkan suatu hadits dalam kitabku ini keculai yang diamalkan oleh sebagian Fuqaha.[3]
·                     Syamail an-Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Kitab ini termasuk kitab yang paling bagus yang membahas tentang sifat-sifat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
·                     Kitab Al ‘Ilal
·                     Kitab Asy Syama’il an Nabawiyyah.
     Adapun karangan beliau yang tidak sampai kepada kita adalah;
·        Kitab At-Tarikh.
·        Kitab Az Zuhd.
·        Kitab Al Asma’ wa al kuna
d)       Keutamaan Imam Turmudzi dan pujian ulama terhadap beliau
Beliau adalah seorang ulama yang memiliki banyak keutamaan sehingga para ulama banyak memberikan pujian kepada beliau. Di antara keutamaan beliau dan pujian ulama kepadanya adalah sebagai berikut:
·       Kitab beliau yang berjudul “Al-Jami’” menunjukkan akan luasnya pengetahuan beliau dalam ilmu hadis, kefaqihan beliau dalam permasalahan fikih, dan juga luasnya wawasan beliau terhadap permasalahan khilafiyah di kalangan para ulama fikih.
·       Abu Ahmad al-Hakim berkata bahwa beliau pernah mendengar ‘Umar bin ‘Allak berkata, “Tidak ada seorang pun yang bisa menggantikan posisi Imam Bukhari sepeninggal beliau kecuali Abu ‘Isa (Imam Tirmidzi) dalam masalah ilmu, kuatnya hafalan, sifat zuhud dan wara’-nya. Beliau menangis hingga matanya mengalami kebutaan, dan hal tersebut terus berlangsung beberapa tahun hingga beliau wafat.”
·       Imam Abu Isma’il ‘Abdullah bin Muhammad al-Anshoriy memberikan sebuah rekomendasi yang luar biasa terhadap beliau, di mana beliau pernah mengatakan bahwa Kitab ‘Al-Jami’ milik Imam Tirmidzi lebih besar manfaatnya daripada kitab hadis yang dimiliki Imam Bukhari dan Imam Muslim. Karena kedua kitab tersebut hanya bisa dimanfaatkan oleh orang yang alim yang tinggi ilmunya, sedangkan kitab Al-Jami’ milik beliau bisa dimanfaatkan oleh setiap orang yang membacanya. Akan tetapi hal ini semata-mata hanyalah pendapat seorang ulama’ yang mungkin beliau memandangnya dari sudut tertentu.
·       Abu Sa’d al-Idris mengatakan bahwa beliau adalah seorang imam hadis yang dijadikan teladan dalam masalah hafalan.
·       Imam adz-Dzahabi mengatakan dalam kitabnya Siyar A’lam an-Nubala’, “Di dalam kitab tersebut (Al-Jami’), terdapat banyak sekali ilmu yang bermanfaat, faedah yang melimpah, dan juga terdapat pokok-pokok permasalahan dalam Islam. Seandainya saja kitab tersebut tidak dinodai dengan adanya hadis-hadis yang lemah, yang di antaranya adalah hadis palsu dalam permasalahan keutamaan-keutamaan amalan saleh.”
e)        Wafatnya Imam Turmudzi
Setelah menjalani perjalanan panjang untuk belajar, mencatat, berdiskusi dan tukar pikiran serta mengarang, ia pada akhir kehidupannya mendapat musibah kebutaan, dan beberapa tahun lamanya ia hidup sebagai tuna netra; dalam keadaan seperti inilah akhirnya At-Tirmidzi meninggal dunia. Ia wafat di Tirmiz pada malam Senin 13 Rajab tahun 279 H (8 Oktober 892) dalam usia 70 tahun.[4]

f)          Pelajaran yang dapat di ambil dari Imam turmudzi
·         Jihad itu tidak hanya identik dengan pedang, akan tetapi jihad itu bisa dilakukan dengan ilmu, yaitu berjihad memerangi kebodohan. Seperti apa yang dilakukan oleh para ulama.
