MAKALAH PEMIKIRAN MODERN DALAM ISLAM
EKSPEDISI NAPOLEON BONARPARTE
KATA PENGANTAR
Puji syukur
penulis ucapkan atas rahmat yeng telah Allah SWT sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.
Penulis
mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu penulis
dalam membuat makalah ini dan teman-teman yang telah memberi motivasi dan
dorongan serta semua pihak yang berkaitan sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penulis
menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan
kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
demi perbaikan makalah ini di masa yang akan datang.
Bengkulu,
16 Oktober 2018
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kehidupan modern yang
beranjak dari Eropa Barat sejak abad XV dan menjalar ke seluruh dunia, muncul
dengan fenomena yang berbeda-beda, walaupun tetap dengan satu spirit, yaitu
spirit menentang segala hal yang berbau kuno. Sebaliknya, kehadiran Islam juga
mempunyai fenomena-fenomena yang berbeda-beda, tetapi juga dengan satu spirit,
yaitu spirit keterasingan dalam menghadapi cakrawala baru, padahal perjuangan
Islam seharusnya lebih kokoh dengan situasi modern dengan segala perangkat dan
eksistensinya, melalui pencerahan Islam yang baru. Jika Islam muncul terhadap
pembaharuan terhadap potensi yang dimiliknya, justru akan hadir melindungi
peran kreativitas dalam pembaharuan kehidupan manusia dan dinamika pemikirannya.
Sebaliknya, bila Islam tidak eksis secara fenomenal, Islam justru akan dilindas
oleh dinamika kehidupan. Dengan hanya mewarisi tradisi masa lampau sebagai
realitas kehidupan hari ini, hari esok, maka cita-cita Islam di atas sulit
diwujudkan.
Oleh karena itu,
persentuhan dengan Perancis sebagai deputi (wakil) peradaban Barat modern bagi
umat Islam di Mesir, telah memicu cakrawala agar meningkatkan taraf perilaku
hidup terutama dalam pengejaran terhadap ketertinggalan di bidang Iptek. Tidak
berlebihan bahwa ekspidisi Napoleon Bonaparte dengan bala militerya sebagian
juga menyertakan ilmuwan, teknokrat dan pakar peradaban dianggap angin segar
yang yang membawa berkah membangunkan Mesir dari mimpi buruk selama
berabad-abad. Suatu keberuntungan besar, bahwa tipe penjajahan yang datang ke
Mesir itu menyembunyikan genderang berkualitas yang seketika mampu merombak
secara revolusioner decline (kemunduran) di Mesir. Sebagai suatu alasan
dikemukakan, bahwa tokoh-tokoh militan Mesir mampu memobilisasi ide-ide pembaruannya
sampai bergaung sangat keras di dunia Islam, termasuk Indonesia.
Karakteristik pembaharuan di Mesir sangat tematis, dengan kata lain, kepekaan
ide-ide pembaruan sangat menyentuh akar terdalam dari problema umat Islam
ketika itu. Tidak luput pula dikemukakan bahwa gagasan modernisme Mesir telah
dikemas dengan fasilitas intelektal modern yang pada saat itu dianggap amat
baru, yaitu berupa media cetak majalah al-Urwah al-Wutsqa yang banyak memuat
kreativitas pemikiran pembaruan cemerlang dari Afgani dan Abduh memang menjadi
siraman segar yang amat dibutuhkan bagi dunia Islam.
Umat Islam Mesir untuk
wilayah negara Arab dianggap terdepan dana bahkan tercepat mengalami sentuhan
modern, dengan begitu dapat dipastikan bahwa tingkat kedewasaan modernisme
sosial keagamaan pun telah menjadi model yang dikiblati oleh negara-negara
Islam lainnya di luar kawasan itu.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana profil
Napoleon Bonaparte.
2. Bagaimana ekspedisi Napoleon Bonaparte dan tujuannya di Mesir.
3. Bagaimana hasil dan ide-ide yang dibawa oleh Napoleon Bonaparte.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Profil Napoleon Bonaparte
Napoleon memperoleh
gelar Bonaparte setelah berkuasa di Perancis pada tahun 1804. pada masanya, ia
adalah seorang militer paling cemerlang yang mampu menguasai seluruh wilayah
Barat dan Eropa. Ia dikenal sebagai manusia tidak kenal lelah, dan hidup dari
satu peperangan ke peperangan yang lain. Napoleon sebenarnya masih berdarah
Italia. Ia lahir di Ajaccio Pulau Kosika yang menjadi bagian kekuasaan Perancis.
