MAKALAH TEORI BELAJAR KOGNITIF (PENGERTIAN, TOKOH, PRINSIP, KELEBIHAN DAN KELEMAHAN TEORI KOGNITIF)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Peningkatan sumber daya manusia haruslah segera dibanggun di Indonesia.
Menciptakan manusia-manusia yang unggul harus diadakan sejak dini melalui
pendidikan formal mapun non formal. Dengan diberlakukannya pandidikan sejak
usia dini diharapkan akan mampu membentuk fondasi dasar sebelum memperoleh ilmu
pengetahuan umum, sehingga ilmu yang akan diperoleh nantinya akan dapat
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya tanpa adanya pihak lain yang dirugikan.
Banyak Negara mengakui bahwa persoalan pendidikan merupakan persoalan yang
pelik. Negara sebagai lembaga yang menguayakan kecerdaskan kehidupan bangsa
merupakan tugas negara yang amat penting. Namun, di
negara-negara berkembang adopsi system pendidikan sering mengalami
kesulitan untuk berkembang. Cara dan system pendidikannya sering
menjadi kritik dan kecaman. Adanya perubahan sistem pendidikan setiap adanya
perubahan mentri pendidikan juga turut mempengaruhi kualitas pendidikan yang
ada di Indonesia.
Pada makalah ini akan dikaji tentang pandangan kognitif dalam kegiatan
pembelajaran. Teori Kognitif lebih menekankan bahwa belajar lebih banyak
ditentukan karena adanya usaha dari setiap individu dalam upaya menggali ilmu
pengetahuan melalui dunia pendidikan. Penataan kondisi tersebut bukan sebagai
penyebab terjadinnya proses belajar bagi anak didik, tetapi melalui penggalian
ilmu pengetahuan secara pribadi ini diarahkan untuk memudahkan anak didik dalam
proses belajar. Keaktifan siswa menjadi unsur yang amat penting dalam
menentukan kesuksesan belajar. Aktivitas mandiri merupakan salah satu faktor
untuk mencapai hasil yang maksimal dalam proses belajar dan pembelajaran. Para
pendidik (Guru) dan para perancang pendidikan serta pengembang program-program
pembelajaran perlu menyadari akan pentingnya pemahaman terhadap hakikat belajar
dan pembelajaran. Teori belajar dan pembelajaran seperti teori kognitif penting
untuk dimengerti dan diterapkan sesuai dengan kondisi dan konteks pembelajaran
yang dihadapi.
Pada bagian ini dikaji tentang pandangan kognitif terhadap proses belajar
dan aplikasi teori kognitif dalam rangka meningkatkan prestasi anak didik.
Masing-masing teori pendidikan memilki kelemahan dan kelebihan.
Pendidik/pengajar yang professional akan dapat memilih teori mana yang tepat
untuk tujuan tertentu, karakteristik materi pelajaran tertentu, dengan
ciri-ciri siswa yang dihadapi, dan dengan kondisi lingkungan serta sarana dan
prasarana yang tersedia.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1. Apa pengertian teori kognitif?
2. Siapa saja tokoh
– tokoh yang berperan dalam teori belajar Kognitif?
3. Apa saja
prinsip-prinsip teori belajar Kognitif?
4. Apa saja kelebihan
dan kelemahan teori belajar Kognitif?
C.
Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah:
1. Dengan adanya
makalah mengenai ini, penulis berharap akan dapat memberikan wahana pengetahuan
bagi pembaca berkaitan dengan teori kognitif.
2. Menjadikan pedoman dalam pengaplikasian teori kognitif
sebagai modal awal dalam mengembangkan potensi-potensi lain dalam diri
anak didik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori
Belajar Kognitif
Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition
artinya adalah pengertian, mengerti. Pengertian yang luasnya cognition
(kognisi) adalah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan.[1]
Dalam
pekembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini menjadi populer sebagai
salah satu wilayah psikologi manusia / satu konsep umum yang mencakup semua
bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan
masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan,
pengolahan informasi, pemecahan masalah, membayangkan, memperkirakan, berpikir
dan keyakinan.
Teori kognitif lebih mementingkan proses
belajar dari pada hasil belajarnya.[2]
Teori ini mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara
stimulus dan respon, melainkan tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi
serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya.
Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu situasi saling
berhubungan dengan seluruh konteks situasi tersebut.
Teori ini berpandangan bahwa belajar
merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, pengolahan informasi,
emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya.[3]Pada
dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental
yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif
dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan,
pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan
berbekas.Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu
proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia.Belajar melibatkan proses
berpikir yang sangat kompleks.Menurut para ahli jiwa aliran kognitifis, tingkah
laku seseorang itu senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal
atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi.
B.
Tokoh-Tokoh
Teori Belajar Kognitif
1)
Jean
Piaget
a.
Teori
Belajar Kognitif menurut Jean Piaget
Menurut Piaget, perkembangan kognitif
merupakan suatu proses genetika, yaitu proses yang didasarkan atas mekanisme
biologis, yaitu perkembangan system syaraf. Dalam teorinya, Piaget juga
membahas tentang bagaimana anak belajar. Dimana dasar dari belajar adalah
aktivitas anak bila ia berinteraksi dengan lingkungan sosial dan lingkungan
fisiknya.[4] Jean Piaget meneliti dan
menulis subjek perkembangan kognitif ini dari tahun 1927 sampai 1980. Piaget menyatakan bahwa cara berpikir anak bukan
hanya kurang matang dibandingkan dengan orang dewasa karena kalah pengetahuan,
tetapi juga berbeda secara kualitatif. Individu /pribadi serta perubahan umur
sangat mempengaruhi kemampuan belajar individu.[5] Perkembangan kognitif adalah suatu perkembangan
system syaraf, dimana dengan bertambahnya umur maka susunan syaraf seseorang akan semakin
kompleks dan memungkinkan kemampuannya akan semakin meningkat. Daya pikir atau mental anak yang berbeda usia akan
berbeda pula.
Tindakan (action) menuju pada operasi-operasi
dan operasi-operasi menuju pada perkembangan struktur-struktur.
a)
Isi,
merupakan pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada respon yang
diberikannya terhadap berbagai masalah atau situasi yang dihadapinya.
b)
Fungsi,
Adalah cara yang digunakan organisme untuk membuat kemajuan intelektual.
Menurut Piaget perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi yaitu
organisasi dan adaptasi. Organisasi memberikan pada organisme kemampuan untuk
mengestimasikan atau mengorganisasi proses-proses fisik atau psikologis menjadi
sistem-sistem yang teratur dan berhubungan. Adaptasi, terhadap lingkungan
dilakukan melalui dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi.
Menurut Pieget, proses belajar
sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yaitu asimilasi, akomodasi dan
equilibrasi. [6]
a)
Asimilasi,
adalah proses penyatuan informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada
dalam benak siswa. Itu berarti, asimilasi terjadi jika pengetahuan baru yang
diterima seseorang cocok dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang
tersebut.
b)
Akomodasi,
adalah proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi baru. Jadi,
akomodasi terjadi jika struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang harus
direkonstruksi/di kode ulang disesuaikan dengan informasi yang baru diterima.
c)
Equilibrasi,
adalah proses penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.
Maka, Equilibrasi ini dapat dimaknai sebagai sebuah keseimbangan antara
asimilasi dan akomodasi sehingga seseorang dapat menyatukan pengalaman luar
dengan struktur dalamya.
Menurut Piaget aspek perkembangan
kognitif meliputi empat tahap, yaitu:[7]
a)
Sensory-motor
(sensori-motor)
Selama
perkembangan dalam periode ini berlangsung sejak anak lahir sampai usia 2
tahun, intelegensi yang dimiliki anak tersebut masih berbentuk primitif dalam
arti masih didasarkan pada perilaku terbuka. Meskipun primitif dan terkesan
tidak penting, intelegensi sensori-motor sesungguhnya merupakan intelegensi
dasar yang amat berarti karena ia menjadi pondasi untuk tipe-tipe intelegensi
tertentu yang akan dimiliki anak tersebut kelak.
b)
Pre
operational (praoperasional)
Perkembangan
ini bermula pada saat anak berumur 2-7 tahun dan telah memiliki penguasaan sempurna mengenai objek
permanence, artinya anak tersebut sudah memiliki kesadaran akan tetap eksisnya
suatu benda yang ada atau biasa ada, walaupun benda tersebut sudah ia
tinggalkan atau sudah tak dilihat dan tak didengar lagi. Jadi, padangan
terhadap eksistensi benda tersebut berbeda dari pandangan pada periode
sensori-motor, yakni tidak lagi bergantung pada pengamatan belaka.
