1

loading...

Monday, November 12, 2018

MAKALAH "TAHLIL"

MAKALAH "TAHLIL" (PENGERTIAN, SEJARAH, PANDANGAN,MANFAAT, URUTAN DAN DOA DALAM TAHLIL)
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Seiring  dengan derasnya arus globalisasi dan modernisasi, sekarang telah berkembang beberapa aliran anti tradisi yang berupaya untuk membid’ahkan atau bahkan mengkafirkan pelaku tradisi tersebut, serta menggantinya dengan tradisi sebagian bangsa Arab modern. Terdapat beberapa amaliah-amaliah kita yang dianggap bid’ah, seperti majelis maulid, sholawat, yasinan, ziarah kubur, tabarruk, tahlilan, dan lain-lain. Amaliah-amaliah tersebut merupakan amalaih yang sudah mendarah daging di Nusantara pada khususnya dan dunia Islam pada umumnya. Amaliah-amaliah tersebut diwariskan oleh ‘alim ulama dan kaum sholihin yang dikenal keluasan ilmunya dan kemuliaan akhlaknya.
Kehadiran agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW bukanlah untuk menolak atau memberantas segala bentuk tradisi yang ada dan sudah mengakar menjadi kultur budaya masyarakat, melainkan untuk melakukan pembenaran atau meluruskan tradisi dan budaya yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Sedangkan tradisi yang baik dan tidak bertentangan dengan risalah Rasulullah harus tetap dilestarikan, maka Islam akan mengakulturasikannya dan kemudian mengakuinya sebagai bagian dari budaya dan tradisi Islam itu sendiri. Bila sudah satu dari keluarga (famili) kita meninggal, maka kita harus tetap bertaqwa kepada-Nya dan bersikap sabar atas musibah tersebut dan kita berusaha jangan sampai berputus asa, menggerutu dan bahkan sampai marah-marah, karena semua itu kejadian yang pasti dan bila sudah waktunya maka tak seorangpun bisa mengelaknya.
Maka atas dasar tersebut di atas, kita dalam menghadapi orang dan keluarga atau teman yang meninggal janganlah bersikap kurang baik melainkan kita harus mendo’akan baik secara perorangan ataupun secara bersama-sama. Untuk mengetahui do’a dan bagaimana cara orang mendo’akan orang yang sudah meninggal, maka penulis mencoba mengangkat masalah ini dalam bentuk makalah yang berjudul “Tahlil Dalam Islam ”.





B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian tahlil?
2.      Bagaimana sejarah tahlil
3.      Bagaimana tahlil menurut pandangan ulam?
4.      Bagaimana bacaan tahlil dan urutannya?
5.      Apa saja do’a tahlil?

C.     Tujuan
1.      Mengetahui pengertian tahlil
2.      Mengetahui sejarah tahlil
3.      Mengetahui tahlil menurut pandangan ulama
4.      Mengetahui manfaat tahlil
5.      Mengetahui bacaan tahlil dan urutannya
6.      Mengetahui do’a dalam tahlil



