MAKALAH PENGENALAN MATEMATIKA DAN SAINS ANAK
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan di TK dilaksanakan dengan
maksud meletakkan dasar bagi perkembangan semua aspek tumbuh-kembang anak, baik
kognitif, afektif, psikomotor, sebelum masuk pendidikan formal. Usia anak-anak
TK merupakan masa yang peka dalam menentukan tumbuh kembang pada masa
selanjutnya. Bredekamp (1987:2) mengatakan pembelajaran di TK dilaksanakan
dengan prinsip-prinsip Developmentally Appropriate Practice (DAP),
dengan pengertian bahwa pembelajaran pada anak bervariasi sesuai pengalaman,
minat, perhatian, umur, kecakapan setiap individu anak. Bagi guru, DAP adalah
menemui anak secara individu, dan kelompok di tempat anak berada, membantu
setiap anak menghadapi tantangan-tantangan dan dalam mencapai tujuan yang
berkontribusi pada perkembangan dan belajarnya. Dengan demikian, penting setiap
guru memahami bagaimana anak-anak belajar dan berkembang melalui
aktivitas-aktivitas yang dilakukan.
Pembelajaran
sains di TK, menurut Semiawan (2002 :103) dilaksanakan berdasar pada asumsi dan
visi ”science for all”, dimana sains adalah pengkajian dan penterjemahan
pengalaman manusia tentang dunia fisik secara teratur dan sistematis. Dengan
asumsi dan visi itu maka anak-anak TK juga memiliki hak untuk belajar sains.
Kehidupan
di masa kanak-kanak didominasi oleh aktivitas bermain, tetapi bermain dapat
mengembangkan pembelajaran sains di TK.
Bermain bagi anak-anak merupakan jembatan untuk mengembangkan kemampuan
kognitif, bahasa, ruang spasial dan lingkungan sekitar. Bermain bukan mata
pelajaran, namun adalah komponen penting pengembangan, sebab saat bermain
proses konstruksi pengetahuan anak terjadi dalam interaksinya dengan lingkungan
sekitar. Bermain bagi anak adalah aktivitas sungguhan, yang dilakukan sepanjang
hari dengan senang gembira tanpa paksaan, dimana anak menjelajahi dunianya dan
memperoleh manfaat belajar tentang hal yang baru. Sedangkan interaksi sosial
yang disebabkan oleh kegiatan bermain juga bisa membantu proses pembelajaran
sains di TK. Karena dengan berkomunikasi guru dapat mengajak anak untuk
langsung berkomunikasi dalam menyajikan materi. Karena rendahnya interaksi
sosial anak TK dalam pembelajaran sains dapat membuat anak terlalu banyak
menghayal.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka kami dapat menyimpulkan rumusan
masalah, sebagai berikut:
1.
Apa
tujuan pembelajaran SAINS untuk anak usia dini.
2.
Apa
saja fungsi pembelajaran SAINS untuk anak usia dini.
3.
Apa
manfaat pemebelajaran SAINS untuk anak usia dini.
C.
Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah diatas maka kami dapat menyimpulkan tujuan makala, sebagai
berikut:
1.
Untuk
mengetahui apa tujuan pembelajaran SAINS untuk anak usia dini?
2.
Untuk
mengetahui apa saja fungsi pembelajaran SAINS untuk anak usia dini?
3.
Untuk
mengetahui apa manfaat pemebelajaran SAINS untuk anak usia dini?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Tujuan Pembelajaran SAINS untuk Anak Usia Dini.
Tujuan pembelajaran sains sejalan dengan kurikulum yang ada disekolah
yaitu mengembangkan anak secara utuh baik pikiran, hati dan jasmaninya.
Mengembangkan intelektual, emosional fisik jasmani maupun fisik kognitif,
psikomotorik, afektif (Abruscato, 1982). Rumusan tujuan didasarkan pada pertimbangan
bahwa tugas utama sekolah dalah membantu
anak mencapai kebutuhan (baik sekarang maupun yang akan datang). Sesuai
dengan kondisi lingkungan ekologi, ekonomi sosial, dan kebutuhan akibat dari
perkembangan IPTEK. Tujuan mendasar dari
pendidikan adalah untuk mengembangkan
individu terhadap pendidikan sains itu sendiri. Jadi focus program pengembangan
pembelajaran sains untuk memupuk pemahaman , minat dan penghargaan pada anak
terhadap dunia dimana mereka hidup (Su-maji, 1988).
Menurut Like Wilarjo (1988) focus
tekanan pendidikan terletak pada bagaimana diri dididik oleh alam agar kita
menjadi manusia yang lebih baik. Dengan demikian tujuan pendidikan sains diarahkan pada
konsep-konsep dan dimensi-dimensinya.
