MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN ’’TAHAPAN PERKEMBANGAN USIA DEWASA (22/23-49/50)”
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Masa remaja adalah fase
perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan
periode transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa yang ditandai dengan
percepatan perkembangan fisik, mental emosional dan sosial yang berlangsung
pada dekade kedua masa kehidupan. Pada masa tersebut remaja ingin mencari
identitas dirinya dan lepas dari ketergantungan dengan orang lainnya, menuju
pribadi yang mandiri. Proses pemantapan identitas diri ini tidak selalu
berjalan mulus, tetapi sering bergejolak. Oleh karena itu, banyak ahli
menanamkan periode ini sebagai masa-masa strom and stress. Suatu masa di mana
ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar.
Dengan demikian remaja adalah terkena pengaruh dari lingkungan.
Masa remaja awal berada pada masa
puber yaitu suatu tahap dalam perkembangan di masa terjadi kematangan alat-alat
seksual dan tercapai kemampuan reproduksi. Gejala pubertas ini dapat ditandai
dengan “minarche” atau haid pertama pada anak perempuan. Variasi pada
usia saat terjadinya pubertas menimbulkan banyak masalah pribadi maupun sosial
bagi anak. Hal ini sebagai akibat dari ketidakmatangan sosial dan kognitif
(daya fikir) mereka. Dihubungkan dengan perkembangan fisik yang lebih awal.
B. Rumusan
Masalah
1. Perubahan apa saja yang terjadi
pada masa perkembangan remaja?
2. Perilaku-perilaku menyimpang apa
saj yang dapat terjadi pada masa remaja?
C. Tujuan
1. Mengetahui perubahan apa saja yang
di alami oleh objek ketika masa remaja.
2. Dapat mengetahui perilaku
menyimpang pada masa remaja.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan
Fisik Pada Masa Remaja
Pertumbuhan fisik masih jauh dari
sempurna pada saat masa puber berakhir, dan juga belum sepenuhnya sempurna pada
akhir masa awal remaja. Terdapat penurunan dalam laju pertumbuhan dan
perkembangan internal lebih menonjol dari pada perkembangan eksternal.[1]
Pereubahan tubuh pada masa remaja sebagai berikut:
1. Perubahan
Eksternal
Tinggi, rata-rata anak perempuan
mencapai tinggi yang matang antara usia tujuh belas dan delapan belas tahun,
dan rata-rata anak laki-laki kira-kira setahun sesudahnya. Anak yang masa bayi
di beri imunisasi biasanya lebih tinggi, dari usia ke usia, di bandingkan
dengan bayi yang tidak diberi imunisasi, yang karena itu lebih banyak menderita
sakit sehingga cenderung memperlambat pertumbuhan[2].
Berat, pertumbuhan berat badan mengikuti
jadwal yang sama dengan pertumbuhan tinggi. Tetapi berat badan sekarang
tersebar ke bagian-bagian tubuh yang tadinya hanya mengandung sedikit lemak
atau tidak mengandung lemak sama sekali.
Proporsi tubuh, bagian anggota tubuh lambat laun
mencapai perbandingan tubuh yang baik. Misalnya, badan melebar dan memanjang
sehingga anggota badan tidak lagi kelihatan terlalu panjang.
Organ seks, baik organ seks peria maupun
organ seks wanita mencapai ukuran yang matang pada akhir masa remaja, tetapi
fungsinya belum matang sampai beberapa tahunkemudian.
Cici-ciri seks sekunder,ciri-ciri seks sekunder yang utama
berada pada tingkat perkembangan yang matang pada akhir masa remaja.
2. Perubahan
Internal
Sistem pencernaan, perut menjadi lebih panjang dan
tidak lagi terlampau berbentuk pipa, usus bertambah panjang dan bertambah
besar, otot-otot diperut dan dinding-dinding usus menjadi lebih tebal dan lebih
kuat, hati bertambah berat dan kerongkongan bertambah panjang.
Sistem peredaran darah, jantung tumbuh pesat selama masa
remaja, pada usia tujuh belas atau delapan belas, beratnya dua belas kali berat
pada waktu lahir. Panjang dan tebal dinding pembuluh darah meningkat dan
mencapai tingkat kematangan bilamana jantung sudah matang.
Sistem pernapasan, kapasitas paru-paru anak
perempuan hampir matang pada usia tujuh belas tahun, anak laki-laki mencapai
tingkat kematangan beberapa tahun kemudian.
