MAKALAH ETIKA PROFESI GURU DI MI, MTs DAN MA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam proses beiajar mengajar, guru menempati
posisi penting dan penentu berhasil tidaknya pencapaian tujuan suatu proses
pembelajaran. Sekalipun proses pembelajaran telah menggunakan berbagai model
pendekatan dan metode yang lebih memberi peluang siswa aktif, kedudukan dan
peran guru tetap penting dan menentukan.
Dalam sebuah ungkapan bahasa Arab dinyatakan,
"ath-thoriqotu ahammu minal maadah, wal mudarrisu ahammu min kulli sya’i
" (Metode atau cara pembelajaran lebih penting daripada materi
pembelajaran, dan guru lebih penting dari segalanya). Ungkapan ini mengandung
makna bahwa seorang guru harus menguasai materi pembelajaran yang akan
disampaikan. Lebih baik dari itu, penguasaan metode pembelajaran oleh seorang guru
memiliki arti lebih penting lagi dan menentukan keberhasilan suatu proses
pembelajaran dari pada hanya penguasaan materi. Di atas itu semua, posisi dan
peran guru jauh lebih penting dan menentukan atas segalanya. Materi, metode,
media, dan sumber pembelajaran, semuanya menjadi tidak bermakna apabila guru
tidak mampu memerankan tugasnya dengan baik.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa Pengertian Kepribadian Guru ?
2.
Bagaiamana Karakteristik Kepribadian Guru Di MI, MTS, Dan MA?
3.
Apa Saja Komponen -Komponen Yang Ada Dalam Kepribadian Guru?
C. Tujuan.
1.
Untuk
mengetahui Apa itu Pengertian Kepribadian Guru.
2.
Untuk
mengetahui Bagaiamana Karakteristik Kepribadian
Guru Di MI, MTS, Dan MA.
3.
Untuk
mengetahui Apa Saja Komponen -Komponen Yang Ada
Dalam Kepribadian Guru.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kepribadian Guru.
Faktor
terpenting dari seorang guru adalah kepribadiannya. Karena dengan kepribadian
itulah seorang guru bisa menjadi seorang pendidik dan pembina bagi anak
didiknya atau bahkan malah sebaliknya akan menjadi perusak dan penghancur bagi
masa depan anak didiknya. Kepribadian yang sesungguhnya adalah abstrak, sulit
dilihat dan tidak bisa diketahui secara nyata yang dapat diketahui yaitu
hanyalah penampilan dari segi luarnya saja yaitu misalnya : dalam tindakannya,
ucapannya, cara bergaul, berpakaian dan menghadapi segala persoalan atau
masalah baik yang ringan ataupun yang berat.
Kepribadiaan
adalah sebagai keseluruhan pola sikap, kebutuhan, ciri-ciri khas dan prilaku
seseorang. Pola berarti sesuatu yang sudah menjadi standar atau baku, sehingga
kalu dikatakan pola sikap itu sudah berlaku terus-menerus secara konsisten
dalam menghadapi situasi yang dihadapi.
Menurut Zakiah Darajat ada 2 macam kepribadian
guru yaitu :
1. Guru yang menempatkan dirinya sebagai pemimpin
yang memerintah dan menyumh yaitu hal seperti ini kurang menyenangkan dalam
pendidikan.
2. Guru yang menempatkan sebagai pembimbing bagi anak
didiknya yaitu biasanya guru seperti ini sangat menarik dan menyenangkan.
Maksudnya yaitu ia akan disenangi dan disayangi oleh anak didiknya.
Bagaimanapun
seorang guru memberikan pelajaran bahkan penguasaan materi yang matang tanpa
diiringi oleh kepribadian yang baik dan menarik seorang guru bisa menjadi guru
yang ideal. Menurut
Thomas Gordon yang disebut oleh Drs. Mudjito definisi guru ideal diambil dari
mitos umum tentang guru dan pengajaran yaitu:
1. Guru yang baik adalah guru yang kalem tidak
pernah berteriak dan bertempramen baik selalu tenang dan tak pernah menunjukkan
emosi yang tinggi.
2. Guru yang tidak pernah berprasangka buruk.
3. Menerima anak didik dengan semua pandangan yang
sama.
4. Menyediakan lingkungan belajar yang
menarik,merangsang atau stimulus, tenang bebas dan sesuai dengan aturan setiap
saat.
