MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Akidah Akhlak merupakan pendidikan
yang sangat penting untuk para siswa agar dapat mencerminkan dan menanamkan
akhlak yang mulia didalam jiwa siswa dalam masa pertumbuhannya. Dalam dunia
pendidikan yang sangat berperan adalah pendidiknya (guru) untuk memberikan
bimbingan dan arahan kepada peserta didiknya sehingga anak mampu
mengaplikasikan dengan baik. “Pendidikan Islam bertugas mempertahankan,
menanamkan, dan mengembangkan kelangsungan berfungsinya nilai-nila Islami yang
bersumber dari kitab suci Al- Qur’an dan al-hadits”. Pendidikan Islam secara
optimal harus mampu mendidik peserta didik agar mempunyai kedewasaan atau
kematangan dalam beriman, bertakwa serta mengamalkan hasil pendidikan yang
diperoleh sehingga menjadi pemikir sekaligus pengamat ajaran Islam seiring dengan
perkembangan zaman.
Pendidikan dasar dan pendidikan
menengah dilaksanakan berdasarkan
standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah”.
Peningkatan kualitas pendidikan dan pembelajaran dapat dilakukan dengan tiga
hal, yaitu: (1) melakukan manajemen yang transparan , partisifatif, dan
akuntabel (2) melaksanakan pembelajaran yang aktif, inovatif, dan kreatif,
efektif, dan menyenangkan dan (3) meningkatkan peran serta masyarakat.
Dalam suatu
pembelajaran ada beberapa komponen yang harus diperhatikan oleh guru untuk
mencapai suatu tujuan pembelajaran diantaranya strategi, pendekatan, model,
metode, maupun tekhnik serta taktik dalam pembelajaran. Begitu pula dalam
pembelajaran Aqidah akhlak sangat penting untuk guru memperhatikan beberapa
aspek komponen tersebut. Secara khususnya pada makalah ini akan dibahas
mengenai model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam mata pelajaran aqidah
Akhlak.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
Pengertian Model Pembelajaran Akidah Akhlak?
2.
Apa
Saja Macam-macam Model Pembelajaran Akidah Akhlak?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk
Mengetahui Pengertian Pembelajaran Akidah Akhlak
2.
Untuk
Mengetahui Macam-macam Model Pembelajaran Akidah Akhlak
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Model Pembelajaran Akidah Akhlak
Istilah
model dapat diartikan sebagai tampilan grafis, prosedur kerja yang teratur atau
sistematis, serta mengandung pemikiran bersifat uraian atau penjelasan. Model
adalah suatu abstarksi yang dapat digunakan untuk membantu memahami sesuatu
yang tidak bisa dilihat atau dialami secara langsung. Dari penjelasan
diatas menunjukkan bahwa suatu model pembelajaran
menyajikan bagaimana suatu pembelajaran dibangun atas dasar teori-teori seperti
belajar, pembelajaran, psikologi, komunikasi, sistem, dan Model bisa menjadi
saran untuk menerjemahkan teori kedalam dunia konkrit untuk diaplikasikan dalam
praktek.
Pembelajaran adalah
proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa yang saling bertukar informasi. Pembelajaran
juga pada hakekatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan
peserta didiknya (mengarahkan intraksi peserta didik dengan sumber belajar
lainnya) agar tercapainya tujuan yang di harapkan. Dari pengertian diatas dapat
diambil kesimpulan bahwasanya pembelajaran merupakan intraksi dua arah dari
seorang guru dan peserta didik. Keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang
nyata dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan.
Jadi
Model pembelajaran Akidah Akhlak adalah pola atau rencana yang dapat digunakan
untuk mengoperaasikan kurikulum, Merancang materi pembelajaran dan untuk
membimbing belajar dalam seting kelas atau toturial dalam menyiapkan dan
memberi pengalaman belajar peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,
dan mengimani Allah dan merealisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam
kehidupan sehai-hari.
Pemilihan
strategi dan model pembelajaran yang tepat sangat mempengaruhi tingkat
keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran dikelas. Kecerdasan guru dalam
mendesain strategi atau model pembelajaran akan menjadi daya tarik
tersendiri bagi penumbuhan minat peserta didik.
Dan
apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik
pembelajaran sudah terangkai menjadi kesatuan yang utuh maka model pembelajaran
itu sudah bisa dikatakan sudah berhasil.[1]
B.
Macam-macam
Akidah Akhlak
Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 51 ayat 1 menyebutkan bahwa :
“pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar dan pendidikan
menengah dilaksanakan berdasarkan
standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah”.
Peningkatan kualitas pendidikan dan pembelajaran dapat dilakukan dengan tiga hal,
yaitu: (1) melakukan manajemen yang transparan , partisifatif, dan akuntabel
(2) melaksanakan pembelajaran yang aktif, inovatif, dan kreatif, efektif, dan
menyenangkan dan (3) meningkatkan peran serta masyarakat.
Sebagaimana yang kita ketahui
bersama bahwa dunia adalah dunia nyata, untuk itu pembelajaran yang dilakukan
dikelas awal hari aktual , dekat dengan dunia anak, dekat dengan lingkungan
alamiah yang dialami anak, dan dilakukan dalam suasana yang menenangkan. Dalam
kehidupan sehari-hari, anak tidak pernah melihat adanya hal yang terpisah-pisah
satu sama lain, sehingga dalam melaksankan pembelajaran dikelas awal,
pembelajaran lebih berhasil kalau dapat menggabungkan kajian beberapa mata
pelajaran dalam satu tema.
