1

loading...

Friday, November 23, 2018

MAKALAH PANCASILA


MAKALAH PANCASILA  

Monisme,   Dualisme, Naturalisme , Hedonisme

Pendahuluan
Latar Belakang

Penjelasan mengenai makna kehidupan dan bagaimana seharusnya kita menjalaninya merupakan masalah yang klasik, yang hingga sekarang susah untuk ditetapkan filsafat mana yang paling benar yang seharusnya kita anut. Para filsuf tersebut menggunakan sudut pandang yang berbeda sehingga menghasilkan filsafat yang berbeda pula. Dari beberapa banyak aliran filsafat, kami hanya membahas aliran filsafat monisme, dualisme, naturalisme,dan hedonisme.
Antara aliran atau paham yang satu dan yang lainnya ada yang saling bertentangan dan ada pula yang memiliki konsep dasar sama. Akan tetapi meskipun bertentangan, bukanlah untuk saling dipertentangkan. Justru dengan banyaknya aliran atau paham yang sudah diperkenalkan oleh tokoh-tokoh filsafat, kita dapat memilih cara yang pa­s dengan persoalan yang sedang kita hadapi.
Memahami sistem filsafat sesungguhnya menelusuri  dan mengkaji suatu pemikiran mendasar dan tertua yang  mengawali kebudayaan manusia. Suatu sistim, filsafat berkembang berdasarkan ajaran seorang atau beberapa orang tokoh pemikir filsafat. Sistem filsafat sebagai suatu masyarakat atau bangsa. Sistem filsafat amat ditentukan oleh potensi dan kondisi masyarakat atau bangsa itu, tegasnya oleh kerjasama faktor dalam dan faktor luar.
Faktor-faktor ini diantaranya yang utama ialah sikap dan pandangan hidup, citakarsa dan kondisi alam lingkungan.  Apabila cita karsanya tinggi dan kuat tetapi kondisi alamnya tidak menunjang, maka bangsa itu tumbuhnya tidak subur (tidak jaya).Tujuan dari penulisan makalah ini sendiri, selain memenuhi kewajiban membuat tugas, adalah untuk memenuhi rasa ingin tahu dan keterkaitan penulis terhadap bab aliran filsafat monisme, dualisme, naturalisme,dan hedonisme.
PEMBAHASAN

