1

loading...

Monday, December 3, 2018

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN


MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN ’’TAHAPAN PERKEMBANGAN USIA DEWASA (22/23-49/50)”

BAB I
PENDAHULUAN

      A.    Latar belakang
Masa remaja adalah fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental emosional dan sosial yang berlangsung pada dekade kedua masa kehidupan. Pada masa tersebut remaja ingin mencari identitas dirinya dan lepas dari ketergantungan dengan orang lainnya, menuju pribadi yang mandiri. Proses pemantapan identitas diri ini tidak selalu berjalan mulus, tetapi sering bergejolak. Oleh karena itu, banyak ahli menanamkan periode ini sebagai masa-masa strom and stress. Suatu masa di mana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Dengan demikian remaja adalah terkena pengaruh dari lingkungan.
Masa remaja awal berada pada masa puber yaitu suatu tahap dalam perkembangan di masa terjadi kematangan alat-alat seksual dan tercapai kemampuan reproduksi. Gejala pubertas ini dapat ditandai dengan “minarche” atau haid pertama pada anak perempuan. Variasi pada usia saat terjadinya pubertas menimbulkan banyak masalah pribadi maupun sosial bagi anak. Hal ini sebagai akibat dari ketidakmatangan sosial dan kognitif (daya fikir) mereka. Dihubungkan dengan perkembangan fisik yang lebih awal.

     B.     Rumusan Masalah
1.      Perubahan apa saja yang terjadi pada masa perkembangan remaja?
2.      Perilaku-perilaku menyimpang apa saj yang dapat terjadi pada masa remaja?

      C.    Tujuan
1.      Mengetahui perubahan apa saja yang di alami oleh objek ketika masa remaja.
2.      Dapat mengetahui perilaku menyimpang pada masa remaja.

BAB II
PEMBAHASAN

      A.    Perkembangan Fisik Pada Masa Remaja
Pertumbuhan fisik masih jauh dari sempurna pada saat masa puber berakhir, dan juga belum sepenuhnya sempurna pada akhir masa awal remaja. Terdapat penurunan dalam laju pertumbuhan dan perkembangan internal lebih menonjol dari pada perkembangan eksternal.[1] Pereubahan tubuh pada masa remaja sebagai berikut:
1.      Perubahan Eksternal
Tinggi, rata-rata anak perempuan mencapai tinggi yang matang antara usia tujuh belas dan delapan belas tahun, dan rata-rata anak laki-laki kira-kira setahun sesudahnya. Anak yang masa bayi di beri imunisasi biasanya lebih tinggi, dari usia ke usia, di bandingkan dengan bayi yang tidak diberi imunisasi, yang karena itu lebih banyak menderita sakit sehingga cenderung memperlambat pertumbuhan[2].
Berat, pertumbuhan berat badan mengikuti jadwal yang sama dengan pertumbuhan tinggi. Tetapi berat badan sekarang tersebar ke bagian-bagian tubuh yang tadinya hanya mengandung sedikit lemak atau tidak mengandung lemak sama sekali.
Proporsi tubuh, bagian anggota tubuh lambat laun mencapai perbandingan tubuh yang baik. Misalnya, badan melebar dan memanjang sehingga anggota badan tidak lagi kelihatan terlalu panjang.
Organ seks, baik organ seks peria maupun organ seks wanita mencapai ukuran yang matang pada akhir masa remaja, tetapi fungsinya belum matang sampai beberapa tahunkemudian.
Cici-ciri seks sekunder,ciri-ciri seks sekunder yang utama berada pada tingkat perkembangan yang matang pada akhir masa remaja.