Peserta didik yang berada pada
sekolah dasar kelas I,II, Dan III berada pada rentangan usia dini. Pada umumnya
tingkat perkembangan masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan
(holistik) serta mampu memahami hubungan antara konsep secara sederhana. Proses
pembelajaran masih bergantung kepada objek-objek konkrit dan pengalaman yang
dialami secara langsung.
Permasalahan menunjukkan bahwa kesiapan bersekolah sebgaian besar
peserta didik kelas awal sekolah dan diindonesia cukup rendah. Sementara itu,
hasil penelitan menunjukkan bahwa peserta didik yang telah masuk Taman kanak-kanak
memiliki kesiapan bersekolah lebih baik dibanding dengan peserta didik yang
tidak mengikuti pendidikan Taman Kanak-kanak. Selain itu, perbedaan pendektan,
model, dan prinsip-prinsip pembe104lajaran antara kelas satu dan dua sekolah
dasar dengan pendidikan pra-sekolah dapat juga menyebabkan peserta didik yang
telah mengikuti pendidikan pra-sekolah dapat saja mengulang kelas atau bahkan
putus sekolah.[2]
Macam-Macam Model Pembelajaran Akidah Akhlak sebagai berikut:
1.
Model Pembelajaran Tematik
Atas dasar pemikiran diatas dan
dalam rangka implementasi standar isi yang temuat dalam Standar Nasional
Pendidikan, maka pembelajaran akidah akhlak pada kelas awal sekolah dasar yakni
kelas satu, dua, tiga lebih sesuai jika dikeola dalam pembelajaran terpadu
melalui pendekatan pembelajaran tematik.
Pembelajaran Tematik adalah suatu
startegi pemeblajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan
pengalaman yang bermakna kepada siswa.
Implementasi pembelajaran tematik
memberikan banyak keuntungan, diantaranya:
(1)
Siswa
mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu
(2)
Siswa
mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar
antara mata pelajaran dalam tema yang sama.
(3)
Pemahaman
terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan
(4)
Kompetensi
dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran lain
dengan pengalaman pribadi siswa
(5)
Siswa
mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan
dalam kontes tema yang jelas
(6)
Siswa
lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi yang nyata,
untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus
mempelajari mata pelajaran lainnya
(7)
Guru
dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat
dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu
selebih yang dapat diguankan untuk kegiatan remedial, pemantapan atau
pengayaan.
Disamping model pembelajaran tematik
sebagaimana yang diuraikan diatas, anda dapat juga menggunakan beberapa model
pembelajaran yang lainnya. Dalam mengimplementasikan kurikulum berbasis
kompetensi, E. Mulyasa (2003) mengemukakan lima model pembelajaran yang
dianggap sesuai dengan tuntunan kurikulum berbasis kompetensi, yaitu: (1)
Pembelajaran Kontekstual (Contextual teaching and learning), (2) Bermain
peran (Role Playing), (3) Pembelajaran Partisipatif (participative
teaching and learning), (4) Belajar Tuntas (Mastery learning), (5)
Pembelajaran Dengan Modul (modular instruction), sementara itu, Gulo (2005)
memandang pentingnya strategi pembelajaran inkuiri (inquiry).[3]
Di bawah ini akan diuraikan secara
singkat dari masing-masing model pembelajaran tersebut.
2.
Model Pembelajaran Kontestual (Contekstual
Teaching Learning)
Pembelajaran Kontestual (Contekstual
Teaching Learning) atau biasa disingkat CTL merupakan konsep pembelajaran
yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia
kehidupan nyata, sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan
kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pembelajaran kontekstual,
tugas guru adalah memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik, dengan
menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai. Guru bukan hanya
menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hapalan, tetapi mengatur
lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik belajar.
Dengan pembelajaran mengutip
pemikiran Zahorik, E.Mulyasa (2003) mengemukakan elemen yang harus diperhatikan
dalam pembelajaran kontestual, yaitu:
a.
Pembelajaran
harus memperhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh peserta didik.
b.
Pembelajaran
dimulai dari keseluruhan (global) menuju bagian-bagian nya secara khusus (dari
umum kekhusus)
c.
Pembelajaran
harus ditekankan pada pemahaman, dengan cara: (a) menyusun konsep sementara ,
(b) melakukan sharing untuk memperoleh masukan dan tanggapan dari orang lain,
dan (c) merevisi dan mengembangkan konsep.
d.
Pembelajaran
ditekankan pada upaya mempraktekkan secara langsung apa-apa yang dipelajari.
e.
Adanya
refleksi terhadap strategi pembelajaran dan pengembangan pengetahuan yang
dipelajari.
3.
Model Pembelajaran Bermain Peran (Role Playing)
Bermain peran merupakan salah satu
model pembelajaaran yang diarahkan pada upaya pemecahan masalah-masalah yang
berkaitan dengan hubungan antar manusia (interpersonal realitionship), terutama
yang menyangkut kehidupan peserta didik. Pengalaman belajar yang diperoleh dari
metode ini meliputi, kemampuan kerjasama, komunikatif, dan menginterprestasikan
suatu kejadian.
Melalui bermain peran, peserta didik
mencoba mengeksplorasi hubungan-hubungan antar manusia dengan cara memperagakan
dan mendiskusikannya, sehingga secara bersama-sama para peserta didik dapat
mengeksplorasi perasaan-perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai, dan berbagai
strategi pemecahan masalah.
Dengan mengutip dari Shaftel,
(E.Mulyasa, 2003) mengemukakan tahapan pembelajaran bermain peran meliputi:
a.