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Tahlil
Secara lughah tahlilan berakar dari kata berbahasa arab yakni hallala yuhallilu tahlilan artinya adalah membaca/mengucap kalimat "Laa ila ha illallah" makna inilah yang dimaksud dengan pengertian tahlilan. Dikatakan sebagai tahlil, karena memang dalam pelaksanaanya lebih banyak membaca kalimat-kalimat tahlil yang mengesakan Allah seperti bacaan tahlil (Laa ila ha illallah) dan lain sebagainya sesuai dengan tradisi masyarakat setempat atau pemahaman dari guru (syekh) suatu daerah tertentu. Pada pelaksanaan tahlilan selain bacaan tahlil (Laa ila ha illallah) ada juga bacaan tasbih (Subhanallah),tahmid (Alhamdulillah), takbir (Allahu akbar), sholawat (Allahumma sholli‘ala syaidina Muhammad), serta beberapa ayat Al-Qur'an seperti QS.Yaasin, QS. Al-Baqarah : 1-5, 163, 255, 284-286, dan lain sebagainya yang bagi umat muslim dianggap memiliki fadhilah dan syafaat.Sebagian muslim sering mengamalkanya dalam segala macam acara,bahkan dalam resepsi (sebelum atau sesudah akad nikah) tidak meninggalkan amalan tahlilan ini.[1] Dengan kata lain, dalam tahlilan menggunakan bacaan-bacaan (doa) tetentu yang mengandung banyak keutamaan (fadhilah). Fenomena yang terlihat di masyrakat, penyebutankata tahlilan umumnya dipakai untuk persembahan yang dikelompokan menurut jenis, maksud,dan suasananya.
Ketika dipakai untuk peristiwa gembira (kemenangan) tahlilan disebut sebagai syukuran, ketika dipakai untuk peristiwa sedih (kematian), ketika dipakai untuk meminta perlindungan (pindah rumah, menempati kantor/rumah baru, awal membuka usaha dll.) disebut selamatan, dan ketika dipakai untuk meminta sesuatu (menghasratkan sesuatau) disebut hajatan. Selain itu tahlilan juga dilaksanakan pada acara-acara tertentu seperti saat seseorang akan pergi jauh dan dalam waktu yang cukup lama (pergi haji, merantau belajar, atau bekerja diluar negeri), acara pertemuan keluarga seperti arisan keluarga maupun halal- bihalal, dan khitanan. Tradisi tahlilan dalam masyrakat Jawa juga sering disebut dengan kata sedekah (sedekahan, karena dalam setiap kegiatannya diangggap selalu memberikan sedekah (pemberian) baik bagi mereka yang datang berkunjung atau bagi pemilik hajat. Jadi masing-masing saling bersedekah (memberi) dalam bentuk barang atau pun berupa dukungan moral yang sangat mereka harapkan. Dukungan moral diantara mereka secara psikologis dapat saling memberi motivasi. Dalam kenyataan istilah syukuran, hajatan dan sedekah sulit dibedakan, mereka lebih sering menggunakan kata tahlilan.

B.     Sejarah Tahlil
Jika kita buka catatan sejarah Islam, maka acara ritual tahlilan tidak dijumpai di masa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, di masa para sahabatnya ? dan para Tabi’in maupun Tabi’ut tabi’in. Bahkan acara tersebut tidak dikenal pula oleh para Imam-Imam Ahlus Sunnah seperti Al Imam Malik, Abu Hanifah, Asy Syafi’i, Ahmad, dan ulama lainnya yang semasa dengan mereka ataupun sesudah mereka. Lalu dari mana sejarah munculnya acara tahlilan?.Awal mula acara tersebut berasal dari upacara peribadatan (baca: selamatan) nenek moyang bangsa Indonesia yang mayoritasnya beragama Hindu dan Budha.[2] Upacara tersebut sebagai bentuk penghormatan dan mendo’akan orang yang telah meninggalkan dunia yang diselenggarakan pada waktu seperti halnya waktu tahlilan. Namun acara tahlilan secara praktis di lapangan berbeda dengan prosesi selamatan agama lain yaitu dengan cara mengganti dzikir-dzikir dan do’a-do’a ala agama lain dengan bacaan dari Al Qur’an, maupun dzikir-dzikir dan do’a-do’a ala Islam menurut mereka.
Dari aspek historis ini kita bisa mengetahui bahwa sebenarnya acara tahlilan merupakan adopsi (pengambilan) dan sinkretisasi (pembauran) dengan agama lain.Sebelum Islam masuk ke Indonesia, telah ada berbagai kepercayaan yang di anut oleh sebagian besar penduduk  tanah air ini, di antara keyakinan-keyakinan yang mendomisili saat itu adalah animisme dan dinamisme. Di antara mereka meyakini bahwa arwah yang telah dicabut dari jasadnya akan gentayangan di sekitar rumah selam tujuh hari, kemudian setelahnya akan meninggalkan tempat tersebut dan akan kembali pada hari ke empat puluh, hari keseratus dan hari keseribunya atau mereka mereka meyakini bahwa arwah akan datang setiap tanggal dan bulan dimana dia meninggal ia akan kembali ke tempat tersebut, dan keyakinan seperti ini masih melekat kuat di hati kalangan awan di tanah air ini sampai hari ini.
Sehingga masyarakat pada saat itu ketakutan akan gangguan arwah tersebut dan membacakan mantra-mantra sesuai keyakinan mereka. Setelah Islam mulai masuk di bawa oleh para Ulama’ yang berdagang ke tanah air ini, mereka memandang bahwa ini adalah suatu kebiasaan yang menyelisihi syari’at Islam, lalu mereka berusaha menghapusnya dengan perlahan, dengan cara memasukkan bacaan – bacaan berupa kalimat – kalimat thoyyibah sebagai pengganti mantra-mantra yang tidak dibenarkan menurut ajaran Islam dengan harapan supaya mereka bisa berubah sedikit demi sedikit dan mininggalkan acara tersebut menuju ajaran Islam yang murni dan benar.
Akan tetapi sebelum tujuan akhir ini terwujud, dan acara pembacaan kalimatkalimat thoyibah ini sudah menggantikan bacaan mantra-mantra yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, para Ulama’ yang bertujuan baik ini meninggal dunia, sehingga datanglah generasi selanjutnya yang mereka ini tidak mengetahui tujuan generasi awal yang telah mengadakan acara tersebut dengan maksud untuk meninggalkan secara perlahan. Perkembangan selanjutnya datanglah generasi setelah mereka dan demikian selanjutnya, kemudian pembacaan kalimat-kalimat thoyibah ini mengalami banyak perubahan baik penambahan atau pengurangan dari generasi ke generasi, sehingga kita jumpai acara tahlilan di suatu daerah berbeda dengan prosesi tahlilan di tempat lain sampai hari ini.
عَنْ أَبِيْ سَعِيْدٍ اَلْخُدْرِيِّ قاَلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ يَقْعُدُ قَوْمٌ يَذْكُرُوْنَ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا حَفَّتْهُمُ اْلمَلَائِكَةُ وَغَشِيَهُمُ الرَّحْمَةُ وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِيْنَةُ وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيْمَنْ عِنْدَهُ ( رواه مسلم, ۴۸۶۸)
“Dari Abi Sa’id al-Khudri RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah berkumpul suatu kaum sambil berdzikir kepada Allah SWT, kecuali mereka akan dikelilingi malaikat, dan Allah SWT akan memberikan rahmat-Nya kepada mereka, memberikan ketenangan hati dan memujinya di hadapan makhluk yang ada di sisi-Nya” (HR. Al-Muslim, 4868).[3]
C.     Tahlil Menurut Para Ulama

