1

loading...

Tuesday, November 13, 2018

MAKALAH TEORI BELAJAR KOGNITIF

MAKALAH TEORI BELAJAR KOGNITIF (PENGERTIAN, TOKOH, PRINSIP, KELEBIHAN DAN KELEMAHAN TEORI KOGNITIF)


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Peningkatan sumber daya manusia haruslah segera dibanggun di Indonesia. Menciptakan manusia-manusia yang unggul harus diadakan sejak dini melalui pendidikan formal mapun non formal. Dengan diberlakukannya pandidikan sejak usia dini diharapkan akan mampu membentuk fondasi dasar sebelum memperoleh ilmu pengetahuan umum, sehingga ilmu yang akan diperoleh nantinya akan dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya tanpa adanya pihak lain yang dirugikan.
Banyak Negara mengakui bahwa persoalan pendidikan merupakan persoalan yang pelik. Negara sebagai lembaga yang menguayakan kecerdaskan kehidupan bangsa merupakan tugas negara yang amat penting. Namun, di negara-negara berkembang adopsi system pendidikan sering mengalami kesulitan untuk  berkembang. Cara dan system pendidikannya sering menjadi kritik dan kecaman. Adanya perubahan sistem pendidikan setiap adanya perubahan mentri pendidikan juga turut mempengaruhi kualitas pendidikan yang ada di Indonesia.
Pada makalah ini akan dikaji tentang pandangan kognitif dalam kegiatan pembelajaran. Teori Kognitif lebih menekankan bahwa belajar lebih banyak ditentukan karena adanya usaha dari setiap individu dalam upaya menggali ilmu pengetahuan melalui dunia pendidikan. Penataan kondisi tersebut bukan sebagai penyebab terjadinnya proses belajar bagi anak didik, tetapi melalui penggalian ilmu pengetahuan secara pribadi ini diarahkan untuk memudahkan anak didik dalam proses belajar. Keaktifan siswa menjadi unsur yang amat penting dalam menentukan kesuksesan belajar. Aktivitas mandiri merupakan salah satu faktor untuk mencapai hasil yang maksimal dalam proses belajar dan pembelajaran. Para pendidik (Guru) dan para perancang pendidikan serta pengembang program-program pembelajaran perlu menyadari akan pentingnya pemahaman terhadap hakikat belajar dan pembelajaran. Teori belajar dan pembelajaran seperti teori kognitif penting untuk dimengerti dan diterapkan sesuai dengan kondisi dan konteks pembelajaran yang dihadapi.
Pada bagian ini dikaji tentang pandangan kognitif terhadap proses belajar dan aplikasi teori kognitif dalam rangka meningkatkan prestasi anak didik. Masing-masing teori pendidikan memilki kelemahan dan kelebihan. Pendidik/pengajar yang professional akan dapat memilih teori mana yang tepat untuk tujuan tertentu, karakteristik materi pelajaran tertentu, dengan ciri-ciri siswa yang dihadapi, dan dengan kondisi lingkungan serta sarana dan prasarana yang tersedia.

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah  pada makalah ini adalah:
1.      Apa pengertian teori kognitif?
2.      Siapa saja tokoh – tokoh yang berperan dalam teori belajar Kognitif?
3.      Apa saja prinsip-prinsip teori belajar Kognitif?
4.      Apa saja kelebihan dan kelemahan teori belajar Kognitif?
C.    Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah:
1.      Dengan adanya makalah mengenai ini, penulis berharap akan dapat memberikan wahana pengetahuan bagi pembaca berkaitan dengan teori kognitif.
2.      Menjadikan pedoman dalam pengaplikasian teori kognitif sebagai modal awal dalam mengembangkan potensi-potensi lain dalam diri  anak didik.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Teori Belajar Kognitif
Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian, mengerti. Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan.[1]
Dalam pekembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia / satu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan.
Teori kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya.[2] Teori ini mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, melainkan tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu situasi saling berhubungan dengan seluruh konteks situasi tersebut.
Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya.[3]Pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas.Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia.Belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.Menurut para ahli jiwa aliran kognitifis, tingkah laku seseorang itu senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi.