Menghangatkan
suasana dan memotivasi peserta didik
b.
Memilih
peran
c.
Menyiapkan
pengamatan
d.
Menyusun
tahap-tahap peran
e.
Menyiapkan
pengamatan
f.
Tahap
pemeranan
g.
Diskusi
dan evaluasi tahap diskusi dan evaluasi tahap I
h.
Pemeran
ulang
i.
Diskusi
dan evaluasi tahap ii
j.
Membagi
pengalaman dan pengambilan keputusan[4]
4.
Model Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching and
Learning)
Pembelajaran Partisipatif (Participative
Teaching and Learning) merupakan model pembelajaran dengan melibatkan
peserta didik secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pembelajaran. Dengan meminjam pemikiran knowles, (E.Mulyasa, 2003) menyebutkan
indikator pembelajaran partisifatif, yaitu:
a.
Adanya
keterlibatan emosional dan mental peserta didik
b.
Adanya
kesediaan peserta didik untuk memberikan kontribusi dalam pencapaian tujuan
c.
Dalam
kegiatan belajar terdapat hal yang menguntungkan peserta didik pengembangan
pembelajaran partisipatif dilakukan dengan prosedur berikut:
a.
Menciptakan
suasana yang mendorong peserta didik siap belajar
b.
Membantu
peserta didik menyusun kelompok, agar siap belajar dan membelajarkan
c.
Membantu
peserta didik untuk mendiagnosis dan menemukan kebutuhan belajarnya
d.
Membantu
peserta didik menyusun tujuan belajar
e.
Membantu
peserta didik merancang pola-pola pengalaman belajar
f.
Membantu
peserta didik melakukan kegiatan belajar
g.
Membantu
pesrta didik melakukan evaluasi diri terhadap proses dan hasil belajar.
5.
Model Pembelajaran Belajar Tuntas (Mastery Learning)
Pembelajaran Belajar Tuntas berasumsi bahwa didalam kondisi yang
tepat semua peserta didik mampu belajar dengan baik, dan memperoleh hasil yang
maksimal terhadap seluruh materi yang dipelajari. Agar semua peserta didik
hasil belajar secara maksimal, pembelajaaran harus dilakuakan dengan
sistematis. Kesistematiasan akan tercermin dari strategi pembelajaran yang
dilaksanakan, terutama mengorganisir tujuan dan bahan belajar, melaksankan
evaluasi dan memberikan bimbingan terhadap peserta didik yang telah ditetapkan.
Tujuan pembelajran harus diorganisir secara spesifik untuk
memudahkan pengecekan hasil belajar, bahan perlu dijabarkan menjadi
satuan-satuan belajar tertentu, dan pengusasaan bahan yang lengkap untuk semua
tujuan setiap satuan belajar dituntut dari para peserta didiksebelum proses
belajar melangkah pada tahap berikutnya.
Evaluasi yang dilaksankan setelah
peserta didik menyelesaikan suatu kegiatan belajar tertentu merupakan dasar
untuk memperoleh balikan (feedback). Tujuan evaluasi adalah memperoleh informasi
tentang pencapaian tujuan dan penguasaan bahan oleh peserta didik. Hasil
evaluasi digunakan untuk menentukan dimana dan dalam hal apa para peserta didik perlu memperoleh bimbingan
dalam mencapai tujuan, dan menguasai bahan belajar secara maksimal (belajar
tuntas).
Strategi belajar tuntas dapat
dibedakan dari pengajaran non belajar tuntas dalam hal berikut:
a.
Pelaksanaan
secara teratur untuk memperoleh balikan terhadap bahan yang dianjurkan sebagai
alat untuk mendiagnosakan kemajuan (diagnostic progresstest)
b.
Peserta
didik baru dapat melangkah pada pelajaran berikutnya setelah iya benar-benar
menguasai bahan pelajaran sebelunya sesuai dengan patokan yang telah ditentukan
c.
Pelayanan
bimbingan dan konseling terhadap peserta didik yang gagal mencapai taraf
penguasaan penuh, melalui pengajaran remedial (pengajaran korektif).
Strategi belajar tuntas dikembangkan
oleh Bloom, meliputi tiga bagian, yaitu:
a.
Mengidentifikasi
pra-kondisi
b.
Membangun
prosedur operasional dan hasil belajar
c.
Implementasi
dalam pembelajaran klasik dengan memberikan “bumbu” untuk menyesuaikan dengan
kemampuan individual, yang meliputi: (1) crroective technique yaitu
semacam pengajaran remedial, yang dilakukan memberikan pengajaran terhadap
tujuan yang gagal dicapai peserta didik, dengan prosedur dan metode yang
berbeda dari sebelumnya dan (2) memberikan tambahan waktu kepada peserta didik
yang membutuhkan (sebelum menguasai bahan secara tuntas).
Di samping implementasi dalam pembelajaran secara klasikal, belajar
tuntas banyak diimplementasikan dalam pembelajaran individual. Sistem belajar
tuntas mencapai hasil yang optimal ketika ditunjang oleh sejumlah media, baik
hardware maupun software, termasuk penggunaan komputer (internet) untuk
mengefektifkan proses belajar.[5]
6.
Model Pembelajaran Dengan Modul (Modular Instruction)
Modul adalah suatu proses pembelajaran mengenai sesuatu satuan
bahasan tertentu yang disusun secara sistematis, oprasional dan terarah untuk
digunakan oleh peserta didik, disertai dengan pedoman penggunaannya untuk para
guru.