Ia anak keempat dari delapan bersaudara. Ayahnya seorang pengacara keturunan
bangsawan Italia Tuscan.
Napoleon mengenyam
pendidikan di tiga tempat, yaitu dengan College d' Autun, sekolah tinggi
militer Brienne selama lima tahun dan akademi militer di Perancis selama satu
tahun. Ia lulus di akademi militer itu, sebagai prestasi ke-42 dari 58 siswa.
Pada tahun itu pula, tanpa disadari, ia mengambil alih fungsi ayahnya sebagai
kepala keluarga setelah ayahnya meninggal. Napoleon diangkat menjadi letnan dua
dalam resimen La Fere. Dalam masa itu, ia belajar lebih banyak dengan membaca
tulisan tentang strategi dan taktik perang.
Seak menjelang revolusi
Perancis (1789), karier militerya teruji melalui serangkaian intrik politik
memperebutkan kekuasaan dalam pemerintahan. Pada tahun 1793, ia diangkat
menjadi ajudan jenderal dalam kesatuan militer konvensi nasional. Prestasinya
ketika itu sukses mendongkel pasukan Inggris dari Toulon. Pada akhir tahun itu,
ia dipromosikan menjadi brigadir jenderal dan kemudian diangkat menjadi
komandan pasukan alteleri pasukan Perancis di Italia. Pada tahun 1794, ia
dipenjara dan dipecat dari jabatannya dengan tuduhan berkomplot untuk
menjatuhkan kekuasan konvensi nasional. Setelah dibebaskan, ia menarik diri,
lalu mencoba menawarkan keahlihan militernya kepada seorang sultan dari Turki.
Pada tahun 1798,
Napoleon mencoba bergaung dengan Paoli yang diizinkan kembali ke Korsika dengan
Dewan Nasional. Namun ia ditolak oleh Paoli, kemudian ia kembali ke Perancis.
Di sana ia diangkat lagi dengan pangkat letnan satu dalam resimen alteleri ke
empat di Valence. Karena ancaman revolusi dalam negeri, menyebabkan ia diangkat
menjadi komandan pasukan untuk memulihkan keamanan dalam negeri. Ketika kembali
ke Paris, masyarakat menerimanya dengan baik, karena itu, pada tahun yang sama
membentuk pemerintahan diktator.
B. Ekspedisi Napoleon Bonaparte dan Tujuannya
Di masa Sultan Salim I
berkuasa, Mesir di bawah Dinasti Mamluk, sama sekali tidakberdaya, dan harus
takluk serta membayar upeti. Walaupun kekuasaan masih dipegang oleh kaum
Mamluk, secara formal berakhir pada tahun 1517 M. Namun Turki Usmani berambisi
menaklukkan seluruh bagian dunia Islam, masih memberikan hak-hak kekuasaan
secara eksklusif kepada penguasa Mamluk, sehingga di setiap wilayah kekuasaan
Turki Usmani selalu ditempatkan seorang gubernur yang bertindak sebagai duta
besar mengawasi jalannya roda pemerintahan.
Lama-kelamaan wibawa
dan prestise keperkasaan Turki Usmani melemah dan kian pudar di wilayah-wilayah
yang dikuasai. Salah satu dari bukti kelemahan itu, tentara Perancis di bawah
Napoleon Bonaparte dengan mudah mendarat di Alexadaria tanggal 2 Juni 1798.
sembilan hari kemudian kota Rasyid yang terletak di sebelah timur Alexadaria
jatuh pula. Pada tanggal 7 Juli 1798, tentara Napoleon menduduki di daerah
piramid di dekat Kairo. Peperangan terjadi ditempat itu dan pasukan Mamluk
akhirnya tidak sanggup mengimbangi tentang Napoleon yang diperlengkapi dengan
senjata-senjata meriam. Selanjutnya pasukan Mamluk melarikan diri ke Kairo, akan
tetapi di sana tidak mendapat simpatisan dari rakyat Mesir. Akhirnya kaum
Mamluk terpaksa lari lagi ke daerah Mesir sebelah selatan. Pada tanggal 23
Juli, Napoleon telah dapat menguasai sepenuhnya negeri Mesir.
