1

loading...

Thursday, November 1, 2018

MAKALAH PENGENALAN MATEMATIKA DAN SAINS ANAK

MAKALAH PENGENALAN MATEMATIKA DAN SAINS ANAK 

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
            Pendidikan di TK dilaksanakan dengan maksud meletakkan dasar bagi perkembangan semua aspek tumbuh-kembang anak, baik kognitif, afektif, psikomotor, sebelum masuk pendidikan formal. Usia anak-anak TK merupakan masa yang peka dalam menentukan tumbuh kembang pada masa selanjutnya. Bredekamp (1987:2) mengatakan pembelajaran di TK dilaksanakan dengan prinsip-prinsip Developmentally Appropriate Practice (DAP), dengan pengertian bahwa pembelajaran pada anak bervariasi sesuai pengalaman, minat, perhatian, umur, kecakapan setiap individu anak. Bagi guru, DAP adalah menemui anak secara individu, dan kelompok di tempat anak berada, membantu setiap anak menghadapi tantangan-tantangan dan dalam mencapai tujuan yang berkontribusi pada perkembangan dan belajarnya. Dengan demikian, penting setiap guru memahami bagaimana anak-anak belajar dan berkembang melalui aktivitas-aktivitas yang dilakukan.
            Pembelajaran sains di TK, menurut Semiawan (2002 :103) dilaksanakan berdasar pada asumsi dan visi ”science for all”, dimana sains adalah pengkajian dan penterjemahan pengalaman manusia tentang dunia fisik secara teratur dan sistematis. Dengan asumsi dan visi itu maka anak-anak TK juga memiliki hak untuk belajar sains.
            Kehidupan di masa kanak-kanak didominasi oleh aktivitas bermain, tetapi bermain dapat mengembangkan pembelajaran sains di TK.  Bermain bagi anak-anak merupakan jembatan untuk mengembangkan kemampuan kognitif, bahasa, ruang spasial dan lingkungan sekitar. Bermain bukan mata pelajaran, namun adalah komponen penting pengembangan, sebab saat bermain proses konstruksi pengetahuan anak terjadi dalam interaksinya dengan lingkungan sekitar. Bermain bagi anak adalah aktivitas sungguhan, yang dilakukan sepanjang hari dengan senang gembira tanpa paksaan, dimana anak menjelajahi dunianya dan memperoleh manfaat belajar tentang hal yang baru. Sedangkan interaksi sosial yang disebabkan oleh kegiatan bermain juga bisa membantu proses pembelajaran sains di TK. Karena dengan berkomunikasi guru dapat mengajak anak untuk langsung berkomunikasi dalam menyajikan materi. Karena rendahnya interaksi sosial anak TK dalam pembelajaran sains dapat membuat anak terlalu banyak menghayal.
B.     Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang di atas maka kami dapat menyimpulkan rumusan masalah, sebagai berikut:
1.      Apa tujuan pembelajaran SAINS untuk anak usia dini.
2.      Apa saja fungsi pembelajaran SAINS untuk anak usia dini.
3.      Apa manfaat pemebelajaran SAINS untuk anak usia dini.

