MAKALAH
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
"AKTIVITAS BELAJAR"
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Psikologi merupakan salah
satu cabang ilmu pengetahuan yang membahas mengenai masalah kejiwaan manusia. Dalam
dunia pendidikan, ilmu psikologi ini digunakan untuk membantu
mengenali jiwa anak didik dari tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan
psikomotor agar dalam proses belajar mengajar semakin lancar. Hubungan psikologi dengan pendidikan
dan pembelajaran sangat erat sekali, karena dengan mempelajari ilmu kejiwaan seorang guru dapat
memberikan pendidikan dan pembelajaran sesuai dengan perkembangan peserta
didik. Artinya, psikologi digunakan sebagai
pedoman dalam
memberikan materi pendidikan dan pembelajaran. Sehingga
yang menjadi tujuan dalam pendidikan dan pembelajaran akan mudah tercapai.
Adanya perubahan paradigma
pendidikan saat ini menuntut adanya perubahan proses pembelajaran
di dalam kelas. Peran guru saat ini diarahkan untuk menjadi fasilitator yang
dapat membantu siswa dalam belajar, bukan sekedar menyampaikan materi saja.
Guru harus mampu melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajara secara optimal. Menurut
Rusman (2011: 323) pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa diberi
kesempatan untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas kegiatan pembelajaran,
sehingga siswa mampu mengaktu-alisasikan kemampuannya di dalam dan di luar
kelas.
Tugas utama seorang guru
adalah membelajarkan siswa. Hal ini berarti bahwa bila guru mengajar, maka diharapkan siswa mampu mengikuti kegiatan pembelajaran tersebut dalam arti lain siswa ikut berperan aktif. Sebagai
guru yang
professional, hendaknya guru memilih metode dan media yang tepat
untuk digunakan anak dalam belajar. Guru juga harus mengerti segala aktivitas
yang dilakukan muridnya karena sebagian besar waktu seorang guru adalah bersama
muridnya.
Jika ada aktivitas belajar anak yang kurang sesuai
guru mengarahkan dan membimbing siswanya kepada aktivitas belajar yang
dikehendaki.
Seorang guru juga harus tahu apa keinginan siswanya dan faktor- faktor
apa saja yang dapat mempengaruhi anak dalam aktivitas belajarnya. Karena dengan
demikian, guru dapat menyusun strategi yang tepat untuk pembelajarannya dan
secara otomatis apa yang menjadi tujuan pembelajaran dapat tercapai secara
maksimal. Oleh karena itu, dalam makalah ini dipaparkan secara jelas mengenai
segala aktivitas tentang belajar serta faktor- faktor yang mempengaruhinya.
B. Rumusan Masalah
1.
Apakah pengertian dari aktivitas belajar ?
2.
Apakah yang termasuk dalam aktivitas belajar ?
3.
Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi
aktivitas belajar ?
C. Tujuan Penulisan
1.
Menjelaskan pengertian dari aktivitas belajar.
2.
Mengkualifikasikan beberapa aktivitas belajar.
3.
Memaparkan faktor-faktor yang mempengaruhi
aktivitas belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Aktivitas Belajar
v Pengertian aktivitas menurut para ahli:
a.
Menurut Anton M. Mulyono, aktivitas artinya “kegiatan atau
keaktifan”. Jadi segala
sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun
non-fisik, merupakan suatu aktifitas.
b.
Menurut W.J.S. Poewadarminto aktifitas adalah kegiatan atau
kesibukan.
c.
Menurut Sriyono, aktivitas adalah segala kegiatan
yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani.
