1

loading...

Sunday, October 21, 2018

ILMU PENDIDIKAN ISLAM


UAS
ILMU PENDIDIKAN ISLAM


KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT.atas terselesaikannya makalah ini. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahlimpahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. Besertaseluruh keluarga, para sahabat, dan para pengikut beliau yang setia hingga akhir zaman.
Alhamdulillah wa syukurillah berkat Rahmat dan Hidayah Allah SWT, kami dapat menyelesaikan tugas makalah Ilmu Pendidikan Islam, yang membahas tentang Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam.
Ucapan terima kasih tak luput kami sampaikan pula kepada berbagai pihak yang terkait dalam penyusunan makalah ini. Terutama kepada Bapak dosen pengampu mata kuliah ILMU PENDIDIKAN ISLAM yang telah membina dan menuntun kami untuk bias menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penulis menyadari tiada gading yang tak retak, sehingga penulis berharap adanya kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca budiman demi adanya peningkatan dalam makalah kami selanjutnya.
Terlepas dari banyaknya kekurangan yang ada, penulis berharap agar isi dari makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.



Penulis






BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia. Disisi lain proses perkembangan dan pendidikan manusia tidak hanya terjadi dan dipengaruhi oleh proses pendidikan yang ada dalam sistem pendidikan formal (sekolah) saja. Manusia selama hidupnya akan selalu mendapat pengaruh dari keluarga, sekolah, dan masyarakat luas. Ketiga lingkungan itu sering disebut sebagai tripusat pendidikan.
 Dengan kata lain proses perkembangan pendidikan manusia untuk mancapai hasil yang maksimal tidak hanya tergantung tentang bagaimana sistem pendidikan formal dijalankan. Dalam perspektif pendidikan Islam,  lingkungan dapat memberi pengaruh yang positif atau negatif terhadap pertumbuhan jiwa dan kepribadian peserta didik. Pengaruh lingkungan yang dapat terjadi pada manusia diantaranya adalah akhlak dan sikap .
B.     Rumusan Masalah
1.      Jelaskan Pengertian dari  lingkungan pendidikan islam?
2.      Apa saja Macam- macam lingkungan pendidikan Islam?
3.      Bagaimana hubungan timbal balik antara keluarga,sekolah maupun masyarakat dalam lingkungan pemdidikan Islam?
4.      Aliran-aliran apa saja yang ditimbulkan oleh lingkungan pendidikan?
C.     Tujuan
1.      Agar mengetahui pengertian lingkungan dan macam-macam pendidikan Islam
2.      Agar mengetahui hubungan timbal balik antara keluarga,sekolah maupun masyarakat dalam lingkungan pendidikan islam
3.      Agar mengetahui berbagai macam aliran yang ditimbulkan oleh lingkungan pendidikan Islam

BAB II
PEMBAHASAN
PENGERTIAN LINGKUNGAN DALAM PENDIDIKAN ISLAM


A.      Pengertian lingkungan
Lingkungan adalah ruang dan waktu yang menjadi tempat eksistensi manusia. Dalam konsep ajaran pendidikan islam, lingkungan yang baik, adalah lingkungan yang di ridhai oleh Allah dan Rasulullah SAW. Misalnya, lingkungan sekolah, madrasah, masjid, majelis taklim, balai musyawarah, dan lingkungan masyarakat yang islami. Adapun lingkungan yang mendapat murka Allah dan Rasul-Nya adalah lingkungan yang dijadikan tempat melakukan kemaksiatan dan kemungkaran.Lingkungan pendidikan adalah suatu institusi atau kelembagaan di mana pendidikan itu berlangsung. Namun dapat dipahami bahwa lingkungan pendidikan Islam adalah suatu lingkungan yang di dalamnya terdapat ciri-ciri ke-Islaman yang memungkinkan terselenggaranya pendidikan Islam dengan baik.. Pada dasarnya, semua lingkungan itu karunia Allah hanya saja, manusia yang bodoh menjadikan lingkungan itu kotor.Bagi umat islam, lingkungan yang baik dan berpengaruh dalam meningkatkan akhlak yang mulia adalah lingkungan yang sehat dan dijadikan tempat berbagai kegiatan  yang bermanfaat, seperti pendidikan islam, pengajian, dan aktifitas islami lainnya.Lingkungan merupakan sesuatu yang berada di luar diri anak dan mempengaruhi perkembangannya. Menurut Sartain (seorang ahli psikologi Amerika) , bahwa lingkungan sekitar meliputi kondisi dalam dunia yang mempengaruhi tingkah laku manusia, pertumbuhan dan perkembangan manusia. Sedangkan Menurut Milieu, yang dimaksud lingkungan ditinjau dari perspektif pendidikan Islam adalah sesuatu yang ada disekeliling tempat anak melakukan adaptasi, meliputi: Di dalam Al-Qur’an, terdapat kata-kata yang terkait dengan pendidikan, yakni: “ Rabba, ‘allama.وا حفض لهما جناح الذل من الرحمة و قل ربّ إرحمهما كما ربّيا نى صغيرا ( الإسراء : 24)“ . . . . . Sayangilah keduanya ( orang tuaku ) sebagaimana mereka telah mengasuhku ( mendidikku ) sejak kecil.”  ( Q.S. Al-Isra’ : 24 )[1]
1. Lingkungan alam, seperti udara, daratan, pegunungan, sungai, danau, lautan, dsb.
2. Lingkungan Sosial, seperti rumah tangga, sekolah,dan masyarakat[2]

Macam-macam Lingkungan Pendidikan lslam
a. Lingkungan pendidikan informal, yaitu berupa lingkungan keluarga.
·         Lingkungan Keluarga
                Pada dasarnya, manusia merupakan “homo educandum” artinya manusia itu pada  hakikatnya  merupakan makhluk yang harus dididik dan mendidik. Pendidikan informal ini merupakan-menurut sejarah-pendidikan yang paling luas jangkauannya. Manusia yang baru dilahirkan perlu memperoleh pendidikan dari orang tua mereka dengan tujuan untuk megembangkan potensi-potensi yang ada pada dirinya, sampai menjadi manusia yang dewasa baik jasmani maupun rohaninya.
                                                         يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
                     “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan                                                         dari siksa api neraka”. (Qs. Ar-Tahrim:6).
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, dengan demikian bentuk pertama dari merekalah  anak-anak mula-mula menerima pendidikan terdapat dalam lingkungan keluarga dan dalam lingkungan keluargalah yang akan berperan atau membekali mereka dengan pendidikan yang sepantasnya.Pada umumnya pendidikan dalam rumah tangga itu bukan berpangkal tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan kodrati suasana dan strukturnya memberikan  kemungkinan alami membangun situasi pendidikan.. Sejak seorang anak lahir, ibunyalah yang selalu ada di sampingnya. Cara ayah itu melakukan pekerjaanya sehari-hari berpengaruh pada cara pekerkjaan anaknya. Ayahnya merupakan penolong utama. Lebih-lebih bagi anak yang agak besar, baik laki-laki maupun perempuan, Bila ia mau mendekati dan dapat memahami hati anaknya.[3]