Ekspedisi Napoleon
Bonaparte ke timur (Mesir), tidak hanya membawa tentara, namun bersama seribu
orang sipil, seratus enam puluh ahli-ahli ilmu pengetahuan, dua set percetakan
huruf latin, Arab, dam Yunani serta alat-alat ilmu pengetahuan yang dipakai
dalam eksperimen-eksperimen ilmiah. Dalam rombongan Napoleon terdapat pula satu
lembaga ilmiah bernama Institut d' Egypte yang tersusun dari empat bagian,
yakni, ilmu pasti, ilmu alam, ilmu ekonomi-politik dan ilmu sastra seni.
Institut ini selain
berfungsi untuk mengadakan penelitian ilmiah, juga sangat membantu Napoleon
dalam memerintah Mesir dari result (hasil) penyelidikan para ahlinya.
Hasan Ibrahim Hasan
berpendapat, Mesir selain negeri yang kaya raya, ekspedisi yang dilakukan oleh
Napoleon yang berawal pada tanggal 2 Juni 1798 sudah merupakan rangkaian
rencana ketika Louis XIV berkuasa, Leibniz dan lalu dimunculkan kembali perdana
menteri Talyrand. Alasan mendasar dari ekspedisi Napoleon adalah keinginan
untuk menguasai Timur terutama India yang ketika itu telah berada dalam
pengaruh dan kekuasaan Inggris. Karena memang sejak revolusi Perancis dan
revolusi industri di Barat, negara-negara industri mengalami kemajuan pesat.
Ditambah lagi kebutuhan mereka meningkat, baik menyangkut bahan baku maupun
pemasaran hasil industrinya. Oleh karenanya, Perancis dan Inggris adalah dua
negara yang berkompetisi keras untuk menjadi negara superpower (adidaya) di
dunia.
Hal lain yang
memotivasi Napoleon sebagaimana yang dikemukakan Harun Nasution, adalah
keinginan mengikuti jejak Alexander Macedonia yang memiliki capability
(kemampuan) menguasai tiga benua. Oleh Napoleon, tempat yang paling strategis
untuk tujuan tersebut adalah Mesir. Akan tetapi impian Napoleon untuk
melanjutkan ekspedisi ke India digagalkan Palestina oleh pasukan Inggris,
akhirnya tanggal 18 Agustus 1799 M., Napoleon Bonaparte meninggalkan Mesir,
karena situasi politik yang berkembang di tanah airnya. Untuk sementara,
ekspedisi yang ditinggalkannya dipimpin oleh Kleber. Pada tahun 1801, pasukan
Perancis kembali menderita kekalahan beruntun dari armada Inggris. Ekspedisi
yang dibawa Napoleon itu meninggalkan Mesir pada tanggal 31 Agustus 1801.
Berdasarkan dari
beberapa deskripsi di atas, selain Mesir dijadikan batu loncatan untuk
menguasai India, juga membawa semangat imperialisme menaklukkan Mesir agar
menjadi daerah jajahannya. Di samping itu, kedatangan Napoleon dianggap
meniupkan angin segar bagi persentuhan antara dunia Arab (Islam) dengan Eropa,
yaitu terbukanya mata dan ilmu pengetahuan tentang ketinggian peradaban
Perancis.
Setelah Napoleon sukses
menguasai Mesir secara totalitas, kemudian berusaha menarik simpatisan dan
pendekatan dalam berbagai sektor, yakni, sektor sosial kultural dan politik
keagamaan. Hal ini dapat diamati melalui sejumlah maklumat yang ditetapkan oleh
Napoleon dengan cara menghormati pemeluk agama Islam dan tidak dianggap musuh.
Mereka saling bersahabat dan Napoleon melibatkan orang-orang Mesir dalam sistem
pemerintahan. Berikutnya, Napoleon menugaskan ilmuwan-ilmuwan untuk mendidik
putra-putra Mesir.