·         Lahirkan penerus generasi pembela Islam dan bangsa ini dengan mendidik anak-anak kita untuk semangat menuntut ilmu agama sejak kecil.
·         Hargailah, hormatilah, dan doakanlah kebaikan untuk para ulama kita yang telah berjuang dalam mendapatkan ilmu agama dan memberikannya untuk kaum muslimin dalam rangka membela agama ini dan meneruskan perjuangan-perjuangan para nabi dalam menyebarkan ilmu agama.
·         Mempelajari suatu ilmu terutama ilmu agama membutuhkan adanya seorang guru yang bisa memahamkan penuntut ilmu tersebut. Karena apabila hanya mencukupkan diri dengan membaca buku maka hal itu dapat menyebabkan orang yang melakukannya terjatuh dalam kesalahan karena salahnya pemahaman mereka ketika mengkaji ilmu itu secara autodidak.
·         Belajar agama adalah suatu hal yang sangat penting bagi kita dan sangat menentukan masa depan kita di kampung yang kekal nanti. Maka dari itu, kita harus mempelajarinya dari seseorang yang benar-benar berilmu. Sehingga kita tidak boleh sembarangan mengambil ilmu agama dari seseorang. Patokannya adalah ketakwaannya dan kapasitas ilmu agamanya, bukan kemahirannya dalam menyampaikan dan melawak.
·         Jadilah orang yang bermanfaat untuk manusia, dengan menyebarkan ilmu yang bermanfaat untuk mereka melalui lisan dan tulisan.
·        Berhati-hatilah dengan aliran-aliran menyimpang yang selalu gencar memberikan syubhat dan doktrinnya kepada masyarakat awam. Oleh karena itu, Mari kita bentengi diri kita dari pengaruh-pengaruh tersebut dengan pemahaman akidah yang benar dan lurus. Tidak ada cara lain kecuali dengan terus membekali diri kita dengan ilmu agama yang benar, yang bersumber dari Alquran dan sunah yang dipahami oleh para sahabat Nabi radhiyallahu ‘anhum ajma’in.
B.   Imam Abu Dawud
Imam Abu Dawud (817 / 202 H ) adalah salah seorang perawi hadits, yang mengumpulkan sekitar 50.000 hadits lalu memilih dan menuliskan 4.800 di antaranya dalam kitab Sunan Abu Dawud. Nama lengkap Abu Dawud adalah Abu Dawud Sulaiman bin Al-Asy’ats bin Ishaq bin Basyir bin Syihab ibn Amar bin ’Amran Al-Azdi As-Sijistani. Untuk mengumpulkan hadits, dia bepergian ke Arab Saudi, Irak, Khurasan, Mesir, Suriah, Nishapur, Marv, dan tempat-tempat lain, menjadikannya salah seorang ulama yang paling luas perjalanannya.
Bapak dia yaitu Al Asy'ats bin Ishaq adalah seorang perawi hadits yang meriwayatkan hadits dari Hamad bin Zaid, dan demikian juga saudaranya Muhammad bin Al Asy`ats termasuk seorang yang menekuni dan menuntut hadits dan ilmu-ilmunya juga merupakan teman perjalanan dia dalam menuntut hadits dari para ulama ahli hadits. Abu Dawud sudah berkecimpung dalam bidang hadits sejak berusia belasan tahun. Hal ini diketahui mengingat pada tahun 221 H, dia sudah berada di Baghdad, dan di sana dia menemui kematian Imam Muslim, sebagaimana yang dia katakan: "Aku menyaksikan jenazahnya dan mensholatkannya".
