UAS
ILMU PENDIDIKAN ISLAM
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan atas
kehadirat Allah SWT.atas terselesaikannya makalah ini. Shalawat dan salam
semoga tetap tercurahlimpahkan kepada junjungan kita
Nabi besar Muhammad SAW. Besertaseluruh keluarga, para sahabat, dan
para pengikut beliau yang setia hingga akhir zaman.
Alhamdulillah
wa syukurillah berkat Rahmat dan Hidayah Allah SWT, kami dapat menyelesaikan
tugas makalah Ilmu Pendidikan Islam, yang
membahas tentang Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam.
Ucapan terima kasih tak luput kami sampaikan
pula kepada berbagai pihak yang terkait dalam penyusunan makalah ini. Terutama
kepada Bapak dosen pengampu mata
kuliah ILMU PENDIDIKAN ISLAM yang telah membina dan menuntun kami
untuk bias menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penulis menyadari tiada gading yang tak
retak, sehingga penulis berharap adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca budiman demi adanya peningkatan dalam makalah kami
selanjutnya.
Terlepas dari banyaknya kekurangan yang ada,
penulis berharap agar isi dari makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Pendidikan merupakan faktor utama dalam
pembentukkan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik
atau buruknya pribadi manusia. Disisi lain proses perkembangan dan pendidikan
manusia tidak hanya terjadi dan dipengaruhi oleh proses pendidikan yang ada
dalam sistem pendidikan formal (sekolah) saja. Manusia selama hidupnya akan
selalu mendapat pengaruh dari keluarga, sekolah, dan masyarakat luas. Ketiga
lingkungan itu sering disebut sebagai tripusat pendidikan.
Dengan
kata lain proses perkembangan pendidikan manusia untuk mancapai hasil yang
maksimal tidak hanya tergantung tentang bagaimana sistem pendidikan formal
dijalankan. Dalam perspektif pendidikan Islam, lingkungan dapat
memberi pengaruh yang positif atau negatif terhadap pertumbuhan jiwa dan
kepribadian peserta didik. Pengaruh lingkungan yang dapat terjadi pada manusia
diantaranya adalah akhlak dan sikap .
B. Rumusan
Masalah
1. Jelaskan Pengertian dari lingkungan
pendidikan islam?
2. Apa
saja Macam- macam lingkungan pendidikan Islam?
3. Bagaimana
hubungan timbal balik antara keluarga,sekolah maupun masyarakat dalam
lingkungan pemdidikan Islam?
4.
Aliran-aliran apa saja yang ditimbulkan oleh
lingkungan pendidikan?
C. Tujuan
1. Agar
mengetahui pengertian lingkungan dan macam-macam pendidikan Islam
2. Agar
mengetahui hubungan timbal balik antara keluarga,sekolah maupun masyarakat
dalam lingkungan pendidikan islam
3. Agar
mengetahui berbagai macam aliran yang ditimbulkan oleh lingkungan pendidikan
Islam
BAB
II
PEMBAHASAN
PENGERTIAN LINGKUNGAN DALAM PENDIDIKAN ISLAM
A. Pengertian
lingkungan
Lingkungan
adalah ruang dan waktu yang menjadi tempat eksistensi manusia. Dalam konsep
ajaran pendidikan islam, lingkungan yang baik, adalah lingkungan yang di ridhai
oleh Allah dan Rasulullah SAW. Misalnya, lingkungan sekolah, madrasah, masjid,
majelis taklim, balai musyawarah, dan lingkungan masyarakat yang islami. Adapun
lingkungan yang mendapat murka Allah dan Rasul-Nya adalah lingkungan yang
dijadikan tempat melakukan kemaksiatan dan kemungkaran.Lingkungan pendidikan
adalah suatu institusi atau kelembagaan di mana pendidikan itu berlangsung.
Namun dapat dipahami bahwa lingkungan pendidikan Islam adalah suatu lingkungan
yang di dalamnya terdapat ciri-ciri ke-Islaman yang memungkinkan
terselenggaranya pendidikan Islam dengan baik.. Pada dasarnya, semua
lingkungan itu karunia Allah hanya saja, manusia yang bodoh menjadikan
lingkungan itu kotor.Bagi umat islam, lingkungan yang baik dan berpengaruh
dalam meningkatkan akhlak yang mulia adalah lingkungan yang sehat dan dijadikan
tempat berbagai kegiatan yang bermanfaat, seperti pendidikan islam,
pengajian, dan aktifitas islami lainnya.Lingkungan merupakan sesuatu yang berada di luar diri
anak dan mempengaruhi perkembangannya. Menurut Sartain (seorang ahli psikologi
Amerika) , bahwa lingkungan sekitar meliputi kondisi dalam dunia yang
mempengaruhi tingkah laku manusia, pertumbuhan dan perkembangan manusia.
Sedangkan Menurut Milieu, yang dimaksud lingkungan ditinjau dari perspektif
pendidikan Islam adalah sesuatu yang ada disekeliling tempat anak melakukan
adaptasi, meliputi: Di dalam Al-Qur’an, terdapat kata-kata yang terkait
dengan pendidikan, yakni: “ Rabba, ‘allama.وا حفض لهما جناح الذل من الرحمة و قل ربّ إرحمهما كما ربّيا نى صغيرا ( الإسراء : 24)“ . . . . . Sayangilah keduanya (
orang tuaku ) sebagaimana mereka telah mengasuhku ( mendidikku ) sejak kecil.”
( Q.S. Al-Isra’ : 24 )[1]
1. Lingkungan alam, seperti udara, daratan,
pegunungan, sungai, danau, lautan, dsb.
2. Lingkungan Sosial, seperti rumah tangga, sekolah,dan masyarakat[2]
Macam-macam
Lingkungan Pendidikan lslam
a. Lingkungan pendidikan informal, yaitu berupa
lingkungan keluarga.
·
Lingkungan Keluarga
Pada dasarnya, manusia merupakan “homo educandum”
artinya manusia itu pada
hakikatnya merupakan makhluk yang harus dididik dan mendidik.
Pendidikan informal ini merupakan-menurut sejarah-pendidikan yang paling luas
jangkauannya. Manusia yang baru dilahirkan perlu memperoleh pendidikan dari
orang tua mereka dengan tujuan untuk megembangkan potensi-potensi yang ada pada
dirinya, sampai menjadi manusia yang dewasa baik jasmani maupun rohaninya.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah
dirimu dan
dari siksa api neraka”. (Qs. Ar-Tahrim:6).
Orang tua merupakan pendidik utama dan
pertama bagi anak-anak mereka, dengan demikian bentuk pertama dari
merekalah anak-anak mula-mula menerima pendidikan terdapat
dalam lingkungan keluarga dan dalam lingkungan keluargalah yang akan
berperan atau membekali mereka dengan pendidikan yang sepantasnya.Pada umumnya
pendidikan dalam rumah tangga itu bukan berpangkal tolak dari kesadaran dan
pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan kodrati suasana dan
strukturnya memberikan kemungkinan alami membangun situasi
pendidikan.. Sejak seorang anak lahir, ibunyalah yang selalu ada di sampingnya.
Cara ayah itu melakukan pekerjaanya sehari-hari berpengaruh pada cara
pekerkjaan anaknya. Ayahnya merupakan penolong utama. Lebih-lebih bagi anak
yang agak besar, baik laki-laki maupun perempuan, Bila ia mau mendekati dan
dapat memahami hati anaknya.[3]
Pada dasarnya kenyataan-kenyataan yang di
kemukakan di atas itu berlaku dalam kehidupan keluarga atau rumah tangga dengan
yang bagaimanapun juga keadaanya. Hal ini menunjukkan cirri-ciri dari watak
rasa tanggung jawab setiap orang tua atas kehidupan anak-anak
mereka untuk masa kini dan mendatang. Bahkan para orang tua umumnya
merasa bertanggung jawab atas segalanya dari kelangsungan hidup anak-anak
mereka.karena tidak di ragukan bahwab tangung jawab pendidikan secara mendasar
terpikul kepada orang tua .apakah tanggung jawab pendidikan itu diakuinya
secara sadar atau tidak, di terima sepenuh hatinya atau tidak, hal itu
merupakan fitrah yang telah dikodratkan Allah SWT kepada setiap orang tua.
Mereka tidak menggelakkan tanggung jawab itu karena telah merupakan amanah
Allah SWT yang di bebankan kepada mereka.Keluarga yang ideal adalah keluarga yang mau
memberikan dorongan yang kuat kepada anaknya untuk mendapatkan pendidikan
agama. Adapun keluarga yang acuh dan tidak taat menjalankan agama, tidak akan
memberikan dorongan kepada anaknya untuk mempelajari agama bahkan melarang
anaknya mempelajari agama.
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ وَإِنَّمَا أَبَوَاهُ يُمَجِّسَانِهِ أَوْ يُهَـوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ.
Artinya: “Setiap anak dilahirkan
atas dasar fitrah,maka sesungguhnya kedua orang tuanyalah yang menjadikan dia
Majusi, Yahudi dan Nasrani”
Setelah memasuki masa kanak-kanak, lingkungannya sudah
semakin luas. Selain dari ayah bundanya, keluarga-keluarga lain pun telah
memegang peranan. Kasih sayang yang seperti yang diterima dari ibu-bapaknya,
tidak akan diperoleh dari keluarga-keluarga yang lain[4]
b. Lingkungan pendidikan formal, berupa
sekolah atau madrasah.
·
Lingkungan Sekolah
Pendidikan di sekolah pada dasarnya merupakan
proses pendidikan yang di organisasikan secara formal berdasarkan struktur
hierarkis dan kronologis dari jenjang taman kanak-kanak hingga perguruan
tinggi. Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam
keluarga, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam keterampilan.
Oleh karena itu dikirimkan anak ke sekolah. Seiring dengan perkembangan
peradaban manusia, sekolah telah mencapai posisi yang sangat sentral dan
belantara pendidikan keluarga[5]
Lingkungan sekolah diadakan sebagai
kelanjutan dari lingkungan keluarga. Di lingkungan sekolah ini tugas pendidikan
di serahkan kepada guru, mu’alim atau ulama. Di sekolah serang anak mendapatkan
berbagai informasi tentang ilmu pengetahuan serta keterampilan yang diperlukan
dalam kehidupannya. Islam sangat menenkankan agar setiap orang yang berilmu
harus mengamalkan ilmunya.[6]
c. Lingkungan pendidikan non formal, berupa lingkungan
masyarakat.
·
Lingkungan Masyarakat
Lingkungan
masyarakat ialah lingkungan ketiga dalam proses pembentukan kepribadian anak
sesuai dengan keberadaanya.masyarakat berperan meningkatkan potensi seorang
individu serta sebagai pelengkap dari pengetahuan yang didapatkan ketika berada
di lingkungan formal.selain itu, Manusia dalam konsep al-Nas adalah mahluk
sosial ( bomo socius).manusia tidak dapat hidup sendiri, dengan mengabaikan
keterlibatannya dengan kepentingan pergaulan antar sesamanya dalam
kehidupan bermasyarakat. Dalam hubungan manusia dengan masyarakat, terjadi
interaksi aktif. Manusia dapat menginterfensi masyarakat lingkungannya,dan
sebaliknya masyarakatpun dapat memberi pengaruh sebagai warganya. Oleh
karena itu, dalam pandangan islam, masyarakat memiliki karakteristik tertentu.
Contoh
: Majelis Ta’lim
Majlis Ta’lim adalah salah satu sarana pendidikan
dalam islam. Majelis Ta’lim lebih kita kenal dengan istilah
pengajian-pengajian. Umumnya berisi ceramah atau khotbah-khotbah keagamaan
islam, juga sering digunakan sebagai wahana diskusi ilmiah, sosiologis,
politik, hukum dan sebagainya[7]
Prinsip-prinsip ini harus dijadikan dasar
pertimbangan dalam penyususunan sistem pendidikan Islam. Masyarakat merupakan
lapangan pergaulan antar manusia. Pada kenyataanya masyarakat ikut
dinilai pengaruh terhadap aspek berbagai kehidupan dan prilaku manusia yang
menjadi anggota masyarakat tersebut. Atas dasar pertimbangan ini, maka
pemikiran tentang masyarakat mengacu pada penilaian bahwa:
·
Masyarakat yang terbentuk dalam keragaman
adalah sebagai ketentuan dari Allah, agar dalam kehidupan terjadi dinamika
sosial, dalam bentuk interaksi antar sesama manusia yang menjadi
warganya.
·
Setiap masyarakat memiliki identitas sendiri
yang secara prinsip berbeda satu sama lain.
·
Masyarakat merupakan lingkungan yang
dapat memberi pengaruh pada pengembangaan potensi individu.
Para tokoh masyarakat tidak hanya bertanggung
jawab terhadap perbuatan dirinya sebagaimana anggota masyarakat lainnya, tetapi
bertanggung jawab terhadap orang-orang yang berada dibawah pemerintah,
pengawasan dan tanggung jawabnya secara formal maupun secara informal.Adanya
tempat ibadah baik berupa masjid atau surau merupakan sarana efektif dalam
pelaksanaan pendidikan islami di masyarakat. Adanya tempat ibadah tersebut
menimbulkan adanya ikatan kekeluargaan di dalam lingkungan masyarakatnya dan
akan dapat memudahkan kontrol sosial terhadap anggota masyarakatnya.