5. Selalu konsisten dan mempunyai pengetahuan yang
banyak dibandingkan oleh anak-anak muridnya.
Menurut
M.L Soelaiman, ada resep tentang bagaimana mengolah dan memasak guru yang
diambil dari inggris yang kira-kira berbunyi "carilah seorang ppribadi
yang muda, kuat dean menarik, kemudian kupaslah segala sifatnya yang
berlebih-lebihan dalam bentuk suara, pakaian dan tindak tanduknya yang mungkin
membungkusnya. Kemudian tuangkanlah dengan suatu adonan berupa campuran dank
keberanian Abu Daud, kebijaksanaan seperti nabi Sulaiman, seperti kekuatan
Samson dan Kesabaran nabi Ayyub, yaitu dalam takaran sama banyaknya. Bumbunya adalah
garamnya pengalaman, ladanya semangat, dan minyaknya simpati dan jangan lupa
humor sebagai bumbu penyedapnya. Maksudnya dari penjelasan diatas adalah untuk menjadi
guru yang baik, kepribadian guru harus lebih kuat baik fisik maupun mental.
Sebab dalam tugasnya guru mempunyai wewenang dalam mengahadapi tugas dan
tanggung jawab yang cukup berat, kemudian guru harus berjiwa muda yang dapat
menyelami gejolak perasaan serta liku-liku hidup generasi muda dan harus
mempunyai daya tarik agar dapat mendekati dan didekati oleh siswa.
Untuk
menjadi guru yang berkompetensi, maka guru harus mengembangkan kepribadiannya
yang meliputi:
1.
Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2.
Berperan sebagai masyarakat sebagai warga negara yaitu yang
berjiwa Pancasila.
3.
Mengembangkan sifat-sifat terpuji yang dipersyaratkan bagi
jabatan guru.
Ketiga
hal diatas dianggap perlu karena seluruh ranah kompetensi guru wajib
menjalankan apa-apa yang dianggap sebagai norma dan falsafah hidup suatu
bangsa, beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah syarat wajib yang harus
dimilikioleh setiap warga negara bukan hanya seorang guru yang memilikinya,
karena syarat dari warga negara Indonesia diantaranya adalah beriman kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
Selain
beriman kepada tuhan Yang Maha Esa seorang guru hendaknya harus menyatu dengan
masyarakat karena disamping sebagai guru tersebut sebagai contoh
panutan/tauladan bagi anak didiknya dimasyarakat tersebut juga bagian dari
masyarakat yang mempunyai satu kesatuan dan saling ketergantungan. Namun hal
yang paling terpenting dalam kehidupan seorang guru adalah pengembangan
sifat-sifat terpuji dan akhlakul karimah yaitu sesuai dengan tujuan pendidikan
agama Islam bagi seorang guru. Kepribadian guru juga merupakan salah satu
faktor terpenting didalam melakukan atau melaksanakan penciptaan suasana yang
menguntungkan dalam proses belajar mengajar.
Menurut
Abu Ahmadi seorang guru yang berhasil dituntut untuk beriskap hangat, adil,
objektif, dan fleksibel sehingga terbina suasana emosional yang menyenangkan
dalam proses belajar mengajar. Kompetensi adalah seperangkat tindakan inteligen penuh
tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap
mampu melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu. Sifat inteligen
harus ditunjukkan sebagai kemahiran, ketepatan dan keberhasilan bertindak.
Sifat tanggung jawab harus ditunjukkan sebagai kebenaran tindakan baik
dipandang dari susut ilmu pengetahuan, teknologi maupun etika. Dalam arti
tindakan itu benar ditinjau dari sudut ilmu pengetahuan, efisien, efektif dan
memiliki daya tarik dilihat dari sudut teknologi dan baik ditinjau dari sudut
etika.
Secara
etimologis kata guru berasal dari bahasa sansekerta yang mempunyai arti yang
dihormati. Seorang guru pada hakikatnya adalah seorang pembimbing spiritual
bagi seseorang atau kelompok yang dirinya telah menguasai kemampuan spiritual.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia guru diartikan sebagai orang yang
pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar.
Dalam
UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (pasal 1 Ketentuan Umum), definisi
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Jadi, Kompetensi guru adalah himpunan pengetahuan, kemampuan, dan
keyakinan yang dimiliki seorang guru dan ditampilkan untuk situasi mengajar.
