1

loading...

Friday, November 23, 2018

MAKALAH FILSAFAT ILMU


MAKALAH FILSAFAT ILMU

“PERAN AGAMA TEHADAP SAINS BARAT”     

BAB I
PENDAHULUAN
         A.    LATAR BELAKANG
Hubungan agama dan sains dalam peradaban manusia sangat penting, karena  peradaban manusia tidak lepas dari pergumalan antara berbagai nilai, termasuk nilai sains agama. Setiap ada penemuan baru dalam sains, selalu menimbulkan gejolak tertentu dalam masyrakat kerena mereka belum memiliki perangkat baru menyesuaikan diri dengan penemuan tersebut., sedangka perangkat dan nilai-nilai lama tidak saja menimbulkan gejolak, tetapi sekaligus kebingungan dan perubahan dalam berbagai aspek kehidupan. [1]
Agama adalah salah satu ciri kehidupan social manusia yang universal dalam arti bahwa semua masyrakat mempunyai cara-cara berpikir dan pola-pola prilaku yang memenuhi syarat untuk disebut agama. Agama adalah suatu peraturan yang mengatur suatu kehidupan manusia agar tidak kacau. Dalam bahasa arab, agama dikenal dengan kata al-din  yang berarti agama adalah bersift umum tidak ditunjukkan pada salah satu  agama, al adalah nama untuk setiap kepercayaan yang ada di dunia ini. [2]
Dala pandangan saintik sekuler, agama dan sains memiliki perbedaan yang sangat jauh dan sukar dipertemukan. Bidang kajian agama adalah bidang kajian agama adalah alam metafisik, sedangkan bidang kajian sains adalah alam empiris. Sumber agama dari Tuhan sedangkan sains dari alam, pendekatan agama deduktif emosional, sedangkan sains induktif rasional. Agama bersifat subjektif, sedangkan sains objektif. Ukuran agama dalah mukmin atau kafir, sedangkan sains benar atau salah.
Perbedaan  agama dan sains tentu ada dan dalam beberapa hal, perbedaan itu diperlukan agar tidak terjadi  kekacauan epistimologis dalam menguraikan suatu permasalahan. Agama dan sains dapat dibedakan, tetapi dapat dipisahkan. Ukuran kebenaran dalam sains harus dapat dibuktikan secara empiris. Adapun kebenaran agama tidak perlu dibuktikan secara empiris.
        B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana peran dan tantangan agama dalam sains?
2.      Bagaimana  tujuan agama dan sains?
3.      Bagaimana kebutuhan manusian terhadap sains dan agama?
      C.    TUJUAN PENULISAN
Yang menjadi tujuan penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk menambah wawasan bagi pembaca tentang sains dalam paradigma islam.
2. Untuk melatih penulis agar dapat menulis karya ilmiah.
3. Dapat mengetahui dampak negatif dari perkembangan sains barat
BAB II
PEMBAHASAN 
A.    Peran dan tantanagan agama terhadap sains dan teknologi
Dalam sejarah yunani, kehadiran pemikiran filsafat sebagai induk dari ilmu dan sains modern telah menimbulkan gejolak dalam masyrakat karena, penemuan filsafat bertentangan dengan system kepercayaan dan mitos mereka. Ketika kepercayaan kepada dewa mengkristal dalam masyrakat yunani, pemikiran filsafat menggugat kepercayaan tersebut. Pemikiran filsafat mengatakan bahwa kejadian alam dan pristianya tidak berkaitan dengan para dewa. Tetapi semuanya itu berasal alam sendiri.  Dewa tidak ada peranannya alam alam. misalnya, tentang pelangi menurut para filsafat, pelangi bukan bidadari yang sedang mandi tetapi gejala alam yang diterangkan secara rasional. Pelangi dalam pandangan filsafat ilmu, adalah bekas rintik-rintik hujan yang belum turun kebumi yang diterpa oleh sinar matahari, sehinga membentuk warna merah, kuning, dan hijau. [3] jadi mitos tida mencukupi untuk dijadikan sumber dalam ilmu pengetahuan dan mitos juga tidak bisa mengatur alam semua itu harus dikembalikan lagi kepada agama dan pengetahuan secara logis.[4]
Menurut thales, kejadian alam bukan terjadi karena perkawinan para dewa, tetapi alam berasal dari alam itu sendiri, yaitu air, semua bersal dari air, dan akan kembali menjadi air. Kemudian Aristoteles berpendapat bahwa Thales mengatakan hal itu karena bahan makan semua makhluk mengandung zat lembab dari seluruh makhluk hidup, padahal air bisa berubah menjadi benda cair menjadi gas dan benda padat.
Terjadi benturan kepentingan, terutama antara para tokoh-tokoh tradisional yang sudah lama menjadi panutan masyrakat dengan para filosofis. Benturan yang semacam ini tidak saja terjadi di yunani, tetapi juga di kawasan lain yang mengalami penemuan-penemuan baru. Namun, ada juga benturan pada masa awal islam. Kedatangan filsafat dan yunani ke dunia islam, tidak mengalami gejolak yang besar dalam masyrakatnya. Hal ini di sebabkan oleh beberapa factor: [5]
1.      Masyrakat islam waktu itu belum terlalu mengkristal dalam satu pola hidup tertentu. Mereka masih bebas untuk melakukan ijtihad dalam berbagai lapangan, baik fiqih, teologi, filsafat maupun ilmu.
2.      Al-qur’an dan hadis nabi mendorong untuk melakukan penelitian ilmiah dan mengobsevasi kejadian-kejadian di alam untuk dijadikan ikhtibar bagi orang-orang yang berakal.