Manfaat ini lebih terasa sekali bagi masyarakat kota, yang cenderum mengarah
kepada individualisme.satu sama lain tidak saling mengenal,
akibatnya kontrol sosial pun tidak berjalan. [8]Apabila
kaum muslim biasa meluangkan waktu untuk shalat berjamaah di masjid atau surau
linkungannya, minimal pada waktu mangrib dan isya atau subuh, insya Allah
individualisme yang mulai melanda masyarakat kita, akan bisa dihindari. Jika
ditinjau dari segi manfaatnya, pendidikan non formal berperan dalam:
1. Peningkatan
pendidikan informal, artinya potensi-potensi yang ada dalam setiap
individu tidak hanya sekedar ‘hiasan’ untuk dirinya pribadi, tetapi harus dapat
bermanfaat terhadap lingkungan masyarakatnya.
2. Kelengkapan
pendidikan formal, Pendidikan non formal sebagai pelengkap, artinya
adalah jika ada hal yang tidak dapat terpenuhi hanya dengan pendidikan
formal maka dapat dilaksanakan pada lembaga non formal. Sebagai contoh pada
masa sekarang ini terdapat pendidikan berbasis masyarakat yang memberikan
pengetahuan dan keterampilan yang belum tentu disampaikan di lembaga pendidikan
formal, dan biasanya berbentuk lembaga kursus.
Kemudian, ketiga lingkungan pendidikan
tersebut harus saling bekerja sama secara harmonis sehingga terbentuklah
pendidikan terpadu yang diikat dengan ajaran Islam.Dari ketiga macam
uraian lingkungan pendidikan Islam diatas,
maka pengaruh lingkungan pendidikan Islam dapat
dibedakan menjadi tiga macam:
1. Pengaruh
lingkungan positif, yaitu lingkungan yang memberikan dorongan atau motivasi dan
rangsangan kepada anak untuk menerima, memahami, meyakini serta
mengamalkan ajaran Islam. Seperti lingkungan sekolah yang positif
terhadap pendidikan Islam adalah lingkungan sekolah yang memberikan motifasi
dan fasilitas untuk berlangsungnya pendidikan agama ini. Misalnya dengan sarana
dan prasarana yang memadai, seperti tempat wudlu, mushola, buku bacaan
keislaman dan lainya. Lingkungan sekolah demikian inilah yang mampu membina
anak beribadah, berpandangan luas dan nalar kreatif
2. Pengaruh
lingkungan negatif, adalah lingkungan yang menghalangi anak untuk menerima,
memahami, meyakini dan mengamalkan ajaran Islam. Seperti, Lingkungan
sekolah yang negatif terhadap pendidikan agama yaitu lingkungan sekolah yang berusaha
untuk meniadakan kepercayaan agama di kalangan anak didiknya
3. Lingkungan netral, adalah lingkungan yang
tidak memberikan dorongan untuk meyakini atau mengamalkan agama, dan
juga tidak melarang anak-anak untuk meyakini dan mengamalkan ajaran Islam
Seperti lingkungan sekolah yang netral dan kurang menumbuhkan jiwa anak
untuk gemar beramal, justru menjadikan anak jumud, picik dan berwawasan sempit
sehingga menghambat pertumbuhan anak.[9]
C. Hubungan
Timbal Balik Antara Keluarga, Sekolah dan Masyarakatdalam lingkungan
Setelah kita lihat ketiga macam tanggung
jawab dan pembinaan pendidikan yang dilakukan oleh keluarga, sekolah dan
masyarakat, nampaknya adanya kesamaan rasa tanggung jawab yang dipikul oleh
ketiga macam lingkungan ini. Mereka secara tidak langsung telah mengadakan
kerjasama yang erat didalam praktek pendidikan.
Kerjasama yang erat itu tampak pada hal-hal
berikut. Orang tau anak meletakan dasar-dasar pendidikan dirumah tangga,
terutama dalam segi pembentukan kepribadian, nilai-nilai luhur moral dan agam
sejak kelahiranya. Kemudian dilanjutkan dan dikembangkan dengan berbagai materi
pendidikan berupa ilmu dan ketrampilan yang dilakukan oleh sekolah. Orang tua
menilai dan mengawasi hasil didikan sekolah dalam kehidupan sehari-hari. Demikian
pendidikan di masyarakat ikut pula mengontrol, menyalurkan, membina serta
meningkatkanya. Hal ini berlangsung sedemikian rupa karena masyarakat adalah
lingkungan pemakai (the user) dari produk pendidikan yang diberikan
oleh keluarga dan sekolah .
Dari ulasan diatas dapat dianalisis bahwa
proses pendidikan yang dilakukan oleh ketiga lingkungan ini dapat dikemukakan
sebagai berikut. Secara mental spiritual dasar-dasar pendidikan diletakan oleh
keluarga dan secara akademik konseptual dikembangkan oleh sekolah, sehingga
perkembangan semakin terarah. Kemudian hasil dari pendidikan kedua ini
digunakan oleh masyarakat sebagai pemakai. Di sini dapat dilihat betapa eratnya
kerjasama yang terpadu dari ketiga macam lingkngan pendidikan untuk membawa
anak kepada tujuan bersama, yaitu membentuk anak menjadi anggota masyarakat
yang baik dalam beragama, berbangsa dan bernegara. [10]
Berdasarkan para ahli :
Pengertian lingkungan menurut Sartain ( ahli pisikolog Amerika ) yang
dimaksud dengan lingkungan yaitu meliputi kondisi dan alam dunia yang dengan
cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan perkembangan
atau life processes.[11]
Adapun pendapat dari Pengertian lingkungan menurut Zakiah Darajat mencakup iklim dan
geografis, tempat tinggal adat istiadat, pengetahuan pendidikan dan alam.
dengan kata lain lingkungan ialah segala sesuatu yang tampak dan terdapat dalam
alam kehidupan yang senantiasa berkembang, ia adalah seluruh yang ada, baik
manusia maupun benda buatan manusia atau alam yang bergerak, kejadian-kejadian
atau hal-hal yang mempunyai hubungan dengan seseorang.[12]
Kemudian Menurut Abuddin Nata bahwa Lingkungan pendidikan islam
adalah suatu institusi atau lembaga dimana pendidikan itu berlansung yang
terdapat didalamnya ciri-ciri keislaman yang memungkinkan terselenggaranya
pendidikan islam dengan baik[13]
Menurut Milieu, yang dimaksud lingkungan
ditinjau dari perspektif pendidikan Islam adalah sesuatu yang ada disekeliling
tempat anak melakukan adaptasi, meliputi:
1. Lingkungan alam, seperti udara,
daratan, pegunungan, sungai, danau, lautan, dsb.
2. Lingkungan Sosial, seperti
rumah tangga, sekolah,dan masyarakat.
Kihajar Dewantara mengartikan lingkungan
dengan makna yang lebih simple dan spesifik. Ia mangatakan bahwa apa yang
dimaksud dengan lingkungan pendidikan berada dalam 3 pusat lembaga pendidikan
yaitu:
1. Lingkungan keluarga
·
Lingkungan
Sekolah
Selanjutnya pendapat saya tentang
lingkungan dalam pendidikan islam adalah segala sesuatu yang ada di sekitar
kita yang menyangkut tentang kehidupan sehari hari yang mana lingkungan itu
sangat berpengaruh terhadap pendidikan islam yang mana apabila lingkungan
sekitar baik pasti berpengaruh baik, sebaliknya apabila pengaruh lingkungan
buruk pasti akan buruk juga. Dalam segi apapun maupun segi lingkungan terhadap
pendidikan islam .
·
St. Munajat Danusaputra : menjelaskan bahwa
Lingkungan adalah “semua benda dan kondisi termasuk di dalamnya manusia dan
aktivitasnya, yang terdapat dalam ruang di mana manusia berada dan mempengaruhi
kelangsungan hidup serta kesejahteraan manusia dan jasad hidup lainnya”.
·
Emil Salim menjelaskan yang dimaksud Lingkungan hidup
adalah “segala benda, kondisi, keadaan dan pengaruh yang terdapat dalam ruangan
yang kita tempati dan mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan manusia”.
·
Otto Soemarwoto (seorang ahli ilmu
lingkungan) mengemukakan bahwa dalam bahasa Inggris istilah lingkungan adalah
environment. Selanjutnya dikatakan, lingkungan atau lingkungan hidup merupakan
segala sesuatu yang ada pada setiap makhluk hidup atau organisme dan
berpengaruh pada kehidupannya. Contoh, pada hewan seperti kucing, segala
sesuatu di sekeliling kucing dan berpengaruh pada keberlangsungan hidup kucing
tersebut maka itulah lingkungan hidupnya. Demikian pula pada suatu jenis
tumbuhan tertentu, misalnya pohon mangga atau padi di sawah, segala sesuatu
yang mempengaruhi pertumbuhan atau kehidupan tanaman tersebut itulah ling
kungan hidupnya.[15]
·
Drs. Ahmad D.
Marimba : Pendidikan islam adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan
hukum-hukum agama islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut
ukuran-ukuran Islam.[16]
·
.Musthafa
Al-Ghulayaini: Pendidikan Islam ialah menanamkan akhlak yang mulia di
dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya dan menyiraminya dengan air petunjuk
dan nasihat, sehingga akhlak itu menjadi salah satu kemampuan (meresap dalam)
jiwanyakemudian buahnya berwujud keutamaan, kebaikan dan cinta bekerja untuk
kemanfaatan tanah air
pengaruh lingkungan dalam pendidikan islam
Lingkungan mempunyai pengaruh sangat besar
dalam membentuk dan menentukan perubahan sikap dan perilaku seseorang, terutama
pada generasi muda dan anak-anak. Bukankah kisah pembunuh 99 nyawa manusia yang
akhirnya lengkap membunuh 100 nyawa itu berawal dari pengaruh buruknya
lingkungan? Sehingga, nasihat salah seorang ulama supaya pembunuh tersebut
mampu bertaubat dengan tulus dan terlepas dari jeratan kelamnya dosa, ialah
agar ia meninggalkan lingkungan tempatnya bermukim dan pindah ke suatu tempat
yang dihuni orang-orang baik yang selalu beribadah kepada Allah. [17]
Anak merupakan anugerah, karunia dan nikmat
Allah yang terbesar yang harus dipelihara, sehingga tidak terkontaminasi dengan
lingkungan. Oleh karena itu, sebagai orang tua, maka wajib untuk membimbing dan
mendidik sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya, dan menjauhkan anak-anak
dari pengaruh buruk lingkungan dan pergaulan. Wajib mencarikan lingkungan yang
bagus dan teman-teman yang istiqamah.
Keluarga adalah lingkungan pertama dan
mempunyai peranan penting dan pengaruh yang besar dalam pendidikan anak. Karena
keluarga merupakan tempat pertama kali bagi tumbuh kembangnya anak, baik
jasmani maupun rohani. Keluarga sangat berpengaruh dalam membentuk aqidah,
mental, spiritual dan kepribadian, serta pola pikir anak. Yang kita tanamkan
pada masa-masa tersebut akan terus membekas pada jiwa anak dan tidak mudah
hilang atau berubah sesudahnya.
Adapun bagi seorang pendidik, ia harus
menjauhkan anak didiknya dari hal-hal yang membawa kepada kebinasaan dan
ketergelinciran, serta mengangkat derajat mereka dari
PENGARUH KESHALIHAN ORANG TUA
Keshalihan kedua orang tua memberi
pengaruh kepada anak-anaknya. Bukti pengaruh ini bisa dilihat dari kisah Nabi
Khidhir yang menegakkan tembok dengan suka rela tanpa meminta upah, sehingga
Musaq menanyakan alasan mengapa ia tidak mau mengambil upah. Allah ‘Azza Wa
Jalla berfirman memberitakan perkataan Nabi Khidhir, yang artinya:
Adapun
dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di
bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah
seorang yang shalih, maka Rabbmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada
kedewasaan dan mengeluarkan simpanannya itu sebagai rahmat dari Rabbmu dan
bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah
tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya. (Qs. al-Kahfi/18:82).
Dalam
menafsirkan firman Allah ‘Azza Wa Jalla “dan kedua orang tuanya adalah orang shalih,”
Ibnu Katsir berkata: “Ayat di atas menjadi dalil bahwa keshalihan seseorang
berpengaruh kepada anak cucunya di dunia dan akhirat, berkat ketaatan dan
syafaatnya kepada mereka, maka mereka terangkat derajatnya di surga agar kedua
orang tuanya senang dan berbahagia sebagaimana yang telah dijelaskan dalam
Al-Qur`ân dan as-Sunnah”.[18] Allah telah memerintahkan kepada kedua
orang tua yang khawatir terhadap masa depan anak-anaknya agar selalu bertakwa,
beramal shalih, beramar ma’ruf nahi mungkar dan berbagai macam amal ketaatan
lainnya, sehingga dengan amalan-amalan itu Allah akan menjaga anak cucunya.