Sistem endokrin, kegiatan gonad yang meningkat
pada masa puber menyebabkan ketidakseimbangan sementara dari seluruh sistem
endokrin pada awal masa puber. Kelenjer-kelenjer seks berkembang pesat dan
berfungsi, meskipun belum mencapai ukuran matang sampai akhir masa remaja atau
alaw masa dewasa.
Jaringan tubuh, perkembangan kerangka berhenti
rata-rata pada usia delapan belas, jaringan, selain tulang, terus berkembang
sampai tulang mencapai ukuran matang, khususnya bagi perkembangan jaringan
otot.
a. Keprihatinan
Akan Perubahan Fisik
Hanya sedikit remaja yang
mengalami kateksis tubuh atau merasa puas dengan tubuhnya. Ketidak
puasan lebih banyak dialami di beberapa bagian tubuh tertentu. Kegagalan mengalami kateksis tubuh menjadi
salah satu penyebab timbulnya konsep diri yang kurang baik dan kurangnya harga
diri selama masa remaja[3].
Dion dan kawan-kawan menerangkan mengapa kepuasan terhadap pertumbuhan fisik
yang terjadi ketika tubuh anak beralih menjadi dewasa adalah sangat penting.
Menurutu mereka, penampilan fisik seseorang
beserta identitas seksualnya merupakan ciri pribadi yang paling jelas dan paling
mudah dikenali oleh orang lain dalam interaksi sosial. Meskipun pakaian dan
alat-alat kecantikan dapat digunakan untuk menyembunyikan bentuk-bentuk fisik
yang tidak disukai remaja dan untuk menonjolkan bentuk fisik yang dianggap
menarik, tetapi belum cukup untuk menjamin adanya kateksis tubuh.
Beberapa keprihatinan akan tubuh
yang dihadapi remaja merupakan lanjutan dari berbagai keprihatinan diri yang
dialami pada masa remaja. Misalnya, keprihatinan akan kenormalan, akan terus
berlangsung sampai perubahan fisik pada permukaan tubuh berakhir dan sampai
para remaja merasa yakin bahwa tubuh mereka sesuai dengan norma kelompok seks
mereka. Demikian pula, keprihatinan akan kepatutan seks, yang sangat meninjol
pada masa puber, terus berlangsung sampai pertumbuhan dan perkembangan ciri
seks primer dan sekunder berakhir sehingga remaja mempunyai kesempatan untuk
melihat apakah tubuh mereka sesuai dengan standar budaya kepatutan seks.
Kesadaran akan adanya reaksi
sosial terhadap berbagai bentuk tubuh menyebabkan remaja prihatin akan
pertumbuhan tubuhnya yang tidak sesuai dengan standar budaya yang berlaku.
Karena mengetahui bahwa reaksi sosial terhadap bentuk tubuh endomorfik pada
laki-laki dan perempuan adalah kurang baik dibangdingkan bentuk tubuk
ektomorfik dan mesomorfik, maka anak-anak yang bentuk tubuhnya cenderung
endomorfik merasa prihatin.
Bagi banyak anak perempuan, haid
merupakan masalah yang serius, seperti kejang, bertambah gemuk, sakit kepala,
sakit punggung, pembengkakan lutut, kehalusan payudara, dan mengalami perubahan
emosi seperti perubahan suasana hati, sedih, gelisah, dan kecenderungan
menangis tanpa sebab yang jelas. Pada umumnya haid dianggap sebagai kutukan,
sehingga tidak mengherankan bila reaksi sosial yang kurang baik akan mewarnai
sikap anak perempuan. Lagi pula, mengetahui bahwa anak laki-laki tidak
mengalami gangguan-gangguan fisik seperti ini juga membawa akibat buruk pada
sikap anak perempuan dan memperkuat anggapan bahwa wanita umumnya bernasib
buruk.
Jerawat dan gangguan kulit lainnya
merupakan sumber kegelisahan bagi anak laki-laki maupun anak perempuan. Suburnya
jerawat membuat anak laki-laki semakin prihatin. Keprihatinan lebih besar pada
anak laki-laki karena mereka sadar bahwa jerawat mengurangi daya tarik fisik
dan karena mereka tidak dapat menggunakan kosmetik untuk menutupinya seperti
anak perempuan.
Kecenderungan menjadi gemuk yang mengganggu
sebagian besar anak puber selalu
merupakan sumber keprihatinan selama tahun-tahun awal masa remaja. Namun dengan
meningkatnya tinggi badan dan kerasnya usaha untuk mengendalikan nafsu makan
dan hanya memakan makan-makanan-makan sampingan, maka remaja yang lebih besar
mulai mengurus diri. Di samping itu, pemilihan pakaian yang teliti dapat
membantu dalam usaha memberikan kesan bahwa mereka lebih langsing dari
sesungguhnya.
