MAKALAH FILSAFAT ILMU
“PERAN AGAMA TEHADAP SAINS BARAT”
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Hubungan agama dan sains dalam peradaban manusia
sangat penting, karena peradaban manusia
tidak lepas dari pergumalan antara berbagai nilai, termasuk nilai sains agama.
Setiap ada penemuan baru dalam sains, selalu menimbulkan gejolak tertentu dalam
masyrakat kerena mereka belum memiliki perangkat baru menyesuaikan diri dengan
penemuan tersebut., sedangka perangkat dan nilai-nilai lama tidak saja
menimbulkan gejolak, tetapi sekaligus kebingungan dan perubahan dalam berbagai
aspek kehidupan. [1]
Agama adalah salah satu ciri kehidupan social
manusia yang universal dalam arti bahwa semua masyrakat mempunyai cara-cara
berpikir dan pola-pola prilaku yang memenuhi syarat untuk disebut agama. Agama
adalah suatu peraturan yang mengatur suatu kehidupan manusia agar tidak kacau. Dalam
bahasa arab, agama dikenal dengan kata al-din yang berarti agama adalah bersift umum tidak
ditunjukkan pada salah satu agama, al adalah nama untuk setiap kepercayaan
yang ada di dunia ini. [2]
Dala pandangan saintik sekuler, agama dan sains
memiliki perbedaan yang sangat jauh dan sukar dipertemukan. Bidang kajian agama
adalah bidang kajian agama adalah alam metafisik, sedangkan bidang kajian sains
adalah alam empiris. Sumber agama dari Tuhan sedangkan sains dari alam,
pendekatan agama deduktif emosional, sedangkan sains induktif rasional. Agama
bersifat subjektif, sedangkan sains objektif. Ukuran agama dalah mukmin atau
kafir, sedangkan sains benar atau salah.
Perbedaan
agama dan sains tentu ada dan dalam beberapa hal, perbedaan itu
diperlukan agar tidak terjadi kekacauan
epistimologis dalam menguraikan suatu permasalahan. Agama dan sains dapat
dibedakan, tetapi dapat dipisahkan. Ukuran kebenaran dalam sains harus dapat
dibuktikan secara empiris. Adapun kebenaran agama tidak perlu dibuktikan secara
empiris.
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana peran dan tantangan agama
dalam sains?
2. Bagaimana tujuan agama dan sains?
3. Bagaimana kebutuhan manusian terhadap
sains dan agama?
C.
TUJUAN PENULISAN
Yang menjadi
tujuan penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk menambah wawasan bagi pembaca tentang sains
dalam paradigma islam.
2. Untuk melatih penulis agar dapat menulis karya ilmiah.
3. Dapat mengetahui dampak negatif dari perkembangan sains
barat
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Peran dan
tantanagan agama terhadap sains dan teknologi
Dalam sejarah yunani, kehadiran pemikiran filsafat sebagai
induk dari ilmu dan sains modern telah menimbulkan gejolak dalam masyrakat
karena, penemuan filsafat bertentangan dengan system kepercayaan dan mitos
mereka. Ketika kepercayaan kepada dewa mengkristal dalam masyrakat yunani,
pemikiran filsafat menggugat kepercayaan tersebut. Pemikiran filsafat mengatakan
bahwa kejadian alam dan pristianya tidak berkaitan dengan para dewa. Tetapi
semuanya itu berasal alam sendiri. Dewa
tidak ada peranannya alam alam. misalnya, tentang pelangi menurut para
filsafat, pelangi bukan bidadari yang sedang mandi tetapi gejala alam yang
diterangkan secara rasional. Pelangi dalam pandangan filsafat ilmu, adalah
bekas rintik-rintik hujan yang belum turun kebumi yang diterpa oleh sinar
matahari, sehinga membentuk warna merah, kuning, dan hijau. [3]
jadi mitos tida mencukupi untuk dijadikan sumber dalam ilmu pengetahuan dan
mitos juga tidak bisa mengatur alam semua itu harus dikembalikan lagi kepada
agama dan pengetahuan secara logis.[4]
Menurut thales, kejadian alam bukan terjadi karena
perkawinan para dewa, tetapi alam berasal dari alam itu sendiri, yaitu air,
semua bersal dari air, dan akan kembali menjadi air. Kemudian Aristoteles
berpendapat bahwa Thales mengatakan hal itu karena bahan makan semua makhluk
mengandung zat lembab dari seluruh makhluk hidup, padahal air bisa berubah
menjadi benda cair menjadi gas dan benda padat.