Atau dengan kata lain kompetensi guru adalah seperangkat pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh
guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.[1]
B.
Kepribadian Guru Madrasah Ibtida'iyah.
Segenap
guru hendaknya mengetahui dan menyadari betul bahwa kepribadiannya yang
tercermin dalam berbagai penampilan itu ikut menetukan tercapai atau tidaknya
tujuan pendidikan pada sebuah lembaga pendidikan itu sendiri, pada umumnya dan
pada tempat ia mengajar pada khususnya. Kepribadian guru akan diserap dan
diambil oleh anak didik menjadi unsur dalam kepribadiannya yang sedang tumbuh
dan berkembang.
Madrasah
Ibtida'iyah di Indonesia bertujuan untuk mencetak anak didik yang menjadi
seorang warga negara yang baik, menerima dan mau melaksanakan pancasila dan UUD
1945. Selain itu juga madrasah ini bertujuan untuk menumbuhkan sikap dan
nilai-nilai yang positif lainnya yang diperlikan bagi seorang muslim yang baik
sehat jasmani maupun rohaninya, berpikiran maju dan berminat pada ilmu
pengetahuan dan lain-lian. Semua yang ingin dicapai oleh tujuan madrasah ini
yang dijabarka dalam kurikulumnya harus dapat benar-benar dipahami dan
dilaksanakan oleh semua guru dan tercermin dalam bentuk penampilan
kepribadinnya.
C.
Kepribadian Guru Madrasah Tsanawiyah
Syarat
kepribadian bagi guru madrasah tsanawiyah tidak begitu banyak berbeda dengan
guru madrasah ibtida'iyah. Artinya setiap guru yang mengajar pada madrasah
Tsanawiyah harus memahami tujuan dari madrasah tsanawiyah tersebut dan
selanjutnya harus tercermin dalam bentuk kepribadinnya. Hubungan yang tercermin
antara guru dan murid hendaknya dekat kepada kakak dan adik, yang bersifat
membimbing dengan penuh rasa pengertian karean para siswa sedang berada dalam
umur goncang akibat pertumbuhan jasmani yang sedang dialaminya.
D.
Kepribadian Guru Madrasah Aliyah
Guru
madrasah aliyah memerlukan persyaratan kepribadian yang hampir sama dengan
kepribadian guru di madrasah Ibtida'iyah dan madrasah Tsanawiyah, walaupun
bidang study dan keahliannya semakin banyak dan bermacam-macam sesuai dengan
jurusannya masing-masing. Kepribadian seorang guru madrasah harus dapat
menjamin tercapainya tujuan pendidikan pada madrasah aliyah tersebut secara
khusus dan tujuan pendidikan secara umum.
Dalam
mencapai tujuan yang berpijak kepada dasar yang telah ditentukan dalam
kurikulum madrasah aliyah sangat diperlukan persyaratan kepribadian guru yang
akan melaksanakan kuikulum itu. Betapapun baiknya kurikulum itu dan banyaknya
buku-buku dan alat pelajaran namun tujuan kurikulum itu tidak tercapai, jika
guru yang melaksanakan kurikulum tersebut tidak memahami, tidak menghayati,
tidak berusaha mencapainya dengan keseluruhan pribadi dan tenaga yang ada pada
guru tersebut.[2]
E.
Komponen-Komponen Kompetensi Pribadi
Kemampuan pribadi meliputi hal-hal sebagai
berikut:
1.
Mengembangkan kepribadian.
a.
Bertaqwa kepada tuhan Yang Maha Esa.
- Mengkaji ajaran-ajaran yang dianut
- Mengamalkan ajaran yang dianut
- Mencerminkan sikap sal ing menghargai antar
umat beragama
b.
Berperan dalam masyarakat sebagai warga Negara yang berjiwa
Pancasila
- Mengkaji berbagai macam manusia pancasila.
- Mengkaji sifat-sifat kepatriotan baangsa
Indonesia.
- Menghayati pada patriot dalam merebut,
mempertahankan dan mengisi kemerdekaan.
- Membiasakan diri menerapka nilai pancasila dalam
kehidupan.
- Mengkaji hubungan manusia dengan lingkungan
alamiah buatan.
- Membiasakan diri menghargai lingkungan hidup.
c.