Keprihatinan timbul karena adanya
kesadaran bahwa daya tarik fisik berperan penting dalam hubungan sosial. Para
remaja menyadari lebih dari pada anak-anak, bahwa mereka yang menarik biasanya
diperlakukan dengan lebih baik daripada mereka yang kurang menarik. Akibatnya,
kalau mereka merasa bahwa dirinya tidak menarik seperti yang diharapkan pada
waktu pertumbuhan belum berakhir, maka mereka akan mencari jalan untuk
memperbaiki penampilannya. Beberapa remaja menghindari keadaan sadar akan
penampilan sehingga menghabiskan banyak waktu dan pikiran untuk mencari jalan
memperbaiki penampilan mereka.
B. Perkembangan
Kognitif Pada Masa Remaja
Ada pun pada masa remaja ini
terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari stuktur otak yang telah
sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi yang
kemungkinan remaja untuk berfikir secara abstrak. Secara garis besar, proses
perkembangan kognitif pada remaja dapat dikategorikan menjadi dua sisi
perubahan-perubahan kognitif, yaitu sabagai berikut:
1. Pemikiran
operasional formal.
Yang
pertama adalah pemikiran operasional formal, yaitu suatu tahap perkembangan
kognitif yang dimulai pada usia kira-kira 11 sampai dengan 12 tahun dan terus
berlanjut sampai seseorang berusia remaja, mencapai masa tenang hingga mencapai
dewasa. pada tahap ini, seorang anak sudah bisa berfikir secara abstrak dan
hipotesis serta mampu memikirkan sesuatu yang akan terjadi. Adapun ciri-ciri
dari proses perkembangan kognitif remaja ini adalah behwasanya seorang remaja
berfikir secara abstrak, idealis dan logis.
·
Berfikir secara abstrak, yaitu remaja dapat
berfikir untuk memecahkan persamaan-persamaan aljabar yang bersifat abstrak.
·
Berfikir secara idealistis, yaitu kemampuan
remaja dalam berfikir sesuatu yang bersifat mungkin, mereka berfikir tentang
ciri ideal mereka sendiri, orang lain dan dunia.
·
Berfikir secara logis, yaitu berfikir seperti
seorang ilmuan, yang menyusun rencana untuk memecahkan masalah-masalah dan
mengujinya secara sistematis pemecahan-pemecahan tersebut.
2. Perkembangan
pengambilan keputusan
Remaja adalah masa terjadi
peningkatan pengambilan keputusan. Dalam tahap ini, seorang remaja akan mulai
bisa mengambil keputusan-keputusan tentang masa depannya. Seperti contoh
keputusan dalam memilih seorang teman, keputusan akan melanjutkan memilih
kuliah dimana setelah lulus SMA atau memutuskan untuk mencari kerja, keputusan
untuk memilih mengikuti bimbingan belajar untuk memperdalam pengetahuan dan
lain sebagainya. Adapun tahap pengambilan keputusan ini dimulai sejak seseorang
berusia 11 hingga 12 tahun dan juga pada usia 15 sampai dengan 16 tahun.
Adapun pengambilan keputusan yang dilakukan
oleh seorang remaja yang lebih tua biasanya sering kali lebih sempurna jika
dibandingkan dengan remaja yang masih labil, karena pada umumnya seorang remaja
yang lebih tua memikirkan sisi negatif dan positif dari keputusan yang akan
diambil. Kemampuan dalam pengambilan keputusan tidak menjamin kedewasaan
seorang remaja, dan juga keputusan yang diambil tidak bersifat mutlak lebih
baik dan sempurna juga bagi pihak yang lainnya.
Oleh karena itu, seorang remaja perlu memiliki
lebih banyak peluang untuk memperaktekkan dan mendiskusikan pengambilan
keputusan yang realistis agar keputusan tersebut benar-benar keputusan yang
layak dan terbaik bagi semua pihak. Salah satu strategi bagi remaja untuk
meningkatkan keterampilan pengambilan keputusan remaja terhadap pilihan-pilihan
hidup di dunia nyata misalnya seperti masalah seks, masalah obat-obatan
terlarang, kebut-kebutan di jalan.