Terjadi
benturan kepentingan, terutama antara para tokoh-tokoh tradisional yang sudah
lama menjadi panutan masyrakat dengan para filosofis. Benturan yang semacam ini
tidak saja terjadi di yunani, tetapi juga di kawasan lain yang mengalami
penemuan-penemuan baru. Namun, ada juga benturan pada masa awal islam.
Kedatangan filsafat dan yunani ke dunia islam, tidak mengalami gejolak yang
besar dalam masyrakatnya. Hal ini di sebabkan oleh beberapa factor: [5]
1. Masyrakat
islam waktu itu belum terlalu mengkristal dalam satu pola hidup tertentu.
Mereka masih bebas untuk melakukan ijtihad dalam berbagai lapangan, baik fiqih,
teologi, filsafat maupun ilmu.
2. Al-qur’an
dan hadis nabi mendorong untuk melakukan penelitian ilmiah dan mengobsevasi
kejadian-kejadian di alam untuk dijadikan ikhtibar bagi orang-orang yang
berakal.
3. Para
khalifa waktu itu sangat mendorong kegiatan ilmiah, baik fasilitas maupun dana.
Masa khalifa Harun al-Rasyid dan AlAmin, berbagai buku filsafat dan ilmu
diterjemahkan dalam bahasa arab. Para ilmuan diberi insentif oleh kerajaan
untuk mengembangkan berbagai disiplin ilmu. Karena itu, muncul ulama yang tidak
hanya ahli dalam bidang agama, tetapi juga ahli dalam bidang fisika, kimia,
matematika, dan kedokteran.[6]
Seiring
dengan kemajuan sains dan teknologi di barat, nilai-nilai agama
berangsur-angsur juga bergeser dengan ilmu. Bagi sebagian ilmuwan dibarat agama
dianggap penghalang kamajuan menurut B R. Wilson, agama terlibat sedikit dalam
masyrakat. Namun, dia mengakui terlalu pagi untuk mengatakan bahwa masyrakat
modern dapat berfungsi tanpa agama. Menurut Wilsom, agama akan menemukan fungsi-fungsi
baru untuk dijalankan, tetapi mungkin bukan agama yang menerima nilai-nilai
institusionalisme, agama ekumenisme, melaikan agama sekte-sekte.
Menurut Naisbitt dan Patrica
Aburdene, abad ke-21 nanti akan terjadi kecebdrungan-kecenderungan yang sangat
besar dalam kehidupanumat manusia. Kecendrungan-kecendrungan itu otomatis akan
membutuhkan persiappan dan sekaligus kegoncanagan dalam aspek kehidupan. Dia
menyimpulkan ada 10 kecendrungan yang akan timbul nantinya:[7]
1.
Ledakan ekonomi global tahun 1990-an
2.
Renaisans dalam bidang seni
3.
Menculnya pasar bebas sosialisme
4.
Gaya hidup global dan sosialisme
kebudayaan
5.
Privatisasi di Negara makmur
6.
Meningkatnya wilayah fasifik
7.
Tahun 1990-an era wanita dalam
kepemimpinan
8.
Era biologi
9.
Kebangkitan agama di melenium ke
tiga
10.
Kemenangan individual.[8]
Harvey
Cox, seorang teolog, lebih lanjut mengatakan bahwa kebangkitan agama adalah
fenomena global yang harus berkerja sama menguraikan tentang kemodernnan, yang
di meyanininya juga tanda-tanda akhir dari semacam keyakinan bahwa sains dan
teknologi akan mengatsi semua problem kita.
Sementara
itu, Sultan Takdir Alisjhbana, berpendapat bahwa dalam era globalisasi dan
informasi yang semakin terbuka, agama dapat memerankan diri dala bidang moral
dan etika. Sebab agama selalu mengaitkan segala aktivitas manusia kepada
kekudusan Tuhan. Dan memberikan keadanya perasaan kekecilan dari penyerahan.
Khusus agama islam, Alisjihbana, menekankan pada etika yang mnuju kepada
kekudusan di alam baka, kehidupan disini adalah sementara. Di samping itu,
al-qur’an dengan jelas menegaskan kedudukan manusia sebagai khalifa Tuhan di
muka bumi. Oleh karena itu, manusia harus seslalu mengelolah dan meneliti alam
sesuai dengan tujuan-tujuan diciptakan alam oleh Tuhan.
Peran agama dalam mengahadapi sains dan teknologi adalah tetap menyesua-ikan
diri dengan perkembangan sains dan teknologi dengan titik tekannya pada aspek
moral dan penggunaannya serta menjaga keseimbangan lingkungan hidup.[9]agama
harus memberikan semangat spiritualitas yang bersifat global kepada umat
manusia agar para pelaku dan pengguna teknologi mamawas diri. Agama,
sebagaimana dinyatakan oleh Naisbitt, akan bangkit pada abad ke-21. Namun
kebagkitan agama tidak dalam bentuk formal, tetapi semacam kesadaran atau
kebutuhan akan sesuatu spiritualitas. Dengan demikian, agama yang menghadirkan
kebutuhan tersebut akan mendapat tempat di berbagai lapisan masyrakat.