C.    Tujuan
            Berdasarkan rumusan masalah diatas maka kami dapat menyimpulkan tujuan makala, sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui apa tujuan pembelajaran SAINS untuk anak usia dini?
2.      Untuk mengetahui apa saja fungsi pembelajaran SAINS untuk anak usia dini?
3.      Untuk mengetahui apa manfaat pemebelajaran SAINS untuk anak usia dini?
BAB II
PEMBAHASAN 
A.    Tujuan Pembelajaran SAINS untuk Anak Usia Dini.
            Tujuan pembelajaran sains  sejalan dengan kurikulum yang ada disekolah yaitu mengembangkan anak secara utuh baik pikiran, hati dan jasmaninya. Mengembangkan intelektual, emosional fisik jasmani maupun fisik kognitif, psikomotorik, afektif (Abruscato, 1982). Rumusan tujuan didasarkan pada pertimbangan bahwa tugas utama sekolah dalah membantu  anak mencapai kebutuhan (baik sekarang maupun yang akan datang). Sesuai dengan kondisi lingkungan ekologi, ekonomi sosial, dan kebutuhan akibat dari perkembangan  IPTEK. Tujuan mendasar dari pendidikan adalah  untuk mengembangkan individu terhadap pendidikan sains itu sendiri. Jadi focus program pengembangan pembelajaran sains untuk memupuk pemahaman , minat dan penghargaan pada anak terhadap dunia dimana mereka hidup (Su-maji, 1988).
            Menurut Like Wilarjo (1988) focus tekanan pendidikan terletak pada bagaimana diri dididik oleh alam agar kita menjadi manusia yang lebih baik. Dengan demikian  tujuan pendidikan sains diarahkan pada konsep-konsep dan dimensi-dimensinya.
Leeper (1994) penngembangan pembelajaran sainspada anak usia dini hendaklah  ditunjukan untuk merealitasikan  4 hal yaitu:
1.      Agar anak memiliki kemampuan dalam memecahkan masalah yang dihadapinya melalui metode sains sehingga anak menjadi terampil.
2.      Agar anak memilki sikap ilmiah.
3.      Agar anak mendapat pengetahuan dan informassains  ilmiah , karena informasi merupakan temuan dan rumusan  yang objektif serta sesuai dengan kaidah-kaidah yang menaunginya.
4.      Agar anak tertarik untuk menghayati sains yang ada di lingkungan  dan alam sekitar.
            Diharapkan juga dapat meningkatkan kecerdasan dan pemahaman anak pada alam berserta isinya (Sumaji 1997) pengembangan pembelajaran sains, bukan hanya dominan kognitif yang terbina tetapi juga motorik afeksinya secara seimbang. Pembelajaran sains akan tumbuh dan berkembang kreativitas  dan kemampuan berfikir kritis  yang semuanya akan  sangat bermanfaat bagi aktualisasi dan kesiapan anak dalam menghadapi  peran  berikutnya. Pengembangan sains pada anak usia dini,  yaitu:
1.      Membantu pemahaman anak tentang konsep sains dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari – sehari.
2.      Membantu melekatkan aspek – aspek yang terkait dengan keterampilan proses sains, sehingga pengetahuan dan gagasan tenatang alam sekitar dalam diri anak menjadi berkembang.
3.      Membantu menumbuhkan minat pada anak untuk mengenal dan mempelajari benda – benda serta kejadiandi luar lingkungannya.
4.      Memfasilitasi dan mengemabngkan sikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggung jawab, bekerja sama, dan mandiri dalam kehidupan.
5.      Membantu anak agar mampu menerapkan berbagai konsep sains untuk menjelaskan gejala – gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari – hari.
6.      Membantu anak agar mampu mengguanakan teknologi sederhana yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
7.      Membantu anak untuk dapat mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan YME.
      Tujuan-tujuan pengajaran sains pada tingkat anak usia dini  dapat disimpulkan menjadi 3 dimensi sebagai  gagasan pokok yaitu:
1.      dimensi produk,merupakan pendidikan yang diarahkan pada pengenalan dan penguasaan fakta, prinsip, teori maupun aspek-aspek lain dalam bidang sains.
2.      dimensi proses, merupakan tujuan yang diarahkan pada penguasaan ketrampilan pada cara kerja sains, merupakan cara kerja dalam mengenal, mengendalikan dan mengungkapkan  segala sesuatu yang terkait dengan alam dengan metode ilmiah.
3.      dimensi  sikap sains, merupakan sikap atau karakter yang dibentuk oleh anak usia dini, sehingga anak menjadi sasaran yang menjadi output serta outcame. Pembinaan dari waktu-kewaktu  diharapkan dapat meningkatkan;
a.       Sikap juju
b.      Sikap kritis
c.       Sikap kreatif
d.      Sikap positif terhadap kegagalan
e.       Sikap rendah hati
f.       Sikap tidak mudah putus asa
g.      Sikap keterbuakaan dann diuji
h.      Sikap menghargai dan menerima masukan
i.        Sikap berpedoman pada fakta dan data yang memadai
j.        Hasrat ingin tahu yang tinggi 