Dari Said bin
Jubair dari Ibnu ‘Abbas Radhiallahu’anhu, berkata: “Allah ‘Azza Wa Jalla
mengangkat derajat anak cucu seorang mukmin setara dengannya, meskipun amal
perbuatan anak cucunya di bawahnya, agar kedua orang tuanya tenang dan bahagia.
Kemudian beliau membaca firman Allah, (yang artinya):
‘Dan
orang-orang yang beriman dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam
keimanan. Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan kami tiada
mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan
apa yang dikerjakannya’.” (Qs. ath-Thûr/52:21).[19]
Syaikh
Shiddiq Hasan Khân Rahimahullah berkata: “Sesungguhnya Allah mengangkat derajat anak
cucu seorang mukmin, meskipun amalan mereka di bawahnya, agar orang tuanya
tenang dan bahagia, dengan syarat mereka dalam keadaan beriman dan telah
berumur baligh bukan masih kecil. Meskipun anak-anak yang belum baligh tetap
dipertemukan dengan orang tua mereka”.
Cara
yang paling tepat untuk meluruskan anak-anak harus dimulai dengan melakukan
perubahan sikap dan perilaku dari kedua orang tua. Begitu pula dengan merubah
sikap dan perilaku kita kepada kedua orang tua kita, yaitu dengan berbuat baik
dan taat kepadanya, serta menjauhi sikap durhaka kepadanya. Kita harus
menanamkan komitmen dan berpegang teguh terhadap syariat Allah pada diri kita dan
anak-anak. Barang siapa yang belum sayang kepada diri sendiri dengan berbuat
baik kepada kedua orang tua, maka hendaklah segera bersikap sayang kepada
anak-anaknya, yaitu dengan berbuat baik kepada orang tuanya agar nantinya anak
cucunya berbuat baik kepadanya, sehingga mereka selamat dari dosa durhaka
kepada kedua orang tua dan murka Allah. Karena anak-anak saat ini adalah orang
tua di masa yang akan datang dan suatu ketika ia akan merasakan hal yang sama
ketika menginjak masa tua.[20]
MENCERMATI PENGARUH LINGKUNGAN
Lingkungan
mempunyai pengaruh sangat besar dalam membentuk dan menentukan perubahan sikap
dan perilaku seseorang, terutama pada generasi muda dan anak-anak. Bukankah
kisah pembunuh 99 nyawa manusia yang akhirnya lengkap membunuh 100 nyawa itu berawal
dari pengaruh buruknya lingkungan? Sehingga, nasihat salah seorang ulama supaya
pembunuh tersebut mampu bertaubat dengan tulus dan terlepas dari jeratan
kelamnya dosa, ialah agar ia meninggalkan lingkungan tempatnya bermukim dan
pindah ke suatu tempat yang dihuni orang-orang baik yang selalu beribadah
kepada Allah.5
Anak
merupakan anugerah, karunia dan nikmat Allah yang terbesar yang harus
dipelihara, sehingga tidak terkontaminasi dengan lingkungan. Oleh karena itu,
sebagai orang tua, maka wajib untuk membimbing dan mendidik sesuai dengan
petunjuk Allah dan Rasul-Nya, dan menjauhkan anak-anak dari pengaruh buruk
lingkungan dan pergaulan. Wajib mencarikan lingkungan yang bagus dan
teman-teman yang istiqâmah. Keluarga adalah lingkungan pertama dan mempunyai
peranan penting dan pengaruh yang besar dalam pendidikan anak. Karena keluarga
merupakan tempat pertama kali bagi tumbuh kembangnya anak, baik jasmani maupun
rohani. Keluarga sangat berpengaruh dalam membentuk aqidah, mental, spiritual
dan kepribadian, serta pola pikir anak.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENDIDIKAN ANAK
A. Rumah.
Rumah adalah
tempat pendidikan pertama kali bagi seorang anak dan merupakan tempat yang
paling berpengaruh terhadap pola hidup seorang anak. Anak yang hidup di tengah
keluarga yang harmonis, yang selalu melakukan ketaatan kepada Allah ‘Azza Wa
Jalla, sunah-sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wa Sallam ditegakkan dan
terjaga dari kemungkaran, maka ia akan tumbuh menjadi anak yang taat dan
pemberani. Oleh karena itu, setiap orang tua muslim harus memperhatikan kondisi
rumahnya. Ciptakan suasana yang Islami, tegakkan sunnah, dan hindarkan dari
kemungkaran. Mohonlah pertolongan kepada Allah agar anak-anak kita menjadi
anak-anak yang bertauhid, berakhlak dan beramal sesuai dengan sunnah Rasulullah
serta mengikuti jejak para salafush-shalih. Nabi Shallallahu’alaihi Wa Sallam
bersabda:
Janganlah
engkau jadikan rumahmu seperti kuburan; sesungguhnya setan akan lari dari rumah
yang dibacakan di dalamnya surat al-Baqarah.[21] Dalam hadits ini, terdapat anjuran
untuk memperbaiki rumah supaya tidak seperti kuburan dan menjadi sarang setan,
sehingga anak-anak yang tumbuh di dalamnya jauh dari Islam, bahkan kemungkaran
setiap saat terjadi di rumahnya dan percekcokan orang tuanya mewarnai hidupnya,
maka tidak disangsikan anak akan tumbuh menjadi anak yang keras dan kasar.
B. Sekolah.
Sekolah
merupakan lingkungan baru bagi anak. Tempat bertemunya ratusan anak dari
berbagai kalangan dan latar belakang yang berbeda, baik status sosial maupun
agamanya. Di sekolah inilah anak akan terwarnai oleh berbagai corak pendidikan,
kepribadian dan kebiasaan, yang dibawa masing-masing anak dari lingkungan dan
kondisi rumah tangga yang berbeda-beda.
Begitu juga
para pengajar berasal dari berbagai latar belakang pemikiran dan budaya serta
kepribadian. Bagaimanakah keadaan mereka? Seorang pengajar merupakan figur dan
tokoh yang menjadi panutan anak-anak dalam mengambil semua nilai dan pemikiran
tanpa memilah antara yang baik dengan yang buruk. Karena anak-anak memandang,
guru adalah sosok yang disanjung, didengar dan ditiru. Sehingga pengaruh guru
sangat besar terhadap kepribadian dan pemikiran anak. Oleh sebab itu, seorang
pengajar harus membekali diri dengan ilmu dîn (agama) yang Shahîh sesuai dengan
pemahaman Salafush-Shalih dan akhlak yang mulia, serta rasa sayang kepada anak
didik. Dan tidak kalah penting, dalam membentuk kepribadian anak di sekolah,
adalah kurikulum pendidikan. Apakah kurikulum tersebut berasal dari manhaj
Islam, sehingga dapat mendukung untuk menegakkan ajaran
C. Media Elektronik dan Cetak.
Kedua media
ini sangat berpengaruh terhadap pendidikan, tingkah laku dan kepribadian anak.
Kalau orang tua tidak berhatihati dan waspada terhadap kedua media ini. Tidak
jarang anak-anak akan tumbuh sebagai mana yang ia peroleh dari kedua media ini.
1. Radio dan Televisi
Dunia telah
terbuka lebar bagi kita, dan dunia pun sudah berada di hadapan kita, bahkan di
depan mata kita melalui beragam channel TV. Sarana-sarana informasi, baik
melalui beragam radio dan televisi memiliki pengaruh yang sangat berbahaya
dalam merusak pendidikan anak.
Dari sisi
lain, radio dan televisi sebagai sumber berita, wahana penebar wacana baru,
menimba ilmu pengetahuan dan menanamkan pola pikir pada anak. Namun kedua media
itu juga menjadi sarana efektif dan senjata pemusnah massal para musuh Is-lam
untuk menghancurkan nilai-nilai dasar Islam dan kepribadian islami pada
generasi muda, karena para musuh selalu membuat rencana dan strategi untuk
menghancurkan para pemuda Islam, baik secara sembunyi maupun terang-terangan.
Dalam buku
Protokolat, para pemuka Yahudi menyatakan, bila orang Yahudi hendak memiliki
negara Yahudi Raya, maka mereka harus mampu merusak generasi muda. Oleh karena
itu, mereka sangat bersungguh-sungguh dalam menjerat generasi muda, terutama
anak-anak. Mereka berhasil menebarkan racun kepada generasi muda dan anak-anak
melalui tayangan film-film horor atau mistik yang mengandung unsur kekufuran
dan kesyirikan. Tujuannya, ialah untuk menanamkan keyakinan dan pemikiran yang
rusak pada para pemuda dan anak-anak. Misalnya, seperti film-film yang berjudul
atau bertema Manusia Raksasa, Satria Baja Hitam, Xena, Spiderman. Atau seperti
halnya film-film Nusantara yang kental dengan nilai-nilai yang merusak moral
dan lain-lain. Atau film dunia hewan, seperti Ninja Hatori dan Pokemon. Atau
film peperangan antara makhluk luar angkasa dengan penduduk bumi, atau manusia
planet yang menampilkan orang-orang telanjang yang tidak menutup aurat dan
mengajak anak-anak untuk hidup penuh romantis atau berduaan antara wanita dan
laki-laki yang bukan mahram, atau melegalisasi perbuatan zina sehingga mereka
melakukan zina dengan mudah, gampang dan bukan suatu aib, serta tidak perlu
dihukum; bahkan dalam pandangan mereka orang yang mampu merebut wanita dari
tangan orang lain dianggapnya sebagai pahlawan. Lebih parah lagi, film-film
sejenis itu banyak ditayangkan dan cukup banyak diminati oleh kalangan muda dan
orang dewasa.
Acara
televisi seperti itu sangat berbahaya. Ia dapat menghancurkan kepribadian dan
akhlak anak, serta merobohkan sendi-sendi aqidah yang telah tertanam kokoh,
sehingga para pemuda menjadi generasi yang labil dan lemah, tidak memiliki
kepribadian.
Ada seorang
dokter yang kini aktif di salah satu yayasan. Di salah satu stasiun televisi,
dia bercerita bahwa dirinya mulai mencoba merokok sejak kelas 4 SD, kemudian
minum minuman keras, menghisap ganja, dan itu terus berlangsung hingga saat
kuliah di kedokteran dengan kadar semakin besar. Yang menarik disini, ternyata
yang menjadi motivasi sang dokter ini melakukan hal itu, karena ia ingin meniru
gaya yang ditampilkan di dalam film koboi, bahwa seorang tokoh koboi kelihatan
gagah berani dengan menenggak minuman keras. Sang dokter juga mengatakan,
selama melakukan hal itu tidak ada yang memberi pengajaran atau pun
mengingatkannya. Oleh karena itu, orang tua harus berhati-hati dan waspada
terhadap bahaya televisi.
2. Internet.
Dari hari ke
hari, semakin nampak jurang pemisah antara peradaban Barat dan fitrah manusia.
Setiap orang yang menggunakan hati kecil dan pendengarannya dengan baik, pasti
ia akan menyaksikan, betapa budaya Barat telah merobek dan mencabik-cabik nilai
kemanusiaan, seperti dalam hal internet. Media ini telah menyumbangkan dampak
negatif, sebab bahaya yang timbul dari internet lebih banyak daripada
manfaatnya. Bahkan media ini sudah mengenyampingkan nilai kemuliaan dan
kesucian dalam kamus kehidupan manusia. Misalnya, ada suatu situs khusus yang
menampilkan berbagai gambar porno, sehingga dapat menjerat setiap muda mudi dengan
berbagai macam perbuatan keji dan kotor. Akibat yang ditimbulkan ialah
kehancuran. Inilah perang pemikiran yang paling dahsyat dan berbahaya yang
dicanangkan Yahudi untuk menghancurkan nilai Islam dan generasi muslim. Banyak
negara-negara Eropa dan Arab merasa sangat terganggu dan mengalami berbagai
kenyataan pahit akibat kehadiran media internet ini. Wahai para pendidik,
jagalah anak-anakmu dari bahaya racun media tersebut!
3. Telepon.
Manfaat
telepon pada zaman sekarang ini tidak diragukan lagi, dan bahkan telepon telah
mampu menjadikan waktu semakin efektif, informasi semakin cepat dan berbagai
macam usaha ataupun pekerjaan mampu diselesaikan dalam waktu sangat singkat.
Dalam beberapa detik saja, anda mampu menjangkau seluruh belahan dunia. Namun sangat
disayangkan, ternyata kenikmatan tersebut berubah menjadi petaka dan bencana
yang menghancurkan sebagian rumah tangga umat Islam.
Telepon, jika
tidak digunakan sesuai dengan manfaatnya, maka tidak jarang justru akan
menimbulkan bencana yang besar bagi keluarga muslim. Seringkali kejahatan
menimpa keluarga muslim berawal dari telepon, baik berupa penipuan, pembunuhan,
maupun perzinaan. Dan yang sering terjadi, baik pada remaja maupun orang
dewasa, yaitu hubungan yang diharamkan bermula dari telepon. Karena dengan
telepon, kapan saja hubungan bisa terjalin dengan mudah; apalagi sekarang, alat
ini semakin canggih dan biayapun semakin murah.