Mengembangkan sifat-sifat terpuji yang dipersyartkan bagi
jabatan guru
- Mengkaji sifat-sifat yang harus dimiliki bagi
jabatan guru
- Membiasakan diiri menerapkan sifat-sifat sabar,
demokratis, menghargai pendapat orang lain, sopan santun, tanggap terhadap
pembaharuan.
2.
Berinteraksi berkomunikasi
a.
Berinteraksi dengan sejawat untuk meningkatkan profesional.
- Mengkaji ajaran struktur organisasi
Depdiknas
- Mengkaji hubungan kerja professional
"Berlatih menerima, memberikan balikan
- Membiasakan diri mengikuti perkembangan profesi.
b.
Berinteraksi dengan masyarakat untuk penunaian misi
pendidikan.
- Mengkaji berbagai lembaga kemayarakatan yang
berkaitan dengan pendidikan.
- Berlatih menyelenggarakan kegiatan masyarakat yang
menunjang usaha-usaha pendidikan.
3.
Melaksanakan bimbingan penyuluhan
a.
Membimbing siswa yang mengalami kesulitan
- Mengkaji konsep dasar bimbingan.
- Berlatih mengenai kesulitan belajar murid.
- Berlatih memberikan bimbingan kepada murid yang
mengalami kesulitan belajar.
4.
Melaksanakan Administrasi sekolah.
Mengenal pengadministrasian kegiatan sekolah
- Mengkaji berbagai jenis sarana administrasi
sekolah.
- Mengkaji pedoman administrasi sekolah.
- Melaksanakan kegiatan administrasi sekolah.
- Berlatih membuat mengisi berbagai format
administrasi sekolah.
- Berlatih menyelenggarakan administrasi sekolah.
5.
Melaksanakan penelitian sedcrhana untuk keperluan
pengajaran.
a.
Mengakaji konsep dasar penelitian ilmiah.
- Mengkaji konsep dasar ilmiah yang sederhana.
- Memahami laporan penelitian sederhana untuk
kepentingan pengajaran.
b.
Melaksanakan penelitian sederhana
- Menyelenggarakan penelitian sederhana untuk
keperluan pengajaran.
- Membiasakan diri untuk melakukan penelitian untuk
keperluan pengajaran.
Adapun kemampuan kepribadian guru dalam proses belajar
mengajar secara rinci yaitu sebagai berikut:
1.
Kemantapan integritas pribadi
Seorang guru dapat dituntut untuk dapat bekerja
secara teratur tetapi kreatif dalam mengahadapi ppekerjaannya sebagai guru.
Menurut Oemar Hamalik "Kemampuan dalam bekerja hendaknya merupakan
karakteristik pribadinya, sehingga pola hidup seperti ini terhayati pula oleh
siswa. Kemantapan integritas pribadi tidak terjadi, dengan sendirinya melainkan
tumbuh melalui proses belajar yang sengaja diciptakan . Misalnya : Seorang guru
dalam mengajarkan bab masalah muamalah kepada murid, guru tidak boleh sekedar
hanya mengajarkan tetapi harus mampu mengaplikasikan juga dalam kehidupannya
secara konsisten baik didalam sekolah maupun diluar sekolah dan hal ini pun
harus dilatih dan terus dilatih melalui proses belajar mengajar.
2.
Peka terhadap perubahan atau pembaharuan
Dimaksudkan agar apa yang dilakukan oleh sekolah
tetap konsisten dengan kebutuhan zaman. Untuk itu kemampuan penelitian
merupakan karakteristik yang harus dikuasai oleh guru walaupun dalam bentuk
sifat yang sederhana. Sebagai contoh seperti yang kita lihat sekarang dalam
kehidupan masyarakat banyak hal-hal yang baru dalam tatanan kehidupannya.
Mungkin sesuatu yang baru ini tidak terjadi pada zaman nabi, sehingga nabi
tidak menjalaskan masalah hukumnya, jadi seorang guru harus peka terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi dengan mengadakan suatu penelitian agar tidak
terjadi ketinggalan zaman yang disebabkan adanya tatanan baru yang ada dalam
kehidupan masyarakat.
3.
