1

loading...

Thursday, July 4, 2019

Khitbah dulu atau Taaruf dulu


Khitbah dulu atau Taaruf dulu

Ustad Felix Siauw
Semuanya punya dalil masing-masing, tapi yang perlu saya kasih tahu  kalau saya pribadi khitbah dulu baru taaruf. Kenapa khitbah dulu baru taaruf  ? Jadi  ini ceritanya, kalau taaruf dulu baru khitbah sudah kenalan dulu, sudah perasaan dulu, kemudian baru khitbah pas orang mau khitbah , orang tuanya nggak mau ngerestuin, masalah toh, masalah. Makanya khitbah dulu, katakanlah pada orang tuanya, kalau orang tuanya sudah oke baru taaruf. Bedanya apa ? ini satu-satu ya, yang pertama kalau anda ini seorang wanita atau seorang lai-laki suka, misalnya seorang laki-laki suka dengan seorang wanita atau wanita suka dengan seorang laki-laki yang saya pahami proses pertama adalah khitbah. Apa itu khitbah ? Pernyataan dari seseorang kepada lawan jenisnya bahwa dia berniat menikahi orang itu. Kalau sudah oke, iya baru lanjut ke taaruf.
Apa beda taaruf sama pacaran ? satu taaruf tidak ada kholwat, apa itu kholwat ? Berdua-duaan di dalam satu tempat tanpa mahram didalam perkara yang tidak ada unsur syari. Contoh kalau seorang perempuan pergi ke dokter kandungan, dokternya laki-laki boleh apa endak ? Boleh, dokternya laki-laki nggak masalah itu bukan kholwat, tapi contoh ini kalau seorang laki-laki perempuan berduaan di suatu tempat ngomongin perkara-perkara, misalnya contoh misalnya perkara adik iparnya atau kakak iparnya atau teman-temannya ngomongin berduaan aja, kholwat apa tidak ? kholwat, kalau dia rame-rame gimana, contohnya dia pergi bareng-bareng di angkot ngomong berdua kholwat atau tidak ? tetap kholwat, kenapa ? ingat tempat, tempat itu nggak ingat fisik untuk berduaan, tapi bisa jadi pernah nggak naik angkot ada dua orang cowok sama cewek itu berduaan ngomong sampai kita malu melihat dia, pernah nggak itu sudah kholwat maksudnya.
Lalu misalnya contoh lagi, telpon bisa nggak berkholwat ? bisa, karena itu juga tempat DM bisa, Whatshapp bisa karena itu juga tempat. Hati-hati, tempat apapun termasuk dunia maya itu termasuk juga kholwat. Berarti pacaran taaruf tidak ada kholwat itu yang pertama, yang kedua taaruf ada batas waktu, berapa lama batas waktunya ? Dalam kitab-kitab tidak ditentukan berapa lama batas waktu taaruf, tapi lebih cepat lebih baik, kenapa ? kalau lama biasanya maksiat, biasanya sudah mulai main perasaan. “Euunggh aku mau tanya boleh nggak ? “ contoh “ iya, boleh “ adikmu ada berapa sih?” “ adikku ada tiga.”, “ kamu nomor berapa ?” “ nomor dua”
“ biasanya yang nomor dua itu yang paling cantik”. Itu hati-hati, dia taarufnya sudah main perasaan. Apalagi, mau tahu nggak aku malam ini lagi kangen sama seseorang ? siapa dia ? seseorang itu kamu juga kenal sih, mungkin marah kalau aku omongin. Itu tidak ada hubungannya dengan taaruf, yang kayak gitu sudah salah, sudah main perasaan. Taaruf nggak gitu, pertama nggak ada kholwat yang kedua ada batas waktunya, dan itu disepakati oleh bapaknya, walinya.
Terus kenapa harus bapaknya ? karena bapaknya yang punya anaknya. Temen-temen yang laki-laki, nih saya kasih tahu. Disini siapa laki-laki atau wanita yang pernah datang ke akad nikah ? nggak pernah ke akad nikah semuanya ya, oh pernah. Siapa yang datang ke akad nikah lihat bapaknya cewek nangis ? siapa yang nggak pernah lihat bapak ceweknya nangis ? tapi rata-rata nangis atau tidak ?  kenapa nangis ? kan laki-laki itu nggak gampang nangis, biasanya kan ya laki-laki jantan ya. Kenapa dia nangis, tahu kenapa dia nangis ? mau saya kasih tahu, nih. Saya kemarin menghadiri akad nikahnya mas Zaini Jamil, kenal ya. Dia lagi menikahkan anak perempuannya yang pertama, namanya Mbak Nadira saya diminta jadi saksi perempuan, ketika saya diminta jadi saksi perempuan sepanjang akad nikah saya nangis, nangis terus. Lah kenapa? Karena saya ingat anak di rumah, lah kenapa ? saya berpikir gimana kalau anak saya nikah. Saya paham betul, itu lah saya bilang saya tahu perasaan mu mas. Saya nangis dia juga nangis. Karena kita sama-sama laki-laki, tahu persis perasaan kita tahu persis, karena kita punya anak perempuan. Anak pertama perempuan saya namanya Alila, makanya nama usaha jilbab istri saya Alila, promosi.
Anak saya itu namanya Alila, saya pesan begini. Alila itu dari kecil saya adzani ketika dia lahir, kenapa ? saya pengen dia denger nama Allah itu dari lisan saya bukan lisan yang lain. Saya bacain semua ayat Quran yang saya hafal, walaupun yang saya pake itu nggak banyak, tapi tetap saya bacain semua, endak capek-capek, saya ulangi, ulangi, ulangi. Kenapa ? saya pengen dia denger dari lisan bapaknya. Ketika dia mulai gede saya ajari nyebut nama Allah, abi, umi dari lisan saya. Ajaran Al-fatiha dari lisan saya, saya kasih makanan paling baik yang saya mampu, dulu gaji saya 2,5 juta perbulan saja saya beliin susu 700 ribu rupiah empat kaleng loh teman-teman sekalian. Nggak apa-apa, loh kenapa ? yang untuk demi anak itu yang paling bagus, kita nggak punya uang nggak apa-apa, saya berikan yang paling bagus, saya kawal dia kalau lagi sulit. Saya selesaikan masalahnya, saya bimbing dia. Dia pertama kali masuk sekolah SD, saya bilang sama dia. Alila nanti kalau ada cowok jangan main sama cowok. Abi nggak ridho, kamu tahu nggak cowok-cowok semua modus,padahal baru kelas satu. Tapi sengaja, pokonya jangan main sama cowok. Nanti kalau ada cowok yang ganggu lapor ke guru mu, kalau ganggu lagi lapor, lapor lagi, kalau masih adukan sama Abi, kasih tahu rumahnya abi bakar rumah.