Ada sebuah
kisah nyata, seorang gadis belia menyerahkan kehormatannya kepada seorang
laki-laki yang haram untuknya karena telepon. Awalnya, dari saling berbicara
kemudian mengikat janji untuk bertemu, dan akhirnya perbuatan keji terjadi.
Akhirnya, siapakah yang nanggung derita? Banyak juga terjadi, seorang ibu rumah
tangga atau kepala rumah tangga berselingkuh berawal dari telepon, wa iyyadzubillah.
Oleh karena
itu, kita harus waspada terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh pesawat ini.
Gunakan telepon dengan semestinya. Hindari penggunaan yang tidak penting,
disamping menghemat biaya juga terhindar dari bahaya. Dan yang perlu
diwaspadai, telepon dengan lawan jenis, baik seorang murid dengan gurunya, atau
seorang thalabul ‘ilmi dengan ustadz, apalagi di
antara para remaja putra maupun putri; karena setan tidak akan membiarkan
kalian selamat dari jeratannya. Allahu musta’an.
4. Majalah dan Cerpen Anak
Majalah dan
buku-buku cerita sangat berperan penting dalam membentuk pola pikir dan
ideologi anak. Sementara itu, majalah anak yang beredar di negeri kita, baik
majalah anakanak maupun majalah remaja, isinya sangat jauh dari nilai-nilai
Islam. Yang banyak ditonjolkan adalah syahwat dan hidup konsumtif. Ironisnya,
media ini banyak dijadikan sebagai rujukan oleh anak-anak dan para remaja kita.
Pengaruh majalah tersebut sangat besar dalam mempengaruhi generasi muda,
sehingga banyak kita temui gaya hidup dan pola pikir mereka meniru dengan yang
mereka dapatkan dari majalah yang kebanyakan pijakannya diambil dari budaya
orang-orang kafir.
Padahal
Al-Qur‘an yang mulia, banyak memuat cerita-cerita, seperti kisah tentang sapi
Bani Israil, kisah tentang Ashabul-Kahfi dan pemilik kebun dalam surat
al-Kahfi, kisah pertarungan antara kekuatan hak dengan batil, dan kisah-kisah
umat-umat zaman dahulu yang diberi sanksi Allah akibat pelanggaran mereka
terhadap perintah-Nya, serta seluruh kisah-kisah para nabi dan rasul. Disamping
itu, masih banyak kisah-kisah yang benar dari as- Sunnah untuk menanamkan
keteladanan para sahabat dan umat sebelumnya.
Oleh sebab
itu, majalah dan buku-buku cerita memiliki peran yang sangat urgen, memiliki
pengaruh sangat signifikan dalam membentuk pola pikir dan tingkah laku serta
pendidikan anak. Anak-anak sangat gemar dan tertarik dengan berbagai kisah,
karena kisah mengandung daya tarik, hiburan, lelucon, kepahlawanan, amanah, dan
kesatriaan.
5. Komik dan Novel.
Komik banyak
digandrungi oleh anakanak kecil atau remaja, bahkan orang dewasa. Namun bacaan
ini, sekarang banyak memuat gambar-gambar yang tidak sesuai dengan perkembangan
dan pertumbuhan anak. Begitu pula novel, rata-rata berisi percintaan, dongeng
palsu, cerita legendaris, penuh dengan muatan syirik dan kekufuran, serta
cerita romantika picisan.
D. Teman dan Sahabat.
Teman
memiliki peran dan pengaruh besar dalam pendidikan, sebab teman mampu membentuk
prinsip dan pemahaman yang tidak bisa dilakukan kedua orang tua. Oleh sebab
itu, Al-Qur‘ân dan as-Sunnah sangat menaruh perhatian dalam masalah
persahabatan.
Allah
berfirman, yang artinya:
Dan
bersabarlah kamu bersama-sama orang-orang yang menyeru Rabbnya di pagi dan
senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya. (Qs. al-Kahfi/18:28).
Allah
berfirman memberitakan penyesalan orang kafir pada hari Kiamat, yang artinya:
Kecelakaan besarlah bagiku, kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu
teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Qur‘an ketika
Al-Qur‘an itu telah datang kepadaku. Dan adalah setan itu tidak mau menolong
manusia. (Qs. al-Furqân/25:28-29).
Dari Abu
Hurairah Radhiallahu’anhu, bahwasanya Nabi Shallallahu’alaihi Wa Sallam
bersabda:
Seseorang
tergantung agama temannya, maka hendaklah seorang di antara kalian melihat
teman bergaulnya.[22]
Dari Abu Musa
al-Asy’ari, ia bersabda:
Sesungguhnya,
perumpamaan teman baik dengan teman buruk, seperti penjual minyak wangi dan
pandai besi; adapun penjual minyak, maka kamu kemungkinan dia memberimu hadiah
atau engkau membeli darinya atau mendapatkan aromanya; dan adapun pandai besi,
maka boleh jadi ia akan membakar pakaianmu atau engkau menemukan bau anyir.[23]
Sahabat
memberi pengaruh dan mewarnai perilaku temannya, seperti kata Imam Syafi’i dalam
syairnya:
Saya
mencintai orang-orang shalih walaupun aku tidak seperti mereka.
Semoga dengan mencintai mereka aku mendapatkan syafaat-Nya. Aku membenci seseorang karena kemaksiatannya, meskipun kami dalam hal perbelakan hampir sama.[24]
Semoga dengan mencintai mereka aku mendapatkan syafaat-Nya. Aku membenci seseorang karena kemaksiatannya, meskipun kami dalam hal perbelakan hampir sama.[24]
Wahai para pendidik,
pilihkan untuk anakanakmu teman yang baik sebagaimana engkau memilihkan untuk
mereka makanan dan pakaian yang terbaik.
E. Jalanan.
Jalanan
tempat bermain dan lalu lalang anakanak terdapat banyak manusia dengan berbagai
macam perangai, pemikiran, latar belakang sosial dan pendidikan. Dengan beragam
latar belakang, mereka sangat membahayakan proses pendidikan anak, karena anak
belum memiliki filter untuk menyaring mana yang baik dan mana yang buruk.
Di sela-sela
bermain, anak akan mengambil dan meniru perangai serta tingkah laku temannya
atau orang yang sedang lewat; sehingga terkadang mampu merubah pemikiran lurus
menjadi rusak, apalagi mereka mempunyai kebiasaan rusak, misalnya perokok,
pemabuk dan pecandu narkoba; maka mereka lebih cepat menebarkan kerusakan di
tengah pergaulan anak-anak dan remaja.
F. Pembantu dan Tetangga.
Para pembantu
memiliki peran cukup signifikan dalam pendidikan anak, karena pembantu
mempunyai waktu yang relatif lama tinggal bersama anak, terutama pada usia
balita. Sedangkan pada fase tersebut, anak sangat sensitif dari berbagai macam
pengaruh. Pada masa usia itu merupakan masa awal pembentukan pemikiran dan
aqidah, serta emosional. Begitu juga tetangga, mereka bisa membawa pengaruh,
karena anak-anak kita kadang harus bermain ke rumahnya.
Waspadalah,
wahai kaum muslimin! Jagalah anak-anak kalian dari semua pengaruh yang bisa
merusak pendidikkan anak-anak kalian. Bekali mereka dengan aqidah yang shahih
dan akhlak mulia. Ajarkan kepada mereka sirah Nabi Shallallahu’alaihi Wa Sallam
dan perjalanan hidup para ulama. Tanamkan pula kesabaran dalam menunaikan
segala kewajiban yang diperintahkan Allah, dan kesabaran dalam meninggalkan apa
yang dilarang Allah. Jangan biarkan anak-anak kita terpengaruh oleh tingkah
laku dan perangai orang-orang yang rusak dan jahat; yang dengan sengaja membuat
strategi dan tipu daya untuk menghancurkan generasi umat Islam.
menurut pendapat para ahli
·
Menurut
Sartain (ahli psikologi Amerika), yang dimaksud lingkungan meliputi kondisi dan
alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita,
pertumbuhan, perkembangan atau life processes. Meskipun lingkungan tidak
bertanggung jawab terhadap kedewasaan anak didik, namun merupakan faktor yang
sangat menentukan yaitu pengaruhnya yang sangat besar terhadap anak didik,
sebab bagaimanapun anak tinggal dalam satu lingkungan yang disadari atau tidak,
pasti akan mempengaruhi anak. Pada dasarnya lingkungan mencakup lingkungan
fisik, lingkungan budaya, dan lingkungan sosial.
·
Menurut
Ki Hajar Dewantara lingkungan tersebut meliputi lingkungan keluarga, lingkungan
sekolahan, lingkungan masyarakat, yang disebut tripusat pendidikan atau
lingkungan pendidikan. Menurut Ki Hajar Dewantoro mengemukakan sistem Tri
Centra dengan menyatakan : “Didalam hidupnya anak- anak ada tiga tempat
pergaulan yang menjadi pusat pendidikan yang amat penting baginya yaitu alam
keluarga, alam perguruan dan alam pergerakan pemuda[25]
·
Menurut Dr. M.J Langeveld mengemukakan tiga macam
lembaga pendidikan yaitu:
a.Keluarga
b.Negara
c. Gereja.
a.Keluarga
b.Negara
c. Gereja.
·
Dari Abu Hurairah r.a. berkata,
Rasulullah Saw. Bersabda: ”Tidak ada dari seorang anak (Adam) melinkan
dilahirkan atas fitrah (islam), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya
beragama Yahudi atau beragama Nasrani atau beragama Majusi. Bagaikan seekor
binatang yang melahirkan seekor anak. Bagaimana pendapatmu, apakah didapati
kekurangan? Kemudian Abu Hurairah membaca firman Allah (Q.S. ar-Rum: 30).
(Tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.
Tidak ada perubahan pada fitrah Allah (agama Allah). (HR. Muttafaq ‘Alaih).
Jenis-jenis lingkungan pendidikan:
Lingkungan alam : adalah segala sesuatu yang ada di dunia ini yang berada
di luar diri anak yang bukan manusia, seperti tumbuh-tumbuhan, iklim, air,
gedung, dan rumah.
Lingkungan sosial : adalah semua manusia yang berada di luar diri
seseorang yang dapat mempengaruhi diri orang tersebut. Teman sekolah, teman
sejawat, atau orang sekitar tempat tinggal merupakan lingkungan sosial yang
bersifat langsung. Sedangkan program-program televisi, radio, surat kabar atau
media cetak lainnya termasuk lingkungan sosial tidak langsung.
Menurut tempat
pelaksanaan pendidikan, dapat dibedakan atas: keluarga,
sekolah, dan masyarakat.
Sedangkan menurut Langeveld adalah keluarga, sekolah, dan negara.
Dan menurut Ki Hajar Dewantara adalah : keluarga, sekolah, dan perkumpulan pemuda (dikenal dengan sebutan Tri Centra atau Tri Pusat Pendidikan).
Keluarga sebagai lembaga pendidikan mempunyai fungsi sebagai: pendidik pertama, pendidik utama, dan informal.[26]
Sedangkan menurut Langeveld adalah keluarga, sekolah, dan negara.
Dan menurut Ki Hajar Dewantara adalah : keluarga, sekolah, dan perkumpulan pemuda (dikenal dengan sebutan Tri Centra atau Tri Pusat Pendidikan).
Keluarga sebagai lembaga pendidikan mempunyai fungsi sebagai: pendidik pertama, pendidik utama, dan informal.[26]
Fungsi
sekolah:
– sebagai pusat, lembaga, lingkungan pendidikan, wiyata mandala yang berfungsi untuk menyelenggarakan proses belajar mengajar yang dilaksanakan secara terencana, tertib dan teratur.
– sekolah berfungsi sosialisasi; adalah suatu proses dimana kita mempelajari cara-cara hidup bermasyarakat.
– sebagai konservatori dan transmisi nilai-nilai budaya.
– sebagai miniatur masyarakat, artinya sekolah hendaknya menggambarkan kehidupan dari masyarakat.
– sebagai masyarakat yang ideal, artinya bahwa dalam masyarakat terdapat berbagai corak kehidupan yaitu mempunyai nilai baik dan buruk.[27]
– sebagai pusat, lembaga, lingkungan pendidikan, wiyata mandala yang berfungsi untuk menyelenggarakan proses belajar mengajar yang dilaksanakan secara terencana, tertib dan teratur.
– sekolah berfungsi sosialisasi; adalah suatu proses dimana kita mempelajari cara-cara hidup bermasyarakat.
– sebagai konservatori dan transmisi nilai-nilai budaya.
– sebagai miniatur masyarakat, artinya sekolah hendaknya menggambarkan kehidupan dari masyarakat.
– sebagai masyarakat yang ideal, artinya bahwa dalam masyarakat terdapat berbagai corak kehidupan yaitu mempunyai nilai baik dan buruk.[27]
Aliran
Klasik dalam pendidikan:
– Empirisme (John Lock 1622-1700 Inggris); bahwa perkembangan pribadi anak ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan.
– Nativisme (Arthur Schopenhauer 1788-1860 Yunani); bahwa hasil akhir pendidikan dan perkembangan ditentukan oleh pembawaan yang diperolehnya sejak lahir.
