MAKALAH "TAHLIL" (PENGERTIAN, SEJARAH, PANDANGAN,MANFAAT, URUTAN DAN DOA DALAM TAHLIL)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring
dengan derasnya arus globalisasi dan modernisasi, sekarang telah
berkembang beberapa aliran anti tradisi yang berupaya untuk membid’ahkan atau
bahkan mengkafirkan pelaku tradisi tersebut, serta menggantinya dengan tradisi
sebagian bangsa Arab modern. Terdapat beberapa amaliah-amaliah kita yang
dianggap bid’ah, seperti majelis maulid, sholawat, yasinan, ziarah kubur,
tabarruk, tahlilan, dan lain-lain. Amaliah-amaliah tersebut merupakan amalaih
yang sudah mendarah daging di Nusantara pada khususnya dan dunia Islam pada
umumnya. Amaliah-amaliah tersebut diwariskan oleh ‘alim ulama dan kaum sholihin
yang dikenal keluasan ilmunya dan kemuliaan akhlaknya.
Kehadiran agama Islam yang dibawa oleh
Rasulullah SAW bukanlah untuk menolak atau memberantas segala bentuk tradisi
yang ada dan sudah mengakar menjadi kultur budaya masyarakat, melainkan untuk
melakukan pembenaran atau meluruskan tradisi dan budaya yang tidak sesuai
dengan ajaran Islam. Sedangkan tradisi yang baik dan tidak bertentangan dengan
risalah Rasulullah harus tetap dilestarikan, maka Islam akan
mengakulturasikannya dan kemudian mengakuinya sebagai bagian dari budaya dan
tradisi Islam itu sendiri. Bila sudah satu dari keluarga (famili) kita
meninggal, maka kita harus tetap bertaqwa kepada-Nya dan bersikap sabar atas
musibah tersebut dan kita berusaha jangan sampai berputus asa, menggerutu dan
bahkan sampai marah-marah, karena semua itu kejadian yang pasti dan bila sudah
waktunya maka tak seorangpun bisa mengelaknya.
Maka atas dasar tersebut di atas, kita dalam
menghadapi orang dan keluarga atau teman yang meninggal janganlah bersikap
kurang baik melainkan kita harus mendo’akan baik secara perorangan ataupun
secara bersama-sama. Untuk
mengetahui do’a dan bagaimana cara orang mendo’akan orang yang sudah meninggal,
maka penulis mencoba mengangkat masalah ini dalam bentuk makalah yang berjudul
“Tahlil Dalam Islam ”.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian tahlil?
2.
Bagaimana sejarah tahlil
3.
Bagaimana tahlil menurut
pandangan ulam?
4.
Bagaimana bacaan tahlil
dan urutannya?
5.
Apa saja do’a tahlil?
C. Tujuan
1.
Mengetahui pengertian
tahlil
2.
Mengetahui sejarah
tahlil
3.
Mengetahui tahlil
menurut pandangan ulama
4.
Mengetahui manfaat
tahlil
5.
Mengetahui bacaan tahlil
dan urutannya
6.
Mengetahui do’a dalam
tahlil
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tahlil
Secara lughah tahlilan berakar dari kata berbahasa arab yakni hallala
yuhallilu tahlilan artinya adalah membaca/mengucap kalimat "Laa ila ha
illallah" makna inilah yang dimaksud dengan pengertian tahlilan. Dikatakan
sebagai tahlil, karena memang dalam pelaksanaanya lebih banyak membaca
kalimat-kalimat tahlil yang mengesakan Allah seperti bacaan tahlil (Laa ila ha
illallah) dan lain sebagainya sesuai dengan tradisi masyarakat setempat atau
pemahaman dari guru (syekh) suatu daerah tertentu. Pada pelaksanaan tahlilan
selain bacaan tahlil (Laa ila ha illallah) ada juga bacaan tasbih
(Subhanallah),tahmid (Alhamdulillah), takbir (Allahu akbar), sholawat
(Allahumma sholli‘ala syaidina Muhammad), serta beberapa ayat Al-Qur'an seperti
QS.Yaasin, QS. Al-Baqarah : 1-5, 163, 255, 284-286, dan lain sebagainya yang
bagi umat muslim dianggap memiliki fadhilah dan syafaat.Sebagian muslim sering
mengamalkanya dalam segala macam acara,bahkan dalam resepsi (sebelum atau
sesudah akad nikah) tidak meninggalkan amalan tahlilan ini.[1]
Dengan kata lain, dalam tahlilan menggunakan bacaan-bacaan (doa) tetentu yang
mengandung banyak keutamaan (fadhilah). Fenomena yang terlihat di masyrakat,
penyebutankata tahlilan umumnya dipakai untuk persembahan yang dikelompokan
menurut jenis, maksud,dan suasananya.