Pada dasarnya kenyataan-kenyataan yang di kemukakan di atas itu berlaku dalam kehidupan keluarga atau rumah tangga dengan yang bagaimanapun juga keadaanya. Hal ini menunjukkan cirri-ciri dari watak rasa tanggung jawab setiap orang tua atas kehidupan anak-anak mereka  untuk masa kini dan mendatang. Bahkan para orang tua umumnya merasa bertanggung jawab atas segalanya dari kelangsungan hidup anak-anak mereka.karena tidak di ragukan bahwab tangung jawab pendidikan secara mendasar terpikul kepada orang tua .apakah tanggung jawab pendidikan itu diakuinya secara sadar atau tidak, di terima sepenuh hatinya atau tidak, hal itu merupakan fitrah yang telah dikodratkan Allah SWT kepada setiap orang tua. Mereka tidak menggelakkan tanggung jawab itu karena telah merupakan amanah Allah SWT yang di bebankan kepada mereka.Keluarga yang ideal adalah keluarga yang mau memberikan dorongan yang kuat kepada anaknya untuk mendapatkan pendidikan agama. Adapun keluarga yang acuh dan tidak taat menjalankan agama, tidak akan memberikan dorongan kepada anaknya untuk mempelajari agama bahkan melarang anaknya mempelajari agama.
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ وَإِنَّمَا أَبَوَاهُ يُمَجِّسَانِهِ أَوْ يُهَـوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ.
Artinya: “Setiap anak dilahirkan atas dasar fitrah,maka sesungguhnya kedua orang tuanyalah yang menjadikan dia Majusi, Yahudi dan Nasrani”
Setelah memasuki masa kanak-kanak, lingkungannya sudah semakin luas. Selain dari ayah bundanya, keluarga-keluarga lain pun telah memegang peranan. Kasih sayang yang seperti yang diterima dari ibu-bapaknya, tidak akan diperoleh dari keluarga-keluarga yang lain[4]
     b. Lingkungan pendidikan formal, berupa sekolah atau madrasah.
·         Lingkungan Sekolah
Pendidikan di sekolah pada dasarnya merupakan proses pendidikan yang di organisasikan secara formal berdasarkan struktur hierarkis dan kronologis dari jenjang taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam keterampilan. Oleh karena itu dikirimkan anak ke sekolah. Seiring dengan perkembangan peradaban manusia, sekolah telah mencapai posisi yang sangat sentral dan belantara pendidikan keluarga[5]
Lingkungan sekolah diadakan sebagai kelanjutan dari lingkungan keluarga. Di lingkungan sekolah ini tugas pendidikan di serahkan kepada guru, mu’alim atau ulama. Di sekolah serang anak mendapatkan berbagai informasi tentang ilmu pengetahuan serta keterampilan yang diperlukan dalam kehidupannya. Islam sangat menenkankan agar setiap orang yang berilmu harus mengamalkan ilmunya.[6]
c. Lingkungan pendidikan non formal, berupa lingkungan masyarakat.
·         Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat ialah lingkungan ketiga dalam proses pembentukan kepribadian anak sesuai dengan keberadaanya.masyarakat berperan meningkatkan potensi seorang individu serta sebagai pelengkap dari pengetahuan yang didapatkan ketika berada di lingkungan formal.selain itu, Manusia dalam konsep al-Nas adalah mahluk sosial ( bomo socius).manusia tidak dapat hidup sendiri, dengan mengabaikan keterlibatannya  dengan kepentingan pergaulan antar sesamanya dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam hubungan manusia dengan masyarakat, terjadi interaksi aktif. Manusia dapat menginterfensi masyarakat lingkungannya,dan sebaliknya masyarakatpun dapat memberi pengaruh sebagai warganya. Oleh karena itu, dalam pandangan islam, masyarakat memiliki karakteristik tertentu.
Contoh : Majelis Ta’lim
Majlis Ta’lim adalah salah satu sarana pendidikan dalam islam. Majelis Ta’lim lebih kita kenal dengan istilah pengajian-pengajian. Umumnya berisi ceramah atau khotbah-khotbah keagamaan islam, juga sering digunakan sebagai wahana diskusi ilmiah, sosiologis, politik, hukum dan sebagainya[7]
Prinsip-prinsip ini harus dijadikan dasar pertimbangan dalam penyususunan sistem pendidikan Islam. Masyarakat merupakan lapangan pergaulan antar manusia. Pada kenyataanya masyarakat  ikut dinilai pengaruh terhadap aspek berbagai kehidupan dan prilaku manusia yang menjadi anggota masyarakat tersebut. Atas dasar pertimbangan ini, maka pemikiran tentang masyarakat mengacu pada penilaian bahwa:
·          Masyarakat yang terbentuk dalam keragaman adalah sebagai ketentuan dari Allah, agar dalam kehidupan terjadi dinamika sosial, dalam bentuk interaksi antar sesama manusia  yang menjadi warganya.
·         Setiap masyarakat memiliki identitas sendiri yang secara prinsip berbeda satu sama lain.
·          Masyarakat merupakan lingkungan yang dapat memberi pengaruh pada pengembangaan potensi individu.
Para tokoh masyarakat tidak hanya bertanggung jawab terhadap perbuatan dirinya sebagaimana anggota masyarakat lainnya, tetapi bertanggung jawab terhadap orang-orang yang berada dibawah pemerintah, pengawasan dan tanggung jawabnya secara formal maupun secara informal.Adanya tempat ibadah baik berupa masjid atau surau merupakan sarana efektif dalam pelaksanaan pendidikan islami di masyarakat. Adanya tempat ibadah tersebut menimbulkan adanya ikatan kekeluargaan di dalam lingkungan masyarakatnya dan akan dapat memudahkan kontrol sosial terhadap anggota masyarakatnya. Manfaat ini lebih terasa sekali bagi masyarakat kota, yang cenderum mengarah kepada individualisme.satu sama lain tidak saling mengenal, akibatnya kontrol sosial pun tidak berjalan. [8]Apabila kaum muslim biasa meluangkan waktu untuk shalat berjamaah di masjid atau surau linkungannya, minimal pada waktu mangrib dan isya atau subuh, insya Allah individualisme yang mulai melanda masyarakat kita, akan bisa dihindari. Jika ditinjau dari segi manfaatnya, pendidikan non formal berperan dalam:
1.      Peningkatan pendidikan informal,  artinya potensi-potensi yang ada dalam setiap individu tidak hanya sekedar ‘hiasan’ untuk dirinya pribadi, tetapi harus dapat bermanfaat terhadap lingkungan masyarakatnya.
2.      Kelengkapan pendidikan formal,  Pendidikan non formal sebagai pelengkap, artinya adalah  jika ada hal yang tidak dapat terpenuhi hanya dengan pendidikan formal maka dapat dilaksanakan pada lembaga non formal. Sebagai contoh pada masa sekarang ini terdapat pendidikan berbasis masyarakat yang memberikan pengetahuan dan keterampilan yang belum tentu disampaikan di lembaga pendidikan formal, dan biasanya berbentuk lembaga kursus.
Kemudian, ketiga lingkungan pendidikan tersebut harus saling bekerja sama secara harmonis sehingga terbentuklah pendidikan terpadu yang diikat dengan ajaran Islam.Dari ketiga macam uraian  lingkungan  pendidikan Islam diatas, maka    pengaruh     lingkungan  pendidikan  Islam dapat dibedakan menjadi tiga macam:
1.      Pengaruh lingkungan positif, yaitu lingkungan yang memberikan dorongan atau motivasi dan rangsangan kepada anak untuk menerima, memahami, meyakini serta mengamalkan ajaran Islam. Seperti  lingkungan sekolah yang positif terhadap pendidikan Islam adalah lingkungan sekolah yang memberikan motifasi dan fasilitas untuk berlangsungnya pendidikan agama ini. Misalnya dengan sarana dan prasarana yang memadai, seperti tempat wudlu, mushola, buku bacaan keislaman dan lainya. Lingkungan sekolah demikian inilah yang mampu membina anak beribadah, berpandangan luas dan nalar kreatif
2.      Pengaruh lingkungan negatif, adalah lingkungan yang menghalangi anak untuk menerima, memahami, meyakini dan mengamalkan ajaran Islam. Seperti, Lingkungan sekolah yang negatif terhadap pendidikan agama yaitu lingkungan sekolah yang berusaha untuk meniadakan kepercayaan agama di kalangan anak didiknya
3.       Lingkungan netral, adalah lingkungan yang tidak memberikan dorongan untuk  meyakini atau mengamalkan agama, dan juga tidak melarang anak-anak untuk meyakini dan mengamalkan ajaran Islam Seperti lingkungan sekolah yang netral dan kurang menumbuhkan jiwa anak untuk gemar beramal, justru menjadikan anak jumud, picik dan berwawasan sempit sehingga menghambat pertumbuhan anak.[9]
C. Hubungan Timbal Balik Antara Keluarga, Sekolah dan Masyarakatdalam lingkungan
Setelah kita lihat ketiga macam tanggung jawab dan pembinaan pendidikan yang dilakukan oleh keluarga, sekolah dan masyarakat, nampaknya adanya kesamaan rasa tanggung jawab yang dipikul oleh ketiga macam lingkungan ini. Mereka secara tidak langsung telah mengadakan kerjasama yang erat didalam praktek pendidikan.
Kerjasama yang erat itu tampak pada hal-hal berikut. Orang tau anak meletakan dasar-dasar pendidikan dirumah tangga, terutama dalam segi pembentukan kepribadian, nilai-nilai luhur moral dan agam sejak kelahiranya. Kemudian dilanjutkan dan dikembangkan dengan berbagai materi pendidikan berupa ilmu dan ketrampilan yang dilakukan oleh sekolah. Orang tua menilai dan mengawasi hasil didikan sekolah dalam kehidupan sehari-hari. Demikian pendidikan di masyarakat ikut pula mengontrol, menyalurkan, membina serta meningkatkanya. Hal ini berlangsung sedemikian rupa karena masyarakat adalah lingkungan pemakai (the user) dari produk pendidikan yang diberikan oleh keluarga dan sekolah .
Dari ulasan diatas dapat dianalisis bahwa proses pendidikan yang dilakukan oleh ketiga lingkungan ini dapat dikemukakan sebagai berikut. Secara mental spiritual dasar-dasar pendidikan diletakan oleh keluarga dan secara akademik konseptual dikembangkan oleh sekolah, sehingga perkembangan semakin terarah. Kemudian  hasil dari pendidikan kedua ini digunakan oleh masyarakat sebagai pemakai. Di sini dapat dilihat betapa eratnya kerjasama yang terpadu dari ketiga macam lingkngan pendidikan untuk membawa anak kepada tujuan bersama, yaitu membentuk anak menjadi anggota masyarakat yang baik dalam beragama, berbangsa dan bernegara. [10]

Berdasarkan para ahli :

Pengertian lingkungan menurut Sartain ( ahli pisikolog Amerika ) yang dimaksud dengan lingkungan yaitu meliputi kondisi dan alam dunia yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan perkembangan atau life processes.[11]
Adapun pendapat dari Pengertian lingkungan menurut Zakiah Darajat mencakup iklim dan geografis, tempat tinggal adat istiadat, pengetahuan pendidikan dan alam. dengan kata lain lingkungan ialah segala sesuatu yang tampak dan terdapat dalam alam kehidupan yang senantiasa berkembang, ia adalah seluruh yang ada, baik manusia maupun benda buatan manusia atau alam yang bergerak,  kejadian-kejadian atau hal-hal yang mempunyai hubungan dengan seseorang.[12]
 Kemudian Menurut Abuddin Nata bahwa Lingkungan pendidikan islam adalah suatu institusi atau lembaga dimana pendidikan itu berlansung yang terdapat didalamnya ciri-ciri keislaman yang memungkinkan terselenggaranya pendidikan islam dengan baik[13]
Menurut Milieu, yang dimaksud lingkungan ditinjau dari perspektif pendidikan Islam adalah sesuatu yang ada disekeliling tempat anak melakukan adaptasi, meliputi:
1.      Lingkungan alam, seperti udara, daratan, pegunungan, sungai, danau, lautan, dsb.
2.      Lingkungan Sosial, seperti rumah tangga, sekolah,dan masyarakat.
Kihajar Dewantara mengartikan lingkungan dengan makna yang lebih simple dan spesifik. Ia mangatakan  bahwa apa yang dimaksud dengan lingkungan pendidikan berada dalam 3 pusat lembaga pendidikan yaitu:
 1.      Lingkungan keluarga
·         Lingkungan Sekolah
·         Lingkungan Organisasi pemuda atau kemasyarakatan. [14]

Selanjutnya pendapat saya tentang lingkungan dalam pendidikan islam adalah segala sesuatu yang ada di sekitar kita yang menyangkut tentang kehidupan sehari hari yang mana lingkungan itu sangat berpengaruh terhadap pendidikan islam yang mana apabila lingkungan sekitar baik pasti berpengaruh baik, sebaliknya apabila pengaruh lingkungan buruk pasti akan buruk juga. Dalam segi apapun maupun segi lingkungan terhadap pendidikan islam .

·                     St. Munajat Danusaputra : menjelaskan bahwa Lingkungan adalah “semua benda dan kondisi termasuk di dalamnya manusia dan aktivitasnya, yang terdapat dalam ruang di mana manusia berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan manusia dan jasad hidup lainnya”.
·                     Emil Salim  menjelaskan yang dimaksud Lingkungan hidup adalah “segala benda, kondisi, keadaan dan pengaruh yang terdapat dalam ruangan yang kita tempati dan mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan manusia”.
·                     Otto Soemarwoto (seorang ahli ilmu lingkungan) mengemukakan bahwa dalam bahasa Inggris istilah lingkungan adalah environment. Selanjutnya dikatakan, lingkungan atau lingkungan hidup merupakan segala sesuatu yang ada pada setiap makhluk hidup atau organisme dan berpengaruh pada kehidupannya. Contoh, pada hewan seperti kucing, segala sesuatu di sekeliling kucing dan berpengaruh pada keberlangsungan hidup kucing tersebut maka itulah lingkungan hidupnya. Demikian pula pada suatu jenis tumbuhan tertentu, misalnya pohon mangga atau padi di sawah, segala sesuatu yang mempengaruhi pertumbuhan atau kehidupan tanaman tersebut itulah ling kungan hidupnya.[15]
·                     Drs. Ahmad D. Marimba : Pendidikan islam adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.[16]
·                     .Musthafa Al-Ghulayaini: Pendidikan Islam ialah menanamkan akhlak yang mulia di dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya dan menyiraminya dengan air petunjuk dan nasihat, sehingga akhlak itu menjadi salah satu kemampuan (meresap dalam) jiwanyakemudian buahnya berwujud keutamaan, kebaikan dan cinta bekerja untuk kemanfaatan tanah air



 pengaruh lingkungan dalam pendidikan islam
Lingkungan mempunyai pengaruh sangat besar dalam membentuk dan menentukan perubahan sikap dan perilaku seseorang, terutama pada generasi muda dan anak-anak. Bukankah kisah pembunuh 99 nyawa manusia yang akhirnya lengkap membunuh 100 nyawa itu berawal dari pengaruh buruknya lingkungan? Sehingga, nasihat salah seorang ulama supaya pembunuh tersebut mampu bertaubat dengan tulus dan terlepas dari jeratan kelamnya dosa, ialah agar ia meninggalkan lingkungan tempatnya bermukim dan pindah ke suatu tempat yang dihuni orang-orang baik yang selalu beribadah kepada Allah. [17]
Anak merupakan anugerah, karunia dan nikmat Allah yang terbesar yang harus dipelihara, sehingga tidak terkontaminasi dengan lingkungan. Oleh karena itu, sebagai orang tua, maka wajib untuk membimbing dan mendidik sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya, dan menjauhkan anak-anak dari pengaruh buruk lingkungan dan pergaulan. Wajib mencarikan lingkungan yang bagus dan teman-teman yang istiqamah.
Keluarga adalah lingkungan pertama dan mempunyai peranan penting dan pengaruh yang besar dalam pendidikan anak. Karena keluarga merupakan tempat pertama kali bagi tumbuh kembangnya anak, baik jasmani maupun rohani. Keluarga sangat berpengaruh dalam membentuk aqidah, mental, spiritual dan kepribadian, serta pola pikir anak. Yang kita tanamkan pada masa-masa tersebut akan terus membekas pada jiwa anak dan tidak mudah hilang atau berubah sesudahnya.
Adapun bagi seorang pendidik, ia harus menjauhkan anak didiknya dari hal-hal yang membawa kepada kebinasaan dan ketergelinciran, serta mengangkat derajat mereka dari








PENGARUH KESHALIHAN ORANG TUA
            Keshalihan kedua orang tua memberi pengaruh kepada anak-anaknya. Bukti pengaruh ini bisa dilihat dari kisah Nabi Khidhir yang menegakkan tembok dengan suka rela tanpa meminta upah, sehingga Musaq menanyakan alasan mengapa ia tidak mau mengambil upah. Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman memberitakan perkataan Nabi Khidhir, yang artinya:
            Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang shalih, maka Rabbmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaan dan mengeluarkan simpanannya itu sebagai rahmat dari Rabbmu dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya. (Qs. al-Kahfi/18:82).
Dalam menafsirkan firman Allah ‘Azza Wa Jalla “dan kedua orang tuanya adalah orang shalih,” Ibnu Katsir berkata: “Ayat di atas menjadi dalil bahwa keshalihan seseorang berpengaruh kepada anak cucunya di dunia dan akhirat, berkat ketaatan dan syafaatnya kepada mereka, maka mereka terangkat derajatnya di surga agar kedua orang tuanya senang dan berbahagia sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-Qur`ân dan as-Sunnah”.[18] Allah telah memerintahkan kepada kedua orang tua yang khawatir terhadap masa depan anak-anaknya agar selalu bertakwa, beramal shalih, beramar ma’ruf nahi mungkar dan berbagai macam amal ketaatan lainnya, sehingga dengan amalan-amalan itu Allah akan menjaga anak cucunya.
Dari Said bin Jubair dari Ibnu ‘Abbas Radhiallahu’anhu, berkata: “Allah ‘Azza Wa Jalla mengangkat derajat anak cucu seorang mukmin setara dengannya, meskipun amal perbuatan anak cucunya di bawahnya, agar kedua orang tuanya tenang dan bahagia. Kemudian beliau membaca firman Allah, (yang artinya):
‘Dan orang-orang yang beriman dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan. Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya’.” (Qs. ath-Thûr/52:21).[19]