Pembelajaran dengan sistem modul memiliki karaktristik sebagai
berikut:
a.
Setiap
modul harus memberikan informasi dan petunjuk pelaksanaa yang jelas tentang apa
yang harus dilakukan oleh pesetra didik, bagimana melakukan dan sumber belajar apa
yang harus digunakan.
b.
Modul
menyiapkan pembelajaran individual, sehingga mengupayakan untuk melibatkan
sebanyak mungkin karakteristik perserta didik. Dalam setiap modul harus: (1)
memungkinkan peserta didik mengalami kemajuan belajar sesuai dengan kemampuannya,
(2) memungkinkan peserta didik mengukur kemajuan belajar yang telah diperoleh
dan (3) memfokuskan pesrta didik pada tujuan pembelajaran yang spesifik dan
dapat diukur.
c.
Pengalaman
belajar dalam modul disediakan untuk membantu peserta didik mencapai tujuan
pembelajaran seefektif dan seefisien mungkin, serta memungkinkan peserta didik
untuk melakukan pembelajaran secara aktif, tidak sekedar membaca dan mengengar
tapi lebih dari itu, modul memberikan kesempatan untuk bermian peran (role
playing), simulasi dan berdiskusi,
d.
Materi
pembelajaran disajikan secara logis dan sistematis, sehingga peserta didik dapat
mengetahui kapan dia memulai dan mengakhiri suatu modul, serta tidak
menimbulkan pertanyaan mengenai apa yang harus dilakukan atau dipelajari.
e.
Setiap
modul memiliki mekanisme untuk mengukur pencapaian tujuan belajar peserta
didik, terurtama untuk memberikan umpan
balik bagi peserta didik dalam mencapai ketuntasan belajar.
Pada umumnya pembelajaran dengan sistem modul akan melibatkan
beberapa komponen, diantaranya:
a.
Lembar
kegiatan peserta didik
b.
Lembar
kerja
c.
Kunci
lembar kerja
d.
Lembar
soal
e.
Lemar
jawaban
f.
Kunci
jawaban
Komponen-komponen tersebut dikemas dalam format modul, sebagai
berikut:
a.
Pendahuluan:
yang berisi deskripsi umum, seperti materi yang disajikan,
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang akan dicapai setelah belajar, termasuk
kemampuan awal yang harus dimiliki untuk mempelajari modul tersebut.
b.
Tujuan
pembelajaran: berisi tujuan
pembelajaran khusus yang harus dicapai peserta didik, setelah mempelajari
modul. Dalam bagian ini dimuat pula tujuan terminal dan tujuan akhir, serta
kondisi untuk mencapai tujuan.
c.
Tes
Awal, yang digunakan untuk menetapkan
posisi peserta didik dan mengetahui kemampuan awalnya, untuk menentukan
darimana ia harus memulai belajar , dan apakah perlu untuk mempelajari atau
tidak modul tersebut.
d.
Pengalaman
Belajar, yang berisi rincian materi untuk
setiap tujuan pembelajaran khusu, diikuti dengan penelitian formatif sebagai balikan
bagi peserta didik tentang tujuan belajar yang dicapaimnya.
e.
Sumber
Belajar, berisi tentang sumber-sumber belajar
yang dapat ditelusuri dan digunakan oleh peserta didik.
f.
Tes
Akhir, instrumen yang digunakan dalam tes
akhir sama dengan yang digunakan pada tes awal, hanya lebih difokuskan pada
tujuan terminal setiap modul.
Tujuan utama guru dalam
pembelajaran sistem modul adalah mengorganisasikan dan mengatur proses belajar,
anatar lain: (1) menyiapkan situasi pembelajaran yang kondusif, (2) membantu
peserta didik yang mengalami kesulitan dalam memahami isi modul atau
pelaksanaan tugas, melaksanakan penelitian terhadap setiap peserta didik
7.
Model Pembelajaran Inkuiri
Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan
menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis,
logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan
percaya diri.
Kondisi-kondisi umum yang merupakan syarat bagi timbulnya kegiatan
inkuiri bagi siswa , yaitu:
a.
Aspek
sosial didalam kelas dan suasana bebas-terbuka dan permisif yang mengandung
siswa berdiskusi.
b.
Berfokus
pada hipotesis yang perlu diuji kebenarannya
c.
Penggunaan
fakta sebagai evidensi dan didalam proses pembelajaran dibicarakan validitas
dan relibilitas tentang fakta, sebagaimana lazimnya dalam pengujian hepotesis
Proses inkuiri dilakukan melalui tahpan-tahapan sebagai berikut:
a.
Merumuskan Masalah, kemampuan
yang dituntut adalah: (a) kesadaran terhadap masalah, (b) melihat pentingnya
masalah, dan (c) merumusakan masalah.
b.
Mmengembangkan Hipotesis, kemampuan
yang dituntut dalam mengembangkan hipotesis ini adalah: (a) menguji dan
menggolongkan data yang dapat dipeoleh, (b) melihat dan merumuskan hubungan
yang ada secara logis, dan merumuskan hipotesis.
c.
Menguji Jawaban Tentatif, kemampuan yang
dituntut adalah: (a) merakit peristiwa, terdiri dari: mengdidentifikasi
peristiwa yang dibutuhkan, mengumpulkan data, dan mengevaluasi data, (b)
menyusun data, terdiri dari: mentranslasikan data, mengintrpretasikan data dan
mengklasifikasikan data, (c) analisis data, terdiri dari: melihat hubungan,
mencatat persamaan dan perbedaan, dan mengidentifikasikan trend, sekuensi, dan
keteraturan.
d.
