1

loading...

Friday, November 2, 2018

MAKALAH PEMIKIRAN MUHAMMAD ALI PASYA

MAKALAH PEMIKIRAN MUHAMMAD ALI PASYA 

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kata yang lebih dikenal untuk pembaharuan adalah modernisasi. Kata modernisasi lahir dari dunia barat, adanya sejak terkait dengan masalah agama. Dalam masyarakat barat kata modernisasi mengandung pengertian pemikiran, aliran, gerakan, dan usaha untuk mengubah paham-paham, adat istiadat, institusi-institusi lama dan sebagainya. Agar semua itu dapat disesuaikan dengan pendapat-pendapat dan keadaan baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Namun bukan berarti pembaharuan disini mengubah isi Al-Qur’an dan Hadist. Mulai abad Pertengahan merupakan abad gemilang bagi umat islam.
Pada abad kedelapanbelas terjadi persaingan keras antara Perancis dan Inggris untuk berebut pengaruh di dunia Timur. Oleh karena itu Napoleon Bonaparte (1769-1821) dari Perancis melihat kedudukan Mesir, secara geografis, sangat strategis sebagai batu loncatan untuk menguasai India, meskipun nantinya usahanya gagal di Palestina.
Napoleon Bonaparte bersama tentara Perancis mendarat di Alexandria, Mesir, pada tanggal 2 Juli 1798. Saat itu pertahanan kerajaan Turki Usmani dan Mamluk berada dalam keadaan lemah. Dari literatur yang ada disebutkan kota-kota penting seperti Alexandria, Rasyid dan Kairo telah jatuh ketangan  Napoleon Bonaparte. Tanggal 22 Juli Napoleon sudah dapat menguasai seluruh negeri Mesir.
Muhammad ‘Ali Pasya menyadari akan kemunduran orang-orang Mesir setelah pendudukan Napoleon Bonaparte, semenjak itulah ‘Ali mengadakan pembaharuan dalam masyarakat Mesir dalam bidang ekonomi, militer, pendidikan dan publikasi. Dalam hal pendidikan ‘Ali mendirikan Sekolah Modern (tingkat dasar, menengah dan tinggi). ‘Ali juga melakukan inovasi pendidikan dalam lini kurikulum meliputi (Ilmu Pengetahuan Bahasa, Ilmu Pengetahuan Sosial, Ilmu Pengetahuan Alam, Matematika, dan Pengetahuan Keterampilan). Pembaharuan inilah menurutnya dapat membangun negeri Mesir dari ketertinggalan.