C. Perkembangan
Sosial/Emosional Pada Masa Remaja
Secara tradisional masa remaja
dianggap sebagai periode “badai dan tekanan”, suatu masa di mana ketegangan
emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kalenjar. Penjelasan
diperoleh dari kondisi sosial yang mengelilingi remaja masa kini. Adapun meningginya
emosi terutama karena anak laki-laki dan perempuan berada di bawah tekenan
sosial dan menghadapi kondisi baru, sedangkan selama masa kanak-kanan ia kurang
mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan-keadaan itu. Tidak semua remaja
mengalami masa badai dan tekanan.[4]
Namun benar juga bila sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan dari
waktu ke waktu sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola
perilaku baru dan harapan sosial yang baru.
Misalnya, masalah yang berhubungan dengan
percintaan merupakan masalah yang pelik pada periode ini, bila kisah cinta
berjalan lancar, remaja merasa bahagia tetapi mereka menjadi sedih bilamana
percintaan kurang lancar. Demikian pula, menjelang berakhirnya masa sekolah
para remaja mulai mengkhawatirkan masa depan mereka.
a. Pola
emosi pada masa remaja
Pola
masa emosi remaja adalah sama dengan pola emosi masa kanak-kanak. Perbedaannya
terletak pada rangsangan yang membangkitkan emosi dan derajat, dan khususnya
pada pengendalian latihan individu terhadap ungkapan emosi mereka . misalnya,
perlakuan sebagai “anak kecil” atau secara “tidak adil” membuat remaja sangat
marah dibandingkan dengan hal-hal lain.[5]
Remaja
tidak lagi mengungkapkan amarahnya dengan cara gerakkan amarah yang
meledak-ledak, melainkan dengan menggerutu, tidak mau berbicara, atau dengan
suara keras mengritik orang-orang yang menyebabkan amarah. Remaja juga iri hati
terhadap orang yang memiliki benda lebih banyak. Ia tidak mengeluh dan
menyesali diri sendiri, seperti yang dilakukan anak-anak. Remaja suka bekerja
sambilan agar dapat memperoleh uang untuk membeli barang yang diinginkan atau
bila perlu berhenti sekolah untuk mendapatkannya.
b. Kematangan
Emosi
Anak
laki-laki dan perempuan dikatakan sudah mencapai kematangan emosi bila pada
akhir masa remaja tidak “meledakkan” emosinya di hadapan orang lain melainkan
menunggu saat dan tempat yang lebih tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan
cara-cara yang lebih dapat diterima.[6]
Untuk mencapai kematangan emosi, remaja harus
belajar memperoleh gambaran tentang situasi-situasi yang dapat menimbulkan
reaksi emosional. Adapaun caranya adalah dengan membicarakan orang lain.
Keterbukaan, perasaan dan masalah pribadi dipengaruhi sebagian oleh rasa aman
dalam hubungan sosial dan sebagian oleh tingkat kesukaannya pada “orang
sasaranya”. Bila remaja ingin mencapai kematangan emosi, ia juga harus belajar
menggunakan kataris emosi untuk menyalurkan emosinya. Adapun cara yang dapat
dilakukan adalah latihan fisik yang berat, bermain atau bekerja, tertawa atau
menangis.
Meskipun
cara-cara ini dapat menyalurkan gejolak emosi yang timbul karena usaha
pengendalian ungkapan emosi, namun sikap sosial terhadap prilaku menangis
adalah kurang baik dibandingkan dengan sikap sosial terhadap perilaku tertawa,
kecuali bila tertawa hanya dilakukan bilamana memperoleh dukungan sosial. Adapun
pengelompokkan sosial remaja:
1. Teman dekat, remaja biasanya dua
atau tiga orang teman dekat, atau sahabat karib. Mereka adalah sesama seks yang
mempunyai minat dan kemampuan yang sama. Teman dekat saling mempengaruhi satu
sama lain meskipun kadang-kadang juga bertengkar.
2. Kelompok kecil,kelompok ini
biasanya terdiri dari kelompok teman-teman dekat. Pada mulanya terdiri dari
seks yang sama, tetapi kemudian meliputi kedua jenis seks.
3. Kelompok besar, kelompok besar
yang terdiri dari beberapa kelompok kecil dan kelompok teman dekat, berkembang
dengan meningkatnya minat akan pesta dan berkencan. Karena kelompok ini besar,
maka penyesuian minat berkurang di antara anggota-anggotanya sehingga terdapat jarak
sosial yang lebih besar diantara mereka.
4. Kelompok terorganisir, kelompok
pemuda yang di bina oleh orang dewasa dibentuk oleh sekolah dan organisasi
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sosial para remaja yang tidak mempunyai
klik atau kelompok besar. Banyak remaja yang mengikuti kelompok seperti itu
merasa diatur dan berkurang minatnya ketika berusia enam belas atau tujuh belas
tahun.