ü  Hakikat Tahlil Berdasarkan Pendapat Ulama Muhammadiyah

Para ulama Muhammadiyah menganggap bahwa tahlilan yangdilakukan oleh umat islam untuk mendo’akan orang yang telah meninggal adalah sesuatu yang bid’ah, karena menurut mereka masalah tahlilan itu tidak ada dalil yang kuat yang dijelaskan dalam Al-Quran, namun para ulama Muhammadiyah tidak mengharamkan pelaksanaan tahlilan tersebut.

Menurut ulama Muhammadiyah bahwa seorang yang telah meninggal dunia maka segala sesuatu yang berhubungan dengan manusia yang masih hidup adalah putus tidak ada kaitan lagi, karena sudah terdapat perbedaan alam yaitu orang yang meninggal ada di alam barjah, sedangkan orang yang belum meninggal ada di alam dunia.

ü  Hakikat Tahlil Berdasarkan Pendapat Ulama Nahdatul Ulama (NU)

Kaum muslimin  Nahdatul Ulama (NU) mengakui bahwa tahlilan tidak ada dalil yang menguatkan dalam Al-Quran maupun hadis, namun kenapa mereka masih melaksanakan acara tahlilan tersebut karena kaum muslimin Nahdatul Ulama mempunyai pendapat lain bahwa tahlilan dilaksanakan dikeluarga yang meninggal mempunyai tujuan-tujuan tertentu di antaranya adalah sebagai berikut :

1)      Tahlilan dilakukan untuk menyebar syiar islam, karena sebelum dilakukantahlilan seorang imam melakukan ceramah keagamaan.
2)       Isi dari tahlilan adalah dzikir dan do’a dengan kata lain melaksanakan tahlilan berarti mendo’akan kepada yang meninggal dunia.
3)        Menghibur keluarga yang ditinggalkan dengan kata lain, kaum muslimin yang berada di sekitar rumah yang ditinggal, maka terjalinlah silaturahmi diantara umat islam.[4]

D.    Manfaat Tahlil
Para ulama telah sepakat bahwa sampainya kiriman pahala sedekah atas nama orang yang telah meninggal. Seperti yang telah di sebutkan dalam hadis-hadis yang sahih di antaranya;

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أُمِّي افْتُلِتَتْ نَفْسُهَا وَأَظُنُّهَا لَوْ تَكَلَّمَتْ تَصَدَّقَتْ فَهَلْ لَهَا       أَجْرٌ إِنْ تَصَدَّقْتُ عَنْهَا قَالَ نَعَم

Dari 'Aisyah radliallahu 'anha bahwa ada seorang laki-laki berkata, kepada Nabi : "Ibuku meninggal dunia dengan mendadak, dan aku menduga seandainya dia sempat berbicara dia akan bershadaqah. Apakah dia akan memperoleh pahala jika aku bershadaqah untuknya (atas namanya)?". Beliau menjawab: "Ya, benar". (HR. Bukhari )
Imam Muslim juga meriwayatkan hadis yang semisal di dalam kitab sahihnya pada bab;
وصول ثواب الصدقات إلى الميت.