Menarik Kesimpulan, kemampuan
yang dituntut adalah: (a) mencari pola dan makna hubungan, dan (b) merumuskan
kesimpulan.
e.
Menerapkan Kesimpulan Dan Generalisasi.
Guru dalam mengembangkan sikap inkuiri dikelas mempunyai peranan
sebagai konselor, konsultan, teman yang kritis dan fasilitator. Ia harus dapat
membimbing dan merefleksikan pengalaman kelompok, serta memberi kemudahan bagi
kerhja kelompok.
Pada medel pembelajaran inkuiri, para peserta didik dapat
diperlihatkan sekelompok benda yang berbeda yang satu sekelompok benda
merupakan contoh dari konsep yang ingin disampaikan, dan sekelompok benda yang
lainnya merupakan yang bukan contoh dari konsep yang ingin disampaikan.
Cara penyampaiannya dapat bemacam-macam dari pengelompokan secara
tertulis atau melalui bentuk gambar maupun suara. Selanjutnya, para peserta
didik diminta untuk melakukan permainan tebak-tebakan. Mereka diminta
melengkapi kelompok benda yang merupakan contoh konsep dan juga yang bukan
contoh konsep. Mungkin diantara mereka ada yang berhasil mengkatagorikan
kelompok benda yang contoh dan bukan contoh konsep tersebut, dan adapula yang
tidak berhasil. Pada akhirnya, para peserta didik akan tergiring dan
termotivasi untuk berfikir dan menemukan contoh-contoh dari konsep yang
dimaksud yang mereka kembangkan sendiri. Pendekatan inkuiri lebih cocok
digunakan untuk peserta didik dikelas-kelas awal SD, tentunya dengan bimbingan
guru.[6]
8.
Model Pembelajaran Ekpositori
Strategi lainnya untuk mengajarkan konsep adalah dengan pendekatan
ekpositori. Berbeda dengan inkuiri, pada pendekatan ekpositori, peserta didik
dimotivasi sejak awal untuk menemukan contoh-contoh yang dikemukakannya sendiri
untuk mengkategorikan sebuah konsep. Namun demikian, tetap guru harus
menjelaskan secara rinci tentang konsep yang dibicarakan.pendekatan ekpositori
lebih sesuai digunakan di kelas-kelas tinggi di SD, karena pada siswa dikelas
tinggi di SD sudah dapat diajak berpikir detil, dan komprehensif.
9.
Model Pembelajaran PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan)
Pembelajaran yang saat ini dikembangkan dan banyak dikenalkan
keseluruh pelosok tanah air adalah pemebelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan atau disingkat dengan PAEKM. Disebut demikian karena pembelajaran
ini dirancang agar mengaktifkan anak, mengembangkan kretivitas sehingga efektif
namun tetap menyenangkan.
b.
Pengelolaan
Pengelolaan siswa: saat ini sebagian besar ruang kelas diatur
secara klasikal. Siswa duduk bebaris dan lebih banyak mendengarkan guru. Dalam
pembelajaran PAKEM pengelolaan kegiatan murid lebih bervariasi, termasuk kerja
kelompok, kerja bepasangan, kerja perorangan, dan klasikal.[7]
10.
Model Pembelajaran Intraksi Sosial
Model interaksi sosial
menekankan pada hubungan personal dan social kemasyarakatan diantara peserta didik. Model tersebut berfokus
pada peningkatan kemampuan peserta didik untuk berhubungan dengan orang lain.
Model interaksi sosial
ini mencakup strategi pembelajaran sebagai berikut:
1.
Kerja kelompok bertujuan mengembangkan keterampilan berperan serta dalam
proses bermasyarakat dengan cara mengembangkan hubungan interpersonal dan
discovery aktif dalam bidang akademik.
2.
Pertemuan kelas bertujuan mengembangkan pemahaman mengenal diri
sendiri dan rasa tanggung jawab baik terhadap diri sendiri maupun terhadap
kelompok.
3.
Pemecahan masalah sosial atau Inquiry sosial bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan memecahkan masalah – masalah sosial dengan cara
berpikir logis.
4.
Model laboratorium bertujuan untuk mengembangkan kesadaran pribadi
dan keluwesan dalam kelompok.
5.
Bermain peran bertujuan untuk memberikan
kesempatan kepada peserta didik menemukan nilai – nilai sosial dan pribadi
melalui situasi tiruan.
6.
Simulaasi sosial bertujuan untuk membantu
peserta didik mengalami berbagai kenyataan sosial serta menguji reaksi mereka
11.
Model Pembelajaran Pemrosesan Informasi
Model Pemrosesan
Informasi ditekankan pada pengambilan, penguasan dan pemrosesan informasi.
Model ini lebih memfokuskan pada fungsi kognitif peserta didik.
Ada Sembilan langkah
yang harus diperhatikanguru dikelas dalam kaitannya dengan pembelajaran
pemrosesan informasi.
1.
Melakukan tindakan untuk menarik perhatian peserta didik
2.
Memberikan informasi mengenai tujuan pembelajaran dan topik yang akan dibahas.
3.
Merangsang peserta didik untuk memulai aktifitas pembelajaran
4.
Menyampaikan isi pembelajaran sesuai dengan topik yang telah dirancang
5.
Memberikan bimbingan bagi aktifitas peserta
didik dalam pembelajaran
6.
Memberikan penguatan pada perilaku pembelajaran
7.
Memberikan feedback terhadap perilaku yang
ditunjukkan peserta didik
8.