C. Hasil dan Ide-ide yang Dibawa
Sudah menjadi
kenyataan, setiap kolonial menguasai dan menduduki suatu negara tidak terlepas
dari misi, cita-cita dan tujuan yang hendak dicapai. Oleh karenanya, Napoleon
menduduki Mesir mempunyai maksud tertentu dan itulah yang membuahkan hasil.
Dari tujuan yang ada, maka timbullah ide-ide baru dalam mengikuti perkembangan
dunia modern khususnya Mesir.
Suksesi Napoleon
menduduki Mesir sangat singkat, karena kelemahan kaum Mamluk dan Mesir
mempertahankan negaranya. Namun demikian, meninggalkan sejuta pengaruh yang
menyebabkan Mesir bangkit dan belajar untuk menutupi kekurangan-kekurangannya.
Memahami keluguan dan
keterbelakangan kaum muslimin, bangkitlah kesadaran selama ini, bahwa umat
telah salah kaprah dalam mengapresiasi komitmen ruh yang terkandung dalam
Alquran. Artinya, Barat yang tidak secara langsung diilhami oleh spirit Alquran
pun dapat maju dan jaya, karena pola hidup dan orientasi akal yang benar.
Disinilah anggapan negatif terhadap dunia Barat dapat berubah dan ternyata Eropa
jauh lebih maju dalam berbagai bidang ilmu dibandingkan dengan umat Islam. Hal
ini dapat dilihat dalam pernyataan al-Jabarti yang dikutip oleh Harun Nasution
dalam bukunya Pembaharuan dalam Islam, yaitu :
Saya lihat di sana, benda-benda percobaan ganjil yang menghasilkan hal-hal
yang besar untuk dapat ditangkap oleh akal seperti yang ada pada diri kita.
Mengiringi kutipan tersebut, Harun Nasution
memberikan komentar sebagai berikut:
Demikianlah kesan seorang cendikiawan Islam pada waktu itu terhadap kebudayaan
Barat. Ini mendeskripsikan betapa mundurnya umat Islam ketika itu. Keadaan
berbalik menjadi seratus delapan puluh derajat. Kalau di periode klasik orang
Barat kagum melihat kebudayaan dan peradaban Islam, di periode modern, kaum
Islam yang terpesona melihat kebudayaan dan peradaban Barat.
Menyikapi kedua
komentar di tas, maka dapat dipahami bahwa ketertinggalan yang dialami oleh
kaum Islam ketika itu bukan semata-mata yang bersifat material saja, tetapi
juga dalam bidang-bidang yang vital bagi kebahagiaan umat manusia.
Ada hal-hal beru selain
kemajuan materi yang dianggap sebagai ide-ide hasil revolusi Perancis yang
dibawa Napoleon, yaitu memperkenalkan :
1. Sistem pemerintahan republik, selama ini belum ada diperkenalkan seorang
kepada negera dipilih oleh parlemen yang berkuasa dalam masa tertentu dan harus
tunduk kepada undang-undang dasar. Sedangkan undang-undang dasar itu sendiri
dibuat bukan oleh kepala negara atau raja, melainkan oleh parlemen. Parlemenlah
yang menentukan kredibilitas seorang kepala negara, yang kalau menyimpang dari
perundang-undangan akan dijatuhkan dari jabatannya. Akan tetapi, sistem
pemerintahan Islam selama ini bersifat absolut. Khalifah atau sultan yang
memegang tampuk pemerintahan tidak jauh beda dengan raja atau kaisar, yang
kekuasaannya tidak terbatas. Iapun tidak tunduk kepada undang-undang dasar,
sebab kedudukan yang dipegangnya merupakan anugerah Tuhan, jadi ia hanya
bertanggung jawab langsung kepada Tuhan, bukan kepada parlemen, bila tidak
mampu lagi.