B.     Rumusan masalah
1.      Bagaimana Pemikiran dari Muhammad Ali Pasya?

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Latar Belakang Kehidupan Muhammad Ali Pasya
Muhammad Ali atau lebih dikenal dengan Muhammad Ali Pasya dilahirkan pada bulan Januari 1765 M, di Kawalla, sebuah kota yang terletak dibagaian utara Yunani dan meninggal di Mesir pada tahun 1849. Negeri inti telah menjadi bagaian Negara Turki Utsmani sejak ditaklukkannya oleh Sultan Muhammad II Al-fatih pada tahun 857/1453 dan baru dapat melepaskan diri dari kekuasaan Istanbul pada tahun 1245/1829. Ayah Muhammad Ali Pasyah bernama Ibrahim Agha, seorang  imigran Turki, kelahiran Yunani. Ia mempunyai 17 orang putera dan salah seorang diantaranya bernama Muhammad Ali Pasya. Pekerjaan ayahnya disamping sebagai penjual rokok juga sebagai kepala petugas juga (watchman) pada sebuah kota didaerahnya.
            Pada awal kehadiran Muhammad Ali pasya di Mesir, hubungannya berjalan dengan mudah menyesuaikan diri dengan masyarakatnya. Hampir setiap masalah yang muncul dapat diselesaikan, karena ia dikenal sebagai perwira yang luwes dan mempunyai wawasan masa depan. Tetapi ketika ia mulai menerapkan ide-idenya, maka mulailah muncul tantangan dari penduduk Mesir terutama dari kaum ulama. Namun karena kearifannya, Muhammad Ali Pasya dapat meredam setiap reaksi yang muncul sehingga dalam waktu singkat ia dapat mewujudkan program pembaharuannya dalam berbagai bidang antara lain bidang militer, ekonomi, pendidikan dan ilmu pengetahuan.[1])
            Pertama bidang militer, seperti halnya dengan raja-raja lainnya, Muhammad Ali Pasya pertama-tama melakukan rekontruksi terhadap kekuatan militernya, karena ia yakin bahwa kekuasaan hanya dapat dipertahankan dan diperbesar dengan kekutan militer. Tetapi berlainan dengan raja-raja lain, ia mengerti bahwa dibelakang kekuatan militer itu mesti ada kekuatan ekonomi yang sanggup membelanjai pembaharuan dalam bidang militer dan bidang-bidang lain yang berhubungan dengan urusan militer.
            Pendudukan Mesir oleh Napoleon dengan kemenangan perang yang amat cepat telah membuka mata Muahmmad Ali Pasya tentang kelemahan umat Islam. Untuk melawan Napoleon Bonaparte yang telah menguasai Mesir, sultan Hamid III (1789-1807) mengumpulkan tentara. Salah seorang perwiranya ialah Muhammad Ali Pasya.
            Setelah ia dewasa ia bekerja sebagai pemungut pajak, namun karena kecakapannya dalam pekerjaan ini, ia menjadi kesayangan Gubernur Utsamani setempat. Akhirnya ia diangkat sebagai orang yang membantu Gubernur tersebut dan mulai dari waktu itu bintangnya terus menaik. Selanjutnya ia masuk dunia militer dan dalam lapangan ini juga menujukkan kecakapan dan kesanggupannya, sehingga pangkatnya cepat naik menjadi perwira. Ketika pergi ke-Mesir ia mempunyai kedudukan wakil perwira yang mengepalai pasukan yang dikirim dari daerahnya.[2])
            Dalam pertempuran dengan tentara Perancis, Ali menujukkan keberanian yang luar biasa. Karena itu, ia diangkat menjadi colonel. Ketika tentara Perancis meninggalkan Mesir pada tahun 1801. Muhammad Ali betul-betul menjadi penguasa penuh Mesir. Ia menjadi wakil resmi sultan (Kerajaan Utsmani) di Mesir. Ia menjalankan kekuasaan sebagai dictator. Pada tahun 1805, ia memberinya gelar Pasya pada dirinya sendiri.
            Muhammad Ali Pasya mengetahui bahwa kekuasaannya hanya dapat dipertahankan dengan kekuasaan militer. Di belakang kekuatan militer itu harus harus ada kekuatan ekonomi. Inilah dua pemikiran pokok Muhammad Ali Pasya. Muahmmad Ali Pasya turut memainkan peranan penting dalam kekosongan kekuasaan politik yang timbul sebagai akibat dari kepergian tentara waktu itu. Kaum Mamluk yang dahulu lari dikejar Napoleon kembali ke Kairo untuk memegang kekuasaan mereka yang lama. Dari Istanbul datang pula Pasya dengan tentara Utsmani. Kedua golongan ini berusaha keras untuk merbut kekuasaan bagi pihaknya. Simpati rakyat Mesir menaruh rasa benci kepada kaum Mamluk dapat diperolehnya. Pasukan dipimpinnya bukan terdiri dari orang-orang turki, tetapi dari orang-orang Albania. Kedua unsur ini memperkuat kedudukannya untuk memasuki pertarungan merebut kekuasaan.
            Setelah memasuki puncak kekuasaan di Mesir Muahmmad Ali Pasya pun mulai memusnahkan pihak-pihak yang mungkin akan menentang kekuasaannya, terutama kaum Mamluk. Kesempatan timbul ketika yang tersebut belakangan ini berusaha untuk membunuh Muhammad Ali, tetapi konspirasi mereka ketahuan, pimpinan-pimpinannya ditangkap dan dibunuh. Muhammad Ali Pasya bersikap seolah-olah mengampuni yang lain, dan suatu ketika mengundang mereka berpesta di Istananya di bukit Mukattam.
            Setelah mereka semua masuk, pintu-pintu yang membawa ke daerah Istana dikunci dan sebelum pesta selesai ia diberi tanda untuk menyembelih mereka semuanya. Menurut cerita dari 470 kaum Mamluk, hanya seorang yang dapat melepaskan diri dengan melompat dari pagar istana kejurang yang ada di bukit Makattam itu, kaum Mamluk yang ada diluar Kairo kemudian diburu, mana yang dapat dibunuh dan sebahagian kecil dapat melarikan diri ke Sudan. Pada akhir tahun 1811, kekuatan kaum Mamluk di Mesir telah habis.
            Aspek lain yang menarik dari kebijakan Muhammad Ali Pasya adalah pengiriman mahasiswa-mahasiswa Mesir ke Italia, Perancis, Inggris dan Austria untuk mempelajari berbagai bidang kajian modern. Setelah kembali mereka diminta untuk menterjemahkan karya-karya teknis diberbagai bidang. Muhammad Ali Pasya mendirikan penerbitan untuk menyebarluaskan ilmu-ilmu baru ini. Meski pada mulanya ia bermaksud membatasi skop kegiatan para mahasiswa ini hanya pada skil-skil yang akan mendukung kekuasaannya, dalam kenyataannya tidaklah demikian. Para mahasiswa yang dikirim ke Eropa ini pada gilirannya membawa kembali ide-ide baru, kemungkinan besar, lebih banyak dari yang semula ia kehendaki.