c)
Concrete
operational (konkret-operasional)
Dalam
periode konkret operasional ini belangsung hingga usia menjelang remaja,
kemudian anak mulai memperoleh tamnbahan kemampuan yang disebut sistem of
operations (satuan langkah berfikir). Kemampuan ini berfaedah bagi anak untuk
mengkoordinasikan pemikiran dan idenya dengan peristiwa tertentu dalam sistem
pemikirannya sendiri.
d)
Formal
operational (formal-operasional)
Dalam
perkembngan formal operasional, anak yang sudah menjelang atau sudah menginjak
masa remaja, yakni usia 11-15 tahun, akan dapat mengatasi masalah keterbatasan
pemikiran
2) David
Ausubel
Menurut Ausubel dalam buku karya Drs.
Bambang Warsita bahwa “belajar haruslah bermakna, materi yang dipelajari
diasimilasi secara nonarbitrer dan berhubungan dengan pengetahuan yang dimiliki
sebelumnya”(2008:72). Hal ini berari bahwa pembelajaran bermakna merupakan
suatu proses yang dikaitkan dengan informasi baru pada konsep-konsep relevan
yang terdapat dalam struktur kognitif peserta didik. Dimana Proses belajar
tidak sekedar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta saja, tetapi merupakan
kegiatan yang menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh
sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah
dilupakan. Jadi guru harus menjadi perancang pembelajaran dan pengembang
program pembelajaran dengan berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang
dimiliki peserta didik dan membantu memadukan secara harmonis dengan
pengetahuan baru yang dipelajari.
Langkah-langkah pembelajaran bermakna
menurut Ausebel, dalam merancang pembelajaran antara lain: 1) menentukan tujuan
pembelajaran; 2) melakukan identifikasi peserta didik; 3) memilih materi
pembelajaran sesuai karakteristik peserta didik dan mengaturnya dalam bentuk
konsep inti; 4) menentukan topik peserta didik dalam bentuk advance organizers;
5) mengembangkan bahan belajar untuk dipelajari peserta didik; 6) mengatur
topik pembelajaran dari yang sederhana ke kompleks; 7) melakukan penilaian
proses dan hasil belajar peserta didik.
3) Jerome
Burner
Jerome Bruner dilahirkan pada tahun
1915. Jerome Bruner, seorang ahli psikologi yang terkenal telah banyak
menyumbang dalam penulisan teori pembelajaran, proses pengajaran dan falsafah
pendidikan. Salah satu model intruksional kognitif yang sangat berpengaruh
ialah model dari Jerome Bruner yang dikenal dengan nama belajar penemuan..
Dasar dari teori Bruner adalah ungkapan Piaget yang menyatakan bahwa anak harus
berperan aktif saat belajar di kelas. Konsepnya adalah belajar dengan menemukan
(Discovery Learning). Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai
dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dengan sendirinya
memberikan hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan
masalah serta pengetahuan yang benar-benar bermakna. Bruner menyarankan agar
siswa hendaknya belajar melalui partisipasi secara aktif dengan konsep dan
prisnsip-prinsip agar memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen yang
mengiinkan mereka untuk menemukan prinsip-prinsip itu sendiri.
Dalam
teori belajarnya Jerome
S Bruner berpendapat
bahwa kegiatan belajar
akan berjalan baik
dan kreatif jika
siswa dapat menemukan
sendiri suatu aturan (termasuk konsep, teori, definisi dan
sebagainya) melalui contoh-contoh yang menggambarkan aturan yang menjadi
sumbernya[8].
Sebagai contoh, kanak-kanak membentuk konsep dengan mengasingkan benda-benda sesuai
dengan ciri-cirinya. Selain itu, pengajaran didasarkan kepada memberi rangsangan
kepada murid terhadap konsep itu dengan pengetahuan mereka.
Misalnya,kanak-kanak membentuk konsep segiempat dengan mengenal segiempat
mempunyai 4 sisi dan memasukkan semua bentuk bersisi empat kedalam kategori
segiempat,dan memasukkan bentuk-bentuk bersisi tiga kedalam kategori segitiga.