Ketika dipakai untuk peristiwa gembira (kemenangan) tahlilan disebut
sebagai syukuran, ketika dipakai untuk peristiwa sedih (kematian), ketika
dipakai untuk meminta perlindungan (pindah rumah, menempati kantor/rumah baru,
awal membuka usaha dll.) disebut selamatan, dan ketika dipakai untuk meminta
sesuatu (menghasratkan sesuatau) disebut hajatan. Selain itu tahlilan juga
dilaksanakan pada acara-acara tertentu seperti saat seseorang akan pergi jauh
dan dalam waktu yang cukup lama (pergi haji, merantau belajar, atau bekerja
diluar negeri), acara pertemuan keluarga seperti arisan keluarga maupun halal-
bihalal, dan khitanan. Tradisi tahlilan dalam masyrakat Jawa juga sering
disebut dengan kata sedekah (sedekahan, karena dalam setiap kegiatannya
diangggap selalu memberikan sedekah (pemberian) baik bagi mereka yang datang
berkunjung atau bagi pemilik hajat. Jadi masing-masing saling bersedekah
(memberi) dalam bentuk barang atau pun berupa dukungan moral yang sangat mereka
harapkan. Dukungan moral diantara mereka secara psikologis dapat saling memberi
motivasi. Dalam kenyataan istilah syukuran, hajatan dan sedekah sulit
dibedakan, mereka lebih sering menggunakan kata tahlilan.
B. Sejarah Tahlil
Jika kita buka catatan sejarah Islam, maka acara ritual tahlilan tidak
dijumpai di masa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, di masa para
sahabatnya ? dan para Tabi’in maupun Tabi’ut tabi’in. Bahkan acara tersebut
tidak dikenal pula oleh para Imam-Imam Ahlus Sunnah seperti Al Imam Malik, Abu
Hanifah, Asy Syafi’i, Ahmad, dan ulama lainnya yang semasa dengan mereka
ataupun sesudah mereka. Lalu dari mana sejarah munculnya acara tahlilan?.Awal mula
acara tersebut berasal dari upacara peribadatan (baca: selamatan) nenek moyang
bangsa Indonesia yang mayoritasnya beragama Hindu dan Budha.[2]
Upacara tersebut sebagai bentuk penghormatan dan mendo’akan orang yang telah
meninggalkan dunia yang diselenggarakan pada waktu seperti halnya waktu
tahlilan. Namun acara tahlilan secara praktis di lapangan berbeda dengan
prosesi selamatan agama lain yaitu dengan cara mengganti dzikir-dzikir dan
do’a-do’a ala agama lain dengan bacaan dari Al Qur’an, maupun dzikir-dzikir dan
do’a-do’a ala Islam menurut mereka.
Dari aspek historis ini kita bisa mengetahui bahwa sebenarnya acara
tahlilan merupakan adopsi (pengambilan) dan sinkretisasi (pembauran) dengan
agama lain.Sebelum Islam masuk ke Indonesia, telah ada berbagai kepercayaan
yang di anut oleh sebagian besar penduduk
tanah air ini, di antara keyakinan-keyakinan yang mendomisili saat itu
adalah animisme dan dinamisme. Di antara mereka meyakini bahwa arwah yang telah
dicabut dari jasadnya akan gentayangan di sekitar rumah selam tujuh hari,
kemudian setelahnya akan meninggalkan tempat tersebut dan akan kembali pada
hari ke empat puluh, hari keseratus dan hari keseribunya atau mereka mereka
meyakini bahwa arwah akan datang setiap tanggal dan bulan dimana dia meninggal
ia akan kembali ke tempat tersebut, dan keyakinan seperti ini masih melekat
kuat di hati kalangan awan di tanah air ini sampai hari ini.
Sehingga masyarakat pada saat itu ketakutan
akan gangguan arwah tersebut dan
membacakan mantra-mantra sesuai keyakinan mereka. Setelah Islam mulai masuk di bawa oleh para Ulama’ yang berdagang
ke tanah air ini, mereka memandang
bahwa ini adalah suatu kebiasaan yang menyelisihi syari’at Islam, lalu mereka berusaha menghapusnya dengan perlahan,
dengan cara memasukkan bacaan –
bacaan berupa kalimat – kalimat thoyyibah sebagai pengganti mantra-mantra yang tidak dibenarkan menurut ajaran Islam dengan
harapan supaya mereka bisa berubah sedikit
demi sedikit dan mininggalkan acara tersebut menuju ajaran Islam yang murni dan benar.