Abu Dawud menghabiskan waktunya di Tursus kurang lebih 20  tahun. Beliau seorang hafizh, lautan ilmu, terpercaya , dan memiliki keilmuan yang tinggi terutama dalam bidang hadits. Para ulama sangat menhormati kemampuan, kejujuran, dan ketakwaan beliau tang luar biasa. Abu Dawud tdak hanya sebagai seorang perawi, penghimpun, dan penyusun hadits, tetapi sebagai seorang ahli hukum yang handal dan kritikus hadis yang baik.[5]
 Ketika menelisik biografi imam Abu Daud, akan muncul paradigma bahwasanya beliau semenjak kecil memiliki keahlian untuk menimba ilmu yang bermanfaat. Semua itu ditunjang dengan adanya keutamaan yang telah di anugerahkan Allah kepadanya berupa kecerdasan, kepandaian dan kejeniusan, disamping itu juga adanya masyarakat sekelilingnya yang mempunyai andil besar dalam menimba ilmu. Dia semenjak kecil memfokuskan diri untuk belajar ilmu hadits, maka kesempatan itu dia gunakan untuk mendengarkan hadits di negrinya Sijistan dan sekitarnya. Kemudian dia memulai rihlah ilmiahnya ketika menginjak umur delapan belas tahun. Dia merupakan sosok ulama yang sering berkeliling mencari hadits ke berbagai belahan negri Islam, banyak mendengar hadits dari berbagai ulama, maka tak heran jika dia dapat menulis dan menghafal hadits dengan jumlah besar yaitu setengah juta atau bahkan lebih dari itu. Hal  ini merupakan modal besar bagi berbagai karya tulis beliau yang tersebar setelah itu keberbagai pelosok negri islam, dan menjadi sandaran dalam perkembangan keilmuan baik hadits maupun disiplin ilmu lainnya.
Setelah dia masuk kota Baghdad, dia diminta oleh Amir Abu Ahmad Al Muwaffaq untuk tinggal dan menetap di Bashroh,dan dia menerimanya,akan tetapi hal itu tidak membuat dia berhenti dalam mencari hadits.
a)      Guru- guru Abu Dawud
· adh-Dhariri
·  Abu Walid ath-Thayalisi
·  Abu Zakariya
b)       Murid- murid Abu Dawud
· Abu Ubaid Al Ajury
· Abu Thoyib Ahmad bin Ibrohim Al Baghdady (Perawi sunan Abi  dan Daud dari dia).
· Abu `Amr Ahmad bin Ali Al Bashry (perawi kitab sunan dari dia).
c)      Karya karya Imam Abu Dawud
Imam Abu Dawud banyak memiliki karya, antara lain:
·         Kitab As-Sunnan (Sunan Abu Dawud).
·         Kitab Al-Marasil.
·         Kitab Al-Qadar.
·         An-Nasikh wal-Mansukh.
·         Fada’il al-A’mal.
·         Kitab Az-Zuhd.
·         Dala’il an-Nubuwah.
·         Ibtida’ al-Wahyu.
·         Ahbar al-Khawarij.
d)     Keistimewaan Imam Abu Dawud
                                   Beliau dianugerahi dengan kecerdasan yg luar biasa. Imam Abu Dawud dapat menghapal seluruh isi sebuah kitab hanya dengan satu kali membacanya. Beliau terkenal ahli dalam mengkritik hadits dan membedakan antara matan/redaksi hadits dari yg lemah dan cacat. Hanya empat orang yg pantas diakui namanya dlm hal mengkritik hadits. Mereka adalah Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Dawud dan Imam Nasa'i. Imam Abu Dawud hidup dimasa dunia islam memiliki para ulama yg istimewa. Beliau banyak mengomentari hadits, beliau dijuluki sebagai Imamul Muhaditsin (Imamnya para ahli hadits.
Pada masa hidupnya, Abu Dawud telah mengumpulkan kurang lebih sekitar 50.000 hadits. Puluhan ribu hadits ini kemudian diseleksi dan menulisnya kembali sehingga menjadi 4.800 shahih, di antara hadits-hadits tersebut terkumpul pada kitab hadits, Sunan Abu Dawud.