k.      dan sebagainya
B.     Fungsi Pebelajaran SAINS untuk Anak Usia Dini
            Adapun secara rinci fungsi pembelajaran SAINS untuk anak usia dini dijelaskan dalam Sumaji (2006: 35) antara lain ialah:
1.      Memberi bekal pengetahuan dasar, baik untuk dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih lanjut maupun untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
2.      Mengembangkan keterampilan-keterampilan dalam memperoleh, mengembangkan dan menerapkan konsep-konsep pengenalan SAINS.
3.      Menanamkan sikap ilmiah dan melatih anak dalam menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
4.      Menyadarkan anak akan keteraturan alam dan segala keindahanya sehingga anak terdorong untuk mencintai dan mengagungkan Pencipta-Nya.
5.      Memupuk daya kreatif dan inovatif anak.
6.      Membantu anak memahami gagasan atau informasi baru dalam bidang IPTEK.
7.      Memupuk serta mengembangkan minat anak terhadap SAINS.
C.    Manfaat Pembelajaran Matematika untuk Anak Usia Dini
            Anak usia dini, atau usia prasekolah, berada dalam masa emas perkembangan otaknya. Salah satu hasil penelitian menyebutkan, kapasitas kecerdasan anak pada usia empat tahun sudah mencapai 50 persen. Kapasitas ini akan meningkat hingga 80 persen pada usia delapan tahun. Ini menunjukkan pentingnya memberi rangsangan pada anak usia dini.
            Mengenalkan sains dan matematika pada anak bukan berarti mengenalkan rumus-rumus. Suasana harus fun, sehingga anak dalam kondisi ceria akan bertanya mengapa bisa demikian? Apakah kejadian selanjutnya? Dan sebagainya.
            Perlu diingat, mengenalkan sains pada anak harus sesuai dengan tahapan umur dan perkembangannya. Sebagian besar waktu dari anak usia dini dihabiskan bersama orang tua. Maka yang perlu dilakukan orang tua adalah meluangkan sedikit waktu untuk bermain dengan anak. Dalam situasi bermain itulah kita dapat melakukan eksperimen sains dan mengenalkan matematika.
            Bermain merupakan tuntutan dan kebutuhan esensial bagi anak usia dini. Dengan bermain, anak dapat memuaskan tuntutan dan kebutuhan perkembangan dimensi motorik, kognitif, kreativitas, bahasa, emosi, nilai, dan sikap hidup.
            Menurut Whiterington (1979), bermain mempunyai fungsi mempermudah perkembangan kognisi anak dan memungkinkan anak melihat lingkungan, mempelajari sesuatu, dan memecahkan masalah yang dihadapi. Selain itu, bermain juga dapat meningkatkan perkembangan sosial anak.
            Banyak manfaat yang bisa diperoleh jika anak sejak dini telah diperkenalkan dengan sains. Sains melatih anak bereksperimen dengan melaksanakan beberapa percobaan, memperkaya wawasan anak untuk selalu ingin mencoba dan mencoba. Sehingga sains dapat mengarahkan dan mendorong anak menjadi seorang yang kreatif dan penuh inisiatif.
            Sains membiasakan anak-anak mengikuti tahap-tahap eksperimen dan tak boleh menyembunyikan suatu kegagalan. Artinya, sains dapat melatih mental positif, berpikir logis, dan urut (sistematis). Di samping itu, dapat pula melatih anak bersikap cermat, arena anak harus mengamati, menyusun prediksi, dan mengambil keputusan.
            Sekarang banyak buku panduan yang dapat diperoleh di toko buku. Orang tua dapat menambah wawasan tentang sains dan matematika, dengan membacanya terlebih dulu untuk dapat menjawab setiap pertanyaan anak. Yang perlu diingat, jangan berlaku sok tahu dalam menanggapi pertanyaan anak. Jangan pula mematahkan semangatnya dalam bertanya dan belajar.
            Kehidupan anak tidak dapat lepas dari sains, kreativitas dan aktivitas sosial. Makan, minum, menggunakan berbagai benda yang ada di rumah seperti radio, TV, dan kalkulator tidak lepas dari sains dan teknologi. Oleh sebab itu, guru hendaknya dapat menstimulasi anak dengan berbagai kegiatan yang terkait dengan sains dan teknologi. Untuk itu, seorang guru perlu mempelajari konsep-konsep keilmuan dan cara pengajarannya.
            Pengenalan sains untuk anak prasekolah lebih ditekankan pada proses daripada produk. Untuk anak prasekolah keterampilan proses sains hendaknya dilakukan secara sederhana sambil bermain. Kegiatan sains memungkinkan anak melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda, baik benda hidup maupun benda tak hidup yang ada disekitarnya. Anak belajar menemukan gejala benda dan gejala peristiwa dari benda-benda tersebut.