– Naturalisme (J.J. Rouseau 1712-1778 Perancis); bahwa pendidik hanya wajib membiarkan pertumbuhan anak didik dengan sendirinya, serahkan saja pada alam.
– Konvergensi (William Stern 1871-1939 Jerman); bahwa hasil pendidikan itu tergantung dari pembawaan dan lingkungan seakan-akan dua garis yang menuju ke satu titik pertemuan.
– Empirisme (John Lock 1622-1700 Inggris); bahwa perkembangan pribadi anak ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan.
– Nativisme (Arthur Schopenhauer 1788-1860 Yunani); bahwa hasil akhir pendidikan dan perkembangan ditentukan oleh pembawaan yang diperolehnya sejak lahir.
– Naturalisme (J.J. Rouseau 1712-1778 Perancis); bahwa pendidik hanya wajib membiarkan pertumbuhan anak didik dengan sendirinya, serahkan saja pada alam.
– Konvergensi (William Stern 1871-1939 Jerman); bahwa hasil pendidikan itu tergantung dari pembawaan dan lingkungan seakan-akan dua garis yang menuju ke satu titik pertemuan.
Aliran
Baru dalam pendidikan:
– pengajaran alam sekitar
Konsespi: manusia hidup dalam lingkungan tertentu dan terikat pada lingkungannya serta tidak dapat dilepaskan dari lingkungannya.
Langkah-langkah pokok: menetapkan tujuan, mengadakan persiapan, melakukan pengamatan, dan mengolah apa yang diamati.
– pengajaran alam sekitar
Konsespi: manusia hidup dalam lingkungan tertentu dan terikat pada lingkungannya serta tidak dapat dilepaskan dari lingkungannya.
Langkah-langkah pokok: menetapkan tujuan, mengadakan persiapan, melakukan pengamatan, dan mengolah apa yang diamati.
– pengajaran pusat perhatian
Konsepsi: didasarkan pada pengajaran alam sekitar yang obyek-obyek pengamatannya dititik beratkan pada hal-hal yang menarik perhatian anak didik dan manusia pada umumnya dalam menjalankan perkembangan hidupnya.
Asas-asas: pengajaran alam sekitar, didasarkan atas kebutuhan anak dalam hidup dan perkembangannya, setiap bahan pengajaran harus merupakan suatu keseluruhan, hubungan saling membutuhkan dan saling memberi arti, anak didorong dan dirangsang untuk selalu aktif, harus ada hubungan kerjasama yang erat antara rumah dan sekolah.[28]
Konsepsi: didasarkan pada pengajaran alam sekitar yang obyek-obyek pengamatannya dititik beratkan pada hal-hal yang menarik perhatian anak didik dan manusia pada umumnya dalam menjalankan perkembangan hidupnya.
Asas-asas: pengajaran alam sekitar, didasarkan atas kebutuhan anak dalam hidup dan perkembangannya, setiap bahan pengajaran harus merupakan suatu keseluruhan, hubungan saling membutuhkan dan saling memberi arti, anak didorong dan dirangsang untuk selalu aktif, harus ada hubungan kerjasama yang erat antara rumah dan sekolah.[28]
– sekolah kerja
Konsepsi: lahir dalam kaitannya dengan aliran pendidikan sosial yang berkembang dari aliran pendidikan individual yang ekstrem dan pendidikan sosial yang ekstrem.
Dasar-dasar: anak aktif dan mandiri, anak sebagai pusat kegiatan, tidak mementingkan pengetahuan siap yang bersifat hafalan.
Macam-macam sekolah kerja: sosiologis, psikologis, sosiologis-psikologis, kepribadian.
Konsepsi: lahir dalam kaitannya dengan aliran pendidikan sosial yang berkembang dari aliran pendidikan individual yang ekstrem dan pendidikan sosial yang ekstrem.
Dasar-dasar: anak aktif dan mandiri, anak sebagai pusat kegiatan, tidak mementingkan pengetahuan siap yang bersifat hafalan.
Macam-macam sekolah kerja: sosiologis, psikologis, sosiologis-psikologis, kepribadian.
– pengajaran proyek
Konsepsi: pengajaran itu harus aktif, ilmiah dan masyarakat.
Langkah-langkah: persiapan, kegiatan belajar, penilaian.
Konsepsi: pengajaran itu harus aktif, ilmiah dan masyarakat.
Langkah-langkah: persiapan, kegiatan belajar, penilaian.
Empat
konsepsi dasar dalam pendidikan:
– Perenialisme; sebagai suatu aliran dalam pendidikan bersifat keagamaan.
– Progresivisme; bahwa segala sesuatu tidak ada yang tetap, melainkan selalu mengalami perubahan.
– Esensialisme; menghendaki suatu keadaan atau tata tertib masyarakat seperti yang berlangsung dalam masa yang mendahului abad XX
– Rekonstruksionisme; mengehendaki semua dibikin baru dan semua dibikin berubah.
– Perenialisme; sebagai suatu aliran dalam pendidikan bersifat keagamaan.
– Progresivisme; bahwa segala sesuatu tidak ada yang tetap, melainkan selalu mengalami perubahan.
– Esensialisme; menghendaki suatu keadaan atau tata tertib masyarakat seperti yang berlangsung dalam masa yang mendahului abad XX
– Rekonstruksionisme; mengehendaki semua dibikin baru dan semua dibikin berubah.
Dua
aliran pokok pendidikan di Indonesia:
– Perguruan Kebangsaan Taman siswa (Ki Hajar Dewantara)
Asas-asas: menjadi hak seseorang mengatur dirinya sendiri, pengajaran harus membimbing anak menjadi manusia yang merdeka, pendidikan harus didasarkan atas kebudayaan bangsa sendiri tanpa mengesampingkan kebudayaan bangsa-bangsa lain, pendidikan harus merata untuk seluruh rakyat, harus hidup dan berkembang dengan kekuatan sendiri dan menolak setiap bantuan, pendidik harus berhamba kepada san anak atas dasar sikap tanpa pamrih dan dengan hati yang suci.
Panca Dharma: dasar kemanusiaan, dasar kebangsaan, dasar kebudyaan, dasar kodrat hidup / kodrat alam, dasar kemerdekaan.
Corak pendidikan nasional (kemanusiaan, kebangsaan, kebudayaan) dan sistem among (kodrat hidup dan kemerdekaan)
– Perguruan Kebangsaan Taman siswa (Ki Hajar Dewantara)
Asas-asas: menjadi hak seseorang mengatur dirinya sendiri, pengajaran harus membimbing anak menjadi manusia yang merdeka, pendidikan harus didasarkan atas kebudayaan bangsa sendiri tanpa mengesampingkan kebudayaan bangsa-bangsa lain, pendidikan harus merata untuk seluruh rakyat, harus hidup dan berkembang dengan kekuatan sendiri dan menolak setiap bantuan, pendidik harus berhamba kepada san anak atas dasar sikap tanpa pamrih dan dengan hati yang suci.
Panca Dharma: dasar kemanusiaan, dasar kebangsaan, dasar kebudyaan, dasar kodrat hidup / kodrat alam, dasar kemerdekaan.
Corak pendidikan nasional (kemanusiaan, kebangsaan, kebudayaan) dan sistem among (kodrat hidup dan kemerdekaan)
– Ruang pendidikan INS
Tujuan:
– mendidik rakyat ke arah kemerdekaan
– memberi pendidikan sesuai kebutuhan masyarakat
– mendidik para pemuda agar berguna untuk masyarakat
– menanamkan kepercayaan kepada diri sendiri dan berani bertanggung jawab
– berusaha dapat berdiri sendiri dan tidak bersedia menerima bantuan dari orang lain yang mengurangi kebebasan [29]
Tujuan:
– mendidik rakyat ke arah kemerdekaan
– memberi pendidikan sesuai kebutuhan masyarakat
– mendidik para pemuda agar berguna untuk masyarakat
– menanamkan kepercayaan kepada diri sendiri dan berani bertanggung jawab
– berusaha dapat berdiri sendiri dan tidak bersedia menerima bantuan dari orang lain yang mengurangi kebebasan [29]
Bidang-bidang
kegiatan pendidikan INS:
– pendidikan ketrampilan
– pendidikan pertanian
– pendidikan karya seni
– pendidikan mana
– pendidikan ketrampilan
– pendidikan pertanian
– pendidikan karya seni
– pendidikan mana
Masalah-masalah
pokok pendidikan :
Masalah kurangnya biaya untuk
menyelenggarakan sekolah-sekolah, kurikulum yang tidak lagi sesuai dengan
tuntutan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terasingnya sekolah dari
masyarakat, moral para guru merosot, masalah drop-out, masalah banyaknya anak
yang tidak mendapatkan pekerjaan, masalah banyaknya anak yang tidak ditampung
di sekolah-sekolah. [30]Banjir
murid, langkanya sumber daya dan dana, biaya pendidikan yang semakin mahal,
ketidak tepatan hasil pendidikan, serta kelambanan dan ketidak efisienan dalam
penyelenggaraan sekolah. [31]
Kualitas proses dan hasil
pendidikan belum merata di seluruh tanah air. [32]
Sejarah telah membuktikan bahwa
dari masa ke masa peradaban masyarakat dunia selalu mengalami perkembangan. Dan
pada dekade waktu yang terakhir ini laju perkembangan itu telah meningkat
dengan pesat, terutama di negara-negara maju. Sebagaimana diketahui dalam kurun
waktu yang relatif singkat, telah terjadi pergeseran dari era pertanian menuju
ke era industri dan selanjutnya belum sampai proses pergeseran itu tuntas,
telah disusul dengan pergeseran baru menuju era informasi dan era globalisasi. [33]
Pada dasarnya manusia dapat
belajar sendiri, tetapi mungkin hanya sebagian kecil saja yang berhasil
mencapai tingkat pengetahuan dan kemampuan yang diminta. Maka pendidikan
sekolah merupakan sarana yang efektif.
Penggunaan teknologi baru dalam
pendidikan akan membawa perubahan dan pergeseran dalam peranan guru di kelas.
Masalah tenaga kependidikan
merupakan masalah yang amat rumit karena menyangkut faktor-faktor: jumlah,
mutu, distribusi menurut bidang studi, distribusi menurut wilayah, status serta
imbalan maupun penghargaan terhadap jasanya ataupun pelayanan terhadapnya.
Keadaan umum di lapangan
kebanyakan guru belum profesional, mereka lebih banyak mengajar dengan pola
tradisional, bersifat statis, kurang terbuka terhadap pembaruan atau inovasi,
lambat berkembang dalam jabatan, sehingga menghambat peningkatan proses balajar
mengajar. Oleh karena itu perlu diadakan usaha untuk melakukan pembaruan
struktur pendidikan guru. [34]
Perkumpulan remaja
Keluarga, masjid, sekolah sebagai suatu lingkungan
pendidikan kadang-kadang kurang memberikan peluang terhadap dorongan anak untuk
mengembangkan diri sendiri. Disinilah letak kesempatan yang baik bagi
perkumpulan-perkumpulan remaja untuk mengorganisir dirinya dan menyalurkan
segala kehendak hati, keinginan dan angan-angan sebagai pembuktian bahwa
merekapun patut “mendapat pengakuan masyarakat lingkungannya”. Melalui perkumpulan-perkumpulan
itu mereka memperoleh kesempatan dan mendapat pengalaman-pengalaman yang
mematangkan diri mereka. Melalui pengalaman-pengalaman itu mereka menemukan
diri sendiri, menyadari batas-batas kemampuan dan upaya-upaya yang dapat
disumbangkan, dan terjadilah saling didik mendidik diantara sesamanya. Sudah
tentu dalam segala kegiatannya mereka senantiasa bekerjasama dengan keluarga
atau orangtua, pemimpin keagamaan dan pemimpin sekolah atau para guru. Yang
beragama Islam membentuk atau memasuki perkumpulan-perkumpulan remaja yang
berdasarkan Islam, sehingga memungkinkan mereka untuk menghayati dan
mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam dalam lingkungannya secara aktua
6. Media massa
Media massa juga mempunyai pengaruh yang besar dalam pendidikan. Media
massa seperti radio, televisi dan internet sebagai sumber berita, wahana
penebar wacana baru, menimba ilmu pengetahuan dan menanamkan pola pikir pada
anak. Namun jika tanpa kendali
Sarana-sarana informasi ini akan menjadi bumerang yang sangat berbahaya yang
akan dapat merusak pendidikan anak. Oleh karena itu dibutuhkan kerjasama semua
pihak baik orangtua, sekolah, masyarakat maupun pihak lain agar media massa
dapat berguna secara positif[35]
Dalam kegiatan pendidikan, kita melihat adanya
unsur pergaulan dan unsur lingkungan yang keduaanya tidak terpisahkan tetapi
dapat dibedakan. Dalam pergaulan tidak selalu berlangsung pendidikan walaupun
didalamnya terdapat factor-faktor yang mendidik. Pergaulan semacam itu dapat
terjadi dalam:
1.
Hidup
bersama orang tua, nenek, kakek, atau adik dan saudara-saudara lainnya dalam
suatu keluarga
2.
Berkumpul
dengan teman-teman sebaya
3.
Bertempat
tinggal dalam satu lingkungan kebersamaan di kota, di desa, atau dimana saja.