3.      Para khalifa waktu itu sangat mendorong kegiatan ilmiah, baik fasilitas maupun dana. Masa khalifa Harun al-Rasyid dan AlAmin, berbagai buku filsafat dan ilmu diterjemahkan dalam bahasa arab. Para ilmuan diberi insentif oleh kerajaan untuk mengembangkan berbagai disiplin ilmu. Karena itu, muncul ulama yang tidak hanya ahli dalam bidang agama, tetapi juga ahli dalam bidang fisika, kimia, matematika, dan kedokteran.[6]
Seiring dengan kemajuan sains dan teknologi di barat, nilai-nilai agama berangsur-angsur juga bergeser dengan ilmu. Bagi sebagian ilmuwan dibarat agama dianggap penghalang kamajuan menurut B R. Wilson, agama terlibat sedikit dalam masyrakat. Namun, dia mengakui terlalu pagi untuk mengatakan bahwa masyrakat modern dapat berfungsi tanpa agama. Menurut Wilsom, agama akan menemukan fungsi-fungsi baru untuk dijalankan, tetapi mungkin bukan agama yang menerima nilai-nilai institusionalisme, agama ekumenisme, melaikan agama sekte-sekte.
            Menurut Naisbitt dan Patrica Aburdene, abad ke-21 nanti akan terjadi kecebdrungan-kecenderungan yang sangat besar dalam kehidupanumat manusia. Kecendrungan-kecendrungan itu otomatis akan membutuhkan persiappan dan sekaligus kegoncanagan dalam aspek kehidupan. Dia menyimpulkan ada 10 kecendrungan yang akan timbul nantinya:[7]
1.                  Ledakan ekonomi global tahun 1990-an
2.                  Renaisans dalam bidang seni
3.                  Menculnya pasar bebas sosialisme
4.                  Gaya hidup global dan sosialisme kebudayaan
5.                  Privatisasi di Negara makmur
6.                  Meningkatnya wilayah fasifik
7.                  Tahun 1990-an era wanita dalam kepemimpinan
8.                  Era biologi
9.                  Kebangkitan agama di melenium ke tiga
10.              Kemenangan individual.[8]
Harvey Cox, seorang teolog, lebih lanjut mengatakan bahwa kebangkitan agama adalah fenomena global yang harus berkerja sama menguraikan tentang kemodernnan, yang di meyanininya juga tanda-tanda akhir dari semacam keyakinan bahwa sains dan teknologi akan mengatsi semua problem kita.
Sementara itu, Sultan Takdir Alisjhbana, berpendapat bahwa dalam era globalisasi dan informasi yang semakin terbuka, agama dapat memerankan diri dala bidang moral dan etika. Sebab agama selalu mengaitkan segala aktivitas manusia kepada kekudusan Tuhan. Dan memberikan keadanya perasaan kekecilan dari penyerahan. Khusus agama islam, Alisjihbana, menekankan pada etika yang mnuju kepada kekudusan di alam baka, kehidupan disini adalah sementara. Di samping itu, al-qur’an dengan jelas menegaskan kedudukan manusia sebagai khalifa Tuhan di muka bumi. Oleh karena itu, manusia harus seslalu mengelolah dan meneliti alam sesuai dengan tujuan-tujuan diciptakan alam oleh Tuhan.
Peran agama dalam mengahadapi sains dan teknologi adalah tetap menyesua-ikan diri dengan perkembangan sains dan teknologi dengan titik tekannya pada aspek moral dan penggunaannya serta menjaga keseimbangan lingkungan hidup.[9]agama harus memberikan semangat spiritualitas yang bersifat global kepada umat manusia agar para pelaku dan pengguna teknologi mamawas diri. Agama, sebagaimana dinyatakan oleh Naisbitt, akan bangkit pada abad ke-21. Namun kebagkitan agama tidak dalam bentuk formal, tetapi semacam kesadaran atau kebutuhan akan sesuatu spiritualitas. Dengan demikian, agama yang menghadirkan kebutuhan tersebut akan mendapat tempat di berbagai lapisan masyrakat.
B.     Tujuan Agama dan Sains
Dari segi tujuan, agama berfungsi membimbing umat manusia agar hidup tenang dan bahagiadi sunia dan diakhirat. Adapun sains  berfungsi sebagai sarana mempermuda aktivitas manusia di dunia. Disini Nampak jelas titik singgung antara agama dan sains. Kebahagiaan di dunia menurut agama adalah prasyarat untuk mencapai kebahagiaan di akhirat. Sains adalah salah satu sarana untuk embahagiakan dan mempermuda aktivitas manusia di dunia. Dengan teknologi mobil dia dengan cepat sampai kesuatu tujuan yang jauh. Dengan tenologi arsitektur dia mampu membangu ruma yang nyaman dan indah. Semua itu dlama pandangan agama, adalah penting dan perlu sebab ketenangan dan kebahagiaan tersebut membuat dia leluasa menjalankan ajaran-ajaran agama yang mengantarkan kepada kebahagiaan di akhirat. [10]
Pelaku kegiatan sains dan agama adalah manusia. Agama dan sains sama-sama mengakui bahwa manusia merupakan makhluk yang tertinggi tingkatannya dibandingkan dengan makhluk lain. Dalam konsep islam manusia dianggap sebagai khalifa dimuka bumi, yakni pengganti Allah.
Tugas utama manusia sebagai khalifa Allah adalah mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya. Potensi yang tertinggi dan yeng membedakan ia dengan makhluk lain adalah daya akal. Dengan akal manusia mampu mengungguli kemampuan makhluk yang memiliki keahlian tertentu, seperti manusia mampu terbang melebihi ketinggian dan kecepatan burung.