1.      Monisme
Monisme (monism) berasal dari kata Yunani yaitu monos (sendiri, tunggal) 1. Teori bahwa segala sesuatu di alam semesta dapat direduksi menjadi (atau menjelaskan dalam term-term) aktivitas dari satu unsur fundamental (Tuhan, materi, pikiran, energi, bentuk). 2. Teori bahwa segala sesuatu diturunkan dari satu sumber tunggal. 3. Kepercayaan bahwa realitas adalah satu, dan yang lainnya hanyalah ilusi. [1]
secara istilah monisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa unsur pokok dari segala sesuatu adalah unsur yang bersifat tunggal/ Esa. Unsur dasariah ini bisa berupa materi, pikiran, Allah, energi dll. Bagi kaum materialis unsur itu adalah materi, sedang bagi kaum idealis unsur itu roh atau ide. Orang yang mula-mula menggunakan terminologi monisme adalah Christian Wolff (1679-1754).
Dalam aliran ini tidak dibedakan antara pikiran dan zat. Mereka hanya berbeda dalam gejala disebabkan proses yang berlainan namun mempunyai subtansi yang sama. Ibarat zat dan energi dalam teori relativitas Enstein, energi hanya merupakan bentuk lain dari zat. Atau dengan kata lain bahwa aliran monisme menyatakan bahwa hanya ada satu kenyataan yang fundamental.
Adapun para filsuf yang menjadi tokoh dalam aliran ini antara lain: Thales (625-545 SM), yang menyatakan bahwa kenyataan yang terdalam adalah satu subtansi yaitu air. Pendapat ini yang disimpulkan oleh Aristoteles (384-322 SM) , yang mengatakan bahwa semuanya itu air. Air yang cair itu merupakan pangkal, pokok dan dasar (principle) segala-galanya.
Semua barang terjadi dari air dan semuanya kembali kepada air pula. Bahkan bumi yang menjadi tempat tinggal manusia di dunia, sebagaian besar terdiri dari air yang terbentang luas di lautan dan di sungai-sungai. Bahkan dalam diri manusiapun, menurut dr Sagiran, unsur penyusunnya sebagian besar berasal dari air. Tidak heran jika Thales, berkonklusi bahwa segala sesuatu adalah air, karena memang semua mahluk hidup membutuhkan air dan jika tidak ada air maka tidak ada kehidupan.
Sementara itu Anaximandros (610-547 SM) menyatakan bahwa prinsip dasar alam haruslah dari jenis yang tak terhitung dan tak terbatas yang disebutnya sebagai apeiron yaitu suatu zat yang tak terhingga dan tak terbatas dan tidak dapat dirupakan dan tidak ada persamaannya dengan suatu apapun. Berbeda dengan gurunya Thales, Anaximandros, menyatakan bahwa dasar alam memang satu akan tetapi prinsip dasar tersebut bukanlah dari jenis benda alam seperti air. Karena menurutnya segala yang tampak (benda) terasa dibatasi oleh lawannya seperti panas dibatasi oleh yang dingin.
Aperion yang dimaksud Anaximandros, oleh orang Islam disebutnya sebagai Allah. Jadi bisa dikatakan bahwa pendapat Anaximandros yang mengatakan bahwa terbentuknya alam dari jenis yang tak terbatas dan tak terhitung, dibentuk oleh Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini pula yang dikatakan Ahmad Syadali dan Mudzakir (1997) bahwa yang dimaksud aperion adalah Tuhan.
Anaximenes (585-494 SM), menyatakan bahwa barang yang asal itu mestilah satu yang ada dan tampak (yang dapat diindera). Barang yang asal itu yaitu udara. Udara itu adalah yang satu dan tidak terhingga. Karena udara menjadi sebab segala yang hidup.
Jika tidak ada udara maka tidak ada yang hidup. Pikiran kearah itu barang kali dipengaruhi oleh gurunya Anaximandros, yang pernah menyatakan bahwa jiwa itu serupa dengan udara. Sebagai kesimpulan ajaranya dikatakan bahwa sebagaimana jiwa kita yang tidak lain dari udara, menyatukan tubuh kita. Demikian udara mengikat dunia ini menjadi satu. Sedang filsuf moderen yang menganut aliran ini adalah B. Spinoza yang berpendapat bahwa hanya ada satu substansi yaitu Tuhan. Dalam hal ini Tuhan diidentikan dengan alam (naturans naturata). [2]