Pengertian belajar menurut para ahli:
d. Menurut Oemar Hamalik, belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku
individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut
adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional,
hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap.
e. Menurut Sardiman A.M, belajar merupakan suatu proses interaksi antara diri
manusia dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep
ataupun teori.
f. Menurut H. Carl. Witherington dalam bukunya
Drs.Mahfud Shalahuddin yang berjudul "pengantar psikologi
pendidikan", belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian, yang
menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap,kebiasaan,kepandaian,
atau suatu pengertian.
g. Menurut Hilgard dalam bukunya S. Nasution, yang berjudul Dedaktik Asas-Asas Belajar, belajar
adalah proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan
latihan (apakah dalam laboratorium atau dalam lingkungan alamiah) yang
dibedakan dari perubahan-perubahan oleh faktor-faktor yang tidak termasuk
latihan.
Dari pengertian-pengertian para ahli
diatas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan suatu
proses kegiatan belajar siswa yang menimbulkan
perubahan-perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku atau kecakapan. Sedangkan belajar
aktif merupakan suatu
sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental
intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara
aspek koqnitif, afektif dan psikomotor.
Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu
indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan
memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti sering bertanya
kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu
menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya.
Seorang pakar pendidikan, Trinandita (1984) menyatakan bahwa hal yang
paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan siswa.
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang
tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan
mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing - masing
siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul
dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan
yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.
Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat
penting didalam interaksi belajar-mengajar. Dalam
aktivitas belajar ada beberapa prinsip yang berorientasi pada pandangan ilmu jiwa, yakni menurut pandangan ilmu jiwa lama dan
ilmu jiwa modern. Menurut pandangan ilmu jiwa lama
aktivitas didominasi oleh guru sedang menurut padangan ilmu
jiwa modern, aktivitas didominasi oleh siswa. Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa, karena
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bersentuhan
dengan obyek yang
sedang dipelajari seluas mungkin, karena dengan
demikian proses konstruksi
pengetahuan yang terjadi akan lebih baik. Aktivitas belajar
diperlukan aktivitas,
sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat mengubah
tingkah laku, jadi
melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada
aktivitas.
B. Klasifikasi Aktivitas Belajar
Dalam pembelajaran perlu
diperhatikan bagaimana keterlibatan siswa dalam
pengorganisasian pengetahuan, apakah mereka aktif atau pasif. Banyak jenis
aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa selama mengikuti pembelajaran.
Berkenaan dengan hal tersebut Paul B. Dierich (dalam Sardiman, 2004: 101)
menggolongkan aktivitas siswa dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut:
1. Kegiatan- kegiatan
visual
(Visual
activities).
Membaca,
melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan
mengamati orang lain bekerja dan bermain.
2. Kegiatan- kegiatan
lisan
(oral/ Oral
Activities)
Mengemukakan
suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan,
memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi.
3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan (Listening Activities).
Mendengarkan
penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan
suatu permainan, mendengarkan radio.
4. Kegiatan-kegiatan Menulis (Writing Activities).
Menulis
cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, membuat rangkuman, mengerjakan tes
dan mengisi angket.
5. Kegiatan-kegiatan menggambar (Drawing Activities).
Menggambar,
membuat grafik, chart, diagram, peta dan pola.
6. Kegiatan-kegiatan motorik (Motor Activities).
Melakukan
percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model,
menyelenggarakan permainan, menari dan berkebun.
7. Kegiatan-kegiatan mental (Mental Activities).
mengingat,
memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan dan
membuat keputusan.
8.
Kegiatan- kegiatan emosional (Emotional
Activities), seperti misalnya, merasa bosan, gugup, melamun, berani,
tenang.
Penjabaran dari aktivitas- aktivitas belajar di atas adalah sebagai
berikut.
1.
Mendengarkan
Mendengarkan adalah salah satu aktivitas belajar. Setiap orang yang
belajar di sekolah pasti ada aktivitas mendengarkan. Ketika seorang guru
menggunakan metode ceramah, maka setiap siswa atau mahasiswa diharuskan
mendengarkan apa yang guru (dosen) sampaikan. Tidak dapat disangkal bahwa
aktivitas mendengarkan adalah aktivitas belajar yang diakui kebenarannya dalam
dunia pendidikan dan pengajaran dalam pendidikan formal persekolahan, ataupun
non-formal.