B.     Gerakan Pembaharuan Muhammad Ali Pasya

Muhammad Ali Pasya (1765-1849) perlu deberi sedikit catatan. Meskipun sebenarnya lebih tepat disebut sebagai tokoh sejarah politik, akan tetapi beberapa kebijakkan yang diambilnya untuk tujuan politik pribadinya ternyata berkaitan dengan timbulnya pembaharuan pemikiran di Timur Tengah khususnya di Mesir. Kepiawaiannya memanfaatkan situasi membuat Muhammad Ali naik ke tampuk kekuasaan. Pada tahun 1805 ia berhasil memantapkan kedudukannya sebagai penguasa, diakui oleh sultan di Istanbul dan diterima oleh rakyat Mesir.[3])
Sebagai kepala pemerintahan karir Muhammad ali pasya, sangat menonjol pada permulaan dasawarsa kedua dari abad ke-19 ia sebagai negarawan dan politikus cukup berpengaruh di afrika Utara dan dunia arab. Pada tahun 1228/1813 ia mengirimkan dari Mesir satu ekspedisi atas permintaan Sultan Utsmani ketika itu, dan ekspedisi ini dapat membebaskan kota Mekkah dan Madinah dalam tahun itu juga.
Muhammad Ali Pasya mengetahui bahwa kekuasaanya hanya dapat dipertahankan dengan kekuatan militer. Dibelakang militer itu harus ada kekuatan ekonomi. Inilah dua pemikiran pokok Muhammad Ali Pasya. Untuk memperkuat perekonomian ia memperbaiki irigasi lama, membuat irigasi baru, penanaman kapas, mendatangkan ahli dari eropa dan membuka sekolah pertanian pada tahun 1863. Tanah kaum Mamluk dirampas pemerintah, begitu pula dengan tanah orang-orang kaya di Mesir. Muhammad Ali Pasya menganggap bila tanah rakyat sudah dikuasi, akan terjadi pengelolaan tunggal pertanian yang merupakan tulang punggung pertanian Mesir saat itu. Muhammad Ali Pasya ingin memonopoli perdagangan di negerinya.
Untuk memperkuat militer, ia tidak segan-segan mendatangkan tenaga-tenaga dari Perancis. Tak lama kemudian terbentuklah Nizam-ijedid yang merupakan model baru angkatan bersenjata Muhammad Ali Pasya. Hal yang menghebohkan diantaranya merampas kejayaan para penguasa Mesir dan memanfaatkan harta kaum Mamluk yang sudah dilakukannya. Kejayaan inilah yang dijadikannya model untuk membiayaai sector pertanian, sistem irigasipun diterapkannya, dengan begitu suplai bibit kapas dari India, dan Sudan yang didatangkannya besar-besaran. Tenaga ahli pertanian dari luar negeri juga didatangkan untuk memperlicin industri-industri modern di Mesir.[4])
Kendati buta huruf, perhatiannya terhadap dunia pendidikan sungguh sangat besar, ini terbukti dengan didirikannya kementrian pendidikan pada tahun 1815, yang sebelumnya tidak dikenal. Beberapa sekolah modern seperti sekolah militer tahun 1815, sekolah teknik 1816, sekolah kedokteran 1827, sekolah apoteker 1829, sekolah pertambangan 1834, sekolah pertama 1836, sekolah penerjemahan 1836.
Kurikulum-kurikulum pendidikan dirombak dan beberapa mata pelajaran menyesuaikan diri sesuai kebutuhan saat itu. Beberapa tambahan mata pelajaran umum tadinya tidak dirumuskan termasuk mempelajari secara insentif bahasa Eropa menjadi kewajiban disekolah-sekolah menengah dimaksud. Begitu juga spesialisasi keahlian dibidang-bidang terapan mengalami penekanan yang makin penting.
Langkah-langkah Muhammad Ali Pasya tesebut sangat baru bagi rakyat Mesir tentu saja mereka menyambut dengan gembira. Apalagi banyak pemuda cerdik dan pandai banyak yang dikirim ke barat dalam usaha mempelajari bahasa eropa dan metode penerjemahan. Muhammad Ali Pasya melakukan perbaikan dan pembaharuan di bidang militer dan ekonomi. Yang menarik adalah kesadarannya akan superioritas Eropa dibidang teknologi militer dan yang lainnya serta kesiapannya untuk mengambil manfaat dari Eropa.[5]) Setelah menghancurkan militer Mamluk ia membangun kembali militer modern, mencakup angkatan darat dan laut. Dalam hal ini ia memanfaatkan tenaga-tanga militer Perancis sebagai pelatih.