                                    Disamping keahliannya dalam bidang hadits beliau juga seorang ahli fiqih. Beliau memiliki pemahaman yg mendalam dalam bidang fiqih dan ijtihad. Beliau seorang yg sangat taat, shaleh dan zuhud. Beliau menghabiskan seluruh hidupnya untuk beribadah dan berdzikir pada Allah. Beliau selalu mennjauhi pejabat, teman-teman Sultan dan orang-orang istana. Di kabarkan bahwa Imam Abu Dawud biasa memakai pakaian yg sebelah lengannya berukuran besar dan sebelah lainnya berukuran normal. Ketika ditanyakan kepada beliau tentang hal tersebut, beliau mejawab : " (alasannya adalah) Untuk menyimpan catatan-catatan hadits, menurutku tidak perlu membesarkan lengan baju yg sebelah lagi karena hal itu adalah pemborosan.". Tidak diketahui dengan pasti dimana asalnya beliau belajar.
                                   Sebagian ulama mengatakan bahwa beliau adalah ahli fiqih mazhab hambali, sebagian yg lain mengatakan beliau ahli fiqih mazhab syafi'. Namun dalam sumber lain penulis menemukan guru-guru dimana Imam Abu Dawud belajar yaitu Diantara guru-gurunya adalah Imam Ahmad, Al-Qanabiy, Sulaiman bin Harb, Abu Amr adh-Dhariri, Abu Walid ath-Thayalisi, Abu Zakariya Yahya bin Ma'in, Abu Khaitsamah, Zuhair bin Harb, ad-Darimi, Abu Ustman Sa'id bin Manshur, Ibnu Abi Syaibah dan ulama lainnya.
                                   Para ulama sepakat menetapkan bahwa beliau seorang hafiz yang sempurna, pemilik ilmu yang melimpah, muhaddits yang terpercaya, wara’ dan memiliki pemahaman yang tajam, baik dalam bidang ilmu hadits maupun lainnya. Al- Khathtabi berpendapat, bahwa tidak ada susunan kitab agama yang setara dengan kitab Sunan Abi Dawud. Para ulama menerimanyadan dia menjadi hakim Fuqaha yang belainan mahzab.[6]
e)      Akhlak dan sifat-sifatnya yang terpuji
·         Salah satu lengan bajunya lebar namun yang satunya lebih kecil dan sempit. Seseorang yang melihatnya bertanya tentang keganjilan ini, ia menjawab: “Lengan baju yang lebar ini digunakan untuk membawa kitab-kitab, sedang yang satunya lagi tidak diperlukan. Jadi, kalau dibuat lebar, ianya adalah Abu Dawud adalah salah seorang ulama yang mengamalkan ilmunya dan mencapai darjat tinggi dalam ibadah, kesucian diri, wara’ dan kesalehannya. Ia adalah seorang individu utama yang patut diteladani perilaku, ketenangan jiwa dan keperibadiannya. Sifat-sifat Abu Dawud ini telah diungkapkan oleh sebahagian ulama yang menyatakan:
·         “Abu Dawud menyerupai Ahmad bin Hanbal dalam perilakunya, ketenangan jiwa dan kebagusan pandangannya serta keperibadiannya. Ahmad dalam sifat-sifat ini menyerupai Waki’, Waki menyerupai Sufyan as-Sauri, Sufyan menyerupai Mansur, Mansur menyerupai Ibrahim an-Nakha’i, Ibrahim menyerupai ‘Alqamah dan ia menyerupai Ibn Mas’ud. Sedangkan Ibn Mas’ud sendiri menyerupai Nabi s.a.w dalam sifat-sifat tersebut.”
·         Sifat dan keperibadian yang mulia seperti ini menunjukkan atas kesempurnaan agama, tingkah laku dan akhlak.
·         Abu Dawud mempunyai pandangan dan falsafah sendiri dalam cara berpakaian berlebih-lebihan.
f)         Wafatnya
Setelah mengalami kehidupan penuh berkat yang diisi dengan kegiatan ilmiah, menghimpun dan menyebarluaskan hadith, Abu Dawud meninggal dunia di Basrah yang dijadikannya sebagai tempat tinggal atas permintaan Amir sebagaimana telah diceritakan. Ia wafat pada 16 Syawwal 275 H/889M. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan ridha-Nya kepadanya.