ANALISIS TINDAK TUTUR

  1. Tindak Tutur Konstatif
1)      “Dulu gaji saya 2,5 juta perbulan saja saya beliin susu 700 ribu rupiah.”
  1. Tindak Tutur Performatif
1)      “saya pengen dia denger nama Allah itu dari lisan saya bukan lisan yang lain.”
  1. Lokusi
1)      “Semuanya punya dalil masing-masing, tapi yang perlu saya kasih tahu  kalau saya pribadi khitbah dulu baru taaruf.”
  1. Ilokusi
1)      “Apa beda taaruf sama pacaran ?”
  1. Perlokusi
1)      “Makanya khitbah dulu, katakanlah pada orang tuanya, kalau orang tuanya sudah oke baru taaruf.”
  1. Representatif
1)      “Ketika dia mulai gede saya ajari nyebut nama Allah, abi, umi dari lisan saya”
  1. Tindak Tutur Direktif
1)      “seseorang itu kamu juga kenal sih, mungkin marah kalau aku omongin.”
  1. Tindak Tutur Ekspresif
1)      Taaruf nggak gitu, pertama nggak ada kholwat yang kedua ada batas waktunya, dan itu disepakati oleh bapaknya, walinya.”
  1. “Tindak Tutur Komisif
1)      “Nanti kalau ada cowok yang ganggu lapor ke guru mu, kalau ganggu lagi lapor, lapor lagi, kalau masih adukan sama Abi, kasih tahu rumahnya abi bakar rumahnya.”
            10.  Tindak Deklarasi
1)      “Alila nanti kalau ada cowok jangan main sama cowok. Abi nggak ridho, kamu tahu nggak cowok-cowok semua modus,padahal baru kelas satu.”

No comments:

Post a Comment