Berpikir alternative
Ini dimaksudkan untuk menghindari verbalisme dan
absolutisme. Untuk itu panduan belajar untuk setiap pelajaran harus dibuat
setiap semester. Guru harus mampu memberikan berbagai alternative jawaban
memilih salah satu alternative untuk kelancaran proses belajar mengajar dan
meningkatkan akan mutu pendidikan. Misalnya: dalam mengajarkan masalah do'a
qunut pada shalat shubuh, seorang guru tidak boleh menekankan pada satu
pendapat ulama saja, misalnya ulama mengatakan tidak boleh, karena ini akan
mengakibatkan verbalisme tetapi seorang guru harus berpikir alternatif dengan
cara memberikan berbagai pendapat-pendapat ulama dari dari berbagai macam
rujukan/sumber buku untuk menghindarkan verbalisme pada diri anak didik.
4.
Adil, jujur dan objektif
Sifat-sifat ini harus ditunjang dengan mengamalkan
nilai-nilai moral, social yang diperoleh dari kehidupan masyarakat serta
pengalaman belajar yang diperolehnya. Adil artinya menempatkan sesuatu pada
tempatnya sedangkan jujur adalah tulus ikhlas dalam menjalankan fungssinya
sebagai guru. Objektif artinya menjalani aturan-aturan yang ditetapkan tidak
pilih kasih. Hal ini memang sangat sesuai dengan kepribadian guru apalagi guru
agama, karena dalam materi PAI ada yang membahas masalah tersebut, jadi seorang
guru tidak hanya mengajarkan masalah-masalah tersebut, tetapi dituntut untuk
mengaplikasikannya didalam kehidupannya sehari-hari bagaimana seorang siswa aka
berlaku adil, jujur sesuai yang diajarkan oleh seorang pendidik kalau guru itu
sendiri tidak melakukannya.
5.
Berdisiplin dalam melaksanakan tugas
Disiplin muncul dari kebiasaan hidup yang teratur serta
mencintai dan menghargai pekerjaan. Disiplin memerlukan proses pendidikan untuk
itu guru memerlukan pemahaman tentang landasan ilmu pendidikan. Disiplin adalah
sesuatu yang terletak didalam hati didalam jiwa seseorang yang memberikan
dorongan untuk melakukan sesuatu tidak sebagaimana yang ditetapkan oleh
norma-norma aturan yang berlaku. Misalnya, ketika mendapat tugas jam mengajar
pada jam pertama,harus dating tepat waktu, jangan sampai terlambat karena hal
ini akan menciptkan suatu kondisi yang teratur dalam proses belajar mengajar.
6.
Ulet tekun bekerja
Keuletan ketekunan dalam bekerja tanpa mengenal
lelah serta tanpa pamrih yang harus diperhatikan oleh guru. Guru harus ulet
tekun dalam bekerja sehingga program pendidikan yang telah digariskan dalam kurikulum
dapat dijalankan agar dapat tercapai dengan baik. Misalnya, dalam pencapaian
tujuan dari materi yang diajarkan, yaitu siswa dapat melaksanakan sekolah
dengan baik dan benar. Maka seorang guru harus ulet dan tekun dalam menjalankan
tugasnya untuk pencapaian dari tujuan sebuah materi sebelum anak didiknya bisa
melaksanakan sholat yang baik dan benar, maka seorang guru harus terus mencoba
sampai apa yang diinginkaan dari sebuah kurikulum tersebut dapat tercapai dan
berjalan dengan baik.
7.
Berusaha memperoleh hasil kerja yang sebaik-baiknya
Guru diharapkan meningkatkan diri mencari cara
baru agar mutu dan kualitas pendidikan selalu meningkat, pengetahuan yang
dimilikinya selalu bertambah dengan membuka mata terhadap perkembangan zaman
dan tidak peka terhadap perubahan-perubahan. Disamping itu guru perlu menjaga
semangat kerja yang tinggi sehingga program pendidikan yang dicanangkan dapat
memperoleh hasil yang memuaskan. Apalagi pada saat ini banyak anggapan bahwa
pendidikan agama masih dalam tahap tradisional dan masih banyak ketertinggalan,
misalnya keterbatasan dalam alat-alat peraga untuk menyampaikan sebuah materi
PA1, saat calon guru itu belajar sehingga pemahamannya kurang dari kurangnya
pemahaman tersebut menyebabkan ketertinggalan, oleh Karena itu seorang guru
harus bekerja keras untuk meningkatkan diri dengan cara mencari hal-hal yang
baru.
8.