C.   Imam Nasa’i
Nama lengkap Imam Nasa’i adalah Abu Abdurahman Ahmad ibn Syu’aib bin Ali ibn Abi Bakar ibn Sinan An-Nasa’i. Ia terkenal dengan nama An- Nasa’i karena dinisbatkan dengan kota Nasa’i salah satu kota di Khurasan. Ia   dilahirkan pada tahun 215 Hijriah demikian menurut Adz Dzahabi.7 Beliau lahir dan membesar di Nasa’, sebuah kota di Khurasan yang banyak melahirkan ulama-ulama dan tokoh-tokoh besar. Di madrasah negeri kelahirannya itulah ia menghafal Al-Qur’an dan dari guru-guru negerinya ia menerima pelajaran ilmu-ilmu agama yang pokok. Setelah meningkat remaja, ia suka mengembara untuk mendapatkan hadith.
 Ia berwajah tampan. Warna kulitnya kemerah-merahan dan ia senang mengenakan pakaian bergaris buatan Yaman. Beliau adalah seorang yang banyak melakukan ibadah, baik di waktu malam atau siang hari, dan selalu beribadah haji dan berjihad. Beliau sering ikut berperang bersama-sama dengan gabenor Mesir. Mereka mengakui kesatriaan dan keberaniannya, serta sikap konsistensinya yang berpegang teguh pada sunnah dalam menangani masalah penebusan kaum Muslimin yang tertangkap lawan. Dengan demikian ia dikenal senantiasa “menjauhkan diri” dengan majlis Pemerintah, padahal ia tidak jarang ikut bertempur bersamanya. Maka, hendaklah para ulama sentiasa menyebar luaskan ilmu dan pengetahuan. Namun bila ada panggilan untuk berjihad, hendaklah mereka segera memenuhi panggilan itu. Selain itu, Nasa’i telah mengikuti jejak Nabi Dawud, sehari puasa dan sehari tidak.[7]
Belum pun berusia 15 tahun, beliau mengembara ke Hijaz, Iraq, Syam, Mesir dan Jazirah. Beliau belajar hadith dengan ulama-ulama negeri tersebut sehingga menjadi seorang yang sangat terkemuka dalam bidang hadith dan mempunyai sanad yang ‘Ali (sedikit sanadnya) dan dalam bidang kekuatan periwayatan hadith.
Nasa’i merasa amat sesuai tinggal di Mesir dan kemudiannya beliau menetap di negeri itu, di jalan Qanadil. Beliau tinggal di situ sehingga setahun sebelum kematiannya. Kemudian ia berpindah ke Damsyik. Di tempatnya yang baru ini ia mengalami suatu peristiwa tragis yang menyebabkan ia menjadi syahid. Alkisah, sebahagian penduduk Damsyik meminta pendapat belaiu tentang keutamaan Mu’awiyyah r.a. Mereka seakan-akan meminta kepada Nasa’i agar menulis sebuah buku tentang keutamaan Mu’awiyyah, sebagaimana dia telah menulis mengenai keutamaan Ali r.a.
Oleh kerana itu beliau menjawab kepada penanya tersebut dengan “Tidakkah Engkau merasa puas dengan adanya kesamaan darjat (antara Mu’awiyyah dengan Ali), sehingga Engkau merasa perlu untuk mengutamakannya?” Mendapat jawaban seperti ini mereka naik pitam, lalu memukulnya sehinggakan buah kemaluannya pun dipukul, memijak-mijaknya dan kemudian menyeretnya keluar dari masjid, sehingga ia nyaris mati.
a)      Guru-guru Imam Nasa’i
·         Qutaibah bin Sa`id
·         Ishaq bin Ibrahim
·         Ishaq bin Rahawaih
·          al-Harits bin Miskin
·          Ali bin Kasyram
·         Imam Abu Dawud (penyusun Sunan Abi Dawud)
·         serta Imam Abu Isa al-Tirmidzi (penyusun al-Jami`/Sunan al-Tirmidzi).
b)      Murid- muridnya
·         Abu al-Qasim al-Thabarani (pengarang tiga buku kitab Mu`jam)
·          Abu Ja`far al-Thahawi
·          al-Hasan bin al-Khadir al-Suyuti
c)      Karya- karyanya
·         al-Sunan al-Kubra
·          al-Sunan al-Sughra (kitab ini merupakan bentuk perampingan dari kitab al-Sunan al-Kubra)
·          al-Khashais
·          Fadhail al-Shahabah, dan al-Manasik.