2.      Dualisme
Dualisme (dualism) berasal dari kata Latin yaitu duo (dua). Dualisme yaitu pandangan filosofis yang menekankan tentang eksistensi dua alam yang independen, terpisah, tidak dapat direduksi, dan unik. Contoh-contoh: supranatural/natural, Tuhan/alam, ruh/materi, tubuh/jiwa, alam kasat/alam tak kasat, dunia inderawi/dunia intelek, substansi pemikiran/substansi material, realitas aktual/realitas kemungkinan, dunia noumenal/dunia fenomenal, kekuatan baik/kekuatan jahat. [3]
Dualisme adalah ajaran yang menyatakan realitas itu terdiri dari dua substansi yang berlainan dan bertolak belakang. Masing-masing substansi bersifat unik dan tidak dapat direduksi, misalnya substansi adi kodrati dengan kodrati, Tuhan dengan alam semesta, roh dengan materi, jiwa dengan badan dll. Ada pula yang mengatakan bahwa dualisme adalah ajaran yang menggabungkan antara idealisme dan materialisme, dengan mengatakan bahwa alam wujud ini terdiri dari dua hakikat sebagai sumber yaitu hakikat materi dan ruhani.
Dapat dikatakan pula bahwa dualisme adalah paham yang memiliki ajaran bahwa segala sesuatu yang ada, bersumber dari dua hakikat atau substansi yang berdiri sendiri-sendiri. Orang yang pertama kali menggunakan konsep dualisme adalah Thomas Hyde (1700), yang mengungkapkan bahwa antara zat dan kesadaran (pikiran) yang berbeda secara subtantif. Jadi adanya segala sesuatu terdiri dari dua hal yaitu zat dan pikiran.
Yang termasuk dalam aliran ini adalah Plato (427-347 SM), yang mengatakan bahwa dunia lahir adalah dunia pengalaman yang selalu berubah-ubah dan berwarna-warni. Semua itu adalah bayangan dari dunia idea. Sebagai bayangan, hakikatnya hanya tiruan dari yang asli yaitu idea.
Karenanya maka dunia ini berubah-ubah dan bermacam-macam sebab hanyalah merupakan tiruan yang tidak sempurna dari idea yang sifatnya bagi dunia pengalaman. Barang-barang yang ada di dunia ini semua ada contohnya yang ideal di dunia idea sana (dunia idea).
Lebih lanjut Plato mengakui adanya dua substansi yang masing-masing mandiri dan tidak saling bergantung yakni dunia yang dapat diindera dan dunia yang dapat dimengerti, dunia tipe kedua adalah dunia idea yang bersifat kekal dan hanya ada satu. Sedang dunia tipe pertama adalah dunia nyata yang selalu berubah dan tak sempurna. Apa yang dikatakan Plato dapat dimengerti seperti yang dibahasakan oleh Surajiyo (2005), bahwa dia membedakan antara dunia indera (dunia bayang-bayang) dan dunia ide (dunia yang terbuka bagi rasio manusia).
Rene Descartes (1596-1650 M) seorang filsuf Prancis, mengatakan bahwa pembeda antara dua substansi yaitu substansi pikiran dan substansi luasan (badan). Jiwa dan badan merupakan dua sebstansi terpisah meskipun didalam diri manusia mereka berhubungan sangat erat.
Dapat dimengerti bahwa dia membedakan antara substansi pikiran dan substansi keluasan (badan). Maka menurutnya yang bersifat nyata adalah pikiran. Sebab dengan berpikirlah maka sesuatu lantas ada, cogito ergo sum! (saya berpikir maka saya ada). Leibniz (1646-1716) yang membedakan antara dunia yang sesungguhnya dan dunia yang mungkin. Immanuel Kant (1724-1804) yang membedakan antara dunia gejala (fenomena) dan dunia hakiki (noumena).[4]

