MAKALAH PENDIDIKAN ANAK DALAM KELUARGA
”Fungsi Pendidikan dan pengasuhan keluarga”
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Fungsi lembaga pendidikan keluarga
Keluarga adalah
lembaga pendidikan yang bersifat kodrati, karena diantara kedua orang tua sebagai
pendidik utama bagi anak.
pendidikan
keluarga memberikan pengetahuan dan
keterampilan dasar, agama, dan kepercayaan, nilai moral, norma sosial, dan
pandangan hidup yang diperlukan pesertaa didik untuk dapat berperan dalam
keluarga dan dalam masyarakat
(Kepmendikbud, 0184/P/1984).
Ada beberapa
fungsi lembaga pendidikan keluarga, yaitu;
a) Merupakan
pengalaman pertama bagi masa kanak-kanak, pengalaman ini merupakan faktor yang
sangat penting bagi perekembangan anak, khususnya dalam perkembangan
pribadinya.
b) Pendidikan
di lingkungan keluarga dapat menjamin kehidupan akhlak atau moral anak untuk
tumbuh dan berkembang.
c) Di
dalam keluarga akan terbentuk pendidikan moral. Keteladanan orang tua di dalam
bertutur kata dan berprilaku sehari-hari akan menjadi wahana pendidikan moral
bagi anak di dalam keluarga.
d) Di
dalam keluarga akan tumbuh sikap tolong menolong, sehingga tumbuh kehidupan
keluarga yang damai dan sejahtera.
e) Keluarga
merupakan lembaga yang memang berperan dalam meletakan dasar-dasar pendidikan
agam.
f) Di
dalam konteks membangun anak sebagai makhluk individu diarahkan agar anak dapat
mengembangkan dan menolong dirinya sendiri.
B.
Peran keluarga dalam pengasuhan anak
1.
Pola pengasuhan anak dalam keluarga
Pola
pengasuhan anak erat kaitannya dengan kemampuan
suatu keluaraga dalam memberikan perhatian, waktu, dan dukungan untuk memenuhi
kebutuhan fisik, mental, dan sosial anak-anak yang sedang dalam masa
pertumbuhan.
2.
Fungsi keluarga dalam menerapkan pola
pengasuhan anak
Berdasarkan
pendekatan sosio-kultur keluarga memiliki fungsi sebagai berikut.
a)
Fungsi biologis
Secara biologi,
keluarga menjadi tempat untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan, sandang,
dan papan dengan syarat-syarat tertentu.
b)
Fungsi pendidikan
Keluarga diajak
mengkondisikan kehidupan keluarga sebagai “instusi”
pendidikan, sehingga terdapat proses saling berinteraksi antara anggota
keluarga.
c)
Fungsi religius
Para orang tua
dituntut untuk mengenalkan, membimbing, memberikan teladan dan melibatkan
seluruh anggota kel;uarga untuk mengenal akidah-akidah agama dan perilaku
beragama.
d)
Fungsi perlindungan
Fungsi
perlindungan dalam keluarga adalah untuk menjaga dan memelihara anak dan
anggota keluarga dari tindakan negatif yang akan timbul.
e)
Fungsi sosialisai
Keluaga berperan
sebagai penghubung anatara kehidupan anak dengan kehidupan sosial dan
norma-norma sosial, sehingga kehidupan di sekitarnya dapat dimengerti oleh
anak.
f)
Fungsi kasih sayang
Keluarga harus
dapat menjalankan tugasnya menjadi lembaga interaksi dalam ikatan batin yang
kuat anatara anggotanya, sesuai derngan status dan peranan sosial masing-masing
dalam kehidupan keluarga.
g)
Fungsi rekreatif
Suasana
rekreatif akan dialami oleh anak dan anggota keluarga lainnya apabila kehidupan keluarga terdapat
perasaan damai, jauhg dari ketegengan batin, dan pada saat-saat tertentu
merasakan kehidupan bebas dari kesibukan sehari-hari. (Megawangi, 2003: 12)
C.
Peranan keluarga terhadap pendidikan
karakter anak
Pendidikan
karakter yang pertama dan utama bagi anak adalah dalam lingkup keluarga.
Karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi
pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang menjadi pendorong dan
penggerak, serta yang membedakan dengan individu lain. (Furqon, 2010: 32).
Menurut furqon
(2010) pendidikan karakter dapat diklasifikasikan menjadi beberapa tahap. Pertama, tahap umur 5-6 tahun. Pada
tahap ini, anak diajarkan tata krama, sopan santun, yang berkaitan dengan
karakter moral. Karakter moral tersebut seperti melatih untuk bersikap jujur
dan sopan. Pada fase ini anak akan mengetahui dan membedakan hal-hal yang
dianggap bermanfaat, baik buruk, dan benar salah suatu tindakan.