Akan tetapi sebelum tujuan akhir ini terwujud, dan acara pembacaan
kalimatkalimat thoyibah ini sudah menggantikan bacaan mantra-mantra yang tidak
sesuai dengan ajaran Islam, para Ulama’ yang bertujuan baik ini meninggal
dunia, sehingga datanglah generasi selanjutnya yang mereka ini tidak mengetahui
tujuan generasi awal yang telah mengadakan acara tersebut dengan maksud untuk
meninggalkan secara perlahan. Perkembangan
selanjutnya datanglah generasi setelah mereka dan demikian selanjutnya, kemudian pembacaan kalimat-kalimat thoyibah ini
mengalami banyak perubahan baik penambahan atau
pengurangan dari generasi ke generasi, sehingga
kita jumpai acara tahlilan di suatu daerah berbeda dengan prosesi tahlilan di tempat lain sampai hari ini.
عَنْ أَبِيْ سَعِيْدٍ اَلْخُدْرِيِّ قاَلَ
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ يَقْعُدُ قَوْمٌ يَذْكُرُوْنَ
اللهَ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا حَفَّتْهُمُ اْلمَلَائِكَةُ وَغَشِيَهُمُ الرَّحْمَةُ
وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِيْنَةُ وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيْمَنْ عِنْدَهُ ( رواه
مسلم, ۴۸۶۸)
“Dari Abi Sa’id al-Khudri RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda,
“Tidaklah berkumpul suatu kaum sambil berdzikir kepada Allah SWT, kecuali
mereka akan dikelilingi malaikat, dan Allah SWT akan memberikan rahmat-Nya
kepada mereka, memberikan ketenangan hati dan memujinya di hadapan makhluk yang
ada di sisi-Nya” (HR. Al-Muslim, 4868).[3]
C. Tahlil Menurut Para Ulama
ü
Hakikat Tahlil
Berdasarkan Pendapat Ulama Muhammadiyah
Para ulama Muhammadiyah menganggap
bahwa tahlilan yangdilakukan oleh umat islam untuk mendo’akan orang yang telah
meninggal adalah sesuatu yang bid’ah, karena menurut mereka masalah tahlilan
itu tidak ada dalil yang kuat yang dijelaskan dalam Al-Quran, namun para ulama Muhammadiyah
tidak mengharamkan pelaksanaan tahlilan tersebut.
Menurut ulama Muhammadiyah bahwa
seorang yang telah meninggal dunia maka segala sesuatu yang berhubungan dengan
manusia yang masih hidup adalah putus tidak ada kaitan lagi, karena sudah
terdapat perbedaan alam yaitu orang yang meninggal ada di alam barjah,
sedangkan orang yang belum meninggal ada di alam dunia.
ü
Hakikat Tahlil
Berdasarkan Pendapat Ulama Nahdatul Ulama (NU)
Kaum muslimin Nahdatul Ulama (NU) mengakui bahwa tahlilan
tidak ada dalil yang menguatkan dalam Al-Quran maupun hadis, namun kenapa
mereka masih melaksanakan acara tahlilan tersebut karena kaum muslimin Nahdatul
Ulama mempunyai pendapat lain bahwa tahlilan dilaksanakan dikeluarga yang
meninggal mempunyai tujuan-tujuan tertentu di antaranya adalah sebagai berikut
:
1)
Tahlilan dilakukan untuk
menyebar syiar islam, karena sebelum dilakukantahlilan seorang imam melakukan
ceramah keagamaan.
2)
Isi dari tahlilan adalah dzikir dan do’a
dengan kata lain melaksanakan tahlilan berarti mendo’akan kepada yang meninggal
dunia.
3)
Menghibur keluarga yang ditinggalkan dengan
kata lain, kaum muslimin yang berada di sekitar rumah yang ditinggal, maka
terjalinlah silaturahmi diantara umat islam.[4]
D. Manfaat Tahlil
Para ulama telah sepakat bahwa
sampainya kiriman pahala sedekah atas nama orang yang telah meninggal. Seperti
yang telah di sebutkan dalam hadis-hadis yang sahih di antaranya;
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أُمِّي افْتُلِتَتْ نَفْسُهَا وَأَظُنُّهَا لَوْ تَكَلَّمَتْ تَصَدَّقَتْ فَهَلْ لَهَا أَجْرٌ إِنْ تَصَدَّقْتُ عَنْهَا قَالَ نَعَم
Dari 'Aisyah radliallahu 'anha bahwa ada seorang
laki-laki berkata, kepada Nabi : "Ibuku meninggal dunia dengan mendadak,
dan aku menduga seandainya dia sempat berbicara dia akan bershadaqah. Apakah
dia akan memperoleh pahala jika aku bershadaqah untuknya (atas namanya)?".