Sampainya pahala sedekah kepada mayit.
Islam tentunya agama yang mengayomi semua lapisan baik yang kaya maupun yang miskin . Jika si kaya mampu bersedekah dengan hartanya, tentu si miskinpun ada cara agar mereka juga bisa bersedekah.
Seperti yang di jelaskan dalam hadis yang sahih ;
Rasulullah  bersabda :
إِنَّ بِكُلِّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةً

“Sesungguhnya pada setiap kalimat tasbih adalah sedekah, setiap kalimat takbir adalah sedekah, setiap kalimat tahmid adalah sedekah, setiap kalimat tahlil adalah sedekah,.(HR. Muslim)”
Tidak di pungkiri lagi bahwa bacaan kalimat tasbih, takbir, tahmid dan tahlil  merupakan salah satu bentuk sedekah.
Di dalam Al-Quran di sebutkan:

 وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلاً

“Amalan-amalan yang kekal lagi saleh (al-baqiyatus salihat) adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. (QS. Al-Kahfi: 46)”

Banyak ulama menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan amalan-amalan yang kekal lagi saleh (al-baqiyatus salihat) adalah bacaan;

سُبْحَانَ اللَّهِ،  وَالْحَمْدُ لِلَّهِ،  وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ،  وَاللَّهُ أَكْبَرُ

“Mahasuci Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada Tuhan selain Allah, dan Allah Mahabesar.”

Diantara manfaat dan keutamaan bacaan tersebut yaitu Merupakan bacaan yang paling di sukai oleh Allah
Rasulullah bersabda:
 أَحَبُّ الْكَلَامِ إِلَى اللَّهِ أَرْبَعٌ سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَر َ

"Ada empat ucapan yang paling di sukai Allah Subhanahu Wa Ta'ala;
1. Subhanallah,
2. Al Hamdulillah,
3. Laa ilaaha illallah,
4. Allahu Akbar. . (HR. Muslim)

Dan juga merupakan bacaan yang paling di cintai oleh Rasulullah.
Rasulullah  bersabda:
لَأَنْ أَقُوْلَ سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ

“Sesungguhnya membaca, Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan selain Allah, dan Allah Maha Besar adalah lebih aku cintai daripada segala sesuatu yang terkena oleh sinar matahari. (HR. Muslim)”
Dan juga merupakan bacaan yang merontokkan dosa.
Rasulullah  bersabda:
إِنَّ سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ تَنْفُضُ الْخَطَايَا كَمَا تَنْفُضُ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا

"Sesungguhnya bacaan 'subhaanAllah wal hamdu lillaah wa laa ilaaha illa Allah wa Allahu akbar' merontokkan dosa-dosa sebagaimana sebatang pohon yang merontokkan daunnya."
(HR. Ahmad, Abu Daud , Ibnu Majah)”
Inilah sesungguhnya hakikat tahlilan, yaitu Amaliyah yang di himpun dari Al-Quran dan As-sunnah. [5]


E.     Bacaan Tahlil dan Urutan

Tahlilan dari susunan bacaannya terdiri dari dua unsur yang disebut dengan syarat dan rukun, yang dimaksud dengan syarat ialah bacaan :

1. Surat al-Ikhlas
2. Surat al-Falaq
3. Surat an-Nas
4. Surat al-Baqarah ayat 1 sampai ayat 5 الم ذلك الكتاب .......
5. Surat al-Baqarah ayat 163 والهكم إله واحد ........
6. Surat al-Baqarah ayat 255 الله لاإله إلا هو الحي القيوم ........
7. Surat al-Baqarah ayat dari ayat 284 samai ayat 286 لله مافي السموات ......
8. Surat al-Ahzab ayat 33 إنما يريد الله ........
9. Surat al-Ahzab ayat 56إن الله وملائكته يصلون على النبي ........
10. Dan sela-sela bacaan antara Shalawat, Istighfar, Tahlil da Tasbih

Adapun bacaan yang dimaksud dengan rukun tahlil ialah bacaan :