2. Memandang
Memandang adalah mengarahkan penglihatan ke suatu objek. Aktivitas
memandang berhubungan erat dengan mata. Karena dalam memandang itu matalah yang
memegang peranan penting. Dalam pendidikan, aktivitas memandang terrnasuk dalam
kategori aktivitas belajar. Tapi
perlu diingat bahwa tidak semua aktivitas memandang berarti belajar. Aktivitas
memandang dalam arti belajar di sini adalah aktivitas memandang yang bertujuan
sesuai dengan kebutuhan untuk mengadakan perubahan tingkah laku yang positif.
Aktivitas memandang tanpa tujuan bukanlah termasuk perbuatan belajar. Meski
pandangan tertuju pada suatu objek, tetapi tidak adanya tujuan yang ingin
dicapai, maka pandangan yang demikian tidak termasuk belajar.
3. Meraba, membau, dan mencicipi/ mengecap
Aktivitas meraba, membau, dan mengecap adalah indra manusia yang dapat
dijadikan sebagai alat untuk kepentingan belajar. Artinya aktivitas meraba,
membau, dan mengecap dapat memberikan kesempatan bagi seseorang untuk belajar.
Tentu saja aktivitasnya harus disadari oleh suatu tujuan. Dengan demikian,
aktivitas-aktivitas meraba, aktivitas membau, ataupun aktivitas mengecap dapat
dikatakan belajar, apabila semua aktivitas itu didorong oleh kebutuhan, motivasi
untuk mencapai tujuan dengan menggunakan situasi tertentu untuk memperoleh
perubahan tingkah laku.
4. Menulis atau mencatat
Menulis atau mencatat merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari
aktivitas belajar. Tetapi tidak setiap mencatat adalah belajar. Aktivitas
mencatat yang bersifat menurut, menciplak atau mengcopy tidak dapat dikatakan
sebagai aktivitas belajar. Mencatat yang termasuk sebagai aktivitas belajar
yaitu apabila dalam mencatat itu orang menyadari kebutuhan dan tujuannya, serta
menggunakan seperangkat tertentu agar catatan itu nantinya berguna bagi
pencapaian tujuan belajar. Dalam mencatat tidak sekadar mencatat, tetapi
mencatat yang dapat menunjang pencapaian tujuan belajar. Catatan sangat berguna untuk menampung sejumlah
informasi, yang tidak hanya bersifat fakta-fakta, melainkan juga terdiri atas
materi hasil analisis dari bahan bacaan.
5. Membaca
Aktivitas membaca adalah aktivitas yang paling banyak dilakukan selama
belajar di sekolah atau di perguruan tinggi. Membaca di sini tidak mesti
membaca buku belaka, tetapi juga membaca majalah, koran, tabloid, jurnal-jurnal
hasil penelitian, catatan hasil belajar atau kuliah, dan hal-hal lainnya yang
berhubungan dengan kebutuhan studi. Kalau
belajar adalah untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, maka membaca adalah jalan
menuju ke pintu ilmu pengetahuan. Ini berarti untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan tidak ada cara lain yang harus dilakukan kecuali memperbanyak
membaca.
Cara dan teknik seseorang dalam membaca selalu menunjukkan perbedaan
pada hal-hal tertentu. Oleh karena itu, wajarlah bila belajar itu suatu seni,
sama halnya mengajar adalah seni (teaching as an art). Ada orang yang membaca
buku sambil tidur-tiduran dapat belajar dengan baik, ada orang yang membaca
buku sambil mendengarkan radio dapat belajar dengan baik, ada orang yang
membaca buku tanpa suara dapat belajar dengan baik, ada orang yang membaca buku
dengan suara dapat belajar dengan baik, ada orang yang membaca buku di antara
keributan dapat belajar dengan baik, dan sebagainya. Pendek kata, orang membaca
buku dengan berbagai cara agar dapat belajar. Dengan demikian, pemahaman atas
diri sendiri sangat penting, sehingga dapat memilih teknik yang mana yang lebih
sesuai dengan karakteristik pribadi, dengan tidak mengabaikan pola-pola umum
dalam belajar.