Andi Hakim Nasoetion mengatakan bahwa yang dimaksud dengan khalifa di muka bumi adalah kemampuan ia mengambil keputusan. Kemampuan mengmbil keputusan berdasarkan kepada kemampuan manusia berfikir dan bernalar. Kemampuan itu dimungkinkan pada manusia karena ia memiliki susunan otak yang paling sempurna dibandingkan dengan otak berbagai makhluk hidup lainnya.
Dalam beberapa agama dan sains sebenarnya saling membutuhkan. Agama membutuhkan penjelasan sains tentang fakta-fakta yang ada di alam, sebagaimana termaktub dalam kitad suci. Al-qur’an menegaskan agar selalu meneliti peredaran planet-planet dan meneliti kejadian bumi dan langit. Sebaliknya, ilmu membutuhkan agama dalam memberikan dasar moral bagi penerapa dan kegunaan sains tersebut bagi kehidupan umat manusia dan linkungan. Keterjalinan antara agama dan sains inilah yang akan merupakan kunci kesuksesan dan kebahagiaan di dunia.
Ketika kebutuhan fisik terpenuhi oleh sains dan teknologi, maka unsure jiwa memiliki kebutuhan tertentu. Di antara kebutuhan jiwa adalah keteganggan hidup. Sains dan teknologi memang dapat menjadikan manusia berbahagaia, tetapi agar kebahagiaan itu tidak bersifat materi semata, maka agama perlu memberikan nilai spiritual ke dalam hidup manusia. Lagi pula, agar manusia tidak diperbudak oleh penemuannya sendiri. Kadangkala orang yang tekah mampu membuat teknologi canggi.sesorang yang memiliki mobil mewah, mau tidak mau cara berpakaian dan tempat makannya haru sesuai dengan model mobil yang dipakainya. Fenomena ini menunjukan bahwah dia telah terstruktur oleh teknologi dan dia terpenjara oleh teknologi. Disini agama memberikan petunjuk bahwa manusia setiap saat harus mampu mengendalikan sains dan teknologi, bukan sebaliknnya.
C.    Agama dan Sains Modern Sebagai Kebutuhan Manusia.
Dalam pandangan positivisme atau materialism, jika sains dan teknologi sudah maju, maka masyrakat tidak membutuhkan agama lagi sebab  semua kebutuhan dan keinginan mereka sudah terpenuhi., oleh sains dan teknologi.[11] Kemajuan sains dan teknologi abad ini membawah dampak yang sangat kuat dan berkembang pesat. Boleh dikatakan bahwa 95% penduduk dunia sekarang telah menggunakan teknologi modern. Mungkin sebagian suku-suku terasingsaja yang belum menggunakan teknologi modern.
Manusia pengguna teknologi, disatu sisi mendapatkan kemudahan dalam aktivitasnya, tetapi disisi lain, dia terstruktur dan terbelengu oleh teknologi itu sendiri. Sains dan teknologi adalah hasil daya akal manusia dan sekaligus kebutuhannya. Namun, manusia tengelam dalam struktur sains dan teknologi. Jiwa manusia memiliki dua daya yaitu dua daya akal dan daya hati. Daya akaal digunakan untuk mencapai ilmu pengetahuan dan menemukan hal-hal yang baru.daya berfikir adalah sifat yang paling penting bagi akal.
Manusia sebenarnya masih membutuhkan kesenangan dibalik materi itu, yaitu  kebutuhan spiritual. Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan bati yang tidak berbentuk materi.[12]boleh jadi seseorang yang telah terpenuhi segala kebutuhan materinya, tetapi perasaanya belum puas dan bahagia dengan apa yang mereka miliki. Sebaliknya, seseorang belum mencukupi segalah kebutuhan materinya, tetapi dia sudah merasa puas dan bahagia.
Agama bagi manusia merupakan kebutuhan alamia (fitrah) manusia. Berbagai pendapat mengenai kefitraan agama ini dapat dikaji pada beberapa pemikiran. Misalnya, Einstein menyatakan bahwa sifat social manusialah yang pada gilirannya meruakan salah satu factor pendorong terjadinya agama. Agama sebagai fitrah manusia melahirkan keyakinan bahwa agama adalah satu-satunya cara pemenuhan kebutuhan manusia.[13] Adanya konsep keabadian jiwa dalam agama merupakan dorongan bagi pemeluknya agar selalu berfikir dan bertujuan jauh kedepan. Pandangan jauh kedepan ini memiliki aspek yang positif, antara lain kebahagiaan yang hakiki sulit dicapai didunia yang serba terbatas.
Kebutuhan dalam meramal dan berfikir jauh kedepan sudah merupakan naluri manusia. Seiring dengan kemajuan sains dan teknologi, dinegara-negara barat bermunculan oara futirolog yang terkenal, seperti Naisbitt dan Alvin Toffler. Mereka meramalkan masa depan manusia dengan berpijak pada kenyataan yang sekarang dan pengalaman manusia yang telah lewat. Hasil dari ramalanya dibukukan dan menjadi buku yang paling laris dibeli masyrakat.
Dengan demikian kebutuhan masyrakat modern tidak hanya sains dan teknologi, tetapi kebutuhan rohani, termasuk kebutuhan akan masa depan, baik di dunia maupun sesudahnya. Kebutuhan rohaniini ada pada agama. Agama islam umpamanya memberikan petunjuka bahwa kebahagiaan rohani dan jasmani itu saling terkait. Seseorang yang akan memiliki harta yang banyak dianggap baik ketika mampu. Do’a yang selalu dianjurkan bagi seorang muslim adalah kebahagiaan dunia dan akhirat. Jadi kebahagiaan dunia menjadi prasyrat bagi kebahagiaan di akhirat.[14]