            Sains juga melatih anak menggunakan lima inderanya untuk mengenal berbagai gejala benda dan gejala peristiwa. Anak dilatih untuk melihat, meraba, membau, merasakan dan mendengar. Semakin banyak keterlibatan indera dalam belajar, anak semakin memahami apa yang dipelajari. Anak memperoleh pengetahuan baru hasil penginderaanya dengan berbagai benda yang ada disekitarnya. Pengetahuan yang diperolehnya akan berguna sebagai modal berpikir lanjut. Melalui proses sains, anak dapat melakukan percobaan sederhana. Percobaan tersebut melatih anak menghubungkan sebab dan akibat dari suatu perlakuan sehingga melatih anak berpikir logis.
            Dalam pembelajaran sains, anak juga berlatih menggunakan alat ukur untuk melakukan pengukuran. Alat ukur tersebut dimulai dari alat ukur nonstandar, seperti jengkal, depa atau kaki. Selanjutnya anak berlatih menggunakan alat ukur standar. Anak secara bertahap berlatih menggunakan stuan yang akan memudahkan mereka untuk berfikir secara logis dan rasional. Dengan demikian sains juga mengembangkan kemampuan intelektual anak.
            Pembelajaran sains pada anak usia dini sangat penting untuk memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada anak tentang alam dan segala isinya yang memberikan makna terhadap kehidupannya di masa yang akan datang.
            Pengembangan pembelajaran sains bagi anak usia dini,  harus memiliki arah dan tujuan yang jelas, karena dengan tujuan yang jelas akan dapat dijadikan standar dalam menentukan tingkat ketercapaian dan keberhasilan suatu tujuan pembelajaran yang dikembangkan dan dilaksanakan. Suatu tujuan yang dianggap terstandar dan memiliki karakteristik yang ideal, apabila tujuan yang dirumuskan memiliki tingkat ketepatan (validity), kebermaknaan (meaningfulness), fungsional dan relevansi yang tinggi dengan kebutuhan serta karakteristik sasaran.
      Mengingat pentingnya tujuan pembelajaran mempunyai keterukuran yang memadai, artinya tujuan pembelajaran yang dikembangkan harus dapat diukur dengan mudah, sederhana dan praktis. Prasyarat keterukuran suatu program menjadi suatu keharusan apabila pembelajaran sains dipandang sebagai suatu proses yang dinamis, terus menerus, berkesinambungan dan terintgrasi.  Hasil pengukuran tersebut dapat menjadi umpan balik bagi perbaikan program-program berikutnya. Hal ini sangat penting untuk pengembangan pembelajaran sains bagi anak usia dini.
BAB III
KESIMPULAN
A.    Kesimpulan
            Sains adalah proses sepanjang hayat sebagaimana belajar berhitung. Anak-anak dari segala jenis usia akan memperoleh manfaat dengan menganalisis keadaan-keadaan di sekitarnya yang mengadung unsur sains. Anak-anak perlu didorong agar memperoleh lebih banyak pengalaman sains di alam, kemudian menjelaskan peristiwa-peristiwa yang mereka lihat, menanyakannya, dan menganalisis cara peristiwa-peristiwa itu terjadi.
            Jika kita tidak menginteraksikan sains kepada anak-anak sejak dini, maka sama artinya kita mencetak anak-anak yang sukar menganalisis peristiwa sains. Dengan demikian, ketika kita menginginkan anak-anak kita memiliki kinerja yang baik saat duduk di jenjang sekolah yang lebih tinggi, maka sains mesti kita ajarkan sejak taman kanak-kanak.
            Seorang guru mesti membiarkan anak-anak bereksperimen. Kegiatan eksperimen itu bisa berupa mengumpulkan batu, melempar bola, membaca gambar, menambah kosakata dengan saling bertukar pikiran, dan memberi kesempatan mereka untuk bertanya serta mencari jawabannya. Kesemuanya itu dimasukkan ke dalam kurikulum untuk pendidikan prasekolah.
            Meskipun aktivitas-aktivitas itu dilakukan oleh anak-anak usia prasekolah, tetapi mereka telah belajar melakukan aktivitas-aktivitas penelitan sekaligus berinteraksi dengan keterampilan proses sains. Anak-anak harus mendapatkan kesempatan untuk mengatakan gagasan mereka dan pikiran mereka sebagai wujud dari sebuah dugaan-dugaan sebelum memulai aktivtas sains.
B.     Saran
            Bagi pengembang pembelajaran sains pada anak usia dini, hendaknya pahami terlebih dahulu tujuan sains secara  komprehensif  dan karakteristik perkembangan anak usia dini untuk setiap tahapan usia, kemudian tuangkan dalam rencana pembelajaran yang operasional dengan menerapkan konsep bermain yang menyenangkan.
            Gunakan multi media dalam pembelajaran sains, untuk menghindari rasa jenuh, bosan  pada anak, serta mempertahan perhatian anak untuk tidak berpaling pada objek lain.
DAFTAR PUSTAKA

Ali Nugraha, A.Sy. Dina Dwiyana (Editor), Pengembangan Pembelajaran Sain Pada Anak Usia Dini, JIL SI Foundation, 2008.
Jamaris, Martini,   Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-Kanak,  Jakarta, Grasindo,  2000.
Semiawan, Conny, Belajar dan Pembelajaran dalam tarap Usia Dini: Pendidikan Prasekolah dan Sekolah Dasar, Jakarta, 2002.


No comments:

Post a Comment