3.      Naturalisme
Naturalisme berasal dari ® Nature (alam) isme (paham) PAHAM ALAMI. Bahwa filsafat naturalisme merupakan hasil berlakunya hukum alam fisik dan terjadinya menurut kodrat atau menurut wataknya sendiri. Aliran filsafat naturalisme memandang: “Bahwa manusia diciptakan agar dapat belajar dan berpikir untuk kembali kepada pencipta-Nya, dalam hal ini implikasi di dunia nyata bahwa proses pendidikan dilakukan dengan berafiliasi kepada prinsip ke-Tuhanan.” Naturalisme lahir pada abad ke 17 dan mengalami perkembangan pada abad ke 18 yang dipelopori oleh J.J Rosseau.
Rosseau berpendapat bahwa semua anak yang baru dilahirkan mempunyai pembawaan baik. Pembawaan baik akan menjadi rusak karena dipengaruhi lingkungan. Pendidikan yang diberikan orang dewasa, justru dapat merusak pembawaan baik anak itu.Ada 3 tokoh yang memberikan teori tentang aliran filsafat naturalisme, yaitu: 1. Plato ( SM) 2. Aristoteles ( SM) 3. William R. Dennis (Filsuf Modern).
1. PLATO ( SM)
Teori plato menyatakan bahwa Terdapat dua dunia yaitu dunia materi yang merupakan obyek pengalaman dan dunia rohani yang merupakan obyek pengertian, yang terpisah sama sekali antara satu dengan
Yang lainnya.
2. Aristoteles ( SM)
Menentang Pendapat Plato Jika dunia rohani terlepas sama sekali dari dunia materi, maka dunia rohani tidak berguna lagi bagi dunia materi. Bahkan jika ide-ide rohani (eidos) terlepas sama sekali tidak dapat dikenal oleh manusia, yang termasuk dunia materi ini juga. Teori Aristoteles menyatakan bahwa mahluk-mahluk hidup didunia ini terdiri atas dua prinsip : a. Prinsip formal, yakni bentuk atau hakekat adalah apa yang mewujudkan mahluk hidup tertentu dan menentukan tujuannya. b. Prinsip material, yakni materi adalah apa yang merupakan dasar semua mahluk.
3. William R. Dennis (Filsuf Modern)
Teori William R. Dennis menyatakan bahwa kejadian dianggap sebagai ketegori pokok, bahwa kejadian merupakan hakekat terdalam dari kenyataan, artinya apapun yang bersifat nyata pasti termasuk dalam kategori alam Yang nyata ada pasti bereksistensi, sesuatu yang dianggap terdapat diluar ruang dan waktu tidak mungkin merupakan kenyataan dan apapun yang dianggap tidak mungkin ditangani dengan menggunakan metode-metode yang digunakan dalam ilmu-ilmu alam tidak mungkin merupakan kenyataan.
Analisa terhadap kejadian-kejadian, bahwa faktor-faktor penyusun segenap kejadian ialah proses, kualitas, dan relasi. Masalah hakekat terdalam merupakan masalah ilmu, bahwa segenap kejadian baik kerohanian, kepribadian, dan sebagainya dapat dilukiskan berdasarkan kategori-kategori proses, kualitas dan relasi.
Pengetahuan ialah memahami kejadian-kejadian yang saling berhubungan, pemahaman suatu kejadian, atau bahkan kenyataan, manakala telah mengetahui kualitasnya, seginya, susunannya, satuan penyusunnya, sebabnya, serta akibat-akibatnya.
Aliran filsafat naturalisme terbagi menjadi 2 macam, yaitu:
1)        Naturalisme Materialistik
2)        Naturalisme Humanistik pandangan filsafat naturalisme terhadap pendidikan
NATURALISME HUMANISTIK TEORI “Bahwa di dunia tak ada selain materi, atau bahwa nature (alam) dan dunia fisik adalah satu.”Terbagi 2 macam yaitu:1. MATERIALISME MEKANIK, 2. MATERIALISME DIALETIK.
1.      MATERIALISME MEKANIK
Materialisme mekanik ® akal dan aktivitas-aktivitasnya merupakan bentuk tindak-tanduk makhluk hidup.Bagi para pengikut aliran materialisme mekanik, semuaperubahan di dunia, baik perubahan yang menyangkutalam atau perubahan yang menyangkut manusia,semuanya bersifat kepastian semata-mata.Jika sains dapat menjelaskan segala sesuatu dengansebab mekanik saja, akibatnya tidak ada alasan untukpercaya kepada Allah dan tujuan dari alam. Alam diatur dengan hukum fisik materi, walaupun hal itu mengenai proses yang sangat kompleks dan halus dari akal manusia.
2.      MATERIALISME DIALEKTIK
Dialektik adalah suatu fakta empiris, dapat diketahui dari penyelidikan tentang alam, dikuatkan oleh pengetahuan lebih lanjut tentang hubungan sebab musabab yang dikemukakan oleh ahli sejarah dan sains.Dialektika menyatakan ® bahwa proses di alam semesta adalah setara dan perlahan (gradual).Hukum-hukum dialektika menjelaskan cara dimana proses-proses perubahan dalam realitas terjadi. Pengikut materialisme dialetik ® materi adalah kurang riil darijiwa, karena pikiran atau jiwa adalah essensi dari alam.
PANDANGAN FILSAFAT NATURALISME TERHADAP PENDIDIKAN
Peserta didik harus dipersiapkan kepada dan untuk Tuhan.Untuk itu pendidikan yang signifikan dengan pandangannya adalah pendidikan ketuhanan, budi pekerti dan intelek. Pendidikan tidak hanya sebatas untuk menjadikan seseorang mau belajar, melainkan juga untuk menjadikan seseorang lebih arif dan bijaksana. Naturalisme memiliki 3 prinsip tentang proses pembelajaran Anak didik belajar melalui pengalamannya sendiri.
Kemudian terjadi interaksi antara pengalaman dengan kemampuan pertumbuhan dan pengalaman di dalam dirinya secara alami. Pendidik hanya menyediakan lingkungan belajar yang menyenangkan.Program pendidikan di sekolah harus disesuaikan dengan minat dan bakat dengan menyediakan lingkungan belajar yang beorientasi pada pola belajar anak didik.