BAB III
PENUTUP 
A.    Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa:
1.      Peran dan tantangan agama dalam menghadapi sains dan teknologi adalah tetap menyesuaikan diri dengan perkembangan sain dan teknologi dengan titik tekannya pada aspek moral dan penggunaanya serta menjaga keseimbangan lingkungan hidup.
2.      agama berfungsi membimbing umat manusia agar hidup tenang dan bahagiadi sunia dan diakhirat. Adapun sains  berfungsi sebagai sarana mempermuda aktivitas manusia di dunia.
3.      Sains dibutuhkan manusia untuk  berfikir jauh kedepan. Sedangkan, Agama bagi manusia merupakan kebutuhan alamia (fitrah) manusia. Berbagai pendapat mengenai kefitraan agama ini dapat dikaji pada beberapa pemikiran
B.     Saran
Diharapkan dengan selesainya makalah yang kami buat ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber informasi dan kajian filsafat ilmu khususnya mengenai pandangan islam terhadap sains barat, dan semogah bermanfaat bagi kami dan kawan-kawan serta masyarakat secara umum.

DAFTAR PUSTAKA

  • Bakhtiar, Amsal, Filsafat Agama 1, (Jakarta: Logos Wancana Ilmu,1997)
  • Ismail, Filsafat Agama, ( Bogor : IPB press, 2015)
  • Tafsir, Ahmad, FILSAFAT ILMU; Mengurai Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi Pengetahuan,( Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2004)

No comments:

Post a Comment