6. Membuat ikhtisar atau ringkasan dan menggaris
bawahi
Banyak orang yang merasa terbantu dalam belajarnya karena menggunakan
ikhtisar-ikhtisar materi yang dibuatnya. Ikhtisar atau ringkasan ini memang
dapat membantu dalam hal mengingat atau mencari kembali materi dalam buku untuk
masa-masa yang akan datang. Untuk keperluan belajar yang intensif, bagaimanapun
juga hanya membuat ikhtisar adalah belum cukup. Sementara membaca, pada hal-hal
yang penting perlu diberi garis bawah (underlining). Hal ini sangat membantu
dalam usaha menemukan kembali materi itu di kemudian hari, bila diperlukan.
7. Mengamati tabel-tabel, diagram-diagram dan
bagan-bagan
Dalam buku ataupun di lingkungan lain sering dijumpai table-tabel,
diagram, ataupun bagan-bagan. Materi non-verbal semacam ini sangat berguna bagi
seseorang dalam mempelajari materi yang relevan. Demikian pula gambar-gambar,
peta-peta, dan lain-lain dapat menjadi bahan ilustratif yang membantu pemahaman
seseorang tentang sesuatu hal. Semua
tabel, diagram, dan bagan dihadirkan di buku tidak lain adalah dalam rangka
memperjelas penjelasan yang penulis uraikan. Dengan menghadirkan tabel,
diagram, atau bagan dapat menumbuhkan pengertian dalam waktu yang relatif
singkat.
8. Menyusun paper atau kertas kerja
Dalam menyusun paper tidak bisa sembarangan, tetapi harus metodologis
dan sistematis. Metodologis artinya menggunakan metode¬metode tertentu dalam
penggarapannya. Sistematis artinya menggunakan kerangka berpikir yang logis dan
kronologis.
9. Mengingat
Mengingat adalah salah satu aktivitas. Ingatan adalah kemampuan jiwa
untuk memasukkan (learning), menyimpan (retention) dan menimbulkan kembali
(remembering) hal-hal yang telah lampau. Jadi, mengenai ingatan tersebut ada
tiga fungsi, yaitu: memasukkan, menyimpan, dan mengangkat kembali ke alam
sadar. Ingatan (memory) seseorang
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sifat seseorang, alam sekitar, keadaan
jasmani, keadaan rohani (jiwa), dan umur seseorang.
10. Berpikir
Berpikir adalah termasuk aktivitas belajar. Dengan berpikir orang
memperoleh penemuan baru, setidak-tidaknya orang meniadi tahu tentang hubungan
antara sesuatu. Berpikir bukanlah sembarang berpikir, tetapi ada taraf
tertentu, dari taraf berpikir yang rendah sampai taraf berpikir yang tinggi.
11. Latihan atau praktek
Learning by doing adalah konsep belajar yang menghendaki adanya
penyatuan usaha mendapatkan kesan-kesan dengan cara berbuat. Belajar sambil
berbuat dalam hal ini termasuk latihan. Latihan termasuk cara yang baik untuk
memperkuat ingatan. Misalnya, seseorang yang mempelajari rumus matematika atau
rumus bahasa Inggris. Kemungkinan besar rumus-rumus itu akan mudah terlupakan
bila tidak didukung dengan latihan. Di sinilah diperlukan latihan
sebanyak-banyaknya. Dengan banyak latihan kesan-kesan yang diterima lebih
fungsional. Dengan demikian, aktivitas latihan dapat mendukung belajar yang
optimal.
Keaktifan
siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya
keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan
apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti :
1.
Sering bertanya kepada guru atau
siswa lain
2.
Mau mengerjakan tugas yang diberikan
guru
3.
Mampu menjawab pertanyaan dan senang diberi tugas belajar
4.