4.      Hedonisme
Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan.
 Hedonisme merupakan ajaran atau pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia.
Terdapat tiga aliran pemikiran dalam hedonis yakni Cyrenaics, Epikureanisme, dan Utilitarianisme. Paham ini berusaha menjelaskan adalah baik apa yang memuaskan keinginan manusia dan apa yang meningkatkan kuantitas kesenangan itu sendiri. Hedonisme (Aristippus) pandangan bahwa tujuan kehidupan adalah usaha mencapai segala kenikmatan fisik setinggi mungkin, sesering mungkin dan cara apapun tanpa memperhatikan konsekuensi yang mungkin dialami.
Hedonisme (Epicurus) pandangan bahwa kebaikan tertinggi dalam kehidupan adalah tiadanya : rasa sakit, gangguan terhadap kenikmatan yang membawa rasa sakit atau ketidak enakan sebagai konsekuensinya. Tujuan hidup haruslah ATRAXIA: (tidak adanya kekhawatiran) ketentraman badani, pikiran, dan ruh. [5]
Ø  Aristippus
Aristippus dari Kyrene adalah seorang filsuf Yunani yang mempelajari ajaran-ajaran Protagoras. Ini dilakukannya selama berada di kota asalnya, yaitu Kyrene, Afrika Utara. Aristippus kemudian mencari Sokrates dan menjalin hubungan baik dengannya. Setelah Sokrates wafat, Aristippos tampil sebagai "Sofis" dan menjadi guru profesional di Atena. Lalu di Kyrene ia mendirikan sekolah yang dinamakan ''Cyrenaic School'' yang merupakan salah satu sekolah Sokratik yang tidak dominan. Sekolah ini mengajarkan perasaan-perasaan sebagai kebenaran yang paling tepat dalam hidup. Kesenangan adalah baik termasuk juga kepuasan badani.Kehidupan orang bijak selalu mencari jaminan kesenangan maksimal. Aristippus menyetujui pendapat Sokrates bahwa keutamaan adalah mencari "yang baik". Akan tetapi, ia menyamakan "yang baik" ini dengan kesenangan "hedone".
Menurutnya, akal (rasio) menusia harus memaksimalkan kesenangan dan meminimalkan kesusahan.  Hidup yang baik berkaitan dengan kerangka rasional tentang kenikmatan. Kesenangan menurut Aristoppus bersifat badani (gerak dalam badan). Ia membagi gerakan itu menjadi tiga kemungkinan:
·                 Gerak kasar, yang menyebabkan ketidaksenangan seperti rasa sakit
·                 Gerak halus, yang membuat kesenangan
·                 Tiada gerak, yaitu sebuah keadaan netral seperti kondisi saat tidur.
Aristippus melihat kesenangan sebagai hal aktual, artinya kesenangan terjadi kini dan di sini. Kesenangan bukan sebuah masa lalu atau masa depan. Menurutnya, masa lalu hanya ingatan akan kesenangan (hal yang sudah pergi) dan masa depan adalah hal yang belum jelas.
Meskipun kesenangan dijunjung tinggi oleh Aristoppus, ada batasan kesenangan itu sendiri. Batasan itu berupa pengendalian diri. Meskipun demikian, pengendalian diri ini bukan berarti meninggalkan kesenangan. Misalnya, orang yang sungguh-sungguh mau mencapai nikmat sebanyak mungkin dari kegiatan makan dan minum bukan dengan cara makan sebanyak-banyaknya atau rakus, tetapi harus dikendalikan/dikontrol agar mencapai kenikmatan yang sebenarnya.