B.
Tujuan
Agama dan Sains
Dari
segi tujuan, agama berfungsi membimbing umat manusia agar hidup tenang dan
bahagiadi sunia dan diakhirat. Adapun sains
berfungsi sebagai sarana mempermuda aktivitas manusia di dunia. Disini
Nampak jelas titik singgung antara agama dan sains. Kebahagiaan di dunia
menurut agama adalah prasyarat untuk mencapai kebahagiaan di akhirat. Sains
adalah salah satu sarana untuk embahagiakan dan mempermuda aktivitas manusia di
dunia. Dengan teknologi mobil dia dengan cepat sampai kesuatu tujuan yang jauh.
Dengan tenologi arsitektur dia mampu membangu ruma yang nyaman dan indah. Semua
itu dlama pandangan agama, adalah penting dan perlu sebab ketenangan dan
kebahagiaan tersebut membuat dia leluasa menjalankan ajaran-ajaran agama yang
mengantarkan kepada kebahagiaan di akhirat. [10]
Pelaku
kegiatan sains dan agama adalah manusia. Agama dan sains sama-sama mengakui
bahwa manusia merupakan makhluk yang tertinggi tingkatannya dibandingkan dengan
makhluk lain. Dalam konsep islam manusia dianggap sebagai khalifa dimuka bumi,
yakni pengganti Allah.
Tugas
utama manusia sebagai khalifa Allah adalah mengembangkan potensi yang terdapat
dalam dirinya. Potensi yang tertinggi dan yeng membedakan ia dengan makhluk
lain adalah daya akal. Dengan akal manusia mampu mengungguli kemampuan makhluk
yang memiliki keahlian tertentu, seperti manusia mampu terbang melebihi
ketinggian dan kecepatan burung.
Andi
Hakim Nasoetion mengatakan bahwa yang dimaksud dengan khalifa di muka bumi
adalah kemampuan ia mengambil keputusan. Kemampuan mengmbil keputusan berdasarkan
kepada kemampuan manusia berfikir dan bernalar. Kemampuan itu dimungkinkan pada
manusia karena ia memiliki susunan otak yang paling sempurna dibandingkan
dengan otak berbagai makhluk hidup lainnya.
Dalam
beberapa agama dan sains sebenarnya saling membutuhkan. Agama membutuhkan
penjelasan sains tentang fakta-fakta yang ada di alam, sebagaimana termaktub
dalam kitad suci. Al-qur’an menegaskan agar selalu meneliti peredaran
planet-planet dan meneliti kejadian bumi dan langit. Sebaliknya, ilmu membutuhkan
agama dalam memberikan dasar moral bagi penerapa dan kegunaan sains tersebut
bagi kehidupan umat manusia dan linkungan. Keterjalinan antara agama dan sains
inilah yang akan merupakan kunci kesuksesan dan kebahagiaan di dunia.
Ketika
kebutuhan fisik terpenuhi oleh sains dan teknologi, maka unsure jiwa memiliki
kebutuhan tertentu. Di antara kebutuhan jiwa adalah keteganggan hidup. Sains
dan teknologi memang dapat menjadikan manusia berbahagaia, tetapi agar
kebahagiaan itu tidak bersifat materi semata, maka agama perlu memberikan nilai
spiritual ke dalam hidup manusia. Lagi pula, agar manusia tidak diperbudak oleh
penemuannya sendiri. Kadangkala orang yang tekah mampu membuat teknologi
canggi.sesorang yang memiliki mobil mewah, mau tidak mau cara berpakaian dan
tempat makannya haru sesuai dengan model mobil yang dipakainya. Fenomena ini
menunjukan bahwah dia telah terstruktur oleh teknologi dan dia terpenjara oleh
teknologi. Disini agama memberikan petunjuk bahwa manusia setiap saat harus
mampu mengendalikan sains dan teknologi, bukan sebaliknnya.
C.
Agama dan
Sains Modern Sebagai Kebutuhan Manusia.
Dalam
pandangan positivisme atau materialism, jika sains dan teknologi sudah maju,
maka masyrakat tidak membutuhkan agama lagi sebab semua kebutuhan dan keinginan mereka sudah
terpenuhi., oleh sains dan teknologi.[11]
Kemajuan sains dan teknologi abad ini membawah dampak yang sangat kuat dan
berkembang pesat. Boleh dikatakan bahwa 95% penduduk dunia sekarang telah
menggunakan teknologi modern. Mungkin sebagian suku-suku terasingsaja yang
belum menggunakan teknologi modern.