2. Ide persamaan (egalite), yaitu adanya persamaan kedudukan antara
penguasa dengan rakyat yang diperintah, serta turut berperan aktifnya rakyat
dalam pemerintahan. Sebelumnya, rakyat Mesir tidak tahu menahu dalam soal
pemerintahan, maka ketika itu, Napoleon mendirikan suatu badan kenegaraan yang
terdiri dari ulama-ulama al-Azhar dan pemuka-pemuka dalam dunia bisnis dari
Kairo dan daerah-daerah. Tugas badan ini membuat undang-undang, memelihara
ketertiban umum, dan menjadikan perantara penguasa-penguasa Perancis dengan
rakyat Mesir. Selain itu, dibentuk pula suatu badan lain bernama Diwan
al-Ummah yang pada waktu-waktu tertentu mengadakan sidang untuk
membicarakan hal-hal yang bersangkutan dengan kepentingan nasional. Tiap-tiap
daerah mengirimkan sembilan orang wakil ke sidang itu, masing-masing tiga dari
golongan ulama, tiga dari golongan pedagang, satu dari masing-masing golongan
petani, kepala desa, dan kepala suku bangsa Arab. Dewan ini mempunyai 180 orang
anggota dan bersidang sekali dalam setiap tahun, yang diadakan pada tanggal 5
sampai 20 Oktober 1798. keputusan yang diambil ialah menganjurkan perubahan
peraturan pajak yang telah ditetapkan oleh kerajaan Usmani.
3. Ide kebangsaan yang terkandung dalam Maklumat Napoleon, bahwa orang
Perancis adalah suatu bangsa (nation), dan kaum Mamluk adalah orang
asing yang datang ke Mesir, jadi sungguhpun orang Islam, tapi berlainan bangsa
dengan rakyat Mesir. juga maklumat itu mengandung kata-kata umat Mesir ( الامة المصرية
). Bagi orang Islam yang ada pada waktu itu hanyalah umat Islam ( الامة الاسلامية
), dan tiap-tiap orang Islam adalah saudaranya dan ia tidak begitu sadar akan
perbedaan bangsa dan suku-suku. Perbedaan yang mendasar adalah dari segi agama.
Oleh karena itu, menerjemahkan kata nation ke dalam bahasa Arab juga
sulit. Kata Arab yang dipakai adalah ( الملة ) seperti al-Millah al-Faransiah,
padahal millah dalam kamus
Arab berarti agama, lalu berkembang arti lain, untuk kata nation dipakai
istilah qaum, sya'b dan ummah.
Oleh karena itu, ide
yang terkandung dalam republik masih sulit ditanggap, karena masih dianggap
berbeda jauh dengan praktek kenegaraan di dalam Islam sebagaimana sulitnya
menerjemahkan kata republik ke dalam bahasa Arab. Kemudian sistem persidangan
dan pemilihan ketua lembaga juga merupakan hal yang baru bagi rakyat Mesir.
ketika para anggota dewan memilih ketua, mereka langsung saja menunjuk seorang
ulama terkemuka yang sangat mereka hormati.
BAB III
PENUTUP
Ekspedisi Napoleon Bonaparte
berawal pada tanggal 2 Juni 1798 M. sampai tanggal 31 Agustus 1801. Dari
ekspedisi tersebut bertujuan untuk mematahkan hubungan Inggris dan India, ingin
memperkenalkan kemajuan peradaban dan ilmu pengetahuan yang dicapai Perancis
pada revolusi industri.
Deskripsi ide-ide
Napoleon merupakan kontak pertama antara Mesir dan Barat (Eropa), walaupun
belum mempunyai pengaruh nyata yang kuat kepada rakyat Mesir, namun lambat laun
telah membuka mata umat Islam tentang kelemahan dan kemunduran yang mereka alami.
Pada abad ke-19, ide-ide ini makin dapat diterima karena terdapat nilai-nilai
positif di dalamnya yang bila dipraktekkan akan mendorong kemajuan bagi dunia
Islam khususnya rakyat Mesir.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Baqli, M.Q. (ed.), al-Mukhtar min Tarikh al-Jabarti. Kairo:
Maktabi al-Sya'b, 1958.
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam. Ensiklopedi Islam. Cet. I; Jakarta:
Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994.
Ensiklopedia Nasional Indonesia. jilid II. Cet. I;
Yogyakarta: Cipta Adi Pustaka, 1990.
Hasan, Ibrahim Hasan, Islamic History and Culture, diterjemahkan
oleh Jahdam Human dengan judul Sejarah dan Kebudayaan Islam. Yogyakarta:
Kota Kembang, 1968.
No comments:
Post a Comment