Leeper (1994) penngembangan pembelajaran sainspada anak usia
dini hendaklah ditunjukan untuk
merealitasikan 4 hal yaitu:
1.
Agar anak memiliki kemampuan dalam
memecahkan masalah yang dihadapinya melalui metode sains sehingga anak menjadi
terampil.
2.
Agar anak memilki sikap ilmiah.
3.
Agar anak mendapat pengetahuan dan
informassains ilmiah , karena informasi
merupakan temuan dan rumusan yang
objektif serta sesuai dengan kaidah-kaidah yang menaunginya.
4.
Agar anak tertarik untuk menghayati
sains yang ada di lingkungan dan alam
sekitar.
Diharapkan
juga dapat meningkatkan kecerdasan dan pemahaman anak pada alam berserta isinya
(Sumaji 1997) pengembangan pembelajaran sains, bukan hanya dominan kognitif
yang terbina tetapi juga motorik afeksinya secara seimbang. Pembelajaran sains
akan tumbuh dan berkembang kreativitas
dan kemampuan berfikir kritis
yang semuanya akan sangat
bermanfaat bagi aktualisasi dan kesiapan anak dalam menghadapi peran
berikutnya. Pengembangan sains pada anak usia dini, yaitu:
1. Membantu pemahaman
anak tentang konsep sains dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari – sehari.
2. Membantu
melekatkan aspek – aspek yang terkait dengan keterampilan proses sains,
sehingga pengetahuan dan gagasan tenatang alam sekitar dalam diri anak menjadi
berkembang.
3. Membantu
menumbuhkan minat pada anak untuk mengenal dan mempelajari benda – benda serta
kejadiandi luar lingkungannya.
4. Memfasilitasi
dan mengemabngkan sikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri,
bertanggung jawab, bekerja sama, dan mandiri dalam kehidupan.
5. Membantu anak
agar mampu menerapkan berbagai konsep sains untuk menjelaskan gejala – gejala
alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari – hari.
6. Membantu anak
agar mampu mengguanakan teknologi sederhana yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
7. Membantu anak
untuk dapat mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga
menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan YME.
Tujuan-tujuan
pengajaran sains pada tingkat anak usia dini
dapat disimpulkan menjadi 3 dimensi sebagai gagasan pokok yaitu:
1. dimensi
produk,merupakan pendidikan yang diarahkan pada pengenalan dan penguasaan
fakta, prinsip, teori maupun aspek-aspek lain dalam bidang sains.
2. dimensi
proses, merupakan tujuan yang diarahkan pada penguasaan ketrampilan pada cara
kerja sains, merupakan cara kerja dalam mengenal, mengendalikan dan
mengungkapkan segala sesuatu yang
terkait dengan alam dengan metode ilmiah.
3. dimensi sikap sains, merupakan sikap atau karakter
yang dibentuk oleh anak usia dini, sehingga anak menjadi sasaran yang menjadi
output serta outcame. Pembinaan dari waktu-kewaktu diharapkan dapat meningkatkan;
a. Sikap
juju
b. Sikap
kritis
c. Sikap
kreatif
d. Sikap
positif terhadap kegagalan
e. Sikap
rendah hati
f. Sikap
tidak mudah putus asa
g. Sikap
keterbuakaan dann diuji
h. Sikap
menghargai dan menerima masukan
i.
Sikap berpedoman pada fakta dan data
yang memadai
j.
Hasrat ingin tahu yang tinggi
k. dan
sebagainya
B.
Fungsi Pebelajaran SAINS untuk Anak Usia Dini
Adapun secara rinci fungsi
pembelajaran SAINS untuk anak usia dini dijelaskan dalam Sumaji (2006: 35)
antara lain ialah:
1. Memberi
bekal pengetahuan dasar, baik untuk dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan
yang lebih lanjut maupun untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Mengembangkan
keterampilan-keterampilan dalam memperoleh, mengembangkan dan menerapkan
konsep-konsep pengenalan SAINS.
3. Menanamkan
sikap ilmiah dan melatih anak dalam menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah
yang dihadapinya.
4. Menyadarkan
anak akan keteraturan alam dan segala keindahanya sehingga anak terdorong untuk
mencintai dan mengagungkan Pencipta-Nya.
5. Memupuk
daya kreatif dan inovatif anak.
6. Membantu
anak memahami gagasan atau informasi baru dalam bidang IPTEK.
7. Memupuk
serta mengembangkan minat anak terhadap SAINS.
C.