Diantara ketiga pergaulan diatas, sudah jelas
Keluarga merupakan lingkungan sosial yang paling awal yang kemudian dilengkapi
dengan lingkungan pendidikan di sekolah dan lingkungan masyarakat secara lebih
luas. Demikian pula kebudayaan seperti bahasa, adat istiadat, kebiasaan, hasil
seni, peraturan, merupakan lingkungan yang memberikan pengaruh yang cukup
berarti bagi perkembangan individu.
Ki Hajar Dewantoro membedakan lingkungan
pendidikan menjadi tiga, dan yang kita kenal dengan Tri Pusat Pendidikan yaitu:
1.
Lingkungan
Keluarga
Keluarga merupakan suatu soaial terkecil dalam
kehidupan umat manusia sebagai makhluk sosial, ia merupakan unit pertama dalam
masyarakat. Disitulah terbentuknya tahap awal proses sosialiasi dan
perkembangan individu.[36]
Keluarga merupakan masyarakat alamiah yang
pergaulan diatara golongannya bersifat khas. Di lingkungan ini terletak
dasar-dasar pendidikan. Disini pendidikan berlangsung dengan sendirinya sesuai
dengan tatanan pergaulan yang berlaku didalamnya.[37]
Menurut Mohammad Surya dalam bukunya
menjelaskan bahwa dari sekian banyak faktor -faktor yang mengkodidisikan
penyesuaian diri, tidak ada satupun faktor yang lebih penting selain daripada
factor rumah dan keluarga karena keluarga merupakan satuan kelompok sosial yang
terkecil. Dan lingkungan yang paling awal bagi perkembangan individu adalah
Rahim ibu yang kemudian berkembang pada lingkungan yang lebih luas, seperti
pola dan kualitas pertumbuhan dan perkembangan individu lingkungan tersebut.
Lingkungan alam tempat individu dilahirkan dan dibesarkan akan banyak
mempengaruhi kondisi perkembangan individu.
Interaksi social yang pertama diperoleh
individu adalah dalam keluarga yang kemudian akan dikembangkan di masyarakat.
Terdapat beberapa karakteristik kehidupan keluarga yang merupakan penyesuaian
diri, yaitu:[38]
a.
Susunan
keluarga, yaitu besar kecilnya keluarga, siapa yang lebih berkuasa, jumlah
anak, perbandingan anak perempuan, dan laki – laki, dsb.
b.
Peranan
– peranan social dalam keluarga yaitu setiap peranan social yang dimainkan oleh
setiap anggota keluarga. Peranan social ini dipengaruhi oleh sikap dan harapan
orang tua terhadap anaknya, factor umur, jenis kelamin.
c.
Keanggotaan
kelompok, yaitu sejauh mana anggota keluarga merasakan sebagai bagian dari
kelompok.
d.
Kohesi
keluarga, yaitu kekuatan petautan antara anggota keluarga yang satu dengan yang
lainnya.
Pendidikan keluarga adalah juga pendidikan
masyarakat, karena disamping keluarga itu sendiri sebagai kesatuan kecil dari
bentuk kesatuan-kesatuan masyarakat, juga karena pendidikan yang diberikan oleh
orang tua kepada anak-anaknya sesuai dan dipersiapkan untuk kehidupan anak-anak
itu di masyarakat kelak. Pendidikan yang tidak mau mengikuti derap langkah
kemajuan masyarakat. Dengan demikian nampaklah adanya hubungan erat antara keluarga
dengan masyarakat.[39]
Pada zaman dahulu umumnya orang hidup dalam
satu rumah yang besar. Di dalam rumah yang besar itu hiduplah beberapa keluarga
menjadi satu. Suatu keluarga mempunyai peraturan-peraturan dan tata tertib
sendiri yang diatur dan dikepalai oleh seorang kepala keluarga. Segala
kebutuhan, hidup dibuat sendiri oleh anggota-anggota keluarga masing-masing
secara gotong royong. Demikian pula pendidikan yang diberikan kepada anak-anak
dalam keluarga itu umumnya merupakan kelanjutan adat istiadat yang mereka
terima dari nenek moyang yang merupakan tradisi statis dan hampir tidak
berubahubah. Di samping itu, diajarakan pula kepada anak-anak mereka segala
sesuatu yang lazimnya diperbuat atau dikerjakan oleh orang-orang tua dan
orang-orang dewasa dan keluarga itu.
Lain halnya dengan keluarga pada zaman
sekarang.Kesatuan dan kekeluargaan secara famili ini (keluarga besar) sekarang
telah terpencar menjadi keluarga yang kecil-kecil, dan fungsinya terhadap
pendidikan anakpun berubah pula. Keluarga yang tadinya merupakan kesatuan yang
mengahasilkan segala kebutuhan mereka, menjadi kesatuan yang memakai
semata-semata.[40]
Tugas bercengkrama dalam keluarga diantara
anggota-anggota keluarga dengan anak-anaknya kelihatan makin mundur karena
timbulnya perkumpulan-perkumpulan modern, seperi perkumpulanperkumpulan pemuda,
kesenian dan olah raga. Oleh karena itu, waktu bagi anak-anak untuk berada di
rumah makin sedikit. Anak-anak muda sudah tidak puas lagi mencari kesenangan
dam hiburan hanya dalam lingkungan keluarga sendiri. Mereka lebih suka
menyibukkan diri mereka didalam perkumpulan tersebut. Karena pada zaman
sekarang, pesatnya kemajuan dunia di segala bidang yang menyebabkan tidak
terhitungnya jumlah macam pekerjaan yang masing-masing memerlukan bakat dan
kemampuan yang berbeda-beda dari para pekerjanya. Spesialisasi dalam lapangan
penghidupan makin diperlukan.
Oleh karena itu, kunci pendidikan dalam rumah
tangga / keluarga sebenarnya terletak pada pendidikan rohani dalam arti
pendidikan kalbu, lebih tegas lagi pendidikan agama bagi anak. Mengapa? karena
pendidikan agamalah yang berperan besar dalam pembentuk pandangan hidup
seseorang. Ada dua arah mengenai kegunaan pendidikan agama dalam rumah tangga.
Pertama, penanaman nilai dalam arti pandangan hidup, yang kelak mewarnai
perkembangan jasmani dan akalnya. Kedua, penanaman sikap yang kelak menjadi
basis dalam menghargai guru dan pengetahuan di sekolah.[41]
Keluarga bahagia dan sejahtera yang dijiwai
oleh pancaran sinar tauhid tidaklah begitu saja tercipta dengan sendirinya,
tetapi harus melalui proses sosialisasi, sehingga nilai-nilai universal itu
menjadi milik keluarga menunjuk pada semua factor dan proses yang membuat
setiap manusia menjadi selaras dalam hidup di tengah-tengah orang lain.
Islam memandang, bahwa keluarga merupakan
lingkungan yang paling berpengaruh pada pembentukan kepribadian anak. Hal ini
disebabkan:[42]
a.
Tanggug
jawab orang tua pada anak bukan hanya bersiat duniawi, melainkan ukhrawi dan
teologis. Tugas dan tanggung jawab orang tua dalam membina kepribadian anak
merupakan manah dari Tuhan
b.
Orang
tua disamping memberikan pengaruh yang besifat empiris pada setiap hari, juga
memberikan pengaruh hereditas dan genesitas, yakni bakat dan pembawaan serta
hubungan darah yang melekat pada diri anak .
c.
Anak
lebih banyak tinggal atau berada di rumah dibandingkan di luar rumah
d.
Orang
tua atau keluarga sebagai lebih dahulu memberikan pengaruh, dan pengaruh yang
lebih daulu ini pengaruhnya lebih kuat dibandingkan dengan pengaruh yang datang
belakangan
Di dalam keluarga, yang bertindak sebagai
pendidik dalam rumah tangga ialah ayah dan ibu si anak serta semua orang yang
merasa bertanggung jawab terhadap perkembangan anak itu seperti kakek, nenek,
paman, bibi, dan kakak.Tetapi yang paling bertanggung jawab diantara mereka
(ada kakek, nenek, misalnya) adalah ayah dan ibu.[43]
Dalam
mempengaruhi proses sosialisasi ada beberapa metode yang dapat digunakan oleh
orang tua:[44]
a.Pembiasaan
Menurut ngalim pembiasaan salah satu alat
pendidikan yang sangat penting, terutama bagi anak-anak yang masih kecil.
Anak-anak dapat menurut dan taat kepada peraturan-peraturan dengan ajalan yang
membiasakannya dengan perbuatan-perbuatan yang baik, di dalam rumah
tangga/keluarga, di sekolah atau ditempat lainnya.
Agar pembiasaan itu dapat cepat tercapai dan
baik hasilnya, pembiasaan tersebut harus memenuhi syarat tertentu, anatar lain:
1.
Mulailah
pembiasaan itu sebelum terlambat, jadi sebelum anak itu mempunyai kebiasaan
lain yang berlawanan dengan hal-hal yang akan dibiasakan
2.
Pembiasaan
itu hendaklah terus menerus (berulang-ulang) dijalankan secara teratur sehingga
akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang otomatis.
3.
Pendidikan
hendaklah konsekuen, bersikap tegas, dan tetap teguh terhadap pendiriannya yang
telah diambilnya.
4.
Pembiasaan
yang mula-mulanya mekanistis itu harus makin menjadi pembiasaan yang disertai
kata hati anak itu sendiri.
Hal itu mungkin jika secara berangsur-angsur
disertai dengan penjelasan-penjelasan dan nasihat-nasihat dari orang tua/
pendidik sehingga makin ama imbullah pengertian dalam diri anak didik.
Dalam lingkungan keluarga orang tua dapat
melaksanakan pendidikan islam melalui kebiasaan seperti membiasakan
mengucapkan:[45]
1.
“Basmalah”
sebelum memulai suatu perbuatan
2.
“Hamdalah”
sebagai ucapan syukur atas segala hasil dan kenikamatan yang diterima
3.
“Masyaallah”
sewaktu keheranan (ta’jub)terhadap sesuatu
4.
“Astaghfirullah”
sewaktu terjadi kekeliruan
b.Keteladanan
Segala tingkah laku perbuatan dan cara-cara
berbicara akan mudah ditiru atau diikuti oleh anak. Oleh karena itu, sebagai
orang tua dalam hal ini harus memberikan contoh yang baik agar anak didiknya
dengan mudah meniru apa yang dilakukan oleh pendidiknya. Hal yang demkian ini
dapat kita melihat dorongan meniru pada anak-anak.
Antara pembiasaan dan keteladanan mempunyai
hubungan yang erat dalam proses indentifikasi. Oleh karena anak – anak
menjadikan orang tuanya sebagai tokoh indentifikasi maka kebiasaankebiasaan
yang dilakukan orang tua selalu ditiru oleh anak.
Dengan kebiasaan – kebiasaan yang baik yang
dilakukan oleh orang tua anak akan meniru kebiasaan – kebiasaan orang tuanya
melalui proses peniruan nilai –nilai, sikap keyakinan dan cita – cita dapat
tertanam dalam diri anak.
Tingkah laku Rasulullah SAW. Adalah suatu
contoh yang baik untuk kita jadikan teladan, sebagaimana Allah berfirman:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ الَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو الَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ الَّهَ كَثِيرًا
21.
Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan yang banyak mengingat Allah. (Q.S., Al-Ahzab [33]: 21)
Nabi Muhammad SAW. Sendiri telah memberikan
contoh melaksanakan shalat sebagaiman dalam sebuah haditsnya:
Dengan contoh tingkah laku tersebut, timbullah
gejala identifikasi. Hal ini sangat penting dalam pembentukan kepribadiana anak
didik. ini merupakan suatu proses yang ditempuh anak didik dalam mengenal
nilai-nilai kehidupan. Mula-mula nilai kehidupan itu diserap anak didik tidak
terasa, kemudian hal ini dapat dimilikinya,seperti ia mengikuti cara sembahyang
yang dilakukan oleh orangorang yang melakukannya.
Dengan cara demikian itu, akhirnya anak dapat
mengerjakan shalat sendiri dengan kesadaran.
c.Latihan
dan Praktikum
Latihan dan praktikum merupakan metode yang
penting dalam pendidikan islam di lingkungan keluarga, dengan adanya latihan
ini, anak – anak akan dapat melakukan amal keagamaan sesuai dengan tuntutan
yang telah ditetapkan agama.
Latihan dan praktek keagamaan yang dapat
dilakukan di rumah tangga / keluarga berupa:
1.
Ibadah ritual seperti:
a) Praktek Sholat, Wudhu’, Tayammum, azan,
iqamah, membaca Al-Qur’an, sholat berjama’ah sholat sunat dan sebagainya
b) Latihan menyeleggarakan hal-hal yang
berhubungan dengan mayat seperti menyembahyangkan, mengapani, memandikan
ayat.Dll
2.
Ibadah
Non Ritual seperti:
a) Membawa anak-anak untuk melakukan kerja
bakti membersihkan masjid an musholla
b) Mengikut sertakan anak dalam kegiatan marah
masjid
c) Mengikutsertakan anak-anak melakukan
takziyah dan mengunjungi tetangga yang sakit atau meninggal.
e.