Berani maju ke depan kelas tanpa
disuruh oleh guru
5.
Siswa berbuat sesuatu untuk memahami
materi pembelajaran
6.
Pengetahuan dipelajari, dialami, dan
ditemukan oleh siswa
7.
Mencoba sendiri konsep-konsep
8.
Siswa mengomunikasikan hasil
pemikirannya
C. Faktor- Faktor yang
Mempengaruhi Belajar
Prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil
interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri
(faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Pengenalan
terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali
artinya dalam rangka membantu murid dalam mencapai prestasi belajar yang
sebaik-baiknya. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses
belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah
faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi
hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis
dan faktor psikologis.
a.
Faktor fisiologis
Faktor-faktor fisiologis
adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu.
Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam.
Pertama, keadaan
jasmani. Keadaan jasmani
pada umumnya sangat mempengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik
yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar
individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat
tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu, keadaan tonus jasmani
sangat mempengaruhi proses belajar dan perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan
jasmani.
Cara untuk menjaga kesehatan
jasmani antara lain adalah:
a. Menjaga pola makan yang sehat dengan memperhatikan
nutrisi yang masuk kedalam tubuh, karena kekurangan gizi atau nutrisi
akan mengakibatkan tubuh cepat lelah, lesu, dan mengantuk, sehingga tidak ada
gairah untuk belajar.
b. Rajin berolahraga agar tubuh selalu bugar dan sehat.
c. Istirahat yang cukup dan sehat.
Kedua, keadaan fungsi
jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis
pada tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama panca indera.
Panca indera yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar
dengan baik pula. Dalam proses belajar, merupakan pintu masuk bagi segala
informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia. Sehinga manusia dapat
menangkap dunia luar. Panca indera yang memiliki peran besar dalam aktivitas
belajar adalah mata dan telinga. Oleh karena itu, baik guru maupun siswa perlu
menjaga panca indera dengan baik, baik secara preventif maupun kuratif. Dengan
menyediakan sarana belajar yang memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehatan
fungsi mata dan telinga secara periodik, mengkonsumsi makanan yang bergizi, dan
lain sebagainya.
b. Faktor
psikologis
Faktor–faktor psikologis
adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar.
Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses belajar adalah
kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat.
- a. Kecerdasan/intelegensi siswa
Pada umumnya kecerdasan
diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam mereaksikan rangsangan atau
menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan demikian,
kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga
organ-organ tubuh lainnya. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya
otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi
otak itu sebagai organ pengendali tertinggi (executive control) dari hampir
seluruh aktivitas manusia.
Kecerdasan merupakan faktor
psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena itu
menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi intelegensi seorang individu,
semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar.
Sebaliknya, semakin rendah tingkat intelegensi individu, semakin sulit individu
itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari
orang lain, seperti guru, orang tua, dan lain sebagainya. Sebagai faktor
psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan
pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru profesional,
sehingga mereka dapat memahami tingkat kecerdasannya.
Para ahli membagi tingkatan
IQ bermacam-macam, salah satunya adalah penggolongan tingkat IQ berdasarkan tes
Stanford-Biner yang telah direvisi oleh Terman dan Merill sebagai berikut:
Distribusi Kecerdasan IQ
menurut Stanford Revision
Tingkat
Kecerdasan (IQ)
|
Klasifikasi
|
140 – 169
|
Amat
superior
|
120 – 139
|
Superior
|
110 – 119
|
Rata-rata
tinggi
|
90 – 109
|
Rata-rata
|
80 – 89
|
Rata-rata
rendah
|
70 – 79
|
Batas
lemah mental
|
20 – 69
|
Lemah
mental
|
Dari tabel tersebut, dapat
diketahui ada tujuh penggolongan tingkat kecerdasan manusia, yaitu:
a. Kelompok kecerdasan amat superior (very superior), antara
IQ 140 - 169
b. Kelompok kecerdasan superior merentang antara IQ 120
- 139
c. Kelompok rata-rata tinggi (high average) merentang
antara IQ 110 - 119
d. Kelompok rata-rata (average) merentang antara IQ 90
- 109
e. Kelompok rata-rata rendah (low average) merentang
antara IQ 80 - 89
f. Kelompok batas lemah mental (borderline defective)
berada pada IQ 70 - 79
g. Kelompok
kecerdasan lemah mental (mentally defective) berada pada IQ 20-69, yang
termasuk dalam kecerdasan tingkat ini antara lain debil, imbisil, dan idiot.