d)     Keistimewaan Imam Nasa’i
Imam Nasa`i mempunyai hafalan dan kepahaman yang jarang dimiliki oleh orang-orang pada zamannya, sebagaimana Imam an-Nasa`i memiliki kejelian dan ketelitian yang sangat mendalam. Imam an-Nasa`i dapat meriwayatkan hadits-hadits dari ulama-ulama besar, berjumpa dengan para imam huffazh dan yang lainnya, sehingga Imam an-Nasa`i dapat menghafal banyak hadits, mengumpulkannya dan menuliskannya, sampai akhirnya Imam an-Nasa`i memperoleh derajat yang tinggi dalam disiplin ilmu ini.[8]
 Ia bukan sahaja pakar dan hafal hadith, mengetahui para perawi dan kelemahan-kelemahan hadith yang diriwayatkan, tetapi ia juga ahli fiqh yang berwawasan tinggi. Imam Daraqutni pernah berkata mengenai Nasa’i bahawa ia adalah salah seorang Syaikh di Mesir yang paling pakar dalam bidang fiqh pada masanya dan paling mengetahui tentang hadith dan perawi-perawi. Ibnul Asirr al-Jazairi menerangkan dalam mukaddimah Jami’ul Usul-nya, bahawa Nasa’i bermazhab Syafi’i dan ia mempunyai kitab Manasik yang ditulis berdasarkan mazhab Syafi’i, rahimahullah.[9]
e)      Wafatnya
Setahun menjelang kemangkatannya, dia pindah dari Mesir ke Damsyik. Dan tampaknya tidak ada konsensus ulama tentang tempat meninggal dia. Al-Daruqutni mengatakan, dia di Makkah dan dikebumikan di antara Shafa dan Marwah. Pendapat yang senada dikemukakan oleh Abdullah bin Mandah dari Hamzah al-`Uqbi al-Mishri.
Sementara ulama yang lain, seperti Imam al-Dzahabi, menolak pendapat tersebut. Ia mengatakan, Imam al-Nasa`i meninggal di Ramlah, suatu daerah di Palestina. Pendapat ini didukung oleh Ibn Yunus, Abu Ja`far al-Thahawi (murid al-Nasa`i) dan Abu Bakar al-Naqatah. Menurut pandangan terakhir ini, Imam al-Nasa`i meninggal pada tahun 303 H/915M dan dikebumikan di Bait al-Maqdis, Palestina. Inna lillah wa Inna Ilai Rajiun. Semoga jerih payahnya dalam mengemban wasiat Rasullullah guna menyebarluaskan hadis mendapatkan balasan yang setimpal di sisi Allah.[10]
D.   Imam Ibnu Majah
Nama lengkap Ibnu Majah adalah Abu Abdullah Muhammad bin Yazid Al Qazwini, lahir di Qazwini salah satu kota di Iran pada tahun 207 H/ 824 M.[11]
Informasi kehidupan Ibnu Majah ketika masih kecil sampai proses dewasa tidak diketemukan dalam berbagai literatur. Data yang tercatat hanya berkisar tentang ketekunan Ibnu Majah dalam berburu hadits di berbagai negeri. Ibnu Majah dikenal pada masanya sebagai orang yang mencintai ilmu pengetahuan terutama dalam bidang ilmu hadits,sehingga tak salah jika para ulama baik itu semasa atau sesudahnya mengakui kedalaman ilmunya.[12]
Ia berkembang dan meningkat dewasa sebagai orang yang cinta mempelajari ilmu dan pengetahuan, teristimewa mengenai hadits dan periwayatannnya. Untuk mencapai usahanya dalam mencari dan mengumpulkan hadits, ia telah melakukan lawatan dan berkeliling di beberapa negeri. Ia melawat ke Irak, Hijaz,Syam,Mesir,Kufah,Basrah dan negara-negara serta kota-kota lainnya, untuk menemui dan berguru hadits kepada ulama-ulama hadits. Juga ia belajar kepada murid-murid Malik dan al-Lais, rahimahullah, sehingga ia menjadi salah seorang imam terkemuka pada masanya di dalam bidang ilmu nabawi.