2.      Perubahan Internal
Sistem pencernaan, perut menjadi lebih panjang dan tidak lagi terlampau berbentuk pipa, usus bertambah panjang dan bertambah besar, otot-otot diperut dan dinding-dinding usus menjadi lebih tebal dan lebih kuat, hati bertambah berat dan kerongkongan bertambah panjang.
Sistem peredaran darah, jantung tumbuh pesat selama masa remaja, pada usia tujuh belas atau delapan belas, beratnya dua belas kali berat pada waktu lahir. Panjang dan tebal dinding pembuluh darah meningkat dan mencapai tingkat kematangan bilamana jantung sudah matang.
Sistem pernapasan, kapasitas paru-paru anak perempuan hampir matang pada usia tujuh belas tahun, anak laki-laki mencapai tingkat kematangan beberapa tahun kemudian.
Sistem endokrin, kegiatan gonad yang meningkat pada masa puber menyebabkan ketidakseimbangan sementara dari seluruh sistem endokrin pada awal masa puber. Kelenjer-kelenjer seks berkembang pesat dan berfungsi, meskipun belum mencapai ukuran matang sampai akhir masa remaja atau alaw masa dewasa.
Jaringan tubuh, perkembangan kerangka berhenti rata-rata pada usia delapan belas, jaringan, selain tulang, terus berkembang sampai tulang mencapai ukuran matang, khususnya bagi perkembangan jaringan otot.
      a.      Keprihatinan Akan Perubahan Fisik
Hanya sedikit remaja yang mengalami kateksis tubuh atau merasa puas dengan tubuhnya. Ketidak puasan lebih banyak dialami di beberapa bagian tubuh tertentu.  Kegagalan mengalami kateksis tubuh menjadi salah satu penyebab timbulnya konsep diri yang kurang baik dan kurangnya harga diri selama masa remaja[3]. Dion dan kawan-kawan menerangkan mengapa kepuasan terhadap pertumbuhan fisik yang terjadi ketika tubuh anak beralih menjadi dewasa adalah sangat penting.
 Menurutu mereka, penampilan fisik seseorang beserta identitas seksualnya merupakan ciri pribadi yang paling jelas dan paling mudah dikenali oleh orang lain dalam interaksi sosial. Meskipun pakaian dan alat-alat kecantikan dapat digunakan untuk menyembunyikan bentuk-bentuk fisik yang tidak disukai remaja dan untuk menonjolkan bentuk fisik yang dianggap menarik, tetapi belum cukup untuk menjamin adanya kateksis tubuh.
Beberapa keprihatinan akan tubuh yang dihadapi remaja merupakan lanjutan dari berbagai keprihatinan diri yang dialami pada masa remaja. Misalnya, keprihatinan akan kenormalan, akan terus berlangsung sampai perubahan fisik pada permukaan tubuh berakhir dan sampai para remaja merasa yakin bahwa tubuh mereka sesuai dengan norma kelompok seks mereka. Demikian pula, keprihatinan akan kepatutan seks, yang sangat meninjol pada masa puber, terus berlangsung sampai pertumbuhan dan perkembangan ciri seks primer dan sekunder berakhir sehingga remaja mempunyai kesempatan untuk melihat apakah tubuh mereka sesuai dengan standar budaya kepatutan seks.
Kesadaran akan adanya reaksi sosial terhadap berbagai bentuk tubuh menyebabkan remaja prihatin akan pertumbuhan tubuhnya yang tidak sesuai dengan standar budaya yang berlaku. Karena mengetahui bahwa reaksi sosial terhadap bentuk tubuh endomorfik pada laki-laki dan perempuan adalah kurang baik dibangdingkan bentuk tubuk ektomorfik dan mesomorfik, maka anak-anak yang bentuk tubuhnya cenderung endomorfik merasa prihatin.
Bagi banyak anak perempuan, haid merupakan masalah yang serius, seperti kejang, bertambah gemuk, sakit kepala, sakit punggung, pembengkakan lutut, kehalusan payudara, dan mengalami perubahan emosi seperti perubahan suasana hati, sedih, gelisah, dan kecenderungan menangis tanpa sebab yang jelas. Pada umumnya haid dianggap sebagai kutukan, sehingga tidak mengherankan bila reaksi sosial yang kurang baik akan mewarnai sikap anak perempuan. Lagi pula, mengetahui bahwa anak laki-laki tidak mengalami gangguan-gangguan fisik seperti ini juga membawa akibat buruk pada sikap anak perempuan dan memperkuat anggapan bahwa wanita umumnya bernasib buruk.
Jerawat dan gangguan kulit lainnya merupakan sumber kegelisahan bagi anak laki-laki maupun anak perempuan. Suburnya jerawat membuat anak laki-laki semakin prihatin. Keprihatinan lebih besar pada anak laki-laki karena mereka sadar bahwa jerawat mengurangi daya tarik fisik dan karena mereka tidak dapat menggunakan kosmetik untuk menutupinya seperti anak perempuan.
 Kecenderungan menjadi gemuk yang mengganggu sebagian besar anak  puber selalu merupakan sumber keprihatinan selama tahun-tahun awal masa remaja. Namun dengan meningkatnya tinggi badan dan kerasnya usaha untuk mengendalikan nafsu makan dan hanya memakan makan-makanan-makan sampingan, maka remaja yang lebih besar mulai mengurus diri. Di samping itu, pemilihan pakaian yang teliti dapat membantu dalam usaha memberikan kesan bahwa mereka lebih langsing dari sesungguhnya.
Keprihatinan timbul karena adanya kesadaran bahwa daya tarik fisik berperan penting dalam hubungan sosial. Para remaja menyadari lebih dari pada anak-anak, bahwa mereka yang menarik biasanya diperlakukan dengan lebih baik daripada mereka yang kurang menarik. Akibatnya, kalau mereka merasa bahwa dirinya tidak menarik seperti yang diharapkan pada waktu pertumbuhan belum berakhir, maka mereka akan mencari jalan untuk memperbaiki penampilannya. Beberapa remaja menghindari keadaan sadar akan penampilan sehingga menghabiskan banyak waktu dan pikiran untuk mencari jalan memperbaiki penampilan mereka.