Manfaat Pembelajaran Matematika untuk Anak Usia Dini
Anak usia dini, atau usia prasekolah,
berada dalam masa emas perkembangan otaknya. Salah satu hasil penelitian
menyebutkan, kapasitas kecerdasan anak pada usia empat tahun sudah mencapai 50
persen. Kapasitas ini akan meningkat hingga 80 persen pada usia delapan tahun.
Ini menunjukkan pentingnya memberi rangsangan pada anak usia dini.
Mengenalkan sains dan matematika pada
anak bukan berarti mengenalkan rumus-rumus. Suasana harus fun, sehingga
anak dalam kondisi ceria akan bertanya mengapa bisa demikian? Apakah kejadian
selanjutnya? Dan sebagainya.
Perlu diingat, mengenalkan sains pada
anak harus sesuai dengan tahapan umur dan perkembangannya. Sebagian besar waktu
dari anak usia dini dihabiskan bersama orang tua. Maka yang perlu dilakukan
orang tua adalah meluangkan sedikit waktu untuk bermain dengan anak. Dalam
situasi bermain itulah kita dapat melakukan eksperimen sains dan mengenalkan
matematika.
Bermain merupakan tuntutan dan
kebutuhan esensial bagi anak usia dini. Dengan bermain, anak dapat memuaskan
tuntutan dan kebutuhan perkembangan dimensi motorik, kognitif, kreativitas,
bahasa, emosi, nilai, dan sikap hidup.
Menurut Whiterington (1979), bermain
mempunyai fungsi mempermudah perkembangan kognisi anak dan memungkinkan anak
melihat lingkungan, mempelajari sesuatu, dan memecahkan masalah yang dihadapi.
Selain itu, bermain juga dapat meningkatkan perkembangan sosial anak.
Banyak manfaat yang bisa diperoleh jika
anak sejak dini telah diperkenalkan dengan sains. Sains melatih anak
bereksperimen dengan melaksanakan beberapa percobaan, memperkaya wawasan anak
untuk selalu ingin mencoba dan mencoba. Sehingga sains dapat mengarahkan dan
mendorong anak menjadi seorang yang kreatif dan penuh inisiatif.
Sains membiasakan anak-anak mengikuti
tahap-tahap eksperimen dan tak boleh menyembunyikan suatu kegagalan. Artinya,
sains dapat melatih mental positif, berpikir logis, dan urut (sistematis). Di
samping itu, dapat pula melatih anak bersikap cermat, arena anak harus
mengamati, menyusun prediksi, dan mengambil keputusan.
Sekarang banyak buku panduan yang dapat
diperoleh di toko buku. Orang tua dapat menambah wawasan tentang sains dan matematika,
dengan membacanya terlebih dulu untuk dapat menjawab setiap pertanyaan anak.
Yang perlu diingat, jangan berlaku sok tahu dalam menanggapi pertanyaan anak.
Jangan pula mematahkan semangatnya dalam bertanya dan belajar.
Kehidupan anak tidak dapat lepas dari
sains, kreativitas dan aktivitas sosial. Makan, minum, menggunakan berbagai
benda yang ada di rumah seperti radio, TV, dan kalkulator tidak lepas dari
sains dan teknologi. Oleh sebab itu, guru hendaknya dapat menstimulasi anak
dengan berbagai kegiatan yang terkait dengan sains dan teknologi. Untuk itu,
seorang guru perlu mempelajari konsep-konsep keilmuan dan cara pengajarannya.
Pengenalan sains untuk anak prasekolah
lebih ditekankan pada proses daripada produk. Untuk anak prasekolah
keterampilan proses sains hendaknya dilakukan secara sederhana sambil bermain.
Kegiatan sains memungkinkan anak melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda,
baik benda hidup maupun benda tak hidup yang ada disekitarnya. Anak belajar
menemukan gejala benda dan gejala peristiwa dari benda-benda tersebut.
Sains juga melatih anak menggunakan
lima inderanya untuk mengenal berbagai gejala benda dan gejala peristiwa. Anak
dilatih untuk melihat, meraba, membau, merasakan dan mendengar. Semakin banyak
keterlibatan indera dalam belajar, anak semakin memahami apa yang dipelajari.
Anak memperoleh pengetahuan baru hasil penginderaanya dengan berbagai benda
yang ada disekitarnya. Pengetahuan yang diperolehnya akan berguna sebagai modal
berpikir lanjut. Melalui proses sains, anak dapat melakukan percobaan
sederhana. Percobaan tersebut melatih anak menghubungkan sebab dan akibat dari
suatu perlakuan sehingga melatih anak berpikir logis.