Syaikh Shiddiq Hasan Khân Rahimahullah berkata: “Sesungguhnya Allah mengangkat derajat anak cucu seorang mukmin, meskipun amalan mereka di bawahnya, agar orang tuanya tenang dan bahagia, dengan syarat mereka dalam keadaan beriman dan telah berumur baligh bukan masih kecil. Meskipun anak-anak yang belum baligh tetap dipertemukan dengan orang tua mereka”.
Cara yang paling tepat untuk meluruskan anak-anak harus dimulai dengan melakukan perubahan sikap dan perilaku dari kedua orang tua. Begitu pula dengan merubah sikap dan perilaku kita kepada kedua orang tua kita, yaitu dengan berbuat baik dan taat kepadanya, serta menjauhi sikap durhaka kepadanya. Kita harus menanamkan komitmen dan berpegang teguh terhadap syariat Allah pada diri kita dan anak-anak. Barang siapa yang belum sayang kepada diri sendiri dengan berbuat baik kepada kedua orang tua, maka hendaklah segera bersikap sayang kepada anak-anaknya, yaitu dengan berbuat baik kepada orang tuanya agar nantinya anak cucunya berbuat baik kepadanya, sehingga mereka selamat dari dosa durhaka kepada kedua orang tua dan murka Allah. Karena anak-anak saat ini adalah orang tua di masa yang akan datang dan suatu ketika ia akan merasakan hal yang sama ketika menginjak masa tua.[20]
MENCERMATI PENGARUH LINGKUNGAN
            Lingkungan mempunyai pengaruh sangat besar dalam membentuk dan menentukan perubahan sikap dan perilaku seseorang, terutama pada generasi muda dan anak-anak. Bukankah kisah pembunuh 99 nyawa manusia yang akhirnya lengkap membunuh 100 nyawa itu berawal dari pengaruh buruknya lingkungan? Sehingga, nasihat salah seorang ulama supaya pembunuh tersebut mampu bertaubat dengan tulus dan terlepas dari jeratan kelamnya dosa, ialah agar ia meninggalkan lingkungan tempatnya bermukim dan pindah ke suatu tempat yang dihuni orang-orang baik yang selalu beribadah kepada Allah.5
Anak merupakan anugerah, karunia dan nikmat Allah yang terbesar yang harus dipelihara, sehingga tidak terkontaminasi dengan lingkungan. Oleh karena itu, sebagai orang tua, maka wajib untuk membimbing dan mendidik sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya, dan menjauhkan anak-anak dari pengaruh buruk lingkungan dan pergaulan. Wajib mencarikan lingkungan yang bagus dan teman-teman yang istiqâmah. Keluarga adalah lingkungan pertama dan mempunyai peranan penting dan pengaruh yang besar dalam pendidikan anak. Karena keluarga merupakan tempat pertama kali bagi tumbuh kembangnya anak, baik jasmani maupun rohani. Keluarga sangat berpengaruh dalam membentuk aqidah, mental, spiritual dan kepribadian, serta pola pikir anak.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDIDIKAN ANAK
A. Rumah.
Rumah adalah tempat pendidikan pertama kali bagi seorang anak dan merupakan tempat yang paling berpengaruh terhadap pola hidup seorang anak. Anak yang hidup di tengah keluarga yang harmonis, yang selalu melakukan ketaatan kepada Allah ‘Azza Wa Jalla, sunah-sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wa Sallam ditegakkan dan terjaga dari kemungkaran, maka ia akan tumbuh menjadi anak yang taat dan pemberani. Oleh karena itu, setiap orang tua muslim harus memperhatikan kondisi rumahnya. Ciptakan suasana yang Islami, tegakkan sunnah, dan hindarkan dari kemungkaran. Mohonlah pertolongan kepada Allah agar anak-anak kita menjadi anak-anak yang bertauhid, berakhlak dan beramal sesuai dengan sunnah Rasulullah serta mengikuti jejak para salafush-shalih. Nabi Shallallahu’alaihi Wa Sallam bersabda:
Janganlah engkau jadikan rumahmu seperti kuburan; sesungguhnya setan akan lari dari rumah yang dibacakan di dalamnya surat al-Baqarah.[21] Dalam hadits ini, terdapat anjuran untuk memperbaiki rumah supaya tidak seperti kuburan dan menjadi sarang setan, sehingga anak-anak yang tumbuh di dalamnya jauh dari Islam, bahkan kemungkaran setiap saat terjadi di rumahnya dan percekcokan orang tuanya mewarnai hidupnya, maka tidak disangsikan anak akan tumbuh menjadi anak yang keras dan kasar.
B. Sekolah.
Sekolah merupakan lingkungan baru bagi anak. Tempat bertemunya ratusan anak dari berbagai kalangan dan latar belakang yang berbeda, baik status sosial maupun agamanya. Di sekolah inilah anak akan terwarnai oleh berbagai corak pendidikan, kepribadian dan kebiasaan, yang dibawa masing-masing anak dari lingkungan dan kondisi rumah tangga yang berbeda-beda.
Begitu juga para pengajar berasal dari berbagai latar belakang pemikiran dan budaya serta kepribadian. Bagaimanakah keadaan mereka? Seorang pengajar merupakan figur dan tokoh yang menjadi panutan anak-anak dalam mengambil semua nilai dan pemikiran tanpa memilah antara yang baik dengan yang buruk. Karena anak-anak memandang, guru adalah sosok yang disanjung, didengar dan ditiru. Sehingga pengaruh guru sangat besar terhadap kepribadian dan pemikiran anak. Oleh sebab itu, seorang pengajar harus membekali diri dengan ilmu dîn (agama) yang Shahîh sesuai dengan pemahaman Salafush-Shalih dan akhlak yang mulia, serta rasa sayang kepada anak didik. Dan tidak kalah penting, dalam membentuk kepribadian anak di sekolah, adalah kurikulum pendidikan. Apakah kurikulum tersebut berasal dari manhaj Islam, sehingga dapat mendukung untuk menegakkan ajaran
C. Media Elektronik dan Cetak.
Kedua media ini sangat berpengaruh terhadap pendidikan, tingkah laku dan kepribadian anak. Kalau orang tua tidak berhatihati dan waspada terhadap kedua media ini. Tidak jarang anak-anak akan tumbuh sebagai mana yang ia peroleh dari kedua media ini.
1. Radio dan Televisi
Dunia telah terbuka lebar bagi kita, dan dunia pun sudah berada di hadapan kita, bahkan di depan mata kita melalui beragam channel TV. Sarana-sarana informasi, baik melalui beragam radio dan televisi memiliki pengaruh yang sangat berbahaya dalam merusak pendidikan anak.
Dari sisi lain, radio dan televisi sebagai sumber berita, wahana penebar wacana baru, menimba ilmu pengetahuan dan menanamkan pola pikir pada anak. Namun kedua media itu juga menjadi sarana efektif dan senjata pemusnah massal para musuh Is-lam untuk menghancurkan nilai-nilai dasar Islam dan kepribadian islami pada generasi muda, karena para musuh selalu membuat rencana dan strategi untuk menghancurkan para pemuda Islam, baik secara sembunyi maupun terang-terangan.
Dalam buku Protokolat, para pemuka Yahudi menyatakan, bila orang Yahudi hendak memiliki negara Yahudi Raya, maka mereka harus mampu merusak generasi muda. Oleh karena itu, mereka sangat bersungguh-sungguh dalam menjerat generasi muda, terutama anak-anak. Mereka berhasil menebarkan racun kepada generasi muda dan anak-anak melalui tayangan film-film horor atau mistik yang mengandung unsur kekufuran dan kesyirikan. Tujuannya, ialah untuk menanamkan keyakinan dan pemikiran yang rusak pada para pemuda dan anak-anak. Misalnya, seperti film-film yang berjudul atau bertema Manusia Raksasa, Satria Baja Hitam, Xena, Spiderman. Atau seperti halnya film-film Nusantara yang kental dengan nilai-nilai yang merusak moral dan lain-lain. Atau film dunia hewan, seperti Ninja Hatori dan Pokemon. Atau film peperangan antara makhluk luar angkasa dengan penduduk bumi, atau manusia planet yang menampilkan orang-orang telanjang yang tidak menutup aurat dan mengajak anak-anak untuk hidup penuh romantis atau berduaan antara wanita dan laki-laki yang bukan mahram, atau melegalisasi perbuatan zina sehingga mereka melakukan zina dengan mudah, gampang dan bukan suatu aib, serta tidak perlu dihukum; bahkan dalam pandangan mereka orang yang mampu merebut wanita dari tangan orang lain dianggapnya sebagai pahlawan. Lebih parah lagi, film-film sejenis itu banyak ditayangkan dan cukup banyak diminati oleh kalangan muda dan orang dewasa.
Acara televisi seperti itu sangat berbahaya. Ia dapat menghancurkan kepribadian dan akhlak anak, serta merobohkan sendi-sendi aqidah yang telah tertanam kokoh, sehingga para pemuda menjadi generasi yang labil dan lemah, tidak memiliki kepribadian.
Ada seorang dokter yang kini aktif di salah satu yayasan. Di salah satu stasiun televisi, dia bercerita bahwa dirinya mulai mencoba merokok sejak kelas 4 SD, kemudian minum minuman keras, menghisap ganja, dan itu terus berlangsung hingga saat kuliah di kedokteran dengan kadar semakin besar. Yang menarik disini, ternyata yang menjadi motivasi sang dokter ini melakukan hal itu, karena ia ingin meniru gaya yang ditampilkan di dalam film koboi, bahwa seorang tokoh koboi kelihatan gagah berani dengan menenggak minuman keras. Sang dokter juga mengatakan, selama melakukan hal itu tidak ada yang memberi pengajaran atau pun mengingatkannya. Oleh karena itu, orang tua harus berhati-hati dan waspada terhadap bahaya televisi.
2. Internet.
Dari hari ke hari, semakin nampak jurang pemisah antara peradaban Barat dan fitrah manusia. Setiap orang yang menggunakan hati kecil dan pendengarannya dengan baik, pasti ia akan menyaksikan, betapa budaya Barat telah merobek dan mencabik-cabik nilai kemanusiaan, seperti dalam hal internet. Media ini telah menyumbangkan dampak negatif, sebab bahaya yang timbul dari internet lebih banyak daripada manfaatnya. Bahkan media ini sudah mengenyampingkan nilai kemuliaan dan kesucian dalam kamus kehidupan manusia. Misalnya, ada suatu situs khusus yang menampilkan berbagai gambar porno, sehingga dapat menjerat setiap muda mudi dengan berbagai macam perbuatan keji dan kotor. Akibat yang ditimbulkan ialah kehancuran. Inilah perang pemikiran yang paling dahsyat dan berbahaya yang dicanangkan Yahudi untuk menghancurkan nilai Islam dan generasi muslim. Banyak negara-negara Eropa dan Arab merasa sangat terganggu dan mengalami berbagai kenyataan pahit akibat kehadiran media internet ini. Wahai para pendidik, jagalah anak-anakmu dari bahaya racun media tersebut!
3. Telepon.
Manfaat telepon pada zaman sekarang ini tidak diragukan lagi, dan bahkan telepon telah mampu menjadikan waktu semakin efektif, informasi semakin cepat dan berbagai macam usaha ataupun pekerjaan mampu diselesaikan dalam waktu sangat singkat. Dalam beberapa detik saja, anda mampu menjangkau seluruh belahan dunia. Namun sangat disayangkan, ternyata kenikmatan tersebut berubah menjadi petaka dan bencana yang menghancurkan sebagian rumah tangga umat Islam.
Telepon, jika tidak digunakan sesuai dengan manfaatnya, maka tidak jarang justru akan menimbulkan bencana yang besar bagi keluarga muslim. Seringkali kejahatan menimpa keluarga muslim berawal dari telepon, baik berupa penipuan, pembunuhan, maupun perzinaan. Dan yang sering terjadi, baik pada remaja maupun orang dewasa, yaitu hubungan yang diharamkan bermula dari telepon. Karena dengan telepon, kapan saja hubungan bisa terjalin dengan mudah; apalagi sekarang, alat ini semakin canggih dan biayapun semakin murah.
Ada sebuah kisah nyata, seorang gadis belia menyerahkan kehormatannya kepada seorang laki-laki yang haram untuknya karena telepon. Awalnya, dari saling berbicara kemudian mengikat janji untuk bertemu, dan akhirnya perbuatan keji terjadi. Akhirnya, siapakah yang nanggung derita? Banyak juga terjadi, seorang ibu rumah tangga atau kepala rumah tangga berselingkuh berawal dari telepon, wa iyyadzubillah.
Oleh karena itu, kita harus waspada terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh pesawat ini. Gunakan telepon dengan semestinya. Hindari penggunaan yang tidak penting, disamping menghemat biaya juga terhindar dari bahaya. Dan yang perlu diwaspadai, telepon dengan lawan jenis, baik seorang murid dengan gurunya, atau seorang thalabul ‘ilmi dengan ustadz, apalagi di antara para remaja putra maupun putri; karena setan tidak akan membiarkan kalian selamat dari jeratannya. Allahu musta’an.
4. Majalah dan Cerpen Anak
Majalah dan buku-buku cerita sangat berperan penting dalam membentuk pola pikir dan ideologi anak. Sementara itu, majalah anak yang beredar di negeri kita, baik majalah anakanak maupun majalah remaja, isinya sangat jauh dari nilai-nilai Islam. Yang banyak ditonjolkan adalah syahwat dan hidup konsumtif. Ironisnya, media ini banyak dijadikan sebagai rujukan oleh anak-anak dan para remaja kita. Pengaruh majalah tersebut sangat besar dalam mempengaruhi generasi muda, sehingga banyak kita temui gaya hidup dan pola pikir mereka meniru dengan yang mereka dapatkan dari majalah yang kebanyakan pijakannya diambil dari budaya orang-orang kafir.
Padahal Al-Qur‘an yang mulia, banyak memuat cerita-cerita, seperti kisah tentang sapi Bani Israil, kisah tentang Ashabul-Kahfi dan pemilik kebun dalam surat al-Kahfi, kisah pertarungan antara kekuatan hak dengan batil, dan kisah-kisah umat-umat zaman dahulu yang diberi sanksi Allah akibat pelanggaran mereka terhadap perintah-Nya, serta seluruh kisah-kisah para nabi dan rasul. Disamping itu, masih banyak kisah-kisah yang benar dari as- Sunnah untuk menanamkan keteladanan para sahabat dan umat sebelumnya.
Oleh sebab itu, majalah dan buku-buku cerita memiliki peran yang sangat urgen, memiliki pengaruh sangat signifikan dalam membentuk pola pikir dan tingkah laku serta pendidikan anak. Anak-anak sangat gemar dan tertarik dengan berbagai kisah, karena kisah mengandung daya tarik, hiburan, lelucon, kepahlawanan, amanah, dan kesatriaan.
5. Komik dan Novel.
Komik banyak digandrungi oleh anakanak kecil atau remaja, bahkan orang dewasa. Namun bacaan ini, sekarang banyak memuat gambar-gambar yang tidak sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan anak. Begitu pula novel, rata-rata berisi percintaan, dongeng palsu, cerita legendaris, penuh dengan muatan syirik dan kekufuran, serta cerita romantika picisan.