Pada tahun 1812 tanah wakaf dijadikan milik Negara, orang-orang yang dahulunya deberi hak untuk menguasai tanah, kini berstatus penyewa tanah-tanah Negara. Perdagangan luar negeri dimonopoli oleh Negara. Kemudian tahun 1815 semua hasil kapas dan bahan-bahan pakaian dikuasai oleh Negara., selanjutanya hasil biji-bijian dan hasil tambang juga berada dibawah penguasaan Negara.
Muhmamad Ali Pasya tampaknya berusaha untuk merebut seluruh hasil perekonomian Negara, meskipun harus mengorbankan sistem kendali modal dari para pemilik tanah dan kaum modalis berstatus penduduk pribumi. Kebijaksanaan yang dijalankan Muhammad Ali Pasya dalam rangka meningkatkan perekonomian di Mesir pada tahun-tahun pertama memang mendapat protes dari kaum pribumi, akan tetapi Muhammad Ali juga menyadari bahwa konsekuensi logis dari kemajuan suatu bangsa adalah adanya kesedihan rakyatnya untuk menyerahkan sebagaian hasil miliknya kepada Negara.
Para pelajar dan sarjana yang selesai tugas belajarnya disuruh kembalai untuk mengabdikan ilmunya. Disnilah titik awal sejarah modern secara nyata bagi rakyat Mesir. Ilmu pengetahuan modern pun telah mempengaruhi pola intelektual dan sikap ilmiah generasi muda Mesir, mereka selain bekerja sebagai birokrat, pendidik ada yang secara langsung menjadi arsitek bagi modernisasi Mesir dibawah pemerintahan Muhammad Ali Pasya.
Usaha-usaha pembaharuan perekonomian yang diterapkan oleh Muhammad Ali di Mesir meskipun mendapat kecaman pada awalnya, bahkan sebagaian usaha perekonomian dianggap tidak berhasil, namun secara umum sistem perekonomiannya memberikan kontribusi yang besar bagi kemajuan bangsa Mesir terutama dalam masa-masa selanjutnya.
Pembaharuan yang dilkukan oleh Muhammad Ali dibidang pendidikan yang mana, sebelumnya telah diuraikan, banyak didirikannya sekolah-sekolah bagi rakyatnya, boleh dikatakan serupa inilah barulah kali ini didirikan didunia Islam, sekolah-sekolah yang jauh berlainan dengan sekolah-sekolah tradisional hanya mengajarkan agama. Ada tiga hal yang terpenting yang dihadapi saat itu, yakni soalguru, soal mahasiswa dan soal buku.[6])
Untuk mengatasi persoalan guru, Ali mengirimkan mahasiswa-mahasiswa keluar Mesir, murid-murid dibujuk dengan pemberian gaji yang menarik. Mereka diberi program pelajaran yang intensif yang jauh berlainan dari program di sekolah-sekolah tradisional (madrasah). Buku-buku yang dipakai disekolah Eropa diterjemahkan kedalam bahasa Arab, oleh penerjemah yang pandai dalam bahasa Asing, dan yang bekerja di Dewan Muhammad Ali, oleh pegawai dan departemen-departemen dan oleh mahasiswa yang sedang belajar di Eropa.
Tentunya cara yang dipakai ini membawa hasil yang kurang memuaskan karena penerjemah-penerjemah bukanlah ahli dalam ilmu-ilmu yang terkandung dalam buku-buku yang perlu diterjemahkan itu hasil penerjemahan tidak sempurna dankarena penerjemahan terkadang adalah pekerjaan sambilan, penerjemahan berjalan dengan lambat. Dalam hubungan ini ada diceritakan bahwa sekumpulan mahasiswa yang baru selesai dari studinya dan kembali dari Eropa, semuanya dikunci dalam suatu benteng didekat Istana Muhammad Ali, dan diberikan buku-buku untuk diterjemahkan dalam bahasa Perancis ke dalam bahasa Arab.
Selain itu di Paris didirikan satu rumah Mesir untuk menampung para pelajar yang datang untuk belajar, dan para pelajar yang dikirim tersebut diarahkan untuk menekuni ilmu-ilmu kemiliteran darat dan laut, arsitek, kedokteran, dan obat-obatan. Pada fase-fase inilah Muhammad Ali Pasya semakin dikenal sebagai pembaharu di Mesir, orang yang tadinya menyangsikan keberadaannya di Mesir kembali dari Eropa dan sebaliknya orang-orang Eropa yang sengaja datang ke Mesir berangsur-angsur kembali ke Negara mereka, kemudian diganti dengan tenaga baru sesuai dengan kebutuhan pembangunan yang semakin pesat.