Ia belajar dan meriwayatkan hadits dari Abu Bakar bin Abi Syaibah, Muhammad bin Abdullah bin Numair, Hisyam bin ‘Ammar, Muhammad bin Ramh, Ahmad bin al-Azhar, Bisyr bin Adan dan ulama-ulama besar lain.Sedangkan hadits-haditsnya  oleh  Muhammad bin ‘Isa al-Abhari, Abul Hasan al-Qattan, Sulaiman bin Yazid al-Qazwini, Ibnu Sibawaih, Ishak bin Muhammad dan ulama-ulama lainnya.
a)      Karya- karyanya, antara lain:
1.. Kitab As-Sunan, yang merupakan salah satu Kutubus Sittah (Enam Kitab
Hadits yang Pokok).                                                 
2.. Kitab Tafsir Al-Qur’an, sebuah kitab tafsir yang besar manfatnya seperti
diterangkan Ibnu Katsir.
3.. Kitab Tarikh, berisi sejarah sejak masa sahabat sampai masa Ibnu Majah.
b)      Wafatnya
Imam Ibnu Majah wafat pada tanggal 22 Ramadhan 273 H. Jenazahnya  dishalatkan oleh saudaranya, Abu Bakar. Sedangkan pemakamannya dilakukan oleh kedua saudaranya, Abu Bakar dan Abdullah serta putranya, Abdullah.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Ø  Abu ‘Isa At-Tirmidzi diakui oleh para ulama keahliannya dalam hadits, kesalehan dan ketakwaannya. Ia terkenal pula sebagai seorang yang dapat dipercaya, amanah dan sangat teliti. Salah satu bukti kekuatan dan cepat hafalannya ialah kisah berikut yang dikemukakan oleh al-Hafiz Ibnu Hajar dalam Tahzib at-Tahzib-nya, dari Ahmad bin ‘Abdullah bin Abu Dawu.
Ø   Imam Turmudzi adalah seorang ulama yang memiliki banyak keutamaan sehingga para ulama banyak memberikan pujian kepada beliau.
Ø  Imam Abu Dawud dianugerahi dengan kecerdasan yg luar biasa. Imam Abu Dawud dapat menghapal seluruh isi sebuah kitab hanya dengan satu kali membacanya. Beliau terkenal ahli dalam mengkritik hadits dan membedakan antara matan/redaksi hadits dari yg lemah dan cacat.
Ø  Imam Nasa`i mempunyai hafalan dan kepahaman yang jarang dimiliki oleh    orang-orang pada zamannya, sebagaimana Imam an-Nasa`i memiliki kejelian dan keteliatian yang sangat mendalam. Imam an-Nasa`i dapat meriwayatkan hadits-hadits dari ulama-ulama besar, berjumpa dengan para imam huffazh dan yang lainnya, sehingga Imam an-Nasa`i dapat menghafal banyak hadits, mengumpulkannya dan menuliskannya, sampai akhirnya Imam an-Nasa`i memperoleh derajat yang tinggi dalam disiplin ilmu ini.