Beliau menjawab: "Ya, benar". (HR. Bukhari )
Imam Muslim juga meriwayatkan hadis
yang semisal di dalam kitab sahihnya pada bab;
وصول ثواب الصدقات إلى الميت.
Sampainya pahala sedekah kepada mayit.
Islam tentunya agama yang mengayomi
semua lapisan baik yang kaya maupun yang miskin . Jika si kaya mampu bersedekah
dengan hartanya, tentu si miskinpun ada cara agar mereka juga bisa bersedekah.
Seperti yang di jelaskan dalam hadis
yang sahih ;
Rasulullah
bersabda :
إِنَّ بِكُلِّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةً
“Sesungguhnya pada setiap kalimat tasbih adalah sedekah,
setiap kalimat takbir adalah sedekah, setiap kalimat tahmid adalah sedekah,
setiap kalimat tahlil adalah sedekah,.(HR. Muslim)”
Tidak di pungkiri lagi bahwa bacaan
kalimat tasbih, takbir, tahmid dan tahlil
merupakan salah satu bentuk sedekah.
Di dalam Al-Quran di sebutkan:
وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلاً
“Amalan-amalan yang
kekal lagi saleh (al-baqiyatus salihat) adalah lebih baik pahalanya di sisi
Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. (QS. Al-Kahfi: 46)”
Banyak ulama menjelaskan
bahwa yang dimaksud dengan amalan-amalan yang kekal lagi saleh (al-baqiyatus
salihat) adalah bacaan;
سُبْحَانَ اللَّهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ
“Mahasuci Allah, segala
puji bagi Allah, tidak ada Tuhan selain Allah, dan Allah Mahabesar.”
Diantara manfaat dan
keutamaan bacaan tersebut yaitu Merupakan bacaan yang paling di sukai oleh
Allah
Rasulullah ﷺ bersabda:
أَحَبُّ الْكَلَامِ إِلَى اللَّهِ أَرْبَعٌ سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَر َ
"Ada empat ucapan
yang paling di sukai Allah Subhanahu Wa Ta'ala;
1. Subhanallah,
2. Al Hamdulillah,
3. Laa ilaaha illallah,
4. Allahu Akbar. . (HR.
Muslim)
Dan juga merupakan
bacaan yang paling di cintai oleh Rasulullah.
Rasulullah bersabda:
لَأَنْ أَقُوْلَ سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ
“Sesungguhnya membaca,
Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan selain Allah, dan Allah
Maha Besar adalah lebih aku cintai daripada segala sesuatu yang terkena oleh
sinar matahari. (HR. Muslim)”
Dan juga merupakan
bacaan yang merontokkan dosa.
Rasulullah bersabda:
إِنَّ سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ تَنْفُضُ الْخَطَايَا كَمَا تَنْفُضُ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا
"Sesungguhnya
bacaan 'subhaanAllah wal hamdu lillaah wa laa ilaaha illa Allah wa Allahu
akbar' merontokkan dosa-dosa sebagaimana sebatang pohon yang merontokkan
daunnya."
(HR. Ahmad, Abu Daud ,
Ibnu Majah)”
Inilah sesungguhnya
hakikat tahlilan, yaitu Amaliyah yang di himpun dari Al-Quran dan As-sunnah. [5]
E. Bacaan Tahlil dan Urutan
Tahlilan dari susunan
bacaannya terdiri dari dua unsur yang disebut dengan syarat dan rukun, yang
dimaksud dengan syarat ialah bacaan :
1. Surat al-Ikhlas
2. Surat al-Falaq
3. Surat an-Nas
4. Surat al-Baqarah ayat
1 sampai ayat 5 الم ذلك الكتاب .......
5. Surat al-Baqarah ayat
163 والهكم إله واحد ........
6. Surat al-Baqarah ayat
255 الله لاإله إلا هو الحي القيوم ........
7. Surat al-Baqarah ayat
dari ayat 284 samai ayat 286 لله مافي السموات ......
8. Surat al-Ahzab ayat
33 إنما يريد الله ........
9. Surat al-Ahzab ayat
56إن الله وملائكته يصلون على النبي ........