1. Surat al-Baqarah ayat 286 pada bacaan :واعف عنا واغفر لنا وارحمنا
2. Surat al-Hud ayat 73: ارحمنا ياأرحم الراحمين
3. Shalawat Nabi
4. Istighfar
5. Kalimat Thayyibah لاإله إلاالله
6. Tasbih


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Dalam tahlilan menggunakan bacaan-bacaan (doa) tetentu yang mengandung banyak keutamaan (fadhilah). Fenomena yang terlihat di masyrakat, penyebutankata tahlilan umumnya dipakai untuk persembahan yang dikelompokan menurut jenis, maksud,dan suasananya. Dari aspek historis ini kita bisa mengetahui bahwa sebenarnya acara tahlilan merupakan adopsi (pengambilan) dan sinkretisasi (pembauran) dengan agama lain. Perkembangan selanjutnya datanglah generasi setelah mereka dan demikian selanjutnya, kemudian pembacaan kalimat-kalimat thoyibah ini mengalami banyak perubahan baik penambahan atau pengurangan dari generasi ke generasi, sehingga kita jumpai acara tahlilan di suatu daerah berbeda dengan prosesi tahlilan di tempat lain sampai hari ini.
Para ulama Muhammadiyah menganggap bahwa tahlilan yangdilakukan oleh umat islam untuk mendo’akan orang yang telah meninggal adalah sesuatu yang bid’ah, karena menurut mereka masalah tahlilan itu tidak ada dalil yang kuat yang dijelaskan dalam Al-Quran, namun para ulama Muhammadiyah tidak mengharamkan pelaksanaan tahlilan tersebut. Kaum muslimin  Nahdatul Ulama (NU) mengakui bahwa tahlilan tidak ada dalil yang menguatkan dalam Al-Quran maupun hadis, namun kenapa mereka masih melaksanakan acara tahlilan tersebut karena kaum muslimin Nahdatul Ulama mempunyai pendapat lain bahwa tahlilan dilaksanakan dikeluarga yang meninggal mempunyai tujuan-tujuan tertentu

B.     Saran
 Setelah menguraikan secara sistematis, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Saran penulis kepada pembaca agar dapat memahami dan mempelajari makalah ini dengan sebaik mungkin dan dapat menerapkan dan memahami apa itu tahlilan dan bagaimana cara kita menyikapinya dalam kehidupan sehari-hari.



DAFTAR PUSTAKA
Abi Husain Muslim Bin Hajaj.2005. Shohih Muslim.Bairut: Darul Fikar.
Pusbakik.2017.Praktek Ibadah Kemasyarakatan. Bengkulu : Tim Pusbakik
Hafiz, Reza.2012.Tahlil Dalam Islam. Dari: http://eza-rhafiz.blogspot.co.id/2012/06/tahlil dalamislam pendidikan.html. Diakses pada 09 April 2018.
Hasanah, Nur, Siti.2012.Tradisi Tahlil. Dari: https://dokumen.tips/documents/makalah-tradisi-tahlilan.html. Diakses pada 09 April 2018.
Salaf, Darus .2012.Tahlil Dalam Timbangan Islam. Dari :http: //www .darussalaf. or.id/aqidah/ tahlilan-dalam-timbangan-islam/. Diakses pada 08 April 2018.
Al-Maduri,Muhammad, Abu.2016.Manfaat dan Keutamaan Tahlil.Dari: http://mainfada.iai-tribakti.ac.id/2016/03/manfaat-dan-keutamaan-tahlilan.html. Diakses pada 08 April 2018.




[1] Siti Nur Hasanah.Tradisi Tahlil. 2012.Dari: https://dokumen.tips/documents/makalah-tradisi-tahlilan.html. Diakses pada 09 April 2018.
[2] Darus Salaf.Tahlil Dalam Timbangan Islam.2012. Dari:http://www.darussalaf.or.id/aqidah/tahlilan-dalam-timbangan-islam/. Diakses pada 08 April 2018.
[3] Abi Husain Muslim Bin Hajaj. Shohih Muslim.Bairut: Darul Fikar. 2005.h.4868.
[4] Reza Hafiz.Tahlil Dalam Islam. 2012.  Dari: http://eza-rhafiz.blogspot.co.id/2012/06/tahlil-dalamislam pendidikan.html. Diakses pada 09 April 2018.
[5] Abu Muhammad Al-Maduri.Manfaat dan Keutamaan Tahlil.2016. Dari: http://mainfada.iai-tribakti.ac.id/2016/03/manfaat-dan-keutamaan-tahlilan.html. Diakses pada 08 April 2018.

No comments:

Post a Comment