D. Teman dan Sahabat.
Teman memiliki peran dan pengaruh besar dalam pendidikan, sebab teman mampu membentuk prinsip dan pemahaman yang tidak bisa dilakukan kedua orang tua. Oleh sebab itu, Al-Qur‘ân dan as-Sunnah sangat menaruh perhatian dalam masalah persahabatan.
Allah berfirman, yang artinya:
Dan bersabarlah kamu bersama-sama orang-orang yang menyeru Rabbnya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya. (Qs. al-Kahfi/18:28).
Allah berfirman memberitakan penyesalan orang kafir pada hari Kiamat, yang artinya: Kecelakaan besarlah bagiku, kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Qur‘an ketika Al-Qur‘an itu telah datang kepadaku. Dan adalah setan itu tidak mau menolong manusia. (Qs. al-Furqân/25:28-29).
Dari Abu Hurairah Radhiallahu’anhu, bahwasanya Nabi Shallallahu’alaihi Wa Sallam bersabda:
Seseorang tergantung agama temannya, maka hendaklah seorang di antara kalian melihat teman bergaulnya.[22]
Dari Abu Musa al-Asy’ari, ia bersabda:
Sesungguhnya, perumpamaan teman baik dengan teman buruk, seperti penjual minyak wangi dan pandai besi; adapun penjual minyak, maka kamu kemungkinan dia memberimu hadiah atau engkau membeli darinya atau mendapatkan aromanya; dan adapun pandai besi, maka boleh jadi ia akan membakar pakaianmu atau engkau menemukan bau anyir.[23]
Sahabat memberi pengaruh dan mewarnai perilaku temannya, seperti kata Imam Syafi’i dalam syairnya:
Saya mencintai orang-orang shalih walaupun aku tidak seperti mereka. 
Semoga dengan mencintai mereka aku mendapatkan syafaat-Nya. Aku membenci seseorang karena kemaksiatannya, meskipun kami dalam hal perbelakan hampir sama.[24]
Wahai para pendidik, pilihkan untuk anakanakmu teman yang baik sebagaimana engkau memilihkan untuk mereka makanan dan pakaian yang terbaik.
E. Jalanan.
Jalanan tempat bermain dan lalu lalang anakanak terdapat banyak manusia dengan berbagai macam perangai, pemikiran, latar belakang sosial dan pendidikan. Dengan beragam latar belakang, mereka sangat membahayakan proses pendidikan anak, karena anak belum memiliki filter untuk menyaring mana yang baik dan mana yang buruk.
Di sela-sela bermain, anak akan mengambil dan meniru perangai serta tingkah laku temannya atau orang yang sedang lewat; sehingga terkadang mampu merubah pemikiran lurus menjadi rusak, apalagi mereka mempunyai kebiasaan rusak, misalnya perokok, pemabuk dan pecandu narkoba; maka mereka lebih cepat menebarkan kerusakan di tengah pergaulan anak-anak dan remaja.
F. Pembantu dan Tetangga.
Para pembantu memiliki peran cukup signifikan dalam pendidikan anak, karena pembantu mempunyai waktu yang relatif lama tinggal bersama anak, terutama pada usia balita. Sedangkan pada fase tersebut, anak sangat sensitif dari berbagai macam pengaruh. Pada masa usia itu merupakan masa awal pembentukan pemikiran dan aqidah, serta emosional. Begitu juga tetangga, mereka bisa membawa pengaruh, karena anak-anak kita kadang harus bermain ke rumahnya.
Waspadalah, wahai kaum muslimin! Jagalah anak-anak kalian dari semua pengaruh yang bisa merusak pendidikkan anak-anak kalian. Bekali mereka dengan aqidah yang shahih dan akhlak mulia. Ajarkan kepada mereka sirah Nabi Shallallahu’alaihi Wa Sallam dan perjalanan hidup para ulama. Tanamkan pula kesabaran dalam menunaikan segala kewajiban yang diperintahkan Allah, dan kesabaran dalam meninggalkan apa yang dilarang Allah. Jangan biarkan anak-anak kita terpengaruh oleh tingkah laku dan perangai orang-orang yang rusak dan jahat; yang dengan sengaja membuat strategi dan tipu daya untuk menghancurkan generasi umat Islam.









menurut pendapat para ahli
·         Menurut Sartain (ahli psikologi Amerika), yang dimaksud lingkungan meliputi kondisi dan alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processes. Meskipun lingkungan tidak bertanggung jawab terhadap kedewasaan anak didik, namun merupakan faktor yang sangat menentukan yaitu pengaruhnya yang sangat besar terhadap anak didik, sebab bagaimanapun anak tinggal dalam satu lingkungan yang disadari atau tidak, pasti akan mempengaruhi anak. Pada dasarnya lingkungan mencakup lingkungan fisik, lingkungan budaya, dan lingkungan sosial.
·         Menurut Ki Hajar Dewantara lingkungan tersebut meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolahan, lingkungan masyarakat, yang disebut tripusat pendidikan atau lingkungan pendidikan. Menurut Ki Hajar Dewantoro mengemukakan sistem Tri Centra dengan menyatakan : “Didalam hidupnya anak- anak ada tiga tempat pergaulan yang menjadi pusat pendidikan yang amat penting baginya yaitu alam keluarga, alam perguruan dan alam pergerakan pemuda[25]
·         Menurut Dr. M.J Langeveld mengemukakan tiga macam lembaga pendidikan yaitu:
a.Keluarga
b.Negara
c. Gereja.
·         Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah Saw. Bersabda: ”Tidak ada dari seorang anak (Adam) melinkan dilahirkan atas fitrah (islam), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya beragama Yahudi atau beragama Nasrani atau beragama Majusi. Bagaikan seekor binatang yang melahirkan seekor anak. Bagaimana pendapatmu, apakah didapati kekurangan? Kemudian Abu Hurairah membaca firman Allah (Q.S. ar-Rum: 30). (Tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah (agama Allah). (HR. Muttafaq ‘Alaih).

Jenis-jenis lingkungan pendidikan:
Lingkungan alam : adalah segala sesuatu yang ada di dunia ini yang berada di luar diri anak yang bukan manusia, seperti tumbuh-tumbuhan, iklim, air, gedung, dan rumah.
Lingkungan sosial : adalah semua manusia yang berada di luar diri seseorang yang dapat mempengaruhi diri orang tersebut. Teman sekolah, teman sejawat, atau orang sekitar tempat tinggal merupakan lingkungan sosial yang bersifat langsung. Sedangkan program-program televisi, radio, surat kabar atau media cetak lainnya termasuk lingkungan sosial tidak langsung.
Menurut tempat pelaksanaan pendidikan, dapat dibedakan atas: keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Sedangkan menurut Langeveld adalah keluarga, sekolah, dan negara.
Dan menurut Ki Hajar Dewantara adalah : keluarga, sekolah, dan perkumpulan pemuda (dikenal dengan sebutan Tri Centra atau Tri Pusat Pendidikan).
Keluarga sebagai lembaga pendidikan mempunyai fungsi sebagai: pendidik pertama, pendidik utama, dan informal.[26]
Fungsi sekolah:
– sebagai pusat, lembaga, lingkungan pendidikan, wiyata mandala yang berfungsi untuk menyelenggarakan proses belajar mengajar yang dilaksanakan secara terencana, tertib dan teratur.
– sekolah berfungsi sosialisasi; adalah suatu proses dimana kita mempelajari cara-cara hidup bermasyarakat.
– sebagai konservatori dan transmisi nilai-nilai budaya.
– sebagai miniatur masyarakat, artinya sekolah hendaknya menggambarkan kehidupan dari masyarakat.
– sebagai masyarakat yang ideal, artinya bahwa dalam masyarakat terdapat berbagai corak kehidupan yaitu mempunyai nilai baik dan buruk.[27]
Aliran Klasik dalam pendidikan:
– Empirisme (John Lock 1622-1700 Inggris); bahwa perkembangan pribadi anak ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan.
– Nativisme (Arthur Schopenhauer 1788-1860 Yunani); bahwa hasil akhir pendidikan dan perkembangan ditentukan oleh pembawaan yang diperolehnya sejak lahir.
– Naturalisme (J.J. Rouseau 1712-1778 Perancis); bahwa pendidik hanya wajib membiarkan pertumbuhan anak didik dengan sendirinya, serahkan saja pada alam.
– Konvergensi (William Stern 1871-1939 Jerman); bahwa hasil pendidikan itu tergantung dari pembawaan dan lingkungan seakan-akan dua garis yang menuju ke satu titik pertemuan.
Aliran Baru dalam pendidikan:
 pengajaran alam sekitar
Konsespi: manusia hidup dalam lingkungan tertentu dan terikat pada lingkungannya serta tidak dapat dilepaskan dari lingkungannya.
Langkah-langkah pokok: menetapkan tujuan, mengadakan persiapan, melakukan pengamatan, dan mengolah apa yang diamati.
 pengajaran pusat perhatian
Konsepsi: didasarkan pada pengajaran alam sekitar yang obyek-obyek pengamatannya dititik beratkan pada hal-hal yang menarik perhatian anak didik dan manusia pada umumnya dalam menjalankan perkembangan hidupnya.
Asas-asas: pengajaran alam sekitar, didasarkan atas kebutuhan anak dalam hidup dan perkembangannya, setiap bahan pengajaran harus merupakan suatu keseluruhan, hubungan saling membutuhkan dan saling memberi arti, anak didorong dan dirangsang untuk selalu aktif, harus ada hubungan kerjasama yang erat antara rumah dan sekolah.[28]
 sekolah kerja
Konsepsi: lahir dalam kaitannya dengan aliran pendidikan sosial yang berkembang dari aliran pendidikan individual yang ekstrem dan pendidikan sosial yang ekstrem.
Dasar-dasar: anak aktif dan mandiri, anak sebagai pusat kegiatan, tidak mementingkan pengetahuan siap yang bersifat hafalan.
Macam-macam sekolah kerja: sosiologis, psikologis, sosiologis-psikologis, kepribadian.
 pengajaran proyek
Konsepsi: pengajaran itu harus aktif, ilmiah dan masyarakat.
Langkah-langkah: persiapan, kegiatan belajar, penilaian.