B.     Tokoh-Tokoh Teori Belajar Kognitif
1)      Jean Piaget
a.      Teori Belajar Kognitif menurut Jean Piaget
Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetika, yaitu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis, yaitu perkembangan system syaraf. Dalam teorinya, Piaget juga membahas tentang bagaimana anak belajar. Dimana dasar dari belajar adalah aktivitas anak bila ia berinteraksi dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya.[4] Jean Piaget meneliti dan menulis subjek perkembangan kognitif ini dari tahun 1927 sampai 1980. Piaget menyatakan bahwa cara berpikir anak bukan hanya kurang matang dibandingkan dengan orang dewasa karena kalah pengetahuan, tetapi juga berbeda secara kualitatif. Individu /pribadi serta perubahan umur sangat mempengaruhi kemampuan belajar individu.[5] Perkembangan kognitif adalah suatu perkembangan system syaraf, dimana dengan bertambahnya umur  maka susunan syaraf seseorang akan semakin kompleks dan memungkinkan kemampuannya akan semakin meningkat. Daya pikir atau mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula.
Tindakan (action) menuju pada operasi-operasi dan operasi-operasi menuju pada perkembangan struktur-struktur.
a)      Isi, merupakan pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada respon yang diberikannya terhadap berbagai masalah atau situasi yang dihadapinya.
b)      Fungsi, Adalah cara yang digunakan organisme untuk membuat kemajuan intelektual. Menurut Piaget perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi yaitu organisasi dan adaptasi. Organisasi memberikan pada organisme kemampuan untuk mengestimasikan atau mengorganisasi proses-proses fisik atau psikologis menjadi sistem-sistem yang teratur dan berhubungan. Adaptasi, terhadap lingkungan dilakukan melalui dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi.
Menurut Pieget, proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yaitu asimilasi, akomodasi dan equilibrasi. [6]
a)      Asimilasi, adalah proses penyatuan informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak siswa. Itu berarti, asimilasi terjadi jika pengetahuan baru yang diterima seseorang cocok dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang tersebut.
b)      Akomodasi, adalah proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi baru. Jadi, akomodasi terjadi jika struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang harus direkonstruksi/di kode ulang disesuaikan dengan informasi yang baru diterima.
c)      Equilibrasi, adalah proses penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Maka, Equilibrasi ini dapat dimaknai sebagai sebuah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sehingga seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamya.
Menurut Piaget aspek perkembangan kognitif meliputi empat tahap,  yaitu:[7]
a)      Sensory-motor (sensori-motor)
Selama perkembangan dalam periode ini berlangsung sejak anak lahir sampai usia 2 tahun, intelegensi yang dimiliki anak tersebut masih berbentuk primitif dalam arti masih didasarkan pada perilaku terbuka. Meskipun primitif dan terkesan tidak penting, intelegensi sensori-motor sesungguhnya merupakan intelegensi dasar yang amat berarti karena ia menjadi pondasi untuk tipe-tipe intelegensi tertentu yang akan dimiliki anak tersebut kelak.
b)     Pre operational (praoperasional)
Perkembangan ini bermula pada saat anak berumur 2-7 tahun dan telah  memiliki penguasaan sempurna mengenai objek permanence, artinya anak tersebut sudah memiliki kesadaran akan tetap eksisnya suatu benda yang ada atau biasa ada, walaupun benda tersebut sudah ia tinggalkan atau sudah tak dilihat dan tak didengar lagi. Jadi, padangan terhadap eksistensi benda tersebut berbeda dari pandangan pada periode sensori-motor, yakni tidak lagi bergantung pada pengamatan belaka.
c)      Concrete operational (konkret-operasional)
Dalam periode konkret operasional ini belangsung hingga usia menjelang remaja, kemudian anak mulai memperoleh tamnbahan kemampuan yang disebut sistem of operations (satuan langkah berfikir). Kemampuan ini berfaedah bagi anak untuk mengkoordinasikan pemikiran dan idenya dengan peristiwa tertentu dalam sistem pemikirannya sendiri.
d)     Formal operational (formal-operasional)
Dalam perkembngan formal operasional, anak yang sudah menjelang atau sudah menginjak masa remaja, yakni usia 11-15 tahun, akan dapat mengatasi masalah keterbatasan pemikiran