Melaksanakan penilaian proses dan hasil
9.
Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
bertanya dan menjawab berdasarkan pengalamannya
12.
Model
Pembelajaran Personal ( Personal Models )
Model personal menekankan pada pengembangan
konsep diri setiap individu. Hal ini meliputi pengembangan proses individu dan
membangun serta mengorganisasikan dirinya sendiri. Model ini bertitik tolak
dari teori Humanistik, yaitu terorientasi pada pengembangan individu. Perhatian
utamanya pada emosional peserta didik dalam mengembangkan hubungan yang
produktif dengan lingkungannya. Model ini menjadikan pribadi peserta didik
mampu membentuk hubungan harmonis serta mampu memproses informasi secara
efektif.Menurut teori ini, guru harus berupaya menciptakan kondisi kelas yang
kondusif, agar peserta didik merasa bebas dalam belajar mengembangkan diri baik
emosional maupun intelektual.
Model Pembelajaran Personal ini meliputi
strategi Pembelajaran sebagai berikut:
1.
Pembelajaran non direktif yaitu bertujuan untuk
membentuk kemampuan dan perkembangan pribadi ( kesadaran diri, pemahaman dan
konsep diri )
2.
Latihan kesadaran yaitu bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan interpersonal kepada peserta didik
3.
Sinetik yaitu untuk mengembangkan kreatifitas
pribadi dan memecahkan masalah secara kreatif
4.
Sistem Konseptual yaitu untuk meningkatkan
kompleksitas dasar pribadi yang luwes .
13.
Model
Pembelajaran Modifikasi Tingkah laku ( Behavioral )
Model Behavioral menekankan pada perubahan
perilaku yang tampak dari peserta didik sehingga konsisten dengan konsep
dirinya. Model ini bertitik tolak pada Teori Behavioristik, yaitu bertujuan
mengembangkan sistem yang efesien untuk mengurutkasn tugas-tugas belajar dan
membentuk tingkah laku dengan cara memanipulasi penguatan Implementasi dari
Modifikasi tingkah laku ini adalah meningkatkan ketelitian pengucapan pada
anak. Guru selalu perhatian terhadap tingkah laku belajar peserta didik.
Modifikasi tingkah laku anak yang kemampuan belajarnya rendah dengan reward
sebagai penguatan pendukung.
14.
Model Pembelajaran
ceramah
Dalam kehidupan sehari-hari di sekolah model
ceramah paling populer dikalangan para pendidik. Sebelum model lain yang
dipakai untuk mengajar, model ceramah yang paling dulu digunakan, hanya
bagaimana menggunakan model ceramah yang efektif dan efisien. Model ceramah
merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan
tertentu, juga sebagai sarana untuk menghimbau kebiasaan- kebiasaan yang baik.
Sebagai suatu model yang diakui banyak mempunyai kelebihan, juga tidak
disangkal bahwa model ceramah mempunyai beberapa kelemahan. Maka dari itu guru yang
ingin mempergunakan model ceramah ini kiranya tidak salah bila memahami model
ini.
15.
Model Pembelajaran Tanya Jawab
Selain model ceramah guru juga menerapkan model
tanya jawab yaitu cara penyajian pelajaran dalam proses belajar mengajar
melalui interaksi dua dari pendidik bertanya kepada peserta didik atau
sebaliknya peserta didik bertanya pada pendidik agar diperoleh jawaban
kepastian materi melalui jawaban lisan pendidik atau peserta didik.
Dalam model tanya jawab, pendidik dan peserta
didik sama-sama aktif. Namun demikian keaktifan peserta didik patut mendapat
perhatian yang sungguh-sungguh sehingga hal itu tidak harus banyak bergantung
pada keaktifan pendidik. Karena itu, pendidik tidak hanya dituntut untuk
menguasai tehnik-tehnik bertanya dan jenis-jenis pertanyaan, tetapi juga
semangat tinggi di dalam membangun situasi yang kondusif bagi terjadinya
diskusi. Untuk mencipatakan kehidupan interaksi belajar mengajar perlu guru
menimbulkan model Tanya jawab atau dialaog, ialah suatu metode untuk memberi
motivasi pada siswa agar bangkit pemikirannya untuk bertanya selama mendengar pelajaran.
Model Tanya jawab ialah suatu cara penyajian
bahan pelajaran melalui bentuk pertanyaan yang perlu dijawab oleh anak didik.
Dengan model ini, antara lain dapat dikembangakan keterampilaan mengamati,
menginterprestasi, mengklasifikasi,membuat kesimpulan dan menerapkan. Penggunaan
model Tanya jawab bermaksud memotivasi anak didik untuk bertanya selama proses
belajar mengajar. Model Tanya jawab mempunyai tujuan agar siswa dapat mengerti
atau mengingat ingat tentang apa yang dipelajari.[8]
16.
Model
Pembelajaran Diskusi
Model diskusi dalam belajar adalah suatu cara
penyajian atau penyampaian bahan pelajaran dimana guru memberikan kesempatan
kepada para siswa atau kelompok- kelompok siswa yang mengadakan pembicaraan
ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai
alternatif pemecahan atas suatu masalah. Forum diskusi dapat diikuti oleh
seluruh siswa di dalam kelas, dapat pula dibentuk kelompok-kelompok kecil. Yang
perlu diperhatikan adalan hendaknya para siswa berpartisipasi secara aktif
dalam setiap forum diskusi. Semakin banyak siswa terlibat dan menyumbangkan
pikirannnya, semakin banyak pula yang dapat mereka pelajari. Perlu pula
diperhatikan peran guru. Apabila campur tangan dan main perintah dari guru,
niscaya siswa tidak akan dapat belajar banyak.