Pemahaman tentang tingkat
kecerdasan individu dapat diperoleh orang tua dan guru atau pihak-pihak yang
berkepentingan melalui konsultasi dengan psikolog atau psikiater. Sehingga
dapat diketahui anak didik berada pada tingkat kecerdasan yang mana, amat
superior, superior, rata-rata, atau mungkin lemah mental. Informasi tentang
taraf kecerdasan seseorang merupakan hal yang sangat berharga untuk memprediksi
kamampuan belajar seseorang. Pemahaman terhadap tingkat kecerdasan peserta
didik akan membantu mengarahkan dan merencanakan bantuan yang akan diberikan
kepada siswa.
b.
Motivasi
Motivasi adalah salah satu
faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang
mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi
mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif,
mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994).
Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan
terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang.
Dari sudut sumbernya motivasi
dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi
intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan
memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar
membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca karena membaca tidak
hanya menjadi aktivitas kesenangannyatetapi sudah mejadi kebutuhannya. Dalam
proses belajar, motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang efektif, karena
motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari
luar(ekstrinsik).
Menurut Arden N. Frandsen
(Hayinah, 1992), yang termasuk dalam motivasi intrinsik untuk belajar anatara
lain adalah:
a. Dorongan ingin tahu dan ingin menyelisiki dunia yang
lebih luas
b. Adanya sifat positif dan kreatif yang pada manusia
dan keinginan untuk maju
c. Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga
mendapat dukungan dari orang-orang penting, misalkan orang tua, saudara, guru,
dan teman-teman.
d. Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu
pengetahuan yang berguna bagi dirinya.
Motivasi ekstrinsik adalah
faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberikan pengaruh terhadap
kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru,
orangtua, danlain sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungansecara positif
akan mempengaruhi semangat belajar seseorang menjadi lemah.
c.
Ingatan
Secara teoritis, ada 3 aspek
yang berkaitan dengan berfungsinya ingatan, yakni menerima kesan, menyimpan
kesan, dan memproduksi
kesan. Mungkin
karena fungsi-fungsi inilah, istilah “ingatan” selalu didefinisikan sebagai
kecakapan untuk menerima, menyimpan dan mereproduksi kesan. Kecakapan merima kesan sangat
sentral peranannya dalam belajar. Melalui kecakapan inilah, subjek didik mampu
mengingat hal-hal yang dipelajarinya. Dalam konteks pembelajaran, kecakapan ini
dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya teknik pembelajaran yang
digunakan pendidik. Teknik pembelajaran yang disertai dengan alat peraga
kesannya akan lebih dalam pada siwa. Di samping itu, pengembangan teknik
pembelajaran yang mendayagunakan “titian ingatan” juga lebih mengesankan bagi
siswa, terutama untuk material pembelajaran berupa rumus-rumus atau
urutan-urutan lambang tertentu. Contoh kasus yang menarik adalah mengingat
nama-nama kunci nada g (gudeg), d (dan), a (ayam), b (bebek) dan sebagainya.