Ø  Epicurus
Epicurus lahir tahun 342 SM di kota Yunani, Samos, dan meninggal di Atena tahun 270 SM. Ajaran Epicurus menitikberatkan persoalan kenikmatan. Apa yang baik adalah segala sesuatu yang mendatangkan kenikmatan, dan apa yang buruk adalah segala sesuatu yang menghasilkan ketidaknikmatan.
Namun demikian, bukanlah kenikmatan yang tanpa aturan yang dijunjung Kaum Epikurean, melainkan kenikmatan yang dipahami secara mendalam. Kaum Epikurean membedakan keinginan alami yang perlu (seperti makan) dan keinginan alami yang tidak perlu (seperti makanan yang enak), serta keinginan yang sia-sia (seperti kekayaan/harta yang berlebihan). Keinginan pertama harus dipuaskan dan pemuasannya secara terbatas menyebabkan kesenangan yang paling besar.
Oleh sebab itu kehidupan sederhana disarankan oleh Epicurus. Tujuannya untuk mencapai ''Ataraxia'', yaitu ketenteraman jiwa yang tenang, kebebasan dari perasaan risau, dan keadaan seimbang. Epicurus sangat menegaskan kebijaksanaan (phoronesis). Menurutnya, orang yang bijaksana adalah seorang seniman yang dapat mempertimbangkan pilihan nikmat atau rasa sakit. 
Orang bijaksana bukanlah orang yang memperbanyak kebutuhan, tetapi mereka yang membatasi kebutuhan agar dengan cara membatasi diri, ia akan mencapai kepuasan.  Ia menghindari tindakan yang berlebihan. Oleh karena itu, ada sebuah perhitungan yang dilakukan oleh Kaum Epikurean dalam mempertimbangkan segi-segi positif dan negatif untuk mencapai kenikmatan jangka panjang dan mendekatkan diri kepada ataraxia.
Kebahagiaan yang dituju oleh Kaum Epikurean adalah kebahagiaan pribadi (privatistik). Epicurus menasihatkan orang agar tidak mendekatkan diri kepada kehidupan umum (individualisme). Ini bukanlah egoisme. Menurut Epicurus, kebahagiaan terbesar bagi manusia adalah persahabatan. Berkumpul dan berbincang-bincang dengan para kawan dan membina persahabatan jauh lebih menguntungkan dan membantu mencapai ketenangan jiwa.[6]




[1] Liputo,Yuliani,1995. Kamus Filsafat Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. H.212
[2] http://dika-setiawan.blogspot.com/2011/06/ontologi-monisme-dualisme-dan.html
[3]  Liputo,Yuliani,1995. Kamus Filsafat Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. H.83
[4]https://harkaman01.wordpress.com/2013/01/11/aliran-aliran-filsafat-idealisme-materialisme-eksistensialisme-monisme-dualisme-dan-pluralisme/
[5] Liputo,Yuliani,1995. Kamus Filsafat Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. H.135

[6]  https://id.wikipedia.org/wiki/Hedonisme

No comments:

Post a Comment