Bruner
berpendapat bahwa dalam proses belajar dapat dibedakan menjadi 3
tahap, yaitu :
1)
Tahap informasi, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh
sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. Diantara informasi
yang diperoleh itu ada yang sama sekali baru dan beridiri sendiri ada pula yang
berfungsi menambah, memperluas dan memperdalam pengetauan yang sebelumnya.
2)
Tahap
transformasi, siswa menganalisa berbagai informasi
yang dipelajari dan mengubah atau
mentransformasikannya ke dalam bentuk-bentuk informasi yang lebih abstrak
atau konseptual, agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas.
3)
Tahap evaluasi, dalam tahap evaluasi ini, siswa menilai
sejauh mana informasi yang telah ditransformasikan dapat dimanfaatkan untuk
memahami gejala atau memecahkan masalah yang dihadapi..
C. Prinsip-Prinsip
Belajar Kognitif
Teori belajar kognitif menjelaskan
belajar dengan memfokuskan pada perubahan proses mental dan struktur yang
terjadi sebagai hasil dari upaya untuk memahami dunia. teori belajar kognitif
yang digunakan untuk menjelaskan tugas-tugas yang sederhana seperti mengingat
nomor telepon dan kompleks seperti pemecahan masalah yang tidak jelas.[9]
Teori belajar
kognitif didasarkan pada empat prinsip dasar:
1)
Pembelajar
aktif dalam upaya untuk memahami pengalaman.
2)
Pemahaman
bahwa pelajar mengembangkan tergantung pada apa yang telah mereka ketahui.
3)
Belajar
membangun pemahaman dari pada catatan.
4)
Belajar
adalah perubahan dalam struktur mental seseorang.
a)
Apakah
Siswa Aktif
Teori belajar kognitif didasarkan pada
keyakinan bahwa peserta didik aktif dalam upaya untuk memahami bagaimana dunia
bekerja, kepercayaan ini konsisten dengan Piaget dan Vygotsky tentang
pemandangan pengembangan pelajar. Pembelajar melakukan lebih dari sekedar
menanggapi. Mereka mencari informasi yang membantu mereka dari jawaban
pertanyaan, mereka memodifikasi pemahaman mereka berdasarkan pengetahuan baru,
dan perubahan sikap mereka dalam menanggapi peningkatan pemahaman.
b)
Siswa
Memahami Tergantung Pada Apa Yang Dia Tahu
Dalam usaha mereka untuk memahami
bagaimana di dunia bekerja, peserta didik menafsirkan pengalaman baru
berdasarkan apa yang mereka sudah tahu dan percaya. Sebagai contoh, sering
anak-anak tetap percaya bahwa bumi ini datar bahkan setelah guru menjelaskan
bahwa itu adalah sebuah bola. Beberapa anak kemudian menggambar permukaan datar
seperti di dalam atau di atas bola. Mereka beralasan bahwa orang tidak dapat
berjalan di atas bola, dan ide dari permukaan yang datar tadi anak-anak
mengetahui dan memahami ide untuk membantu mereka menjelaskan bagaimana orang
dapat berdiri atau berjalan di permukaan bumi. Contoh ini juga membantu kita
melihat mengapa menjelaskan sering tidak efektif untuk mengubah pemahaman
peserta didik.
c)
Membangun
Pembelajar Memahami dari Rekaman
Pelajar tidak berperilaku seperti tape
recorder, merekam dalam ingatan mereka dalam bentuk di mana itu disajikan
segalanya, guru mengatakan kepada mereka atau apa yang mereka baca. Sebaliknya,
mereka menggunakan apa yang telah mereka ketahui untuk membangun pemahaman
tentang apa yang mereka dengar atau membaca yang masuk akal bagi mereka. Dalam
upaya mereka untuk membuat informasi baru dimengerti, mereka secara dramatis
dapat memodifikasi itu, begitu pula anak-anak yang membayangkan serabi pada bola.