2)      David Ausubel
Menurut Ausubel dalam buku karya Drs. Bambang Warsita bahwa “belajar haruslah bermakna, materi yang dipelajari diasimilasi secara nonarbitrer dan berhubungan dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya”(2008:72). Hal ini berari bahwa pembelajaran bermakna merupakan suatu proses yang dikaitkan dengan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif peserta didik. Dimana Proses belajar tidak sekedar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta saja, tetapi merupakan kegiatan yang menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Jadi guru harus menjadi perancang pembelajaran dan pengembang program pembelajaran dengan berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang dimiliki peserta didik dan membantu memadukan secara harmonis dengan pengetahuan baru yang dipelajari.
Langkah-langkah pembelajaran bermakna menurut Ausebel, dalam merancang pembelajaran antara lain: 1) menentukan tujuan pembelajaran; 2) melakukan identifikasi peserta didik; 3) memilih materi pembelajaran sesuai karakteristik peserta didik dan mengaturnya dalam bentuk konsep inti; 4) menentukan topik peserta didik dalam bentuk advance organizers; 5) mengembangkan bahan belajar untuk dipelajari peserta didik; 6) mengatur topik pembelajaran dari yang sederhana ke kompleks; 7) melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik.
3)      Jerome Burner
Jerome Bruner dilahirkan pada tahun 1915. Jerome Bruner, seorang ahli psikologi yang terkenal telah banyak menyumbang dalam penulisan teori pembelajaran, proses pengajaran dan falsafah pendidikan. Salah satu model intruksional kognitif yang sangat berpengaruh ialah model dari Jerome Bruner yang dikenal dengan nama belajar penemuan.. Dasar dari teori Bruner adalah ungkapan Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan aktif saat belajar di kelas. Konsepnya adalah belajar dengan menemukan (Discovery Learning). Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang benar-benar bermakna. Bruner menyarankan agar siswa hendaknya belajar melalui partisipasi secara aktif dengan konsep dan prisnsip-prinsip agar memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen yang mengiinkan mereka untuk menemukan prinsip-prinsip itu sendiri.
Dalam  teori  belajarnya  Jerome  S  Bruner  berpendapat  bahwa  kegiatan  belajar  akan  berjalan  baik  dan  kreatif  jika  siswa  dapat  menemukan  sendiri suatu  aturan  (termasuk konsep, teori, definisi dan sebagainya) melalui contoh-contoh yang menggambarkan aturan yang menjadi sumbernya[8]. Sebagai contoh, kanak-kanak membentuk konsep dengan mengasingkan benda-benda sesuai dengan ciri-cirinya. Selain itu, pengajaran didasarkan kepada memberi rangsangan kepada murid terhadap konsep itu dengan pengetahuan mereka. Misalnya,kanak-kanak membentuk konsep segiempat dengan mengenal segiempat mempunyai 4 sisi dan memasukkan semua bentuk bersisi empat kedalam kategori segiempat,dan memasukkan bentuk-bentuk bersisi tiga kedalam kategori segitiga.
Bruner  berpendapat bahwa  dalam  proses belajar dapat dibedakan menjadi 3 tahap, yaitu :
1)      Tahap  informasi,  seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. Diantara informasi yang diperoleh itu ada yang sama sekali baru dan beridiri sendiri ada pula yang berfungsi menambah, memperluas dan memperdalam pengetauan yang sebelumnya.
2)      Tahap transformasi, siswa menganalisa berbagai informasi yang dipelajari dan  mengubah  atau  mentransformasikannya  ke dalam  bentuk-bentuk informasi yang lebih abstrak atau konseptual, agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas.
3)      Tahap  evaluasi,  dalam tahap evaluasi ini, siswa menilai sejauh mana informasi yang telah ditransformasikan dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala atau memecahkan masalah yang dihadapi..

C.    Prinsip-Prinsip Belajar Kognitif
Teori belajar kognitif menjelaskan belajar dengan memfokuskan pada perubahan proses mental dan struktur yang terjadi sebagai hasil dari upaya untuk memahami dunia. teori belajar kognitif yang digunakan untuk menjelaskan tugas-tugas yang sederhana seperti mengingat nomor telepon dan kompleks seperti pemecahan masalah yang tidak jelas.[9]
Teori belajar kognitif didasarkan pada empat prinsip dasar:
1)      Pembelajar aktif dalam upaya untuk memahami pengalaman.
2)      Pemahaman bahwa pelajar mengembangkan tergantung pada apa yang telah mereka ketahui.
3)      Belajar membangun pemahaman dari pada catatan.
4)      Belajar adalah perubahan dalam struktur mental seseorang.