Ø  Imam Ibnu Majah  berkembang dan meningkat dewasa sebagai orang yang cinta mempelajari ilmu dan pengetahuan, teristimewa mengenai hadits dan periwayatannnyaUntuk mencapai usahanya dalam mencari dan mengumpulkan hadits, ia telah melakukan lawatan dan berkeliling di beberapa negeri. Ia melawat ke Irak, Hijaz, Syam, Mesir, Kufah,
Basrah dan negara-negara serta kota-kota lainnya, untuk menemui dan berguru hadits kepada ulama-ulama hadits. Juga ia belajar kepada murid-murid Malik dan al-Lais, rahimahullah, sehingga ia menjadi salah seorang imam terkemuka pada masanya di dalam bidang ilmu nabawi yang mulia ini.


B.     Saran
Ø  Contoh dan tirulah sikap para ulama. Mereka tidak pernah bosan untuk belajar. Mereka rela pergi dari satu daerah ke daerah lainya hanya untuk menuntut ilmu  serta jangalah pelit dalam membagi ilmu karena jika ilmu itu kita simpan sendiri, ilmu itu tidak akan mendatangkan manfaat.

DAFTAR PUSTAKA
Khon, Abdul Majid. 2008. Ulumu Hadis. Jakarta: Amzah
Sholahudin Agus dan Agus Suyadi. 2009. Ulumul hadis. Bandung: Pustaka Setia
Syuhbah, Muhammad Abu. “ Sejarah Hidup Imam Hadis- Imam Nasa’i”. Diambil pada pada tanggal 13          September 2017 dari http://www.darulkautsar.net/darulkautsar-net/hadis-online/muqaddimah/sejarah-hidup-imam-hadis-imam-nasai.html

Hakiki , Kiki Muhamad. Sunan Ibnu Majah. Diambil pada pada tanggal 11 Desember 2017 dari http://mhakicky.blogspot.co.id/2011/01/sunan-ibnu-majah_06.html




[1] Agus Sholahudin dan Agus Suyadi, Ulumul hadis, Pustaka Setia, Bandung, 2009, hlm. 243.
[2] Agus Sholahudin dan Agus  Suyadi, Ulumul hadis,Pustaka Setia, Bandung, 2009, hlm. 244.
[3] Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, Amzah, Jakarta, 2009, hlm. 262-263
[4] Agus Sholahudin dan Agus Suyadi, Ulumul hadis, Pustaka Setia, Bandung, 2009, hlm. 243.
[5] Abdul Majid Khon, UlumulHadis, Amzah, Jakarta, 2009, hlm. 261.
[6] Abdul Majid Khon, UlumulHadis, Amzah, Jakarta, 2009, hlm. 262.
[7] Muhammad Abu Syuhbah, “ Sejarah Hidup Imam Hadis- Imam Nasa’i”, diakses dari http://www.darulkautsar.net/darulkautsar-net/hadis-online/muqaddimah/sejarah-hidup-imam-hadis-imam-nasai.html, pada tanggal 13 September 2017 pukul 19. 49.
[8] Farhan Abdillah, Biografi Imam Hadith Biografi Imam-Nasai, diakses dari https://ittihadulmuslimeen.blogspot.co.id/2016/08/biografi-imam-hadith-biografi-imam-nasai.html, pada tanggal 11 Desember 2017 pukul 21.31.
[9] Muhammad Abu Syuhbah, “ Sejarah Hidup Imam Hadis- Imam Nasa’i”, diakses dari http://www.darulkautsar.net/darulkautsar-net/hadis-online/muqaddimah/sejarah-hidup-imam-hadis-imam-nasai.html, pada tanggal 13 September 2017 pukul 19. 49.
[10] Agus Sholahudin dan Suyadi, Ulumul hadis, Pustaka Setia, Bandung, 2009, hlm. 239.
[11] Abdul Majid Khon, UlumulHadis, Amzah, Jakarta, 2009, hlm. 264.
[12] Kiki Muhamad Hakiki, Sunan Ibnu Majah, diakses dari http://mhakicky.blogspot.co.id/2011/01/sunan-ibnu-majah_06.html, pada tanggal 11 Desember 2017 pukul 21.47.

No comments:

Post a Comment