Empat konsepsi dasar dalam pendidikan:
– Perenialisme; sebagai suatu aliran dalam pendidikan bersifat keagamaan.
– Progresivisme; bahwa segala sesuatu tidak ada yang tetap, melainkan selalu mengalami perubahan.
– Esensialisme; menghendaki suatu keadaan atau tata tertib masyarakat seperti yang berlangsung dalam masa yang mendahului abad XX
– Rekonstruksionisme; mengehendaki semua dibikin baru dan semua dibikin berubah.
Dua aliran pokok pendidikan di Indonesia:
 Perguruan Kebangsaan Taman siswa (Ki Hajar Dewantara)
Asas-asas: menjadi hak seseorang mengatur dirinya sendiri, pengajaran harus membimbing anak menjadi manusia yang merdeka, pendidikan harus didasarkan atas kebudayaan bangsa sendiri tanpa mengesampingkan kebudayaan bangsa-bangsa lain, pendidikan harus merata untuk seluruh rakyat, harus hidup dan berkembang dengan kekuatan sendiri dan menolak setiap bantuan, pendidik harus berhamba kepada san anak atas dasar sikap tanpa pamrih dan dengan hati yang suci.
Panca Dharma: dasar kemanusiaan, dasar kebangsaan, dasar kebudyaan, dasar kodrat hidup / kodrat alam, dasar kemerdekaan.
Corak pendidikan nasional (kemanusiaan, kebangsaan, kebudayaan) dan sistem among (kodrat hidup dan kemerdekaan)
 Ruang pendidikan INS
Tujuan:
– mendidik rakyat ke arah kemerdekaan
– memberi pendidikan sesuai kebutuhan masyarakat
– mendidik para pemuda agar berguna untuk masyarakat
– menanamkan kepercayaan kepada diri sendiri dan berani bertanggung jawab
– berusaha dapat berdiri sendiri dan tidak bersedia menerima bantuan dari orang lain yang mengurangi kebebasan [29]
Bidang-bidang kegiatan pendidikan INS:
– pendidikan ketrampilan
– pendidikan pertanian
– pendidikan karya seni
– pendidikan mana
Masalah-masalah pokok pendidikan :
Masalah kurangnya biaya untuk menyelenggarakan sekolah-sekolah, kurikulum yang tidak lagi sesuai dengan tuntutan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terasingnya sekolah dari masyarakat, moral para guru merosot, masalah drop-out, masalah banyaknya anak yang tidak mendapatkan pekerjaan, masalah banyaknya anak yang tidak ditampung di sekolah-sekolah. [30]Banjir murid, langkanya sumber daya dan dana, biaya pendidikan yang semakin mahal, ketidak tepatan hasil pendidikan, serta kelambanan dan ketidak efisienan dalam penyelenggaraan sekolah. [31]
Kualitas proses dan hasil pendidikan belum merata di seluruh tanah air. [32]
Sejarah telah membuktikan bahwa dari masa ke masa peradaban masyarakat dunia selalu mengalami perkembangan. Dan pada dekade waktu yang terakhir ini laju perkembangan itu telah meningkat dengan pesat, terutama di negara-negara maju. Sebagaimana diketahui dalam kurun waktu yang relatif singkat, telah terjadi pergeseran dari era pertanian menuju ke era industri dan selanjutnya belum sampai proses pergeseran itu tuntas, telah disusul dengan pergeseran baru menuju era informasi dan era globalisasi. [33]
Pada dasarnya manusia dapat belajar sendiri, tetapi mungkin hanya sebagian kecil saja yang berhasil mencapai tingkat pengetahuan dan kemampuan yang diminta. Maka pendidikan sekolah merupakan sarana yang efektif.
Penggunaan teknologi baru dalam pendidikan akan membawa perubahan dan pergeseran dalam peranan guru di kelas.
Masalah tenaga kependidikan merupakan masalah yang amat rumit karena menyangkut faktor-faktor: jumlah, mutu, distribusi menurut bidang studi, distribusi menurut wilayah, status serta imbalan maupun penghargaan terhadap jasanya ataupun pelayanan terhadapnya.
Keadaan umum di lapangan kebanyakan guru belum profesional, mereka lebih banyak mengajar dengan pola tradisional, bersifat statis, kurang terbuka terhadap pembaruan atau inovasi, lambat berkembang dalam jabatan, sehingga menghambat peningkatan proses balajar mengajar. Oleh karena itu perlu diadakan usaha untuk melakukan pembaruan struktur pendidikan guru. [34]
Perkumpulan remaja
Keluarga, masjid, sekolah sebagai suatu lingkungan pendidikan kadang-kadang kurang memberikan peluang terhadap dorongan anak untuk mengembangkan diri sendiri. Disinilah letak kesempatan yang baik bagi perkumpulan-perkumpulan remaja untuk mengorganisir dirinya dan menyalurkan segala kehendak hati, keinginan dan angan-angan sebagai pembuktian bahwa merekapun patut “mendapat pengakuan masyarakat lingkungannya”. Melalui perkumpulan-perkumpulan itu mereka memperoleh kesempatan dan mendapat pengalaman-pengalaman yang mematangkan diri mereka. Melalui pengalaman-pengalaman itu mereka menemukan diri sendiri, menyadari batas-batas kemampuan dan upaya-upaya yang dapat disumbangkan, dan terjadilah saling didik mendidik diantara sesamanya. Sudah tentu dalam segala kegiatannya mereka senantiasa bekerjasama dengan keluarga atau orangtua, pemimpin keagamaan dan pemimpin sekolah atau para guru. Yang beragama Islam membentuk atau memasuki perkumpulan-perkumpulan remaja yang berdasarkan Islam, sehingga memungkinkan mereka untuk menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam dalam lingkungannya secara aktua
6. Media massa
Media massa juga mempunyai pengaruh yang besar dalam pendidikan. Media massa seperti radio, televisi dan internet sebagai sumber berita, wahana penebar wacana baru, menimba ilmu pengetahuan dan menanamkan pola pikir pada anak. Namun jika tanpa kendali
Sarana-sarana informasi ini akan menjadi bumerang yang sangat berbahaya yang akan dapat merusak pendidikan anak. Oleh karena itu dibutuhkan kerjasama semua pihak baik orangtua, sekolah, masyarakat maupun pihak lain agar media massa dapat berguna secara positif[35]
Dalam kegiatan pendidikan, kita melihat adanya unsur pergaulan dan unsur lingkungan yang keduaanya tidak terpisahkan tetapi dapat dibedakan. Dalam pergaulan tidak selalu berlangsung pendidikan walaupun didalamnya terdapat factor-faktor yang mendidik. Pergaulan semacam itu dapat terjadi dalam:
1.              Hidup bersama orang tua, nenek, kakek, atau adik dan saudara-saudara lainnya dalam suatu keluarga
2.              Berkumpul dengan teman-teman sebaya
3.              Bertempat tinggal dalam satu lingkungan kebersamaan di kota, di desa, atau dimana saja.
Diantara ketiga pergaulan diatas, sudah jelas Keluarga merupakan lingkungan sosial yang paling awal yang kemudian dilengkapi dengan lingkungan pendidikan di sekolah dan lingkungan masyarakat secara lebih luas. Demikian pula kebudayaan seperti bahasa, adat istiadat, kebiasaan, hasil seni, peraturan, merupakan lingkungan yang memberikan pengaruh yang cukup berarti bagi perkembangan individu.
Ki Hajar Dewantoro membedakan lingkungan pendidikan menjadi tiga, dan yang kita kenal dengan Tri Pusat Pendidikan yaitu:
1.              Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan suatu soaial terkecil dalam kehidupan umat manusia sebagai makhluk sosial, ia merupakan unit pertama dalam masyarakat. Disitulah terbentuknya tahap awal proses sosialiasi dan perkembangan individu.[36]
Keluarga merupakan masyarakat alamiah yang pergaulan diatara golongannya bersifat khas. Di lingkungan ini terletak dasar-dasar pendidikan. Disini pendidikan berlangsung dengan sendirinya sesuai dengan tatanan pergaulan yang berlaku didalamnya.[37]
Menurut Mohammad Surya dalam bukunya menjelaskan bahwa dari sekian banyak faktor -faktor yang mengkodidisikan penyesuaian diri, tidak ada satupun faktor yang lebih penting selain daripada factor rumah dan keluarga karena keluarga merupakan satuan kelompok sosial yang terkecil. Dan lingkungan yang paling awal bagi perkembangan individu adalah Rahim ibu yang kemudian berkembang pada lingkungan yang lebih luas, seperti pola dan kualitas pertumbuhan dan perkembangan individu lingkungan tersebut. Lingkungan alam tempat individu dilahirkan dan dibesarkan akan banyak mempengaruhi kondisi perkembangan individu.
Interaksi social yang pertama diperoleh individu adalah dalam keluarga yang kemudian akan dikembangkan di masyarakat. Terdapat beberapa karakteristik kehidupan keluarga yang merupakan penyesuaian diri, yaitu:[38]
a.              Susunan keluarga, yaitu besar kecilnya keluarga, siapa yang lebih berkuasa, jumlah anak, perbandingan anak perempuan, dan laki – laki, dsb.
b.              Peranan – peranan social dalam keluarga yaitu setiap peranan social yang dimainkan oleh setiap anggota keluarga. Peranan social ini dipengaruhi oleh sikap dan harapan orang tua terhadap anaknya, factor umur, jenis kelamin.
c.              Keanggotaan kelompok, yaitu sejauh mana anggota keluarga merasakan sebagai bagian dari kelompok.
d.              Kohesi keluarga, yaitu kekuatan petautan antara anggota keluarga yang satu dengan yang lainnya.
Pendidikan keluarga adalah juga pendidikan masyarakat, karena disamping keluarga itu sendiri sebagai kesatuan kecil dari bentuk kesatuan-kesatuan masyarakat, juga karena pendidikan yang diberikan oleh orang tua kepada anak-anaknya sesuai dan dipersiapkan untuk kehidupan anak-anak itu di masyarakat kelak. Pendidikan yang tidak mau mengikuti derap langkah kemajuan masyarakat. Dengan demikian nampaklah adanya hubungan erat antara keluarga dengan masyarakat.[39]
Pada zaman dahulu umumnya orang hidup dalam satu rumah yang besar. Di dalam rumah yang besar itu hiduplah beberapa keluarga menjadi satu. Suatu keluarga mempunyai peraturan-peraturan dan tata tertib sendiri yang diatur dan dikepalai oleh seorang kepala keluarga. Segala kebutuhan, hidup dibuat sendiri oleh anggota-anggota keluarga masing-masing secara gotong royong. Demikian pula pendidikan yang diberikan kepada anak-anak dalam keluarga itu umumnya merupakan kelanjutan adat istiadat yang mereka terima dari nenek moyang yang merupakan tradisi statis dan hampir tidak berubahubah. Di samping itu, diajarakan pula kepada anak-anak mereka segala sesuatu yang lazimnya diperbuat atau dikerjakan oleh orang-orang tua dan orang-orang dewasa dan keluarga itu.
Lain halnya dengan keluarga pada zaman sekarang.Kesatuan dan kekeluargaan secara famili ini (keluarga besar) sekarang telah terpencar menjadi keluarga yang kecil-kecil, dan fungsinya terhadap pendidikan anakpun berubah pula. Keluarga yang tadinya merupakan kesatuan yang mengahasilkan segala kebutuhan mereka, menjadi kesatuan yang memakai semata-semata.[40]
Tugas bercengkrama dalam keluarga diantara anggota-anggota keluarga dengan anak-anaknya kelihatan makin mundur karena timbulnya perkumpulan-perkumpulan modern, seperi perkumpulanperkumpulan pemuda, kesenian dan olah raga. Oleh karena itu, waktu bagi anak-anak untuk berada di rumah makin sedikit. Anak-anak muda sudah tidak puas lagi mencari kesenangan dam hiburan hanya dalam lingkungan keluarga sendiri. Mereka lebih suka menyibukkan diri mereka didalam perkumpulan tersebut. Karena pada zaman sekarang, pesatnya kemajuan dunia di segala bidang yang menyebabkan tidak terhitungnya jumlah macam pekerjaan yang masing-masing memerlukan bakat dan kemampuan yang berbeda-beda dari para pekerjanya. Spesialisasi dalam lapangan penghidupan makin diperlukan.
Oleh karena itu, kunci pendidikan dalam rumah tangga / keluarga sebenarnya terletak pada pendidikan rohani dalam arti pendidikan kalbu, lebih tegas lagi pendidikan agama bagi anak. Mengapa? karena pendidikan agamalah yang berperan besar dalam pembentuk pandangan hidup seseorang. Ada dua arah mengenai kegunaan pendidikan agama dalam rumah tangga. Pertama, penanaman nilai dalam arti pandangan hidup, yang kelak mewarnai perkembangan jasmani dan akalnya. Kedua, penanaman sikap yang kelak menjadi basis dalam menghargai guru dan pengetahuan di sekolah.[41]
Keluarga bahagia dan sejahtera yang dijiwai oleh pancaran sinar tauhid tidaklah begitu saja tercipta dengan sendirinya, tetapi harus melalui proses sosialisasi, sehingga nilai-nilai universal itu menjadi milik keluarga menunjuk pada semua factor dan proses yang membuat setiap manusia menjadi selaras dalam hidup di tengah-tengah orang lain.
Islam memandang, bahwa keluarga merupakan lingkungan yang paling berpengaruh pada pembentukan kepribadian anak. Hal ini disebabkan:[42]
a.                  Tanggug jawab orang tua pada anak bukan hanya bersiat duniawi, melainkan ukhrawi dan teologis. Tugas dan tanggung jawab orang tua dalam membina kepribadian anak merupakan manah dari Tuhan
b.                  Orang tua disamping memberikan pengaruh yang besifat empiris pada setiap hari, juga memberikan pengaruh hereditas dan genesitas, yakni bakat dan pembawaan serta hubungan darah yang melekat pada diri anak .
c.                   Anak lebih banyak tinggal atau berada di rumah dibandingkan di luar rumah
d.                  Orang tua atau keluarga sebagai lebih dahulu memberikan pengaruh, dan pengaruh yang lebih daulu ini pengaruhnya lebih kuat dibandingkan dengan pengaruh yang datang belakangan
Di dalam keluarga, yang bertindak sebagai pendidik dalam rumah tangga ialah ayah dan ibu si anak serta semua orang yang merasa bertanggung jawab terhadap perkembangan anak itu seperti kakek, nenek, paman, bibi, dan kakak.Tetapi yang paling bertanggung jawab diantara mereka (ada kakek, nenek, misalnya) adalah ayah dan ibu.[43]
Dalam mempengaruhi proses sosialisasi ada beberapa metode yang dapat digunakan oleh orang tua:[44]
a.Pembiasaan
Menurut ngalim pembiasaan salah satu alat pendidikan yang sangat penting, terutama bagi anak-anak yang masih kecil. Anak-anak dapat menurut dan taat kepada peraturan-peraturan dengan ajalan yang membiasakannya dengan perbuatan-perbuatan yang baik, di dalam rumah tangga/keluarga, di sekolah atau ditempat lainnya.
Agar pembiasaan itu dapat cepat tercapai dan baik hasilnya, pembiasaan tersebut harus memenuhi syarat tertentu, anatar lain:
  1.                 Mulailah pembiasaan itu sebelum terlambat, jadi sebelum anak itu mempunyai kebiasaan lain yang berlawanan dengan hal-hal yang akan dibiasakan
  2.                 Pembiasaan itu hendaklah terus menerus (berulang-ulang) dijalankan secara teratur sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang otomatis.
  3.                 Pendidikan hendaklah konsekuen, bersikap tegas, dan tetap teguh terhadap pendiriannya yang telah diambilnya.
  4.                 Pembiasaan yang mula-mulanya mekanistis itu harus makin menjadi pembiasaan yang disertai kata hati anak itu sendiri.
Hal itu mungkin jika secara berangsur-angsur disertai dengan penjelasan-penjelasan dan nasihat-nasihat dari orang tua/ pendidik sehingga makin ama imbullah pengertian dalam diri anak didik.
Dalam lingkungan keluarga orang tua dapat melaksanakan pendidikan islam melalui kebiasaan seperti membiasakan mengucapkan:[45]