       B.     Perkembangan Kognitif Pada Masa Remaja
Ada pun pada masa remaja ini terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari stuktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi yang kemungkinan remaja untuk berfikir secara abstrak. Secara garis besar, proses perkembangan kognitif pada remaja dapat dikategorikan menjadi dua sisi perubahan-perubahan kognitif, yaitu sabagai berikut:
       1.      Pemikiran operasional formal.
Yang pertama adalah pemikiran operasional formal, yaitu suatu tahap perkembangan kognitif yang dimulai pada usia kira-kira 11 sampai dengan 12 tahun dan terus berlanjut sampai seseorang berusia remaja, mencapai masa tenang hingga mencapai dewasa. pada tahap ini, seorang anak sudah bisa berfikir secara abstrak dan hipotesis serta mampu memikirkan sesuatu yang akan terjadi. Adapun ciri-ciri dari proses perkembangan kognitif remaja ini adalah behwasanya seorang remaja berfikir secara abstrak, idealis dan logis.
·         Berfikir secara abstrak, yaitu remaja dapat berfikir untuk memecahkan persamaan-persamaan aljabar yang bersifat abstrak.
·         Berfikir secara idealistis, yaitu kemampuan remaja dalam berfikir sesuatu yang bersifat mungkin, mereka berfikir tentang ciri ideal mereka sendiri, orang lain dan dunia.
·         Berfikir secara logis, yaitu berfikir seperti seorang ilmuan, yang menyusun rencana untuk memecahkan masalah-masalah dan mengujinya secara sistematis pemecahan-pemecahan tersebut.
        2.      Perkembangan pengambilan keputusan
Remaja adalah masa terjadi peningkatan pengambilan keputusan. Dalam tahap ini, seorang remaja akan mulai bisa mengambil keputusan-keputusan tentang masa depannya. Seperti contoh keputusan dalam memilih seorang teman, keputusan akan melanjutkan memilih kuliah dimana setelah lulus SMA atau memutuskan untuk mencari kerja, keputusan untuk memilih mengikuti bimbingan belajar untuk memperdalam pengetahuan dan lain sebagainya. Adapun tahap pengambilan keputusan ini dimulai sejak seseorang berusia 11 hingga 12 tahun dan juga pada usia 15 sampai dengan 16 tahun.
 Adapun pengambilan keputusan yang dilakukan oleh seorang remaja yang lebih tua biasanya sering kali lebih sempurna jika dibandingkan dengan remaja yang masih labil, karena pada umumnya seorang remaja yang lebih tua memikirkan sisi negatif dan positif dari keputusan yang akan diambil. Kemampuan dalam pengambilan keputusan tidak menjamin kedewasaan seorang remaja, dan juga keputusan yang diambil tidak bersifat mutlak lebih baik dan sempurna juga bagi pihak yang lainnya.
 Oleh karena itu, seorang remaja perlu memiliki lebih banyak peluang untuk memperaktekkan dan mendiskusikan pengambilan keputusan yang realistis agar keputusan tersebut benar-benar keputusan yang layak dan terbaik bagi semua pihak. Salah satu strategi bagi remaja untuk meningkatkan keterampilan pengambilan keputusan remaja terhadap pilihan-pilihan hidup di dunia nyata misalnya seperti masalah seks, masalah obat-obatan terlarang, kebut-kebutan di jalan.
      C.    Perkembangan Sosial/Emosional Pada Masa Remaja
Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan tekanan”, suatu masa di mana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kalenjar. Penjelasan diperoleh dari kondisi sosial yang mengelilingi remaja masa kini. Adapun meningginya emosi terutama karena anak laki-laki dan perempuan berada di bawah tekenan sosial dan menghadapi kondisi baru, sedangkan selama masa kanak-kanan ia kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan-keadaan itu. Tidak semua remaja mengalami masa badai dan tekanan.[4] Namun benar juga bila sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola perilaku baru dan harapan sosial yang baru.
 Misalnya, masalah yang berhubungan dengan percintaan merupakan masalah yang pelik pada periode ini, bila kisah cinta berjalan lancar, remaja merasa bahagia tetapi mereka menjadi sedih bilamana percintaan kurang lancar. Demikian pula, menjelang berakhirnya masa sekolah para remaja mulai mengkhawatirkan masa depan mereka.
       a.      Pola emosi pada masa remaja
Pola masa emosi remaja adalah sama dengan pola emosi masa kanak-kanak. Perbedaannya terletak pada rangsangan yang membangkitkan emosi dan derajat, dan khususnya pada pengendalian latihan individu terhadap ungkapan emosi mereka . misalnya, perlakuan sebagai “anak kecil” atau secara “tidak adil” membuat remaja sangat marah dibandingkan dengan hal-hal lain.[5]
Remaja tidak lagi mengungkapkan amarahnya dengan cara gerakkan amarah yang meledak-ledak, melainkan dengan menggerutu, tidak mau berbicara, atau dengan suara keras mengritik orang-orang yang menyebabkan amarah. Remaja juga iri hati terhadap orang yang memiliki benda lebih banyak. Ia tidak mengeluh dan menyesali diri sendiri, seperti yang dilakukan anak-anak. Remaja suka bekerja sambilan agar dapat memperoleh uang untuk membeli barang yang diinginkan atau bila perlu berhenti sekolah untuk mendapatkannya.
       b.      Kematangan Emosi
Anak laki-laki dan perempuan dikatakan sudah mencapai kematangan emosi bila pada akhir masa remaja tidak “meledakkan” emosinya di hadapan orang lain melainkan menunggu saat dan tempat yang lebih tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang lebih dapat diterima.[6]
 Untuk mencapai kematangan emosi, remaja harus belajar memperoleh gambaran tentang situasi-situasi yang dapat menimbulkan reaksi emosional. Adapaun caranya adalah dengan membicarakan orang lain. Keterbukaan, perasaan dan masalah pribadi dipengaruhi sebagian oleh rasa aman dalam hubungan sosial dan sebagian oleh tingkat kesukaannya pada “orang sasaranya”. Bila remaja ingin mencapai kematangan emosi, ia juga harus belajar menggunakan kataris emosi untuk menyalurkan emosinya. Adapun cara yang dapat dilakukan adalah latihan fisik yang berat, bermain atau bekerja, tertawa atau menangis.
Meskipun cara-cara ini dapat menyalurkan gejolak emosi yang timbul karena usaha pengendalian ungkapan emosi, namun sikap sosial terhadap prilaku menangis adalah kurang baik dibandingkan dengan sikap sosial terhadap perilaku tertawa, kecuali bila tertawa hanya dilakukan bilamana memperoleh dukungan sosial. Adapun pengelompokkan sosial remaja:

1.      Teman dekat, remaja biasanya dua atau tiga orang teman dekat, atau sahabat karib. Mereka adalah sesama seks yang mempunyai minat dan kemampuan yang sama. Teman dekat saling mempengaruhi satu sama lain meskipun kadang-kadang juga bertengkar.
2.      Kelompok kecil,kelompok ini biasanya terdiri dari kelompok teman-teman dekat. Pada mulanya terdiri dari seks yang sama, tetapi kemudian meliputi kedua jenis seks.
3.      Kelompok besar, kelompok besar yang terdiri dari beberapa kelompok kecil dan kelompok teman dekat, berkembang dengan meningkatnya minat akan pesta dan berkencan. Karena kelompok ini besar, maka penyesuian minat berkurang di antara anggota-anggotanya sehingga terdapat jarak sosial yang lebih besar diantara mereka.
4.      Kelompok terorganisir, kelompok pemuda yang di bina oleh orang dewasa dibentuk oleh sekolah dan organisasi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sosial para remaja yang tidak mempunyai klik atau kelompok besar. Banyak remaja yang mengikuti kelompok seperti itu merasa diatur dan berkurang minatnya ketika berusia enam belas atau tujuh belas tahun.
5.      Kelompok geng, remaja yang tidak termasuk klik atau kelompok besar dan yang merasa tidak puas dengan kelompok yang terorganisasi mungkin mengikuti kelompok geng. Anggota geng biasanya terdiri dari anak-anak sejenis dan minat utama mereka adalah untuk menghadapai penolakan teman-teman melalui perilaku antisosial.