Manusia
pengguna teknologi, disatu sisi mendapatkan kemudahan dalam aktivitasnya,
tetapi disisi lain, dia terstruktur dan terbelengu oleh teknologi itu sendiri. Sains
dan teknologi adalah hasil daya akal manusia dan sekaligus kebutuhannya. Namun,
manusia tengelam dalam struktur sains dan teknologi. Jiwa manusia memiliki dua
daya yaitu dua daya akal dan daya hati. Daya akaal digunakan untuk mencapai
ilmu pengetahuan dan menemukan hal-hal yang baru.daya berfikir adalah sifat
yang paling penting bagi akal.
Manusia
sebenarnya masih membutuhkan kesenangan dibalik materi itu, yaitu kebutuhan spiritual. Kebutuhan spiritual
adalah kebutuhan bati yang tidak berbentuk materi.[12]boleh
jadi seseorang yang telah terpenuhi segala kebutuhan materinya, tetapi
perasaanya belum puas dan bahagia dengan apa yang mereka miliki. Sebaliknya,
seseorang belum mencukupi segalah kebutuhan materinya, tetapi dia sudah merasa
puas dan bahagia.
Agama
bagi manusia merupakan kebutuhan alamia (fitrah) manusia. Berbagai pendapat
mengenai kefitraan agama ini dapat dikaji pada beberapa pemikiran. Misalnya,
Einstein menyatakan bahwa sifat social manusialah yang pada gilirannya meruakan
salah satu factor pendorong terjadinya agama. Agama sebagai fitrah manusia
melahirkan keyakinan bahwa agama adalah satu-satunya cara pemenuhan kebutuhan
manusia.[13] Adanya
konsep keabadian jiwa dalam agama merupakan dorongan bagi pemeluknya agar
selalu berfikir dan bertujuan jauh kedepan. Pandangan jauh kedepan ini memiliki
aspek yang positif, antara lain kebahagiaan yang hakiki sulit dicapai didunia
yang serba terbatas.
Kebutuhan
dalam meramal dan berfikir jauh kedepan sudah merupakan naluri manusia. Seiring
dengan kemajuan sains dan teknologi, dinegara-negara barat bermunculan oara
futirolog yang terkenal, seperti Naisbitt dan Alvin Toffler. Mereka meramalkan
masa depan manusia dengan berpijak pada kenyataan yang sekarang dan pengalaman
manusia yang telah lewat. Hasil dari ramalanya dibukukan dan menjadi buku yang
paling laris dibeli masyrakat.
Dengan
demikian kebutuhan masyrakat modern tidak hanya sains dan teknologi, tetapi
kebutuhan rohani, termasuk kebutuhan akan masa depan, baik di dunia maupun
sesudahnya. Kebutuhan rohaniini ada pada agama. Agama islam umpamanya
memberikan petunjuka bahwa kebahagiaan rohani dan jasmani itu saling terkait.
Seseorang yang akan memiliki harta yang banyak dianggap baik ketika mampu. Do’a
yang selalu dianjurkan bagi seorang muslim adalah kebahagiaan dunia dan
akhirat. Jadi kebahagiaan dunia menjadi prasyrat bagi kebahagiaan di akhirat.[14]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Peran
dan tantangan agama dalam menghadapi sains dan teknologi adalah tetap
menyesuaikan diri dengan perkembangan sain dan teknologi dengan titik tekannya
pada aspek moral dan penggunaanya serta menjaga keseimbangan lingkungan hidup.
2. agama
berfungsi membimbing umat manusia agar hidup tenang dan bahagiadi sunia dan
diakhirat. Adapun sains berfungsi
sebagai sarana mempermuda aktivitas manusia di dunia.
3. Sains
dibutuhkan manusia untuk berfikir jauh
kedepan. Sedangkan, Agama bagi manusia merupakan kebutuhan alamia (fitrah)
manusia. Berbagai pendapat mengenai kefitraan agama ini dapat dikaji pada
beberapa pemikiran
B.
Saran
Diharapkan dengan selesainya makalah
yang kami buat ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber informasi dan
kajian filsafat ilmu khususnya mengenai pandangan islam terhadap sains barat,
dan semogah bermanfaat bagi kami dan kawan-kawan serta masyarakat secara umum.
DAFTAR PUSTAKA
- Bakhtiar, Amsal, Filsafat Agama 1, (Jakarta: Logos Wancana Ilmu,1997)
- Ismail, Filsafat Agama, ( Bogor : IPB press, 2015)
- Tafsir, Ahmad, FILSAFAT ILMU; Mengurai Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi Pengetahuan,( Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2004)
No comments:
Post a Comment