a)      Apakah Siswa Aktif
Teori belajar kognitif didasarkan pada keyakinan bahwa peserta didik aktif dalam upaya untuk memahami bagaimana dunia bekerja, kepercayaan ini konsisten dengan Piaget dan Vygotsky tentang pemandangan pengembangan pelajar. Pembelajar melakukan lebih dari sekedar menanggapi. Mereka mencari informasi yang membantu mereka dari jawaban pertanyaan, mereka memodifikasi pemahaman mereka berdasarkan pengetahuan baru, dan perubahan sikap mereka dalam menanggapi peningkatan pemahaman.
b)     Siswa Memahami Tergantung Pada Apa Yang Dia Tahu
Dalam usaha mereka untuk memahami bagaimana di dunia bekerja, peserta didik menafsirkan pengalaman baru berdasarkan apa yang mereka sudah tahu dan percaya. Sebagai contoh, sering anak-anak tetap percaya bahwa bumi ini datar bahkan setelah guru menjelaskan bahwa itu adalah sebuah bola. Beberapa anak kemudian menggambar permukaan datar seperti di dalam atau di atas bola. Mereka beralasan bahwa orang tidak dapat berjalan di atas bola, dan ide dari permukaan yang datar tadi anak-anak mengetahui dan memahami ide untuk membantu mereka menjelaskan bagaimana orang dapat berdiri atau berjalan di permukaan bumi. Contoh ini juga membantu kita melihat mengapa menjelaskan sering tidak efektif untuk mengubah pemahaman peserta didik.
c)      Membangun Pembelajar Memahami dari Rekaman
Pelajar tidak berperilaku seperti tape recorder, merekam dalam ingatan mereka dalam bentuk di mana itu disajikan segalanya, guru mengatakan kepada mereka atau apa yang mereka baca. Sebaliknya, mereka menggunakan apa yang telah mereka ketahui untuk membangun pemahaman tentang apa yang mereka dengar atau membaca yang masuk akal bagi mereka. Dalam upaya mereka untuk membuat informasi baru dimengerti, mereka secara dramatis dapat memodifikasi itu, begitu pula anak-anak yang membayangkan serabi pada bola. Kebanyakan peneliti sekarang menerima gagasan bahwa siswa membangun pemahaman mereka sendiri.
d)     Definisi Pembelajaran
Dari perspektif kognitif, belajar adalah perubahan dalam struktur mantal seseorang yang atas kapasitas untuk menunjukkan perilaku yang berbeda. Perhatikan kalimat "menciptakan kapasitas. Dari perspektif kognitif, belajar dapat terjadi tanpa ada perubahan langsung dalam perilaku, bukti perubahan dalam struktur mental dapat terjadi dalam beberapa waktu kemudian. "struktur mental" bahwa perubahan termasuk skema, keyakinan, tujuan, harapan dan komponen lainnya. Dalam pelajaran david, karena randy misalnya sadar walaupun tentang kebutuhannya untuk membuat catatan, dan Tanta, Rendy dan Juan membentuk hubungan, dalam pikiran mereka, menghubungkan informasi dari grafik, transparansi, dan demonstrasi.
Baik teori behaviorisme atau kognitif sosial dapat menjelaskan upaya siswa-siswa. Bagaimana informasi "di kepala pelajar itu" diperoleh, dan bagaimana disimpan? Kita menjawab pertanyaan-pertanyaan pada bagian berikutnya kita mengamati pengolahan informasi, salah satu yang pertama dan paling diteliti secara deskripsi tentang bagaimana orang mengingat.

D.    Kelebihan teori kognitif
1.      Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri.
2.      Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah[10]
3.      Dapat meningkatkan motivasi
4.      Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah
5.      Dapat membantu guru untuk mengenal siswasecara individu sehingga dapat mengembangkan kemampuan siswa
6.      Dapat mempelajari materi pembelajaran yang rumit untuk memecahkan dan untuk menciptakan kreasi atau ide baru