1.      “Basmalah” sebelum memulai suatu perbuatan
2.      “Hamdalah” sebagai ucapan syukur atas segala hasil dan kenikamatan yang diterima
3.      “Masyaallah” sewaktu keheranan (ta’jub)terhadap sesuatu
4.      “Astaghfirullah” sewaktu terjadi kekeliruan
b.Keteladanan
Segala tingkah laku perbuatan dan cara-cara berbicara akan mudah ditiru atau diikuti oleh anak. Oleh karena itu, sebagai orang tua dalam hal ini harus memberikan contoh yang baik agar anak didiknya dengan mudah meniru apa yang dilakukan oleh pendidiknya. Hal yang demkian ini dapat kita melihat dorongan meniru pada anak-anak.
Antara pembiasaan dan keteladanan mempunyai hubungan yang erat dalam proses indentifikasi. Oleh karena anak – anak menjadikan orang tuanya sebagai tokoh indentifikasi maka kebiasaankebiasaan yang dilakukan orang tua selalu ditiru oleh anak.
Dengan kebiasaan – kebiasaan yang baik yang dilakukan oleh orang tua anak akan meniru kebiasaan – kebiasaan orang tuanya melalui proses peniruan nilai –nilai, sikap keyakinan dan cita – cita dapat tertanam dalam diri anak.
Tingkah laku Rasulullah SAW. Adalah suatu contoh yang baik untuk kita jadikan teladan, sebagaimana Allah berfirman:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ الَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو الَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ الَّهَ كَثِيرًا
21. Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah. (Q.S., Al-Ahzab [33]: 21)
Nabi Muhammad SAW. Sendiri telah memberikan contoh melaksanakan shalat sebagaiman dalam sebuah haditsnya:
Dengan contoh tingkah laku tersebut, timbullah gejala identifikasi. Hal ini sangat penting dalam pembentukan kepribadiana anak didik. ini merupakan suatu proses yang ditempuh anak didik dalam mengenal nilai-nilai kehidupan. Mula-mula nilai kehidupan itu diserap anak didik tidak terasa, kemudian hal ini dapat dimilikinya,seperti ia mengikuti cara sembahyang yang dilakukan oleh orangorang yang melakukannya.
Dengan cara demikian itu, akhirnya anak dapat mengerjakan shalat sendiri dengan kesadaran.
c.Latihan dan Praktikum
Latihan dan praktikum merupakan metode yang penting dalam pendidikan islam di lingkungan keluarga, dengan adanya latihan ini, anak – anak akan dapat melakukan amal keagamaan sesuai dengan tuntutan yang telah ditetapkan agama.
Latihan dan praktek keagamaan yang dapat dilakukan di rumah tangga / keluarga berupa:
1.  Ibadah ritual seperti:
a) Praktek Sholat, Wudhu’, Tayammum, azan, iqamah, membaca Al-Qur’an, sholat berjama’ah sholat sunat dan sebagainya
b) Latihan menyeleggarakan hal-hal yang berhubungan dengan mayat seperti menyembahyangkan, mengapani, memandikan ayat.Dll
2.             Ibadah Non Ritual seperti:
a) Membawa anak-anak untuk melakukan kerja bakti membersihkan masjid an musholla
b) Mengikut sertakan anak dalam kegiatan marah masjid
c) Mengikutsertakan anak-anak melakukan takziyah dan mengunjungi tetangga yang sakit atau meninggal.




e.      Perintah dan Larangan
1.                  Perintah
Perintah bukan hanya keluar dari mulut seseorang yang harus dikerjakan oleh orang lain, melainkan dalam hal ini termausk pula peraturan-pertauran umum yang harus ditaati oleh anak-anak. Tiap-tiap perintah dan peraturan dalam pendidikan mengandung norma-norma kesusilaan, jadi bersifat memberi arah atau mengandung tujuan kea rah perbuatan susila. Tentu saja suatu perintah atau peraturan itu mudah ditaati oleh anak, jika pendidik/orang tua sendiri mentaati dan hidup menurut perauranperaturan itu.
Sebagaimana yang dikatakan Zuhairini, apabila dalam contoh perbuatan berupa tingkah laku tersebut anak didik dapat memperhatikan dan melihat apa ynag dilakukan oleh orang lain (pendidik), maka dalam perintah ini anak dapat mendengar apa yang harus dilakukan.[46]
Supaya perintah- perintah dapat ditaati oleh anak sehingga apa yang dimaksud tercapai, hendaklah perintahperintah itu memenuhi syarat-syarat tertentu:
a.Perintah hendaklah terang dan singkat, jangan terlalu banyak komentar, sehingga mudah dimengerti oleh anak
b.Perintah hendaklah disesuaikan dengan keadaan dan umur anak dan tiap-tiap perintah hendaknya disesuikan dengan kesanggupan anak.
c.Kadang-kadang perlu pula kita mengubah perintah itu menjadi suatu perintah yang lebih bersifat permintaan.
d.Jangan terlalu banyak dan berlebih-lebihan memberi perintah, sebab dapat mengakibatkan anak itu tidak patuh, tetapi menantang.
e.Pendidik hendaklah konsekuen terhadapapa yang telah diperintahkannya.