5. Kelompok geng, remaja yang tidak
termasuk klik atau kelompok besar dan yang merasa tidak puas dengan kelompok
yang terorganisasi mungkin mengikuti kelompok geng. Anggota geng biasanya
terdiri dari anak-anak sejenis dan minat utama mereka adalah untuk menghadapai
penolakan teman-teman melalui perilaku antisosial.
Adapun minat-minat sosial yang
umum pada remaja:
1. Pesta, minat terhadap pesta dengan
teman-teman lawan jenis pertama kali nampak sekitar usia tiga belas atau empat
belas tahun. Sepanjang masa remaja anak perempuan lebih menyukai pesta dari
pada anak laki-laki.
2. Minum-minuman keras, minuman keras
pada saat berkencan atau pesta semakin bertambah populer selama masa remaja.
Remaja perempuan bersama teman-teman sejenis jarang minum-minuman keras
dibandingkan dengan remaja laki-laki.
3. Obat-obatan terlarang, meskipun
tidak bersifat universal, penggunaan obat-obatan terlarang merupakan kegiatan
klik dan kegiatan pesta yang populer, yang dimulai pada awal masa remaja.
Banyak remaja mencoba obat-obatan ini karena “harus dicoba”, meskipun beberapa
kemudian menjadi kecandua.
4. Percakapan, setiap remaja
memperoleh rasa aman bila bereda di antara teman-teman dan membicarakan hal-hal
yang menarik atau yang mengganggunya. Pertemuan-pertemuan seperti ini merupakan
kesempatan untuk mengeluarkan isi hati dan memperoleh pandangan baru terhadap
masalah yang dihadapi.
5. Menolong orang lain, banyak kawula
muda sangat berminat untuk menolong mereka yang merasa dirinya tidak mengerti,
diperlakukan kurang baik atau yang merasa tertekan. Lama kelamaan minat ini
berkurang, karena dua hal pertama, remaja mulai merasa bahwa tidak ada yang
dapat mereka lakukan untuk memperbaiki kekeliruan-kekeliruan ini, dan kedua
mereka merasa bahwa usaha-usaha mereka seringkali tidak dihargai.
6. Peristiwa dunia, melalui
pelajaran-pelajaran di sekolah dan media massa, remaja seirngkali mengembangkan
minat terhadap pemerintahan. Politik dan peristiwa-peristiwa dunia. Minat ini
diungkapkan terutama melalui bacaan dan pembicaraan-pembicaraan dengan teman-teman,
guru-guru dan orang tua.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masa remaja adalah masa transisi
dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, secara umum biasanya terjadi sekitar
usia 13-19 tahun, dikarenakan masa ini adalah masa peralihan, sehingga terjadi
beberapa masalah yang menyertainya. Masa remaja ditandai dengan adanya banyak
perubahan pada anak, dari mulai perubahan fisik yang menunjukan kematangan
organ reproduksi serta optimalnya
fungsional organ-organ tertentu, perubahan kognitif yang menunjukkan kemajuan
cara berfikir remaja serta perubahan cara berfikir remaja serta perubahan
sosial-emosional yang berpengaruh besar terhadap kondisi kejiwaan remaja tersebut.
B. Saran
Remaja Indonesia adalah salah satu
aset penerus bangsa yang harus dijaga dan dibimbing agar menjadi pribadi yang
baik. Karena itu pemerintah, masyarakat dan juga orang tua harus bekerja sama
untuk membimbing remaja untuk berprilaku positif.
DAFTAR PUSTAKA
Hurlock Elizabeth B. P,1980.Psikologi perkembangan Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan.Jakarta:Penerbit Erlangga
[1]
Elizabeth B.Hurlock,Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan (Jakarta :Penerbit Erlangga,1980), hlm.210.
[2]
Elizabeth B.Hurlock,Psikologi Perkembangan Suatu Pendejatan Sepanjang Rentang
Kehidupan (Jakarta:Penerbit Erlangga,1980),hlm.211.
[3]
Elizabeth B.Hurlock,Psikologi Perkembangan Suatu pendekatan sepanjang Rentang
Kehidupan (Jakarta:Penerbit Erlangga,1980),hlm.211.
[4]
Elizabeth B.Hurlock,Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan(Jakarta:Penerbit Erlangga,1980),hlm.212.
[5]
Elizabeth B.Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan (Jakarta:Penerbit Erlangga,1980) hlm.213.
[6]
Elizabeth B.Hurlock,Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan (Jakarta:Penerbit Erlangga,1980)hlm.213.
No comments:
Post a Comment