Perintah
dan Larangan
1.
Perintah
Perintah bukan hanya keluar dari mulut
seseorang yang harus dikerjakan oleh orang lain, melainkan dalam hal ini
termausk pula peraturan-pertauran umum yang harus ditaati oleh anak-anak.
Tiap-tiap perintah dan peraturan dalam pendidikan mengandung norma-norma
kesusilaan, jadi bersifat memberi arah atau mengandung tujuan kea rah perbuatan
susila. Tentu saja suatu perintah atau peraturan itu mudah ditaati oleh anak,
jika pendidik/orang tua sendiri mentaati dan hidup menurut perauranperaturan
itu.
Sebagaimana yang dikatakan Zuhairini, apabila
dalam contoh perbuatan berupa tingkah laku tersebut anak didik dapat
memperhatikan dan melihat apa ynag dilakukan oleh orang lain (pendidik), maka
dalam perintah ini anak dapat mendengar apa yang harus dilakukan.[46]
Supaya perintah- perintah dapat ditaati oleh
anak sehingga apa yang dimaksud tercapai, hendaklah perintahperintah itu
memenuhi syarat-syarat tertentu:
a.Perintah
hendaklah terang dan singkat, jangan terlalu banyak komentar, sehingga mudah
dimengerti oleh anak
b.Perintah
hendaklah disesuaikan dengan keadaan dan umur anak dan tiap-tiap perintah
hendaknya disesuikan dengan kesanggupan anak.
c.Kadang-kadang
perlu pula kita mengubah perintah itu menjadi suatu perintah yang lebih
bersifat permintaan.
d.Jangan
terlalu banyak dan berlebih-lebihan memberi perintah, sebab dapat mengakibatkan
anak itu tidak patuh, tetapi menantang.
e.Pendidik
hendaklah konsekuen terhadapapa yang telah diperintahkannya.
2.
Larangan
Disamping memberi perintah, sering pula kita
harus melarang perbuatan ank-anak. Larangan itu biasanya kita keluarkan jika
anak melakukan sesuatu yang tidak baik, yang merugikan, atau yang dapat
membahayakan dirinya.
Larangan adalah suatu usaha yang tegas
menghentikan perbuatan-perbuatan yang ternyata salah dan merugikan yang
bersangkutan.
Kalau kita perhatikan benar-benar, umumnya
didalam rumah tangga larangan itu merupakan alat mendidik satu-satunya yang
lebih banyak dipakai oleh para ibu dan bapak terhadap anaknya. Sebenarnya
pendapat itu tidak benar. Seorang ibu atau ayah yang sering melarang perbuatan
anaknya, dapat mengakibatkan bermacam-macam sifat atau sikap yang kurang baik
pada anak itu, seperti:
a) Keras kepala atau melawan
b) Pemalu dan penakut
c) Perasaan kurang harga diri,
d) Kurang mempunyai perasaan tanggung jawab
e) Pemurung atau pesimis
f) Acuh tak acuh terhadap sesuatu (apatis),
dan sebagainya.
Adapun syarat-syarat yang harus diperhatikan
dalam melarang yaitu:
a)
Sama halnya dengan perintah, larangan itu harus diberikan dengna singkat,
supaya dimengerti maksud dan larangan itu
b)
Jika mungkin, larangan itu dapat diberi penjelasan singkat. Jika tidak mungkin,
anak harus menerima saja laranga itu
c)
Jangan terlalu sering melarang, akibatnya tidak tidak baik (lihat uraian
diatas)
d)
Bagi anak-anak yang masih kecil, larangan dapat dicegah dengan membelokkan perhatian
anak kepada sesuatu yang lain, yang menari minatnya.
Perintah dan larangan dapat pula dilakukan
asal dalam batas kewajaran terutama dalam melaksanakan ibadah dan akhlak yang
terpuji seperti:
1)
Menyuruh anak megerjakan sholat kalau sudah berumur tujuh tahun
2)
Menyuruh anak-anak supaya melaksanakan akhlak yang baik terhadap orang tuanya,
guru, tetangga, dan anggota masyarakat lainnya, seperti berkata lemah lembut,
bermuka manis dan ramah tamah kepada mereka.
3)
Melarang anak melakukan tingkah laku yang tak senonoh dan aklak tercela, kalau
perlu memberikan hukuman yang tidak membahayakan dan menimbulkan keinsafan dan
kesadaran kepadanya.
e.Ganjaran
Ganjaran adalah sebagai alat pendidikan untuk
mendidik anak-anak supaya anak dapat merasa senang Karena perbuatan atau
pekerjaaannya mendapat penghargaan.
Ganjaran itu yang terpenting bukanlah hasilnya
yang dicapai anak, melainkan dengan hasil yang telah dicapai anak itu pendiidk
bertujuan membentuk kata hati dan kemaun yang lebih baik dan lebih keras pada
anak itu.
Menurut Hasan Fahmi, Al-Ghazali menggunakan
cara mendidik anak -anak sesuai dengan perbedaan fungsinya dan dengan tingkatan
perasaan dimilikinya, ia menganggap penting balasan yang sesuai yang terhadap
pekerjaan yang terpuji dan ia tidak mau terburuterburu memberikan siksaan,
karena Ia lebih suka memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk memperbaiki
kesalahankesalahannya sendiri yang dapat mengarahkan dia untuk memperoleh harga
diri dan bertanggung jawab terhadap perbuatannya.
Ganjaran dapat dilakukan oleh pendidik dengan
cara bermacam-macam, antara lain:
1)
Pendidik mengangguk-angguk kepala tanda senang dan membiarkan jawaban yang
diberikan oleh seorang peserta didik.
2)
Pendidik memberikan kata-kata yang mengembirakan (pujian).
3)
Guru memberikan benda-benda yang menyenangkan dan berguna bagi peserta didik.
4)
Pekerjaan dapat juga menjadi suatu ganjaran.
5)
Ganjaran yang ditunjukkan kepada orang lain.[47]
Ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan
oleh pendiidk/orang tua:
1)
Untuk memberi ganjaran yang pedagogis perlu sekali pendidik mengenal
betul-betul murid-muridnya dan tahu menghargai dengan tepat. Ganjaran dan
penghargaan yang salah dan tidak tepat dapat membawa akibat yang tidak
diingankan.
2)
Ganjaran diberikan kepada seorang anak janganlah hendaknya menimbulkan rasa
cemburu atau iri hati bagi saudaranya yang lain yang merasa pekerjaannya juga
lebih baik, tetapi tidak mendapat ganjaran
3)
Menberikan ganjaran hendaklah hemat. Terlalu kerap atau terus menerus
memberikan ganjaran dan penghargaan akan menjadi hilang arti ganjaran itu
sebagai alat pendidikan.
4)
Janganlah memberikan ganjaran dengan menjanjikan lebih dahulu sebelum anak-anak
menunjukkan prestasi kerjanya apa lagi bagi ganjaran yang diberikan kepada
seluruh kelas.
5)
Pendidik harus berhati-hati memberikan ganjaran, jangan sampai ganjaran yang
diberikan kepada anak-anak diterimanya sebagai upah dari jerih payah yang telah
dilakukan.
f.Hukuman
Hukuman ialah penderitaan yang diberikan atau
ditimbulkan dengan sengaja oleh seseorang (orang tua, guru, dan sebagainya)
sesudah terjadi suatu pelanggaran, kejahatan, atau kesalahan.
Hukuman adalah salah satu alat penddikan.
Sebagai alat pendidikan, hukuman hendaklah:
1)
Senantiasa merupakan jawaban atas suatu pelanggaran
2)
Sedikit-banyaknya selalu bersifat tidak menyenangkan
3)
Selalu bertujuan kearah perbaikan, hukuman itu hendaklah diberikan untuk
kepentingan anak itu sendiri.
Hukuman perlu dilaksanakan terutama bagi anak
– anak yang tidak berhasil dididik dengan lembah lembut karena dalam kenyataan
memang anak-anak yang sertiap diberi nasehat dengan lemah lembut dan dengan
perasaan halus ia tetap melakukan kesalahan, anak seperti itu perlu diberi
sedikit hukuman untuk memperbaiki perilakunya.
Hukuman yang dapat diterapkan pada anak dapat dibedakan
menjadi beberapa pokok bagian yaitu :
1)
Hukuman bersifat fisik seperti : menjewer telinga, mencubit dan memukul.
Hukuman ini diberikan apabila anak melakukan kesalahan terlebih mengenai
hal-hal yang harus dikerjakan anak.
2)
Hukuman verbal seperti: memarahi, maksudnya mengingatkan anak dengan bijaksana
dan bila para penddidik atau orang tua memarahinya maka pelankanlah suaranya.
3)
Isyarat non verbal seperti: menunjukkan mimik atau raut muka tidak suka.
Hukuman ini diberikan untuk memperbaiki kesalahan anak dengan memperingatkan
lewat isyarat.
4)
Hukuman sosial seperti: mengisolasi dari lingkungan pergaulan agar kesalahan
tidak terulang lagi dengan tidak banyak bicara dan meninggalkannya agar
terhindar dari ucapan buruk.
Menghukum merupakan sesuatu yang “tidak
disukai” namun perlu diakui bersama bahwa hukuman itu memang diperlukan dalam
pendidikan karena berfungsi menekan, menghambat atau mengurangi bahkan
menghilangkan perbuatan yang menyimpang.
Supaya hukuman itu bersifat mendidik ulwan
menetapkan syarat-syarat hukuman sebagi berikut:
1)
Pendidikan tidak akan menggunakan metode hukuman sebelum metode yang lain tidak
berhasil digunakan.
2)
Pendidikan tidak menghukum ketika ia dalam keadaan marah
3)
Ketka memukul hendaknya pendidik hindari anggota badan yang peka
4)
Pukulan jangan terlalu keras dan membahayakan
5)
Tidak memukul anak sebelum berumur 10 tahun
6)
Tidak memukul anak pada kesalahan pertama
7)
Pendidik hendaklah memukul dengan tangan sendiri
8)
Boleh memukul anak lebih dari sepuluh kali kalau ia sudah menginjak usia dewasa
2. Lingkungan Sekolah
Kegiatan pendidikan pada mulanya dilaksanakan
dalam lingkungan keluarga dengan menempatkan ayah dan ibu sebagai pendidikan
utama, dengan semakin dewasanya anak semakin banyak halhal yang dibutuhkannya
untuk dapat hidup di dalam masyarakat secara layak dan wajar. Sebagai respon
dalam memenuhi kebutuhan tersebut muncullah usaha untuk mendirikan sekolah di
lingkungan keluarga.
Sekolah memgang peranan penting dalam
pendiidkan karena pengaruhnya besar sekali pada jiwa anak. Maka disamping
keluarga sebagai pusat pendidikan, sekolah pun mempunyai fungsi sebagi pusat
pendidikan untuk pembentukan pribadi anak. Dengan sekolah, pemerintah mendidik
bangsanya untuk menjadi seorang ahli yang sesuai dengan bidang dan bakatnya si
anak yang berguna bagi dirinya, dan berguna bagi nusa dan bangsanya.
Sekolah sengaja disediakan atau dibangun
khusus untuk tempat pendidikan, maka dari itu, sekolah sebagai tempat atau
lembaga pendiidkan kedua setelah keluarga, lebih – lebih mempunyai fungsi
melanjutkan pendidikan keluarga dengan guru sebagi pengganti orang yang harus
ditaati.
Dalam perkembangan fisik dan psikologi anak,
selanjutnya anak itu memperoleh pengalaman-pengalaman baru dalam hubungan
sosialnya dengan anak – anak lain yang berbeda status sosial, kesukuan, agama,
jenis kelamin, dan kepribadian. Lambat laun ia membebaskan diri dari ikatan
rumah tangga untuk mencapai kedewasaan dalam hubungan sosialnya dengan
masyarakat luas.
Zakiah Daradjat dalam bukunya yang berjudul
Ilmu Pendidikan Islam membedakan antara rumah dengan sekolah, baik dari segi
suasana, tanggung jawab, maupun kebebasan dan pergaulan.
a.
Suasana
Rumah adalah tempat anak lahir dan langsung
menjadi anggota baru dalam rumah tangga. Kelahirannya disambut oleh orang
tuannya dengan gembira dan malahan kerapkali dirayakan dengan mengadakan
selamatan/ tasyakuran. Sedangkan sekolah adalah tempat anak belajar.Ia
berhadapan dengan guru yang tidak dikenalnya. Guru itu selalu berganti –
berganti. Kasih guru kepada murid tidak mendalam seperti kasih sayang orang tua
kepada anaknya, sebab guru dan murid tidak terikat oleh kekeluargaan.
b.
Tanggung
Jawab
Dalam pembentukan rohani dan keagamaan orang
tua menjadi teladan bagi anak.Telah dikatakan bahwa orang tua atau keluarga
menerima tanggung jawab mendidik anak – anak dari Tuhan atau karena
kodratnya.Keluarga, yaitu orang tua bertanggung jawab penuh atas pemeliharaan
anak – anaknya sejak mereka dilahirkan, dan bertanggung jawab penuh atas
pendidikan watak anak – anaknya.