E.     Kelemahan Teori Belajar kognitif
1.      Teori ini dianggap dekat dengan psikologi belajar daripada teori belajar, sehingga dalam proses belajar menjadi tidak mudah.
2.      Teori ini dianggap sulit dipraktekkan secara murni karena seringkali merasa bingung. untukmemahami unsur-unsur kognitif menjadi bagian-bagian yang jelas.
3.      Teori ini tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.
4.      Teori ini sulit dipraktekkan khususnya ditingkat lanjut.
5.      Beberapa dari teori ini sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas.[11]
Adapun kritik terhadap teori kognitif adalah: 
1.      Teori kognitif lebih dekat kepada psikologi daripada kepada teori belajar, sehingga aplikasinya dalam proses belajar mengajar tidaklah mudah. 
2.      Sukar dipraktekkan secara murni sebab seringkali kita sulit melihat “struktur kognitif” yang ada pada setiap siswa.
Aplikasi teori belajar kognitivisme dalam pembelajaran, guru harus memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya, anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar belajar menggunakan benda-benda konkret, keaktifan siswa sangat dipentingkan, guru menyusun materi dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana kekompleks, guru menciptakan pembelajaran yang bermakna, memperhatian perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan siswa. Dari penjelasan diatas jelas bahwa implikasinya dalam pembelajaran adalah seorang pendidik, guru harus dapat memahami bagaimana cara belajar siswa yang baik, sebab mereka para siswa tidak akan dapat memahamibila mereka tidak mampu mencerna dari apa yang mereka dengar ataupun mereka tangkap. Secara umum teori kognitif lebih mengarah pada bagaimana memahami struktur kognitif siswa, dan ini tidaklah mudah, dengan memahami struktur kognitif siswa, maka dengan tepat pelajaran disesuaikan sejauh mana kemampuan siswanya. Selain itu, juga model penyusunan materi pelajaran hendaknya disusun berdasarkan pola dan logika tertentu agar lebih mudah dipahami. Penyusunan materi pelajaran di buat bertahap mulai dari yang paling sederhana ke kompleks. Hendaknya dalam proses pembelajaran sebisa mungkin tidak hanya terfokus pada hafalan, tetapi juga memahami apa yang sedang dipelajari, dengan demikian jauh akan lebih baik dari sekedar menghafal.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Teori kognitif berpendapat bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. Lebih dari itu belajar adalah melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang bersinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak berjalan terpisah-pisah, tapi melalui proses yang mengalir, bersambung-sambung, dan menyeluruh. Ibarat sesesorang yang memainkan musik, tidak hanya memahami not-not balok pada partitur sebagai informasi yang saling lepas dan berdiri sendiri, tapi sebagai suatu kesatuan yang secara utuh masuk ke dalam pikiran dan perasaannya. Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses belajar yang terjadi dalam akal pikiran manusia atau gagasan manusia bahwa bagian-bagian suatu situasi saling berhubungan dalam konteks situasi secara keseluruhan. Jadi belajar melibatkan proses berfikir yang kompleks dan mementingkan proses belajar.
  
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Al, Rasyidin & Nasution Wahyudin. 2011. Teori Belajar dan pembelajaran. Perdana Publishing: Medan.
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta :Ar – Ruzz Media.
Dahar, Ratna Wilis. 1988. Teori-Teori Belajar Kognitif. Jakarta : Departmen Pendidikan dan Kebudayaan.

Internet:
Ari, TEORI BELAJAR KOGNITIF, diakses dari  http://aristwn.staff.iainsalatiga.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2014/09/Teori-Belajar-Kognitif.pdf. Sabtu, 07/03/2018 09:36:07.
Mulyana, Teori Belajar dan Pembelajaran, diakses dari https://sites.google.com/site/mulyanabanten/home/teori-belajar-behavioristik/teori-belajar-kognitif. Sabtu, 07/03/2018 11:40:23

Rendi, Teori Belajar Kognitif . diakses dari http://magister-pendidikan.blogspot.co.id/p/teori-kognitif.html. Sabtu, 07/04/2018 12:02:56.

Mufarricha, L. (2000). Konsep Pembelajaran Menurut Jerome S. Bruner. Diakses dari http://digilib.uinsby.ac.id/8078/5/Bab2.pdf  pada 6 April 2018.








[1]Ari, TEORI BELAJAR KOGNITIF, accessed from http://aristwn.staff.iainsalatiga.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2014/09/Teori-Belajar-Kognitif.pdf. Sabtu, 07/03/2018 09:36:07.
[2]Mulyana, Teori Belajar dan Pembelajaran, accessed from https://sites.google.com/site/mulyanabanten/home/teori-belajar-behavioristik/teori-belajar-kognitif. Sabtu, 07/03/2018 11:40:23

[3]Rendi, Teori Belajar Kognitif . accessed from http://magister-pendidikan.blogspot.co.id/p/teori-kognitif.html. Sabtu, 07/04/2018 12:02:56

[4]Al Rasyidin & Wahyudin Nur Nasution, Teori Belajar dan pembelajaran, Medan :Perdana Publishing, 2011, hal: 33
[5]Di kutip dari : http://meetabied.wordpress.com/2010/03/20/teori-perkembangan-kognitif-piaget// pada 6 April, pukul: 18.00
[6]Ibid
[8]L Mufarricha.Konsep Pembelajaran Menurut Jerome S. Bruner. Diakses dari http://digilib.uinsby.ac.id/8078/5/Bab2.pdf  pada 6 April 2018.
[9]Ratna Wilis Dahar. 1988. Teori-Teori Belajar Kognitif. Di akses dari https://www.goodreads.com/book/.../20816809-teori-teori-belajar-dan-pembelajaran. Html 7 april 2018 pukul 15.15
[10]Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni..Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Ar – Ruzz Media .2007

No comments:

Post a Comment