17.
Model
Pembelajaran Penugasan
Selain itu guru MA Hidayatul Mubtadi’in juga
menerapkan model penugasan. Penugasan atau pemberian tugas adalah cara dalam
proses belajar mengajar dengan jalan memberi tugas kepada siswa. Tugas-tugas
itu dapat berupa merangkum pelajaran, membuat makalah menyusun dll. Model
pemberian tugas, dianjurkan antara lain untuk mendukung model ceramah, inkuiri,
VCT.
Penggunaan model ini memerlukan pemberian tugas
dengan baik, baik ruang lingkup maupun bahannya. Pelaksanaannya dapat diberikan
secara individual maupun kelompok.
Dalam
proses pembelajaran, siswa didorong untuk melakukan kegiatan yang dapat
menumbuhkan proses kegiatan kreatif. Metode tugas adalah metode penyajian bahan
dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.
Masalah tugas yang dilaksanakan oleh siswa dapat dilakukan didalam kelas,
dihalaman sekolah, dan diperpustaan ataupun dirumah asalkan tugas itu dapat
dikerjakan.
Model ini diberikan karena dirasakan bahan
pelajaran yang terlalu banyak sementara waktu sedikit. Tugas biasanya bisa
dilaksanakan dirumah, disekolah, dan diperpustakaan. Tugas bisa merangsang anak
untuk aktif belajar, baik secara individual ataupun kelompok.
18.
Model
Pembelajaran Keteladanan
Sedikit perbedaan antara keteladanan dan
pembiasaan. Akan tetapi kedua hal tersebut saling menunjang. Keteladanan dalam
bahasa arab di sebut uswah, iswah, atau qudwah, qidwah yang berarti perilaku
baik yang dapar ditiru oleh orang lain (anak didik).
Model
keteladanan memiliki peranan yang sangat signifikan dalam upaya pencapaian
keberhasilan pendidikan. Keteladanan
merupakan konotasi kata yang positif, sehingga hal-hal yang mengikuti adalah
perilaku, sikap, maupun perbuatan yang secara normatif baik dan benar. Dalam
keteladanan terdapat unsur mengajak secara tidak langsung, sehingga terkadang
kurang efektif tanpa ada ajakan secara langsung yang berupa pembiasaan.
Begitu pula dengan pembiasaan yang secara
langsung mengarahkan pada suatu perilaku, sikap maupun perbuatan yang
diharapkan, kurang dapat berhasil dengan baik tanpa adanya keteladanan. Dalam
hal ini guru memberikan keteladanan dalam hal ibadah seperti sholat duha,
sholat jama’ah dlohar, Istiqasah, khataman Alqur’an dll. Betapapun peserta
didik mendapat pengetahuan agama yang baik di sekolah atau yang lain, tidak
akan besar pengaruhnya dibandingkan dengan memperolehnya secara langsung lewat
model pembelajaran keteladanan.
19.
Model
Pembelajaran Pembiasaan
Secara Etimologi pembiasaan asal katanya adalah
“biasa”. Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata “biasa” adalah, lazim dan
umum, dalam kaitannya dengan model pengajaran dalam pendidikan Islam, dapat
dikatakan bahwa pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk
pembiasaan anak didik berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan
ajaran agama Islam.
Pembiasaan dinilai sangat efektif jika pada
penerapannya dilakukan terhadap peserta didik sjak dini, karena anak memiliki
rekaman ingatan yang sangat kuat dan kondisi kepribadiannya yang belum matang
sehingga mereka mudah terlarut dalam kebiasaan-kebiasaan yang mereka lakukan
sehari – hari. Tetapi bukan tidak mungkin bila metode pemhajaran pembiasaan ini
diterapkan pada tingkat awal remaja dan remaja.
Proses pembiasaan sebenarnya berintikan
pengulangan. Artinya yang dibiasakan itu adalah sesuatu yang dilakukan
berulang-ulang dan akhirnya menjadi kebiasaan. Pembiasaan harus diterapkan
dalam kehidupan keseharian peserta didik, sehingga apa yang dibiasakan terutama
yang berkaitan dengan akhlak baik akan menjadi kepribadian yang sempurna.
Misalnya yang dilakukan guru masuk kelas selalu mengucapkan salam. Bila peserta
didik masuk kelas tidak mengucapkan salam, maka guru mengingatkan agar bila
masuk kelas atau ruangan apapun hendaklah mengucapkan salam.
Kebiasaan terbentuk karena sesuatu yang
dibiasakan, sehingga kebiasaan dapat diartikan sebagai perbuatan atau
ketrampilan secara terus-menerus, secara konsisten untuk waktu yang lama,
sehingga perbuatan dan keterampilan itu benar-benar bisa diketahui dan akhirnya
menjadi suatu kebiasaan yang sulit ditinggalkan. Kebiasaan dapat juga diartikan
sebagai gerak perbuatan yang berjalan dengan lancar dan seolah- olah berjalan
dengan sendirinya.
20.
Model
Pembelajaran Cooperative Learning
Pembelajaran Kooperatif merupakan suatu
pembelajaran kelompok dengan jumlah peserta didik 2-5 orang dengan gagasan
untuk saling memotivasi antara anggotannya untuk saling membantu agar
tercapainya suatu tujuan pembelajaran yang maksimal.