10. Dan sela-sela bacaan
antara Shalawat, Istighfar, Tahlil da Tasbih
Adapun bacaan yang dimaksud
dengan rukun tahlil ialah bacaan :
1. Surat al-Baqarah ayat
286 pada bacaan :واعف عنا واغفر لنا وارحمنا
2. Surat al-Hud ayat 73:
ارحمنا ياأرحم الراحمين
3. Shalawat Nabi
4. Istighfar
5. Kalimat Thayyibah لاإله إلاالله
6. Tasbih
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam tahlilan menggunakan
bacaan-bacaan (doa) tetentu yang mengandung banyak keutamaan (fadhilah).
Fenomena yang terlihat di masyrakat, penyebutankata tahlilan umumnya dipakai
untuk persembahan yang dikelompokan menurut jenis, maksud,dan suasananya. Dari aspek historis ini
kita bisa mengetahui bahwa sebenarnya acara tahlilan merupakan adopsi
(pengambilan) dan sinkretisasi (pembauran) dengan agama lain. Perkembangan selanjutnya
datanglah generasi setelah mereka dan demikian selanjutnya, kemudian pembacaan
kalimat-kalimat thoyibah ini mengalami banyak perubahan baik penambahan atau
pengurangan dari generasi ke generasi, sehingga kita jumpai acara tahlilan di
suatu daerah berbeda dengan prosesi tahlilan di tempat lain sampai hari ini.
Para ulama Muhammadiyah menganggap
bahwa tahlilan yangdilakukan oleh umat islam untuk mendo’akan orang yang telah
meninggal adalah sesuatu yang bid’ah, karena menurut mereka masalah tahlilan
itu tidak ada dalil yang kuat yang dijelaskan dalam Al-Quran, namun para ulama
Muhammadiyah tidak mengharamkan pelaksanaan tahlilan tersebut. Kaum muslimin Nahdatul Ulama (NU) mengakui bahwa tahlilan
tidak ada dalil yang menguatkan dalam Al-Quran maupun hadis, namun kenapa
mereka masih melaksanakan acara tahlilan tersebut karena kaum muslimin Nahdatul
Ulama mempunyai pendapat lain bahwa tahlilan dilaksanakan dikeluarga yang
meninggal mempunyai tujuan-tujuan tertentu
B. Saran
Setelah menguraikan secara
sistematis, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Saran penulis kepada pembaca agar dapat memahami dan mempelajari makalah
ini dengan sebaik mungkin dan dapat menerapkan dan memahami apa itu tahlilan
dan bagaimana cara kita menyikapinya dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Abi Husain Muslim Bin Hajaj.2005.
Shohih Muslim.Bairut: Darul Fikar.
Pusbakik.2017.Praktek Ibadah Kemasyarakatan. Bengkulu : Tim Pusbakik
Hafiz, Reza.2012.Tahlil Dalam Islam. Dari: http://eza-rhafiz.blogspot.co.id/2012/06/tahlil dalamislam
pendidikan.html. Diakses pada 09 April 2018.
Hasanah, Nur, Siti.2012.Tradisi
Tahlil. Dari: https://dokumen.tips/documents/makalah-tradisi-tahlilan.html.
Diakses pada 09 April 2018.
Salaf, Darus .2012.Tahlil Dalam
Timbangan Islam. Dari :http: //www .darussalaf. or.id/aqidah/
tahlilan-dalam-timbangan-islam/. Diakses pada 08 April 2018.
Al-Maduri,Muhammad, Abu.2016.Manfaat
dan Keutamaan Tahlil.Dari:
http://mainfada.iai-tribakti.ac.id/2016/03/manfaat-dan-keutamaan-tahlilan.html.
Diakses pada 08 April 2018.
[1]
Siti Nur Hasanah.Tradisi Tahlil. 2012.Dari:
https://dokumen.tips/documents/makalah-tradisi-tahlilan.html.
Diakses pada 09 April 2018.
[2]
Darus Salaf.Tahlil Dalam Timbangan
Islam.2012. Dari:http://www.darussalaf.or.id/aqidah/tahlilan-dalam-timbangan-islam/.
Diakses pada 08 April 2018.
[4] Reza Hafiz.Tahlil Dalam Islam. 2012. Dari: http://eza-rhafiz.blogspot.co.id/2012/06/tahlil-dalamislam pendidikan.html.
Diakses pada 09 April 2018.
[5]
Abu Muhammad Al-Maduri.Manfaat dan
Keutamaan Tahlil.2016. Dari: http://mainfada.iai-tribakti.ac.id/2016/03/manfaat-dan-keutamaan-tahlilan.html.
Diakses pada 08 April 2018.
No comments:
Post a Comment