Adapun minat-minat sosial yang umum pada remaja:
1.      Pesta, minat terhadap pesta dengan teman-teman lawan jenis pertama kali nampak sekitar usia tiga belas atau empat belas tahun. Sepanjang masa remaja anak perempuan lebih menyukai pesta dari pada anak laki-laki.
2.      Minum-minuman keras, minuman keras pada saat berkencan atau pesta semakin bertambah populer selama masa remaja. Remaja perempuan bersama teman-teman sejenis jarang minum-minuman keras dibandingkan dengan remaja laki-laki.
3.      Obat-obatan terlarang, meskipun tidak bersifat universal, penggunaan obat-obatan terlarang merupakan kegiatan klik dan kegiatan pesta yang populer, yang dimulai pada awal masa remaja. Banyak remaja mencoba obat-obatan ini karena “harus dicoba”, meskipun beberapa kemudian menjadi kecandua.
4.      Percakapan, setiap remaja memperoleh rasa aman bila bereda di antara teman-teman dan membicarakan hal-hal yang menarik atau yang mengganggunya. Pertemuan-pertemuan seperti ini merupakan kesempatan untuk mengeluarkan isi hati dan memperoleh pandangan baru terhadap masalah yang dihadapi.
5.      Menolong orang lain, banyak kawula muda sangat berminat untuk menolong mereka yang merasa dirinya tidak mengerti, diperlakukan kurang baik atau yang merasa tertekan. Lama kelamaan minat ini berkurang, karena dua hal pertama, remaja mulai merasa bahwa tidak ada yang dapat mereka lakukan untuk memperbaiki kekeliruan-kekeliruan ini, dan kedua mereka merasa bahwa usaha-usaha mereka seringkali tidak dihargai.
6.      Peristiwa dunia, melalui pelajaran-pelajaran di sekolah dan media massa, remaja seirngkali mengembangkan minat terhadap pemerintahan. Politik dan peristiwa-peristiwa dunia. Minat ini diungkapkan terutama melalui bacaan dan pembicaraan-pembicaraan dengan teman-teman, guru-guru dan orang tua.

BAB III
PENUTUP
     A.    Kesimpulan
Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, secara umum biasanya terjadi sekitar usia 13-19 tahun, dikarenakan masa ini adalah masa peralihan, sehingga terjadi beberapa masalah yang menyertainya. Masa remaja ditandai dengan adanya banyak perubahan pada anak, dari mulai perubahan fisik yang menunjukan kematangan organ  reproduksi serta optimalnya fungsional organ-organ tertentu, perubahan kognitif yang menunjukkan kemajuan cara berfikir remaja serta perubahan cara berfikir remaja serta perubahan sosial-emosional yang berpengaruh besar terhadap kondisi kejiwaan  remaja tersebut.

     B.     Saran
Remaja Indonesia adalah salah satu aset penerus bangsa yang harus dijaga dan dibimbing agar menjadi pribadi yang baik. Karena itu pemerintah, masyarakat dan juga orang tua harus bekerja sama untuk membimbing remaja untuk berprilaku positif.

DAFTAR PUSTAKA

Hurlock Elizabeth B. P,1980.Psikologi perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.Jakarta:Penerbit Erlangga



[1] Elizabeth B.Hurlock,Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Jakarta :Penerbit Erlangga,1980), hlm.210.
[2] Elizabeth B.Hurlock,Psikologi Perkembangan Suatu Pendejatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Jakarta:Penerbit Erlangga,1980),hlm.211.
[3] Elizabeth B.Hurlock,Psikologi Perkembangan Suatu pendekatan sepanjang Rentang Kehidupan (Jakarta:Penerbit Erlangga,1980),hlm.211.
[4] Elizabeth B.Hurlock,Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan(Jakarta:Penerbit Erlangga,1980),hlm.212.
[5] Elizabeth B.Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Jakarta:Penerbit Erlangga,1980) hlm.213.
[6] Elizabeth B.Hurlock,Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Jakarta:Penerbit Erlangga,1980)hlm.213.

No comments:

Post a Comment