Ide-ide modernisme Muhammad Ali Pasya pun mengalir deras yang diwujudkannya dalam program-program fisik yang sangat berarti bagi Mesir. Cakrawala Negara-negara maju Eropa juga dikenal, padahal selam ini masih asing bagi mereka. Walaupun Ali telah meletakkan dasar-dasar pembaharuan di Mesir, namun apa yang dilakukannya tersebut masih bersifat fisik dan belum banyak menyentuh secara vital terhadap sumber-sumber penting dalam Islam.
Sebagai tokoh pembaharuan Muahmmad Ali pasya mengadakan pembaharuan dalam masyarakat Mesir dengan memodernisasikan dibidang pertanian, perdagangan, perindustrian, militer, pendidikan, dan publikasi. Dalam bidang publikasi, Muhammad Ali menertibkan sebuah surat kabar yang bernama al-waqa’I al-mishriyat ditahun 1244/1828. Surat kabar ini baru memuat pengetahuan-pengetahuan tentang kemajuan-kemajuan barat setelah berada dibawah pimpinan al-thahtawi.
Dari kegiatan yang dimulai Muhammad Ali inilah lahir generasi pertama inteligensi Mesir modern. Dan pada dekade 1830-an generasi awal ini telah mulai berperan dalam sejarah Mesir. Berbagai disiplin ilmu dikembangkan untuk mendukung pembangunan dan kemajuan Mesir, seperti peningkatan mutu dalam bidang kedokteran, ilmu pasti, ilmu fisika, dan ilmu sastra. Asimilasi dalam bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan semakin meluas sehingga Muhammad Ali Pasyasemakin tersohor, bukan hanya di belahan dunia juga sampai melintasi benua-benua lainnya.
BAB III
PENUTUP 
A.    Kesimpulan
Pembaharuan dalam Islam dapat didefenisikan sebagai pemikiran, gagasan, gerakan, dan usaha untuk merubah ajaran-ajaran Islam dalam bentuk faham-faham, tradisi-tradisi. Institusi-institusi lama, untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam melakukan pembaharauan Muhammad Ali Pasya, banyak melakukan pembaharuan, diantaranya dibidang pendidikan, militer, ekonomi, pertanian, perdagangan, dan publikasi hamper disegala aspek pemerintahan.
            Muhammad Ali Pasya adalah seorang pemimpin yang mampu melakukan perbaikan-perbaikan dan pembaharuan diberbagai bidang. Hal inilah yang membuat masyarakat Mesir mengagumi dan menyenanginya. Muhammad Ali Pasya sebagai tokoh pembaharuan memiliki pola piker yang maju, sehingga membawa Mesir pada tingkat perkembangan yang begitu pesat, gagasan-gagasan modernisasinya tersebut megalir deras dan dapat diterima oleh kalangan masyarakat Mesir. Namun, apa yang dilakukannya tersebut masih belum sepenuhnya yang selanjutnya akan dilanjutkan oleh keturunan-keturunan Mesir lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid II. Cet. Keenam, Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1986.
Hasan, Asari, Modernisasi Islam, Bandung: Citapustaka Media, 2002
Wahyudin, Nur Perkembangan Pemikiran Modern di Dunia Islam,Medan: IAIN SU, 2000.



[1]Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Cet. Ketujuh, (Jakarta: Indonesia Bulan Bintang, 1990), h. 29.
[2]Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran Dan Gerakan (Jakarta : Bulan Bintang, 1975), h.35
[3]Wahyudin, Nur Perkembangan Pemikiran Modern di Dunia Islam, (Medan: IAIN SU, 2000), h.10

[4]Ibid, h.11
[5]Hasan, Asari, Modernisasi Islam ,(Bandung: Citapustaka Media, 2002), h. 56
[6]Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Cet. Ketujuh, (Jakarta: Indonesia Bulan Bintang, 1990), h. 29.

No comments:

Post a Comment