Dalam pembelajaran sains, anak juga
berlatih menggunakan alat ukur untuk melakukan pengukuran. Alat ukur tersebut
dimulai dari alat ukur nonstandar, seperti jengkal, depa atau kaki. Selanjutnya
anak berlatih menggunakan alat ukur standar. Anak secara bertahap berlatih
menggunakan stuan yang akan memudahkan mereka untuk berfikir secara logis dan
rasional. Dengan demikian sains juga mengembangkan kemampuan intelektual anak.
Pembelajaran
sains pada anak usia dini sangat penting untuk memberikan bekal ilmu
pengetahuan kepada anak tentang alam dan segala isinya yang memberikan makna
terhadap kehidupannya di masa yang akan datang.
Pengembangan
pembelajaran sains bagi anak usia dini, harus memiliki arah dan tujuan
yang jelas, karena dengan tujuan yang jelas akan dapat dijadikan standar dalam
menentukan tingkat ketercapaian dan keberhasilan suatu tujuan pembelajaran yang
dikembangkan dan dilaksanakan. Suatu tujuan yang dianggap terstandar dan
memiliki karakteristik yang ideal, apabila tujuan yang dirumuskan memiliki
tingkat ketepatan (validity), kebermaknaan (meaningfulness), fungsional dan
relevansi yang tinggi dengan kebutuhan serta karakteristik sasaran.
Mengingat
pentingnya tujuan pembelajaran mempunyai keterukuran yang memadai, artinya
tujuan pembelajaran yang dikembangkan harus dapat diukur dengan mudah,
sederhana dan praktis. Prasyarat keterukuran suatu program menjadi suatu
keharusan apabila pembelajaran sains dipandang sebagai suatu proses yang
dinamis, terus menerus, berkesinambungan dan terintgrasi. Hasil
pengukuran tersebut dapat menjadi umpan balik bagi perbaikan program-program
berikutnya. Hal ini sangat penting untuk pengembangan pembelajaran sains bagi
anak usia dini.
BAB III
KESIMPULAN
A.
Kesimpulan
Sains adalah proses sepanjang hayat
sebagaimana belajar berhitung. Anak-anak dari segala jenis usia akan memperoleh
manfaat dengan menganalisis keadaan-keadaan di sekitarnya yang mengadung unsur
sains. Anak-anak perlu didorong agar memperoleh lebih banyak pengalaman sains
di alam, kemudian menjelaskan peristiwa-peristiwa yang mereka lihat,
menanyakannya, dan menganalisis cara peristiwa-peristiwa itu terjadi.
Jika kita tidak
menginteraksikan sains kepada anak-anak sejak dini, maka sama artinya kita
mencetak anak-anak yang sukar menganalisis peristiwa sains. Dengan demikian,
ketika kita menginginkan anak-anak kita memiliki kinerja yang baik saat duduk
di jenjang sekolah yang lebih tinggi, maka sains mesti kita ajarkan sejak taman
kanak-kanak.
Seorang guru
mesti membiarkan anak-anak bereksperimen. Kegiatan eksperimen itu bisa berupa
mengumpulkan batu, melempar bola, membaca gambar, menambah kosakata dengan
saling bertukar pikiran, dan memberi kesempatan mereka untuk bertanya serta
mencari jawabannya. Kesemuanya itu dimasukkan ke dalam kurikulum untuk
pendidikan prasekolah.
Meskipun aktivitas-aktivitas itu dilakukan oleh anak-anak
usia prasekolah, tetapi mereka telah belajar melakukan aktivitas-aktivitas
penelitan sekaligus berinteraksi dengan keterampilan proses sains. Anak-anak
harus mendapatkan kesempatan untuk mengatakan gagasan mereka dan pikiran mereka
sebagai wujud dari sebuah dugaan-dugaan sebelum memulai aktivtas sains.
B.
Saran
Bagi pengembang pembelajaran sains pada anak usia dini, hendaknya pahami
terlebih dahulu tujuan sains secara komprehensif dan karakteristik
perkembangan anak usia dini untuk setiap tahapan usia, kemudian tuangkan dalam
rencana pembelajaran yang operasional dengan menerapkan konsep bermain yang
menyenangkan.
Gunakan multi media dalam
pembelajaran sains, untuk menghindari rasa jenuh, bosan pada anak, serta
mempertahan perhatian anak untuk tidak berpaling pada objek lain.
DAFTAR PUSTAKA
Ali
Nugraha, A.Sy. Dina Dwiyana (Editor), Pengembangan Pembelajaran Sain Pada Anak
Usia Dini, JIL SI Foundation, 2008.
Jamaris, Martini, Perkembangan dan
Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-Kanak, Jakarta, Grasindo,
2000.
Semiawan, Conny, Belajar dan Pembelajaran dalam tarap
Usia Dini: Pendidikan Prasekolah dan Sekolah Dasar, Jakarta, 2002.
No comments:
Post a Comment