Kebanyakan peneliti sekarang menerima gagasan bahwa siswa membangun pemahaman
mereka sendiri.
d)
Definisi
Pembelajaran
Dari perspektif kognitif, belajar adalah
perubahan dalam struktur mantal seseorang yang atas kapasitas untuk menunjukkan
perilaku yang berbeda. Perhatikan kalimat "menciptakan kapasitas. Dari
perspektif kognitif, belajar dapat terjadi tanpa ada perubahan langsung dalam
perilaku, bukti perubahan dalam struktur mental dapat terjadi dalam beberapa
waktu kemudian. "struktur mental" bahwa perubahan termasuk skema,
keyakinan, tujuan, harapan dan komponen lainnya. Dalam pelajaran david, karena
randy misalnya sadar walaupun tentang kebutuhannya untuk membuat catatan, dan
Tanta, Rendy dan Juan membentuk hubungan, dalam pikiran mereka, menghubungkan
informasi dari grafik, transparansi, dan demonstrasi.
Baik teori behaviorisme atau kognitif
sosial dapat menjelaskan upaya siswa-siswa. Bagaimana informasi "di kepala
pelajar itu" diperoleh, dan bagaimana disimpan? Kita menjawab
pertanyaan-pertanyaan pada bagian berikutnya kita mengamati pengolahan
informasi, salah satu yang pertama dan paling diteliti secara deskripsi tentang
bagaimana orang mengingat.
D.
Kelebihan teori kognitif
1. Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri.
3. Dapat
meningkatkan motivasi
4. Dapat
meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah
5. Dapat membantu
guru untuk mengenal siswasecara individu sehingga dapat mengembangkan kemampuan
siswa
6. Dapat
mempelajari materi pembelajaran yang rumit untuk memecahkan dan untuk
menciptakan kreasi atau ide baru
E.
Kelemahan Teori Belajar
kognitif
1. Teori ini
dianggap dekat dengan psikologi belajar daripada teori belajar, sehingga dalam
proses belajar menjadi tidak mudah.
2. Teori ini
dianggap sulit dipraktekkan secara murni karena seringkali merasa bingung.
untukmemahami unsur-unsur kognitif menjadi bagian-bagian yang jelas.
3. Teori ini tidak
menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.
4. Teori ini sulit
dipraktekkan khususnya ditingkat lanjut.
5. Beberapa dari
teori ini sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas.[11]
Adapun kritik terhadap teori kognitif adalah:
1.
Teori kognitif lebih dekat kepada psikologi daripada kepada teori
belajar, sehingga aplikasinya dalam proses belajar mengajar tidaklah
mudah.
2.
Sukar dipraktekkan secara murni sebab seringkali kita sulit
melihat “struktur kognitif” yang ada pada setiap siswa.
Aplikasi teori belajar kognitivisme dalam pembelajaran, guru harus
memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses
berpikirnya, anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar belajar menggunakan
benda-benda konkret, keaktifan siswa sangat dipentingkan, guru menyusun materi
dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana kekompleks, guru
menciptakan pembelajaran yang bermakna, memperhatian perbedaan individual siswa
untuk mencapai keberhasilan siswa. Dari penjelasan diatas jelas bahwa
implikasinya dalam pembelajaran adalah seorang pendidik, guru harus dapat
memahami bagaimana cara belajar siswa yang baik, sebab mereka para siswa tidak
akan dapat memahamibila mereka tidak mampu mencerna dari apa yang mereka dengar
ataupun mereka tangkap. Secara umum teori kognitif lebih mengarah pada
bagaimana memahami struktur kognitif siswa, dan ini tidaklah mudah, dengan
memahami struktur kognitif siswa, maka dengan tepat pelajaran disesuaikan
sejauh mana kemampuan siswanya. Selain itu, juga model penyusunan materi
pelajaran hendaknya disusun berdasarkan pola dan logika tertentu agar lebih
mudah dipahami. Penyusunan materi pelajaran di buat bertahap mulai dari yang
paling sederhana ke kompleks. Hendaknya dalam proses pembelajaran sebisa
mungkin tidak hanya terfokus pada hafalan, tetapi juga memahami apa yang sedang
dipelajari, dengan demikian jauh akan lebih baik dari sekedar menghafal.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Teori kognitif berpendapat bahwa belajar tidak sekedar melibatkan
hubungan antara stimulus dan respon. Lebih dari itu belajar adalah melibatkan
proses berpikir yang sangat kompleks. Ilmu pengetahuan dibangun dalam diri
seseorang melalui proses interaksi yang bersinambungan dengan lingkungan.