2.                  Larangan
Disamping memberi perintah, sering pula kita harus melarang perbuatan ank-anak. Larangan itu biasanya kita keluarkan jika anak melakukan sesuatu yang tidak baik, yang merugikan, atau yang dapat membahayakan dirinya.
Larangan adalah suatu usaha yang tegas menghentikan perbuatan-perbuatan yang ternyata salah dan merugikan yang bersangkutan.
Kalau kita perhatikan benar-benar, umumnya didalam rumah tangga larangan itu merupakan alat mendidik satu-satunya yang lebih banyak dipakai oleh para ibu dan bapak terhadap anaknya. Sebenarnya pendapat itu tidak benar. Seorang ibu atau ayah yang sering melarang perbuatan anaknya, dapat mengakibatkan bermacam-macam sifat atau sikap yang kurang baik pada anak itu, seperti:
a) Keras kepala atau melawan
b) Pemalu dan penakut
c) Perasaan kurang harga diri,
d) Kurang mempunyai perasaan tanggung jawab
e) Pemurung atau pesimis
f) Acuh tak acuh terhadap sesuatu (apatis), dan sebagainya.
Adapun syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam melarang yaitu:
a) Sama halnya dengan perintah, larangan itu harus diberikan dengna singkat, supaya dimengerti maksud dan larangan itu
b) Jika mungkin, larangan itu dapat diberi penjelasan singkat. Jika tidak mungkin, anak harus menerima saja laranga itu
c) Jangan terlalu sering melarang, akibatnya tidak tidak baik (lihat uraian diatas)
d) Bagi anak-anak yang masih kecil, larangan dapat dicegah dengan membelokkan perhatian anak kepada sesuatu yang lain, yang menari minatnya.
Perintah dan larangan dapat pula dilakukan asal dalam batas kewajaran terutama dalam melaksanakan ibadah dan akhlak yang terpuji seperti:
1) Menyuruh anak megerjakan sholat kalau sudah berumur tujuh tahun
2) Menyuruh anak-anak supaya melaksanakan akhlak yang baik terhadap orang tuanya, guru, tetangga, dan anggota masyarakat lainnya, seperti berkata lemah lembut, bermuka manis dan ramah tamah kepada mereka.
3) Melarang anak melakukan tingkah laku yang tak senonoh dan aklak tercela, kalau perlu memberikan hukuman yang tidak membahayakan dan menimbulkan keinsafan dan kesadaran kepadanya.
e.Ganjaran
Ganjaran adalah sebagai alat pendidikan untuk mendidik anak-anak supaya anak dapat merasa senang Karena perbuatan atau pekerjaaannya mendapat penghargaan.
Ganjaran itu yang terpenting bukanlah hasilnya yang dicapai anak, melainkan dengan hasil yang telah dicapai anak itu pendiidk bertujuan membentuk kata hati dan kemaun yang lebih baik dan lebih keras pada anak itu.
Menurut Hasan Fahmi, Al-Ghazali menggunakan cara mendidik anak -anak sesuai dengan perbedaan fungsinya dan dengan tingkatan perasaan dimilikinya, ia menganggap penting balasan yang sesuai yang terhadap pekerjaan yang terpuji dan ia tidak mau terburuterburu memberikan siksaan, karena Ia lebih suka memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk memperbaiki kesalahankesalahannya sendiri yang dapat mengarahkan dia untuk memperoleh harga diri dan bertanggung jawab terhadap perbuatannya.
Ganjaran dapat dilakukan oleh pendidik dengan cara bermacam-macam, antara lain:
1) Pendidik mengangguk-angguk kepala tanda senang dan membiarkan jawaban yang diberikan oleh seorang peserta didik.
2) Pendidik memberikan kata-kata yang mengembirakan (pujian).
3) Guru memberikan benda-benda yang menyenangkan dan berguna bagi peserta didik.
4) Pekerjaan dapat juga menjadi suatu ganjaran.
5) Ganjaran yang ditunjukkan kepada orang lain.[47]
Ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan oleh pendiidk/orang tua:
1) Untuk memberi ganjaran yang pedagogis perlu sekali pendidik mengenal betul-betul murid-muridnya dan tahu menghargai dengan tepat. Ganjaran dan penghargaan yang salah dan tidak tepat dapat membawa akibat yang tidak diingankan.
2) Ganjaran diberikan kepada seorang anak janganlah hendaknya menimbulkan rasa cemburu atau iri hati bagi saudaranya yang lain yang merasa pekerjaannya juga lebih baik, tetapi tidak mendapat ganjaran
3) Menberikan ganjaran hendaklah hemat. Terlalu kerap atau terus menerus memberikan ganjaran dan penghargaan akan menjadi hilang arti ganjaran itu sebagai alat pendidikan.
4) Janganlah memberikan ganjaran dengan menjanjikan lebih dahulu sebelum anak-anak menunjukkan prestasi kerjanya apa lagi bagi ganjaran yang diberikan kepada seluruh kelas.
5) Pendidik harus berhati-hati memberikan ganjaran, jangan sampai ganjaran yang diberikan kepada anak-anak diterimanya sebagai upah dari jerih payah yang telah dilakukan.
f.Hukuman
Hukuman ialah penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh seseorang (orang tua, guru, dan sebagainya) sesudah terjadi suatu pelanggaran, kejahatan, atau kesalahan.
Hukuman adalah salah satu alat penddikan. Sebagai alat pendidikan, hukuman hendaklah:
1) Senantiasa merupakan jawaban atas suatu pelanggaran
2) Sedikit-banyaknya selalu bersifat tidak menyenangkan
3) Selalu bertujuan kearah perbaikan, hukuman itu hendaklah diberikan untuk kepentingan anak itu sendiri.
Hukuman perlu dilaksanakan terutama bagi anak – anak yang tidak berhasil dididik dengan lembah lembut karena dalam kenyataan memang anak-anak yang sertiap diberi nasehat dengan lemah lembut dan dengan perasaan halus ia tetap melakukan kesalahan, anak seperti itu perlu diberi sedikit hukuman untuk memperbaiki perilakunya.
Hukuman yang dapat diterapkan pada anak dapat dibedakan menjadi beberapa pokok bagian yaitu :
1) Hukuman bersifat fisik seperti : menjewer telinga, mencubit dan memukul. Hukuman ini diberikan apabila anak melakukan kesalahan terlebih mengenai hal-hal yang harus dikerjakan anak.
2) Hukuman verbal seperti: memarahi, maksudnya mengingatkan anak dengan bijaksana dan bila para penddidik atau orang tua memarahinya maka pelankanlah suaranya.
3) Isyarat non verbal seperti: menunjukkan mimik atau raut muka tidak suka. Hukuman ini diberikan untuk memperbaiki kesalahan anak dengan memperingatkan lewat isyarat.
4) Hukuman sosial seperti: mengisolasi dari lingkungan pergaulan agar kesalahan tidak terulang lagi dengan tidak banyak bicara dan meninggalkannya agar terhindar dari ucapan buruk.
Menghukum merupakan sesuatu yang “tidak disukai” namun perlu diakui bersama bahwa hukuman itu memang diperlukan dalam pendidikan karena berfungsi menekan, menghambat atau mengurangi bahkan menghilangkan perbuatan yang menyimpang.
Supaya hukuman itu bersifat mendidik ulwan menetapkan syarat-syarat hukuman sebagi berikut:
1) Pendidikan tidak akan menggunakan metode hukuman sebelum metode yang lain tidak berhasil digunakan.
2) Pendidikan tidak menghukum ketika ia dalam keadaan marah
3) Ketka memukul hendaknya pendidik hindari anggota badan yang peka
4) Pukulan jangan terlalu keras dan membahayakan
5) Tidak memukul anak sebelum berumur 10 tahun
6) Tidak memukul anak pada kesalahan pertama
7) Pendidik hendaklah memukul dengan tangan sendiri
8) Boleh memukul anak lebih dari sepuluh kali kalau ia sudah menginjak usia dewasa
2. Lingkungan Sekolah
Kegiatan pendidikan pada mulanya dilaksanakan dalam lingkungan keluarga dengan menempatkan ayah dan ibu sebagai pendidikan utama, dengan semakin dewasanya anak semakin banyak halhal yang dibutuhkannya untuk dapat hidup di dalam masyarakat secara layak dan wajar. Sebagai respon dalam memenuhi kebutuhan tersebut muncullah usaha untuk mendirikan sekolah di lingkungan keluarga.
Sekolah memgang peranan penting dalam pendiidkan karena pengaruhnya besar sekali pada jiwa anak. Maka disamping keluarga sebagai pusat pendidikan, sekolah pun mempunyai fungsi sebagi pusat pendidikan untuk pembentukan pribadi anak. Dengan sekolah, pemerintah mendidik bangsanya untuk menjadi seorang ahli yang sesuai dengan bidang dan bakatnya si anak yang berguna bagi dirinya, dan berguna bagi nusa dan bangsanya.
Sekolah sengaja disediakan atau dibangun khusus untuk tempat pendidikan, maka dari itu, sekolah sebagai tempat atau lembaga pendiidkan kedua setelah keluarga, lebih – lebih mempunyai fungsi melanjutkan pendidikan keluarga dengan guru sebagi pengganti orang yang harus ditaati.
Dalam perkembangan fisik dan psikologi anak, selanjutnya anak itu memperoleh pengalaman-pengalaman baru dalam hubungan sosialnya dengan anak – anak lain yang berbeda status sosial, kesukuan, agama, jenis kelamin, dan kepribadian. Lambat laun ia membebaskan diri dari ikatan rumah tangga untuk mencapai kedewasaan dalam hubungan sosialnya dengan masyarakat luas.
Zakiah Daradjat dalam bukunya yang berjudul Ilmu Pendidikan Islam membedakan antara rumah dengan sekolah, baik dari segi suasana, tanggung jawab, maupun kebebasan dan pergaulan.
a.                  Suasana
Rumah adalah tempat anak lahir dan langsung menjadi anggota baru dalam rumah tangga. Kelahirannya disambut oleh orang tuannya dengan gembira dan malahan kerapkali dirayakan dengan mengadakan selamatan/ tasyakuran. Sedangkan sekolah adalah tempat anak belajar.Ia berhadapan dengan guru yang tidak dikenalnya. Guru itu selalu berganti – berganti. Kasih guru kepada murid tidak mendalam seperti kasih sayang orang tua kepada anaknya, sebab guru dan murid tidak terikat oleh kekeluargaan.
b.                  Tanggung Jawab
Dalam pembentukan rohani dan keagamaan orang tua menjadi teladan bagi anak.Telah dikatakan bahwa orang tua atau keluarga menerima tanggung jawab mendidik anak – anak dari Tuhan atau karena kodratnya.Keluarga, yaitu orang tua bertanggung jawab penuh atas pemeliharaan anak – anaknya sejak mereka dilahirkan, dan bertanggung jawab penuh atas pendidikan watak anak – anaknya.
Sedangkan sekolah lebih merasa bertanggung jawab terhadap pendidikan intelek (menambah pengetahuan anak) serta pendidikan keterampilan (skill) yang berhubungan dengan kebutuhan anak itu untuk hidup di dalam masyarakat nanti, dan yang sesuai dengan tuntutan masyarakat pada waktu itu. Akan tetapi ajaran islam memerintahkan bahwa guru tidaklah hanya mengajar, tetapi juga mendidik. Ia sendiri harus memberi contoh dan menjadi teladan bag murid-muridnya dalam segala mata pelajaran ia dapat menanamkan rasa keimanan dan akhlak sesuai dengan ajaran islam. Bahkan diluar sekolahpun ia harus bertindak sebagai pendidik.[48]