Menurut Salvina, Cooperative learning atau
pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran di mana sistem belajar
dan bekerja kelompok-kelompok kecil berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif
sehingga dapat merangsang peserta didik lebih bergairah dalam belajar.
Pembelajaran kooperatif adalah cara belajar dalam bentuk kelompok-kelompok
kecil yang saling berkerjasama dan diarahkan oleh guru untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan.
Menurut Supriijono, “Model pembelajaran
kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi jenis kerja kelompok termasuk
bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.
Dapat disimpulkan bahwa Model Pembelajaran
kooperatif (Cooperative Learning). Adalah suatu strategi belajar
mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau
membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok,
yang terdiri dari dua orang atau lebih. Dimana pada tiap kelompok tersebut
terdiri dari siswa-siswa berbagai tingkat kemampuannya, melakukan berbagai
kegiatan belajar untuk meningkatkan kemampuan, melakukan berbagai kegiatan
belajar untuk meningkatkan pemahaman kepada mereka tentang materi pelajaran
yang sedang dipelajari. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk tidak
hanya belajar apa yang diajarkan tetapi juga untuk tidak hanya belajar apa yang
diajarkan tetapi juga untuk membantu rekan belajar, sehingga bersama-sama
mencapai keberhasilan. Semua siswa berusaha sampai semua anggota kelompok
berhasil memahami dan melengkapinya.[9]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Akidah Akhlak merupakan pendidikan
yang sangat penting untuk para siswa agar dapat mencerminkan dan menanamkan
akhlak yang mulia didalam jiwa siswa dalam masa pertumbuhannya. Dalam dunia pendidikan
yang sangat berperan adalah pendidiknya (guru) untuk memberikan bimbingan dan
arahan kepada peserta didiknya sehingga anak mampu mengaplikasikan dengan baik.
“Pendidikan Islam bertugas mempertahankan, menanamkan, dan mengembangkan
kelangsungan berfungsinya nilai-nila Islami yang bersumber dari kitab suci Al-
Qur’an dan al-hadits”.
Dalam suatu
pembelajaran ada beberapa komponen yang harus diperhatikan oleh guru untuk
mencapai suatu tujuan pembelajaran diantaranya strategi, pendekatan, model,
metode, maupun tekhnik serta taktik dalam pembelajaran. Begitu pula dalam
pembelajaran Aqidah akhlak sangat penting untuk guru memperhatikan beberapa
aspek komponen tersebut. Secara khususnya pada makalah ini akan dibahas
mengenai model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam mata pelajaran aqidah
Akhlak.
Model
pembelajaran Akidah Akhlak adalah pola atau rencana yang dapat digunakan untuk
mengoperaasikan kurikulum, Merancang materi pembelajaran dan untuk membimbing
belajar dalam seting kelas atau toturial dalam menyiapkan dan memberi
pengalaman belajar peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, dan
mengimani Allah dan merealisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam
kehidupan sehai-hari.
Ada
pun beberapa Model Pembelajaran Akidah Akhlak Yang meliputi:
1.
Pembelajaran
Tematik
2.
Pembelajaran
Kontestual (Contekstual Teaching Learning)
3.
Pembelajaran
Bermain Peran (Role Playing)
4.
Pembelajaran
Partisipatif (Participative Teaching and Learning)
5.
Pembelajaran
Belajar Tuntas (Mastery Learning)
6.
Pembelajaran
Dengan Modul (Modular Instruction)
7.
Pembelajaran
Inkuiri
8.
Pembelajaran
Ekpositori
9.
Pembelajaran
PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan)
10.
Model Intraksi Sosial
11.
Model Pemrosesan Informasi
12.
Model Personal ( Personal Models )
13.
Model Modifikasi Tingkah laku ( Behavioral )
Dan
masih banyak lagi model-model pemebelajaran Akidah Akhlak di dalam proses
belajar mengajar untuk membantu pendidik dalam mendidik dan memberikan dan
menyalurkan ilmu pengetahuan kepada peserta didik dengan menggunakan
model-model pembelajaran Akidah Akhlak yang telah dijelaskan oleh pemakalah.
B.
Saran
Penulis menyadari makalah ini masih
banyak kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sebagaimpedoman penulisan makalah yang lebih baik
kedepannya.
[1] Dr.Khalimi. Pembelajaran
Akidah Dan Akhlak. (Jakarta Pusat. 2009). Hal 104.
[2] Toto Edidarmo,
MA Dan Drs. Mulyadi. Akidah Akhlak. (PT. Toha Putra. 2009). Hal 95.
[3] Dr. H. Yunahar
Iiyas, Lc. , M.A. Kuliah Akhlak. (Pustaka Pelajar Offset, 1999). Hal 78.
[4] E, Mulyasa. Menjadi Guru Yang Profesional
Dan Menciptakan Pemeblajaran Yang Kreatif Dan Menyenangkan. (Bandung:Trigenda
Karya Bandung, 1990). Hal 123.
[5] Wina Senjaya. Strategi
Pembelajaran. (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2008). Hal 79.
[6] Surkahmad. Dasar
Dan Teknik Intraksi Dan Mengajar Dan Belajar. (Bandung:Tarsito 1973). Hal 85.
[7] Surkahmad. Dasar
Dan Teknik Intraksi Dan Mengajar Dan Belajar. (Bandung:Tarsito 1973). Hal 92.
[8] Ali Hasan. Kapita
Selekta Pendidikan Islam. (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2003). Hal 39.
[9] Depdiknas. Model
Pembelajaran Akidah Akhlak. (Jakarta:Depdiknas, 2007). Hal 53.
No comments:
Post a Comment