Kedua, tahap umur 7-8 tahun. Pada tahap ini anak
sudah mulai aqil baliq maka dari itu fase ini anak akan diajarkan bagaiman
untuk beribadah dan melatih dirinya bertanggung jawab. Ketiga, tahap umur 9-10 tahun. Pada fase ini seorang anak dididik
untuk peduli terhadap lingkungan sekitar. Menghormati satu sama lain,
menghormati hak orang lain, dan suka tolong menolong. Keempat, tahap umur 13 tahun keatas. Pada tahap ini anak sudah
mulai memasuki remaja maka anak dipandang siap bersosialisai dengan lingkungan
sekitar, dan masyarakat. Anak diharapkan dapat beradaptasi dengan baik
dilingkungan masyarakat dan anak mempunyai identitas diri atau jati dirinya
masing-masing.
Menurut Megawati
(1003), kualitas karakter meliputi sembilan pilar antara lain: a). mencintai
Allah dan semua ciptaan-Nya, b). tanggung jawab, disiplin, dan mandiri, c).
jujur dan amanah, d).menghormati dan sopan santun, e). Suka menolong dan
gotong-royong, f). Kreatif, percaya diri, dan pekerja keras , g). Kepemimpinan
dan adil, h). Baik dan rendah hati, i). Toleransi, cinta damai dan kesatuan.
D.
Pola pengasuhan orang tua terhadap anak
Secara umum,
ayah dan ibu memiliki peran yang sama dalam pengasuhan anak-anaknya. Namun ada
sedikit perbedaan dalam sentuhan dari apa yang ditampilkan oleh ayah dan ibu. (Verauli,
2009).
Peran ibu,
antara lain: Menumbuhkan perasaan sayang, cinta, melalui kasih sayang dan
kelembutan seorang ibu, menumbuhkan kemampuan berbahasa dengan baik kepada
anak, mengajarkan anak perempuan berperilaku sesuai jenis kelaminnya. Peran ayah,
antara lain: menumbuhkan rasa percaya diri dan berkompeten kepada anak, agar
anak mampu berprestasi, mengajarkan anak untuk bertanggung jawab.
Dikemukakan oleh
palkovits (2002) membagi keterlibatan ayah dalam 3 komponen yaitu:
1. Partenal
engagement: pengasuhan yang melibatan interaksi langsung anatara ayah dan
anaknya, misalnya lewat bermain, mengajari sesuatu, atau aktivitas santai.
2. Aksesibiltas
atau ketersediaan berinteraksi dengan anak pada saat dibutuhkan saja. Hal ini
bersifat temporal.
3. Tanggung
jawab dan peran dalam hal menyusun rencana pengasuhan bagi anak. pada komponen
ini aya tidak terlibat dalam pangasuhan (interaksi) dengan anaknya.
Palkovits (2002)
menyimpulkan keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak memiliki beberapa
definisi, diantaranya:
1. Terlibat
dengan seluruh aktivitas yang dilakukan oleh anak (McBride & Mills, 1993).
2. Melakukan
kontak dengan anak
3. Dukungan
finalsial
4. Banyaknya
aktivitas bermain yang dilakukan bersama-sama.
Secara jangka
panjang, anak yang dibesarkan dengan keterlibatan ayah dalam pengasuhan akan
memiliki prestasi akademik serta ekonomi yang baik, kesuksesan dalam karir,
pencapaian pendidikan terbaik, dan kesejahteraan psikologis (Flouri,2005).
1. Perkembangan
emosi dan kesejahteraan psikologis
Keterlibatan
ayah dalam kehidupan anak berkorelasi positif dengan kepuasan hidup anak,
kebhagiaan (Flouri, 2005) dan rendahnya pengalaman depresi (Dubowits,dkk,2001;
Formoso,dkk,2007).
2. Perkembangan
sosial
Keterlibatan
ayah dalam pengasuhan secara positif berkorelasi dengan kompetensi, insiatif,
dan kematangan sosial (Stolz,dkk,2002).
3. Kesehatan
fisik
Ayah secara
tidak langsung berperan terhadap kesehatan fisik dan kesejahteraan psikologis
anak, ketika memberikan dukungan optimal terhadap pasangannya (istri).
Manfaat
keterlibatan dalam pengasuhan ayah
Ayah yang
terlibat dalam pengasuhan, lebih matang secara sosial (pleck,1997), merasa
lebih puas dengan kehidupan mereka (Eggebean & Knoester, 2001), mampu
memahami diri dan berempati dengan orang lain, serta mengelola emosi dengan
baik (Heath, 1994).
No comments:
Post a Comment