Hal lain dari ingatan adalah
kemampuan menyimpan kesan atau mengingat. Kemampuan ini tidak sama kualitasnya
pada setiap subjek didik. Namun demikian, ada hal yang umum terjadi pada
siapapun juga : bahwa segera setelah seseorang selesai melakukan tindakan
belajar, proses melupakan akan terjadi. Hal-hal yang dilupakan pada awalnya
berakumulasi dengan cepat, lalu kemudian berlangsung semakin lamban, dan
akhirnya sebagian hal akan tersisa dan tersimpan dalam ingatan untuk waktu yang
relatif lama. Untuk mencapai proporsi yang memadai untuk diingat, menurut
kalangan psikolog pendidikan, siswa harus mengulang-ulang hal yang dipelajari
dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. Implikasi pandangan ini dalam
proses pembelajaran sedemikian rupa sehingga memungkinkan bagi subjek didik
untuk mengulang atau mengingat kembali material pembelajaran yang telah
dipelajarinya. Hal ini, misalnya, dapat dilakukan melalui pemberian tes setelah
satu submaterial pembelajaran selesai.
Kemampuan reproduksi, yakni
pengaktifan atau proses produksi ulang hal-hal yang telah dipelajari, tidak
kalah menariknya untuk diperhatikan. Bagaimanapun, hal-hal yang telah
dipelajari, suatu saat, harus diproduksi untuk memenuhi kebutuhan tertentu
siswa, misalnya kebutuhan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam ujian,
atau untuk merespon tantangan-tantangan dunia sekitar.
Pendidik dapat mempertajam kemampuan siswa dalam hal ini melalui pemberian tugas-tugas material pembelajaran yang telah diberikan.
d.
Minat
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut
Reber (Syah, 2003) minat bukanlah istilah yang popular dalam psikologi
disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai factor internal lainnya, seperti
pemusatan perhatian, keingintahuan, moativasi, dan kebutuhan.
Namun lepas dari
kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena
memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar, ia akan tidak bersemangat atau
bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas,
seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar
tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dihadapainya atau dipelajaranya.
Untuk membangkitkan minat
belajar tersebut, banyak cara yang bisa digunakan. Antara lain:
1. Dengan membuat materi yang akan dipelajari semenarik
mungkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain
pembelajaran yang membebaskan siswa mengeksplore apa yang dipelajari,
melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik)
sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi guru yang menarik saat
mengajar.
2. Pemilihan
jurusan atau bidang studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika jurusan
atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.
e. Sikap
Dalam proses belajar, sikap
individu dapat mempengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala
internal yang mendimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau
merespons dangan cara yang relatif tetap terhadap obyek, orang, peristiwa dan
sebagainya, baik secara positif maupun negatif (Syah, 2003).
Sikap juga merupakan
kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu yang membawa diri sesuia dengan
penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu mengakibatkan terjadinya sikap
menerima, menolak, atau mengabaikan. Siswa memperoleh kesempatan belajar.
Meskipun demikian, siswa dapat menerima, menolak, atau mengabaikan kesempatan
belajar tersebut.
Sikap siswa dalam belajar
dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan guru,
pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengantisipasi munculnya sikap
yang negatif dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang
profesional dan bertanggung jawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan
profesionalitas, seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi
siswanya, berusaha mengembangkan kepribadian sebagai seorang guru yang empatik,
sabar, dan tulus kepada muridnya; berusaha untuk menyajikan pelajaran yang
diampunya dengan baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti pelajaran
dengan senang dan tidak menjemukan, meyakinkan siswa bahwa bidang studi yang
dipelajarinya bermanfaat bagi diri siswa.
f.
Bakat
Faktor psikologis lain yang
mempengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum, bakat (aptitude)
didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk
mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah, 2003). Berkaitan dengan
belajar, Slavin (1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang
dimiliki seorang siswa untuk belajar. Dengan demikian, bakat adalah kemampuan
seseorang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar
seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang
dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga
kemungkinan besar ia akan berhasil.