c.                   Kebebasan
Di rumah anak bebas dalam gerak geriknya, ia boleh makan apabila lapar, tidur apabila mengantuk. Ia boleh bermain. Ia tidak dilarang mengeluarkan isi hatinya selama tidak meanggar kesopanan.
Sedangkan di sekolah suasana bebas seperti itu tidak terdapat. Di sana ada aturan-aturan tertentu. Sekolah dimulai pada waktu yang ditentukan, dan ia harus duduk selama waktu itu pada tempat yang ditentukan pula. Ia tidak boleh meninggalkan atau menukar tempat, kecuai seizin gurunya. Jadi, ia harus menyesuaikan diri dengan peraturan – peraturan yang telah ditetapkan.
d.                  Pergaulan
Kehidupan dan pergaulan dalam lingkungan keluarga senantiasa diliputi oleh rasa kasih sayang diantara anggotaanggotanya. Biarpun kadang-kadang terjadi perselisihan-perselisihan diantara anggota-anggota keluarga itu, namun perselisihan itu tidak akan memutuskan tali kekeluargaan mereka.
Sedangkan Kehidupan atau pergaulan di sekolah bersifat lebih Zakelijk dan lebih Lugas.Di sekolah harus ada ketertiban dan peraturan-peraturan tertentu yang harus dijadikan oleh tiap-tiap murid dan guru. Anak tidak boleh ganggu-mengganggu, masing-masing hendaklah melakukan tugas dan kewajiban menurut peraturanperaturan yang telah ditetapkan
3.                  Lingkungan Masyarakat
Dari lahir sampai mati manusia hidup sebagai anggota masyarakat. Hidup dalam masyarakat berarti adanya interaksi sosial dengan orang-orang di sekitar dan dengan demikian mengalami pengaruh dan mempengaruhi orang lain. Interaksi sosial sangat utama dalam tiap masyarakat.[49]
Masyarakat merupakan lembaga pendidikan ketiga sesudah keluarga dan sekolah, mempunyai sifat dan fungsi yang berbeda dengan ruang lingkup dengan batasan yang tidak jelas dan keanekaragaman bentuk kehudupan sosial serta berjenis-jenis budaya.
Masyarakat diartikan sebagai sekumpulan orang yang menempati suatu daerah, diikat oleh pengalaman-pengalaman yang sama, memiliki sejumlah persesuaian dan sadar
akan kesatuannya, serta dapat bertindak bersama untuk mencukupi krisis kehidupannya.
Unsur-unsur pokok dan suatu masyarakat adalah:
a.                  Adanya unsure kelompom manusia yang bertempat tinggal di daerah tertentu.
b.                  Mempunyai tujuan yang sama
c.                   Mempunyai nilai-nilai dan norma-norma yanh ditaati bersama
d.                  Mempunyai perasaan baik suka maupun duka
e.                  Mempunyai organisasi yang ditaati
Di masyarakat terdapat norma-norma sosial budaya yang harus diikuti oleh warganya dan norma-norma itu berpengaruh dalam pembentukan kepribadian warganya dalam bertindak dan bersikap.
Norma-norma masyarakat yang berpengaruh tersebut merupakan aturan-aturan yang ditularkan oleh generasi tua kepada generasi mudanya. Penularan-penularan yang dilakukan dengan sadar dan bertujuan ini sudah merupakan proses pendidikan masyarakat.
Contoh tentang sopan santun orang timur yang mengajarkan atau menentukan cara memberi sesuatu kepada, atau menerima sesuatu dari orang lain dengan tangan kanan.
Dalam masyarakat primitif tidak ada pendidikan formal yang tersendiri. Setiap anak harus belajar dari lingkungan sosialnya dan harus menguasai sejumlah kelakuan yang diharapkan daripadanya pada saatnya tanpa adanya guru tetentu yang bertanggung jawab atas kelakuanya.
Di lingkungan masyarakat terdapat pula lembaga pendidikan organisasi sosial yang dapat menunjang keberhasilan pendidikan islam.
Yaitu
a.                  Masjid Secara harfiah masjid diartikan sebagai tempat duduk atau tempat yang dipergunakan untuk beribadah. Masjid adalah “tempat sholat berjama’ah” atau tempat sholat untuk umum (orang banyak).
Di dalam sejarah pendidikan dimulai semenjak diangkatnya Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rosulullah. Dengan pengangkatan beliau tersebut berarti adanya suatu tugas yang akan beliau pikul, yaitu menyampaikan risalah-Nya, guna mendidik umat agar terbebas dari lingkungan kebodohan dan kebiadaban menjadi umat yang berperadaban tinggi.
Setelah Nabi hijrah dari Mekkah dan menetap di Madinah yang pertama – tama dilakukan oleh Nabi adalah membangun masjid, untuk kepentingan ibadah dan kegiatan sosial lainnya, termasuk kegiatan pendidikan.
Pada masa Ban Abbas dan masa perkembangan kebudayaan Islam, masjid-masjid yang didirikan oleh para pengusaha pada umumnya diperlengkapi dengan berbagai macam sarana dan fasilitas untuk pendidikan. Tempat pendidikan anak-anak, tempat-tempat untuk pengajian dari ulama’-ulama’ yang merupakan kelompokkelompok (khalaqoh), tempat berdiskusi dan munazarah dalam berbagai ilmu pengetahuan, dan juga dilengkapi dengan ruang perpustakaan dengan buku-buku dari berbagai macam ilmu pengetahuan yang cukup banyak.
Masjid dengan segala perlengkapannya merupakan lingkungan pendidikan islam yang dapat diupayakan untuk mempengaruhi peserta didik. Betapa pentingnya peranan masjid 52 Zuhairini dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), cet ke-8, h. 99 48 sebagai lingkungan pendidikan islam dapat dilihat pada usaha-usaha dan perhatian Rosulullah SAW terhadap masjid.
Masjid memegang peranan penting dalam penyelenggara pendidikan Islam. besar kecilnya pengaruh masjid terhadap perkembangan anak didik, banyak bergantung dengan tingg rendahnya kualitas aktivitas masjid di lingkungan tempat tinggalnya. Oleh karena itu, menjadi kewajiban umat islamlah untuk senantiasa berusaha agar masjid tetap semarak dengan berbagai aktivitas yang positif, yang bisa memeberikan sebesar- besarnya pengaruh terhadap perkembangan anak didiknya.
Al-‘Abdi menyatakan bahwa masjid merupakan tempat terbaik untuk kegiatan pendidikan. Dengan menjadikan lembaga pendidikan dalam masjid, akan terlihat hidupnya sunnah-sunnah islam, menghilangkan segala bid’ah, mengembangkan hukum-hukum Tuhan, serta menghilangkan stratifikasi status sosial-ekonomi dalam pendidikan. Karena itu masjid merupakan sarana yang pokok dan mutlak bagi perkembangan masyarakat Islam.[50]
b.      Asrama
Asrama sebagai lingkungan pendidikan memiliki ciri-ciri anatara lain: sewaktu-waktu atau dalam waktu tertentu hubungan anak dengan keluargannya menjadi terputus atau dengan sengaja diputuskan dan untuk waktu tertentu pula anak-anak itu hidup bersama anak-anak sebayanya.[51]
Setiap asrama mempunyai suasana tersendiri yang mat diwarnai oleh pendiidk atau pemimpinnya dan oleh sebagian besar anggota kelompok darimana mereka berasal. Dengan demikian pula tatanan dan cara hidup kebersamaan serta jenis kelamin dari penghuninya turut membentuk suasana asrama yang bersangkutan.
Di asrama, pembimbing asrama harus dapat menciptakan suasana tentram dalam kehidupan kekeluargaan dan memperlakukan anak-anak bagaikan keluarga sendiri. Sebaliknya anak-anak memandang pengasuhnya sebagai orang tuanya. Begitu pula anakdidik sesamanya, yang lebih besar memandang sebagai kakak dan yang paling kecil diperlaukan sebagai adik. Sehingga terbinalah rasa kasih sayang dan solidaritas antara sesama penghuni asrama.
Lingkungan pendidikan asrama memberikan berbagai keuntungan kepada para penghuninya, seperti anak-anak mengalami kenudahan dalam belajar, anak yang kurang pandai dapat bertanya dan berkonsultasi dengan temannya yang pandai. Mereka terbiasa hidup bermasyarakat. Dalam interaksi tersebut mereka dapat belajar memahami emosi dan sifat-sifat temannya.

c.                   Perkumpulan Remaja
Pada masa ini gambaran tentang orang tua (ayah dan ibu), guru, ulama, dan pemimpin-pemimpin masyarakat lainnya mat besar artinya bagi mereka. Tokoh itu mungkin dapat dijadikan sebagai “idola”, tokoh identifikasi yang akan mereka teladani. Tokoh identifikasi itu bisa ayah, ibu, guru, atau meluas kepada tokoh – tokoh lain yang menonjol dalam masyarakat. Identifikasi tersebut merupakan sebuah proses yang cukup bermakna bagi perkembangan sosial anak. Melalui proses tersebut seorang anak mengembangkan kepribadiannya, yang kemudian menjadi perwatkan khas yang dimilikinya.
dan angan-angan sebagai pembuktian bahwa mereka juga wajar mendapat pengakuan masyarakat sekitarnya.[52]

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan makalah di atas dapat kami simpulkan, bahwa lingkungan pendidikan merupakan lingkungan yang sangat menunjang suatu proses pendidikan atau bahkan secara langsung digunakan sebagai tempat berlangsungnya kegiatan pendidikan .Dan ternyata lingkungan pendidikan juga mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan anak didik. Baik berupa pengaruh yang positif ataupun pengaruh yang negatif. Maka menjadi tugas guru dan orang tualah untuk menuntun anak didiknya agar dapat memanfaatkan lingkungan pendidikan ini menuju ke arah yang positif.
B.Saran dan Harapan
Dari uraian materi makalah diatas  dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan anak yang meliputi jiwa dan raganya sehingga harapannya anak didik nantinya dapat memperoleh lingkungan pendidikan yang baik dan sesuai kebutuhan anak.Demikian makalah yang kami susun, pastilah dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan karena kami sadar ini merupakan keterbatasan dari kami. Makanya kami mengharap kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan makalah ini






[1] Ahmad, Ideologi Pendidikan Islam, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005 ), h. 24
[3] Zuhairini, dkk. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1992

[4] Drs.H.M.Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009), hal.301

[5] Drs.Bukhari Umar,M.Ag, Ilmu Pendidikan Islam, (HAMZAH, Jakarta, 2010), hal.152
[6] Saleh, Abdurrahman. Didaktik dan Methodik Pendidikan Agama. Jakarta: Bulan Bintang, 1969
[7] Abd. Rahman Assegaf, Pendidikan Islam Integratif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hal. 160-161
[8] Drs.H.M.Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009), hal.302-305
[9] Drs.Bukhari Umar,M.Ag, Ilmu Pendidikan Islam, (HAMZAH, Jakarta, 2010), hal.153-161
[10] Dra. Zuhairini, dkk. Filsafat Pendidikan…, 179.

[11]  Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan (Cet, II;Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), h. 37-38
[12] Zakiah Daradjat dkk , Ilmu pendidikan Islam, (cet,.III; jakarta: Bumi Aksara,1995), h. 63-64
[13] Habuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam 1( cet.I; Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), h.111
[14] Sama’un Bakry, Menggagas Konsep Ilmu Pendidikan Islam, (Cet, ;Bandung: Pustaka bani quraisy, 2005), h. 97
[15] Otto Soemarwoto, Psikologi Guru: Konsep Dan Aplikasinya, (Bandung: ALFABETA CV, 2014), hlm. 34
[16] Drs. Ahmad D. Marimba, Ilmu Pendidikan Islam, loc.cit.
[17] Musthafa Al-Ghulayaini Pendidikan Islam, loc.cit.
[18] Tafsîr Ibnu Katsir, 5/ 141.
[19] Tafsîr Jami‘ul-Bayan fî Tafsîril-Qur‘ân, ath-Thabari.
[20] Riwayat Thabrani di dalam al-Kaba‘ir 3/227/(3225), dan disebutkan pula oleh Ibnu Hajar di dalam Ashabah, 1/312. Lihat pula Majma’uz-Zawaa‘id, 9/314.

[21] Shahîh, diriwayatkan Imam Muslim dalam Shahîh-nya dalam kitab Shalat Musafirin (1821).

[22] Shahîh, diriwayatkan Imam Abu Dawud dalam Sunan-nya (4833), at-Tirmidzi dalam Sunan-nya (2379), dan beliau berkata: “Hadits ini hasan,” dan Imam Ahmad dalam Musnad-nya, 2/ 303, 334.
[23] Shahîh, diriwayatkan Imam al-Bukhari dalam Shahîh-nya (2101) dan Imam Muslim dalam Shahîh-nya (6653).
[24] Lihat Diwan Imam as-Syafi’i, hlm. 79.
[25]Shahîh, diriwayatkan Imam al-Bukhari dalam Shahîh-nya (2101) dan Imam Muslim dalam Shahîh-nya (6653).


[26] , at-Tirmidzi dalam Sunan-nya (2379), dan beliau berkata: “Hadits ini hasan,” dan Imam Ahmad dalam Musnad-nya, 2/ 303, 334.
[27] Lihat Diwan Imam as-Syafi’i, hlm. 79.
[28] Imam Ahmad dalam Musnad hal 28
[29] Shahîh, diriwayatkan Imam Muslim dalam Shahîh-nya dalam kitab Shalat Musafirin (1821).
[30] St. Vembriarto, 1981
[31] P.H. Coombs, 1968
[32] H. Zahara Idris, 1992
[33] Wahjoetomo, 1993

[34] (Ansyar & Nurtain, 1991)
[35] M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, loc.cit
[36] Majma’uz-Zawaa‘id, 9/314

34Drs. Ahmad D. Marimba, Ilmu Pendidikan Islam, loc.cit.

[40] Ibid., hlm. 153
[41] Imam Muslim dalam Shahîh-nya (6653).

[43] Dra. Zuhairini, dkk. Filsafat Pendidikan…, 179

[45] Dr. Sama’un Bakry, Menggagas Konsep…, 104.
[46] Dr Zuhairini hal 34
[47] Ilmu Pendidikan Islam, hlm. 211
[48] Dra. Zuhairini, dkk. Op.cit, hlm. 180

[49]  Drs. Abdurrahman saleh, Didaktik dan Methodik Pendidikan Agama, (Jakarta, Bulan  Bintang, 1969), hlm. 77-78

[50] Uhbiyati, Nur. 1998. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Pelita.
[51] Saleh, Abdurrahman. Didaktik dan Methodik Pendidikan Agama. Jakarta: Bulan Bintang, 1969
[52] Drs.Bukhari Umar,M.Ag, Ilmu Pendidikan Islam, (HAMZAH, Jakarta, 2010), hal.150


No comments:

Post a Comment