Simpatik,lues, arif/bijaksana sederhana dalam bertindak
Guru harus simpati karena sifat ini aka disenangi
oleh siswa, jiwa siswa yang menyenangi gurunya sudah barang tentu akan
menyenangi pelajarannya. Demikian juga dalam hal melaksnakan proses belajar
mengajar harus menarik dengan daya tarik yang diungkapkan oleh motivasi belajar
yang lebih meningkat. Keuletan merupakan factor pendukung untuk disenangi oleh siswa
karena guru mampu bergaul berkomunikasi dengan baik. Kebijaksanaan dan
kesederhanaan maka menjalin keterikatan batin dengan siswa. Dengan adanya
keterkaitan tersebut, guru mampu mengendalikan proses belajar mengajar yang
dilaksanakan.
9.
Bersifat terbuka
Dengan dimilikinya sifat terbuka oleh guru maka
demokrasi dalam belajar akan terlaksana sebab dengan demokrasi akan mendidik
mmelatih siswa untuk bersifat terbuka pula, tidak menutupi kesalahan terus
terang mau dikritik untuk dimasa yang akan datang. Misalnya, dalam proses
belajar mengajar, salah seorang siswa menanyakan pelajaran yang diajarkannya,
karena tidak pahamnya, kemudian guru tersebut tidak bisa mnejawabnya,
dikarenakan minimnya pengetahuan maka seorang guru haruslah terbuka dan
berterus terang karena hal ini akan menciptakan kondisi belajar yang
demokratis.
10.
Kreatif
Artinya guru harus mampu melihat berbagai
kemungkinan yang menurut perkiraannya sama-sama jitu, kreatifitas itu erat
sekali hubungannya dengan kecerdasan. Untuk memperoleh kreatifitas yang tinggi
sudah tentu banyak bertanya, banyak belajar. Misalnya di lembaga pendidikan
yang terbatas dengan tenaga pendidiknya, sehingga yang mengajarkan PAI bukan
dari jurusannya melainkan dari jurusan matematika, hal ini guru tersebut
dituntut untuk kreatif, dengan cara belajar kembali ataupun dengan cara banyak
bertanya.
11.
Berwibawa
Dengan kewibawaan maka proses belajar mengajar
akan terlaksana dengan baik, berdisiplin tertib. Dengan demikian kewibaan bukan
berarti sisa harus takut kepada guru, melainkan siswa akan taat patuh pada
peraturan yang berlaku pada peraturan yang berlaku sesuai dengan apa yang
dijelaskan oleh guru. Sebagai contoh dalam proses belajar mengajar seorang guru
ketika menerangkan suatu mata pelajaran harus menjaga pembicaraannya guru tidak
boleh bicara yang kotor/tidak masuk akal walaupun bertujuan untuk membuat anak
didik senang hal ini tidak boleh dilakukan bagi seorang guru karena akan
merusak citra/kewibawaan seorang guru.[3]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia
dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah, dengan tugas utamanya mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
2.
Kepribadian adalah keseluruhan sikap, perasaan, ekspresi dan
tempramen seseorang, hanya dapat diketahui lewat penampilan, tindakan, atau
ucapan ketika menghadapi suatu pesroalan. Disamping perangkat dan segala hal yang berhubungan
dengan pengajaran dan yang bermuara pada keberhasilan dalam tujuan pendidikan
itu, ternyata adalah kepribadian guru juga merupakan hal yang sangat menentukan
dalam keberhasilan pengajaran. Bahkan keberhasilan kepribadian ini dianggap
vital karena anaak didik akan mencomtoh dan menyerap dari segala tingkah laku
dan penampilan guru saat mengajar.
3.
Seorang guru diharapkan dapat mengimplementasikan baik secara
emosional, intelegensi dan spiritual sehingga proses belajar mengajar dapat
berlangsung secara baik, efektif dan efisien. Kepribadian guru PAI diharapkan
benar-benar benar-benar teraplikasikan dalam kegiatan proses belajar mengajar,
baik dari peserta didiknya maupun dari tenaga pendidiknya itu sendiri sehingga
tercapainya tujuan dari pendidkan itu yaitu menciptakan manusia yang beriman
dan bertaqwa.
B.
Saran
Penulis berharap agar makalah ini
bisa menambah wawasan bagi pembacanya tentang keanekaragam makhluk hidup dan
pesebarannya.
[2] Wijaya dan Rusyan, Kemampuan dasar guru dalam proses
belajar mengajar, Remaja Rosdakarya, (Bandung:
1991), hlm 78-79
No comments:
Post a Comment