Pada dasarnya setiap orang
mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan
kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat juga diartikan sebagai kemampuan
dasar individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan
dan latihan. Individu yang telah mempunyai bakat tertentu, akan lebih mudah
menyerap informasi yang berhubungan dengan bakat yang mempelajari bahasa-bahasa
yang lain selain bahasanya sendiri. Karena belajar juga dipengaruhi oleh potensi yang dimilki
setiap individu,maka para pendidik, orangtua, dan guru perlu memperhatikan dan
memahami bakat yang dimilki oleh anaknya atau peserta didiknya, anatara lain
dengan mendukung, ikut mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan
yang tidak sesuai dengan bakatnya.
g. Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang,
dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru.
Misalnya anak dengan kakinya sudah siap berjalan, tangan dengan jari-jarinya
sudah siap untuk menulis, dengan otaknya sudah siap berfikir abstrak, dll.
h. Perhatian
Untuk dapat menjamin belajar yang
baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajari, jika
bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan
sehingga ia tidak lagi suka belajar.
2. Faktor-faktor eksogen/eksternal
Selain karakteristik siswa
atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor eksternal juga dapat memengaruhi
proses belajar siswa.dalam hal ini, Syah (2003) menjelaskan bahwa faktor-faktor
eksternal yang memengaruhi balajar dapat digolongkan menjadi dua golongan,
yaitu factor lingkungan social dan factor lingkungan nonsosial.
a. Lingkungan sosial
a. Lingkungan sosial sekolah, seperti guru ,
administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang
siswa. Hubungan harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar
lebih baik disekolah.
Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau administrasi
dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.
b. Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan
masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa. Lingkungan
siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat memengaruhi
aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman
belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum
dimilkinya.
c. Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat
memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua,
demografi keluarga (letak rumah), pengelolaankeluarga, semuannya dapat memberi
dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan anatara anggota keluarga,
orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan
aktivitas belajar dengan baik.
b. Lingkungan non sosial.
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial adalah;
a. Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang
segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau
tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dantenang. Lingkungan alamiah
tersebut mmerupakan factor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitas belajar
siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar
siswa akan terlambat.
b. Faktor instrumental,yaitu perangkat belajar yang
dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah,
alat-alat belajar,fasilitas belajar, lapangan olah raga dan lain sebagainya.
Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah,
bukupanduan, silabi dan lain sebagainya.
c. Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa).
Faktor
ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu juga
denganmetode mengajar guru, disesuaikandengan kondisi perkembangan siswa.
Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang postif terhadap
aktivitas belajr siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai
metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan konsdisi siswa.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan.
Aktivitas
belajar merupakan suatu proses kegiatan belajar
siswa yang menimbulkan perubahan-perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku
atau kecakapan. Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting
bagi siswa, karena memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bersentuhan dengan obyek yang sedang dipelajari seluas mungkin, karena dengan demikian proses
konstruksi
pengetahuan yang terjadi akan lebih baik.
Selain aktivitas belajar, ada pula faktor-
faktor yang memepengaruhi belajar. Faktor- faktor tersebut antara lain terdiri atas faktor internal
dan eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari
dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu.
Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis.
Sedangkan faktor eksternal yang memengaruhi balajar dapat digolongkan
menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan
nonsosial.
2. Saran
Kita sebagai calon guru profesional
harus mengetahui aktivitas dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses belajar
anak. Hal tersebut dimaksudkan agar kita bisa memahami masalah belajar
yang dimiliki anak, dan bisa memberikan solusi pemecahannya. Selain itu dengan mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar anak, guru akan dapat memilih
metode atau pendekatan yang dalam pelaksanaan pembelajaraan.
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Rusman. 2011. Psikologi
Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Rachmasanie, Sherly.
2012. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi
Belajar. (Online). http://sherlyrachmasanie.blogspot.com/2012/12/faktorfaktor-yang-mempengaruhi-belajar.html. diakses tanggal 18 September 2013
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor- Faktor yang
Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya
Syah, Muhibbin.
2010. Psikologi Belajar. Jakarta: PT.
Raja Gravindo Persada.
No comments:
Post a Comment