Sedangkan sekolah lebih merasa bertanggung
jawab terhadap pendidikan intelek (menambah pengetahuan anak) serta pendidikan
keterampilan (skill) yang berhubungan dengan kebutuhan anak itu untuk hidup di
dalam masyarakat nanti, dan yang sesuai dengan tuntutan masyarakat pada waktu
itu. Akan tetapi ajaran islam memerintahkan bahwa guru tidaklah hanya mengajar,
tetapi juga mendidik. Ia sendiri harus memberi contoh dan menjadi teladan bag
murid-muridnya dalam segala mata pelajaran ia dapat menanamkan rasa keimanan
dan akhlak sesuai dengan ajaran islam. Bahkan diluar sekolahpun ia harus
bertindak sebagai pendidik.[48]
c.
Kebebasan
Di rumah anak bebas dalam gerak geriknya, ia
boleh makan apabila lapar, tidur apabila mengantuk. Ia boleh bermain. Ia tidak
dilarang mengeluarkan isi hatinya selama tidak meanggar kesopanan.
Sedangkan di sekolah suasana bebas seperti itu
tidak terdapat. Di sana ada aturan-aturan tertentu. Sekolah dimulai pada waktu
yang ditentukan, dan ia harus duduk selama waktu itu pada tempat yang
ditentukan pula. Ia tidak boleh meninggalkan atau menukar tempat, kecuai seizin
gurunya. Jadi, ia harus menyesuaikan diri dengan peraturan – peraturan yang
telah ditetapkan.
d.
Pergaulan
Kehidupan dan pergaulan dalam lingkungan
keluarga senantiasa diliputi oleh rasa kasih sayang diantara anggotaanggotanya.
Biarpun kadang-kadang terjadi perselisihan-perselisihan diantara anggota-anggota
keluarga itu, namun perselisihan itu tidak akan memutuskan tali kekeluargaan
mereka.
Sedangkan Kehidupan atau pergaulan di sekolah
bersifat lebih Zakelijk dan lebih Lugas.Di sekolah harus ada ketertiban dan
peraturan-peraturan tertentu yang harus dijadikan oleh tiap-tiap murid dan
guru. Anak tidak boleh ganggu-mengganggu, masing-masing hendaklah melakukan
tugas dan kewajiban menurut peraturanperaturan yang telah ditetapkan
3.
Lingkungan
Masyarakat
Dari lahir sampai mati manusia hidup sebagai anggota
masyarakat. Hidup dalam masyarakat berarti adanya interaksi sosial dengan
orang-orang di sekitar dan dengan demikian mengalami pengaruh dan mempengaruhi
orang lain. Interaksi sosial sangat utama dalam tiap masyarakat.[49]
Masyarakat merupakan lembaga pendidikan ketiga
sesudah keluarga dan sekolah, mempunyai sifat dan fungsi yang berbeda dengan
ruang lingkup dengan batasan yang tidak jelas dan keanekaragaman bentuk
kehudupan sosial serta berjenis-jenis budaya.
Masyarakat diartikan sebagai sekumpulan orang
yang menempati suatu daerah, diikat oleh pengalaman-pengalaman yang sama,
memiliki sejumlah persesuaian dan sadar
akan kesatuannya, serta dapat bertindak
bersama untuk mencukupi krisis kehidupannya.
Unsur-unsur
pokok dan suatu masyarakat adalah:
a.
Adanya
unsure kelompom manusia yang bertempat tinggal di daerah tertentu.
b.
Mempunyai
tujuan yang sama
c.
Mempunyai
nilai-nilai dan norma-norma yanh ditaati bersama
d.
Mempunyai
perasaan baik suka maupun duka
e.
Mempunyai
organisasi yang ditaati
Di masyarakat terdapat norma-norma sosial
budaya yang harus diikuti oleh warganya dan norma-norma itu berpengaruh dalam
pembentukan kepribadian warganya dalam bertindak dan bersikap.
Norma-norma masyarakat yang berpengaruh
tersebut merupakan aturan-aturan yang ditularkan oleh generasi tua kepada
generasi mudanya. Penularan-penularan yang dilakukan dengan sadar dan bertujuan
ini sudah merupakan proses pendidikan masyarakat.
Contoh tentang sopan santun orang timur yang
mengajarkan atau menentukan cara memberi sesuatu kepada, atau menerima sesuatu
dari orang lain dengan tangan kanan.
Dalam masyarakat primitif tidak ada pendidikan
formal yang tersendiri. Setiap anak harus belajar dari lingkungan sosialnya dan
harus menguasai sejumlah kelakuan yang diharapkan daripadanya pada saatnya tanpa
adanya guru tetentu yang bertanggung jawab atas kelakuanya.
Di lingkungan masyarakat terdapat pula lembaga
pendidikan organisasi sosial yang dapat menunjang keberhasilan pendidikan
islam.
Yaitu
a.
Masjid
Secara harfiah masjid diartikan sebagai tempat duduk atau tempat yang
dipergunakan untuk beribadah. Masjid adalah “tempat sholat berjama’ah” atau
tempat sholat untuk umum (orang banyak).
Di dalam sejarah pendidikan dimulai semenjak
diangkatnya Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rosulullah. Dengan pengangkatan beliau
tersebut berarti adanya suatu tugas yang akan beliau pikul, yaitu menyampaikan
risalah-Nya, guna mendidik umat agar terbebas dari lingkungan kebodohan dan
kebiadaban menjadi umat yang berperadaban tinggi.
Setelah Nabi hijrah dari Mekkah dan menetap di
Madinah yang pertama – tama dilakukan oleh Nabi adalah membangun masjid, untuk
kepentingan ibadah dan kegiatan sosial lainnya, termasuk kegiatan pendidikan.
Pada masa Ban Abbas dan masa perkembangan
kebudayaan Islam, masjid-masjid yang didirikan oleh para pengusaha pada umumnya
diperlengkapi dengan berbagai macam sarana dan fasilitas untuk pendidikan.
Tempat pendidikan anak-anak, tempat-tempat untuk pengajian dari ulama’-ulama’
yang merupakan kelompokkelompok (khalaqoh), tempat berdiskusi dan munazarah dalam
berbagai ilmu pengetahuan, dan juga dilengkapi dengan ruang perpustakaan dengan
buku-buku dari berbagai macam ilmu pengetahuan yang cukup banyak.
Masjid dengan segala perlengkapannya merupakan
lingkungan pendidikan islam yang dapat diupayakan untuk mempengaruhi peserta
didik. Betapa pentingnya peranan masjid 52 Zuhairini dkk, Sejarah Pendidikan
Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), cet ke-8, h. 99 48 sebagai lingkungan
pendidikan islam dapat dilihat pada usaha-usaha dan perhatian Rosulullah SAW
terhadap masjid.
Masjid memegang peranan penting dalam
penyelenggara pendidikan Islam. besar kecilnya pengaruh masjid terhadap
perkembangan anak didik, banyak bergantung dengan tingg rendahnya kualitas
aktivitas masjid di lingkungan tempat tinggalnya. Oleh karena itu, menjadi
kewajiban umat islamlah untuk senantiasa berusaha agar masjid tetap semarak
dengan berbagai aktivitas yang positif, yang bisa memeberikan sebesar- besarnya
pengaruh terhadap perkembangan anak didiknya.
Al-‘Abdi menyatakan bahwa masjid merupakan
tempat terbaik untuk kegiatan pendidikan. Dengan menjadikan lembaga pendidikan
dalam masjid, akan terlihat hidupnya sunnah-sunnah islam, menghilangkan segala
bid’ah, mengembangkan hukum-hukum Tuhan, serta menghilangkan stratifikasi
status sosial-ekonomi dalam pendidikan. Karena itu masjid merupakan sarana yang
pokok dan mutlak bagi perkembangan masyarakat Islam.[50]
b.
Asrama
Asrama sebagai lingkungan pendidikan memiliki
ciri-ciri anatara lain: sewaktu-waktu atau dalam waktu tertentu hubungan anak
dengan keluargannya menjadi terputus atau dengan sengaja diputuskan dan untuk
waktu tertentu pula anak-anak itu hidup bersama anak-anak sebayanya.[51]
Setiap asrama mempunyai suasana tersendiri
yang mat diwarnai oleh pendiidk atau pemimpinnya dan oleh sebagian besar anggota
kelompok darimana mereka berasal. Dengan demikian pula tatanan dan cara hidup
kebersamaan serta jenis kelamin dari penghuninya turut membentuk suasana asrama
yang bersangkutan.
Di asrama, pembimbing asrama harus dapat
menciptakan suasana tentram dalam kehidupan kekeluargaan dan memperlakukan
anak-anak bagaikan keluarga sendiri. Sebaliknya anak-anak memandang pengasuhnya
sebagai orang tuanya. Begitu pula anakdidik sesamanya, yang lebih besar
memandang sebagai kakak dan yang paling kecil diperlaukan sebagai adik.
Sehingga terbinalah rasa kasih sayang dan solidaritas antara sesama penghuni
asrama.
Lingkungan pendidikan asrama memberikan
berbagai keuntungan kepada para penghuninya, seperti anak-anak mengalami
kenudahan dalam belajar, anak yang kurang pandai dapat bertanya dan
berkonsultasi dengan temannya yang pandai. Mereka terbiasa hidup bermasyarakat.
Dalam interaksi tersebut mereka dapat belajar memahami emosi dan sifat-sifat
temannya.
c.
Perkumpulan
Remaja
Pada masa ini gambaran tentang orang tua (ayah
dan ibu), guru, ulama, dan pemimpin-pemimpin masyarakat lainnya mat besar
artinya bagi mereka. Tokoh itu mungkin dapat dijadikan sebagai “idola”, tokoh
identifikasi yang akan mereka teladani. Tokoh identifikasi itu bisa ayah, ibu,
guru, atau meluas kepada tokoh – tokoh lain yang menonjol dalam masyarakat.
Identifikasi tersebut merupakan sebuah proses yang cukup bermakna bagi
perkembangan sosial anak. Melalui proses tersebut seorang anak mengembangkan
kepribadiannya, yang kemudian menjadi perwatkan khas yang dimilikinya.
dan angan-angan sebagai pembuktian bahwa
mereka juga wajar mendapat pengakuan masyarakat sekitarnya.[52]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan makalah di atas dapat kami
simpulkan, bahwa lingkungan pendidikan merupakan lingkungan yang sangat
menunjang suatu proses pendidikan atau bahkan secara langsung digunakan sebagai
tempat berlangsungnya kegiatan pendidikan .Dan ternyata lingkungan pendidikan
juga mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan anak didik. Baik
berupa pengaruh yang positif ataupun pengaruh yang negatif. Maka menjadi tugas
guru dan orang tualah untuk menuntun anak didiknya agar dapat memanfaatkan
lingkungan pendidikan ini menuju ke arah yang positif.
B.Saran
dan Harapan
Dari uraian materi makalah diatas dapat
dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan anak yang meliputi jiwa dan raganya
sehingga harapannya anak didik nantinya dapat memperoleh lingkungan pendidikan
yang baik dan sesuai kebutuhan anak.Demikian makalah yang kami susun, pastilah
dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan karena kami
sadar ini merupakan keterbatasan dari kami. Makanya kami mengharap kritik dan
saran yang membangun guna kesempurnaan makalah ini
[1]
Ahmad, Ideologi Pendidikan Islam, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005
), h. 24
[2]
http://harun-nasution.blogspot.com/2012/08/lingkungan-pendidikan-dalam-perspektif.html (11-12-12)
(12:15)
[7] Abd. Rahman Assegaf, Pendidikan Islam
Integratif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hal. 160-161
[11]
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan (Cet, II;Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1999), h. 37-38
[14]
Sama’un Bakry, Menggagas Konsep Ilmu Pendidikan Islam, (Cet,
;Bandung: Pustaka bani quraisy, 2005), h. 97
[20]
Riwayat Thabrani di dalam al-Kaba‘ir 3/227/(3225), dan disebutkan pula oleh Ibnu
Hajar di dalam Ashabah, 1/312. Lihat pula Majma’uz-Zawaa‘id, 9/314.
[22]
Shahîh,
diriwayatkan Imam Abu Dawud dalam Sunan-nya (4833),
at-Tirmidzi dalam Sunan-nya (2379), dan beliau berkata: “Hadits
ini hasan,” dan Imam Ahmad dalam Musnad-nya, 2/ 303,
334.
[23]
Shahîh,
diriwayatkan Imam al-Bukhari dalam Shahîh-nya (2101)
dan Imam Muslim dalam Shahîh-nya (6653).
[25]Shahîh,
diriwayatkan Imam al-Bukhari dalam Shahîh-nya (2101) dan Imam Muslim dalam
Shahîh-nya (6653).
[26]
, at-Tirmidzi dalam Sunan-nya (2379), dan beliau
berkata: “Hadits ini hasan,” dan Imam Ahmad dalam Musnad-nya, 2/ 303, 334.
[40]
Ibid.,
hlm. 153
[45]
Dr. Sama’un Bakry, Menggagas Konsep…, 104.
[49] Drs. Abdurrahman saleh, Didaktik dan
Methodik Pendidikan Agama, (Jakarta, Bulan Bintang, 1969),
hlm. 77-78
No comments:
Post a Comment