Proses ini tidak berjalan terpisah-pisah, tapi melalui proses yang mengalir,
bersambung-sambung, dan menyeluruh. Ibarat sesesorang yang memainkan musik,
tidak hanya memahami not-not balok pada partitur sebagai informasi yang saling
lepas dan berdiri sendiri, tapi sebagai suatu kesatuan yang secara utuh masuk
ke dalam pikiran dan perasaannya. Teori belajar kognitif lebih menekankan pada
belajar merupakan suatu proses belajar yang terjadi dalam akal pikiran manusia
atau gagasan manusia bahwa bagian-bagian suatu situasi saling berhubungan dalam
konteks situasi secara keseluruhan. Jadi belajar melibatkan proses berfikir
yang kompleks dan mementingkan proses belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
:
Al,
Rasyidin & Nasution Wahyudin. 2011. Teori Belajar dan pembelajaran. Perdana Publishing: Medan.
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta :Ar – Ruzz Media.
Dahar, Ratna Wilis. 1988. Teori-Teori Belajar Kognitif. Jakarta : Departmen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Internet:
Ari, TEORI
BELAJAR KOGNITIF, diakses dari http://aristwn.staff.iainsalatiga.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2014/09/Teori-Belajar-Kognitif.pdf. Sabtu,
07/03/2018 09:36:07.
Mulyana, Teori
Belajar dan Pembelajaran, diakses dari https://sites.google.com/site/mulyanabanten/home/teori-belajar-behavioristik/teori-belajar-kognitif. Sabtu,
07/03/2018 11:40:23
Rendi, Teori Belajar Kognitif . diakses dari http://magister-pendidikan.blogspot.co.id/p/teori-kognitif.html. Sabtu, 07/04/2018
12:02:56.
Teori perkembangan kognitif piaget. http://meetabied.wordpress.com/2010/03/20/teori-perkembangan-kognitif-piaget//
Teori belajar kognitif. http://aristwn.staff.iainsalatiga.ac.id/pcontent
/3/2014/09/Teori-Belajar-Kognitif.pdf.
Https://pengertian.me/2015/10/kelebihan-dan-kekurangan-teori-belajar-kognitif.html. Akses
pada tanggal April 2018
Mufarricha,
L. (2000). Konsep Pembelajaran Menurut Jerome S. Bruner. Diakses dari http://digilib.uinsby.ac.id/8078/5/Bab2.pdf pada 6 April 2018.
[1]Ari, TEORI BELAJAR KOGNITIF, accessed from http://aristwn.staff.iainsalatiga.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2014/09/Teori-Belajar-Kognitif.pdf. Sabtu, 07/03/2018 09:36:07.
[2]Mulyana, Teori Belajar dan Pembelajaran,
accessed from https://sites.google.com/site/mulyanabanten/home/teori-belajar-behavioristik/teori-belajar-kognitif. Sabtu, 07/03/2018 11:40:23
[3]Rendi, Teori Belajar Kognitif . accessed from http://magister-pendidikan.blogspot.co.id/p/teori-kognitif.html. Sabtu, 07/04/2018
12:02:56
[4]Al
Rasyidin & Wahyudin Nur Nasution, Teori
Belajar dan pembelajaran, Medan :Perdana Publishing, 2011, hal: 33
[5]Di kutip
dari :
http://meetabied.wordpress.com/2010/03/20/teori-perkembangan-kognitif-piaget// pada 6 April, pukul: 18.00
[7]Teori
belajar kognitif http://aristwn.staff.iainsalatiga.ac.id/pcontent
/3/2014/09/Teori-Belajar-Kognitif.pdf. pada 6 April, pukul: 18.00
[8]L Mufarricha.Konsep
Pembelajaran Menurut Jerome S. Bruner. Diakses dari http://digilib.uinsby.ac.id/8078/5/Bab2.pdf pada 6 April 2018.
[9]Ratna Wilis Dahar. 1988.
Teori-Teori Belajar Kognitif. Di akses dari https://www.goodreads.com/book/.../20816809-teori-teori-belajar-dan-pembelajaran. Html 7 april 2018 pukul
15.15
[11]Https://pengertian.me/2015/10/kelebihan-dan-kekurangan-teori-belajar-kognitif.html. Akses pada tanggal April 2018
No comments:
Post a Comment