MAKALAH HAMBATAN PELAKU DAKWAH
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi dakwah
merupakan salah satu model komunikasiyang memiliki karakteristik khusus, baik
menyangkut materi, metode amaupun komunikatornya, untuk dapat menemukan solusi
dan model yang tepat maka diperlukan sebuah kajian khusus untuk menemukan akar
masalah yang berkaitan dengan komunikasi dakwah. Makalah ini mencoba
mendeskripsikan beberapa masalah dan hambatan secarateoritis berdasarkan
fenomena dan dinamika perkembangannya.
Mengingat komunikasi
dakwah merupakan aktivitas mulia dan berdimensi spiritual, maka diperlukan
kekuatan dan kemampuan secara professional disamping itu juga membutuhkan
kesalehan individual dan soliditas struktural dalam artyang sangat penting
dalam berdakwah, sebab sepanjang sejarah dakwahselalu dihadapkan dengan
berbagai tantangan dan hambatan baik secara individual maupun secara sosial
bahkan secara politik. Kisah para Nabi dan pengikutnya yang berkomitmen
mengembangkan dakwah Islam selalu dihadapkan dengan berbagai tantangan, namun
mereka dapat menghadapinya dengan sukses hingga ajaran Islam masih terpelihara hingga
saat ini.
Menghadapi hambatan dan
tantangan dalam melaksanakan komunikasi dakwah adalah merupakan sebuah
sunatullah yang meski dihadapi oleh setiap pendakwah sebagaimana disebutkan
dalam Al-Qur’an Surat Al-Angkabut ayat 2-3, yang artinya :
“ Apakah
manusia mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan “ Kami telah beriman”
sedang mereka belum diuji ?, Sesungguhnya Kami telah menguji orang sebelum mereka,
maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan mengetahui
orang-orang yang berdusta”.
B. Rumusan Masalah
1) Devinisi Berbicara ?
2) Apa Hambatan pelaku Dakwah?
3)Penjelasan Mengenai Hambatan dalam berbicara dan persyaratan berbicar?
4)Penjelasan Mengenai Hambatan dalam berbicara secara umum ?
C. Tujuan Penulis
1) Dapat mengetahui devinisi berbicara.
2)Dapat Mengetahui Hambatan Pelaku Dakwah.
3)Dapat Mengetahui Hambatan dalam berbicara
dan persyaratan bebicara .
4)Dapat Mengetahui Hambatan dalam berbicara
secara umum.
BAB
II
ISI PERSYARATAN BERBICARA
A. Definisi Berbicara
Di dalam sebuah
pembelajaran diperlukan keterampilan untuk menguasai aspek-aspek berbahasa.
Seorang ahli mengemukakan bahwa “language conventionally distinguish
betwen four aspect of language which are mastered bymeans ‘four skill’
listening, speaking, reading, and writing. Speaking is an active produktive
or output counterparts”. Maksudnya, bahwa keterampilan berbicara merupakan
sebuah kemampuan untuk memproduksi suara atau sebuah pemaknaan secara aktif dan
mampu menimbulkan umpan balik/ feedback. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia , berbicara adalah suatu kegiatan berkata,
bercakap-cakap, berbahasa, atau
mengungkapkan suatu pendapat secara lisan. Dengan berbicara manusia dapat
menuangkan ide, gagasan, perasaan kepada orang lain sehingga dapat menghasilkan
suatu interaksi di dalam sebuah komunitas di masyarakat.Menurut Tarigan
berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata
untuk mengekspresikan, menyatakan, sertamenyampaikan pikiran, gagasan, dan
perasaan. Dapat dikatakan bahwa berbicara merupakan suatu system tanda-tanda
yang dapat didengar dan yang kelihatan yang memanfaatkan sejumlah otot dan
jaringan tubuh manusia untuk maksud dan tujuan gagasan atau ide yan
dikombinasi.
`[1]Sementara
menurut Nurgiantoro berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan
manusia dalam kehidupan berbahasa, yaitu setelah aktivitas mendengarkan.
Berbicara adalah suatu keterampilan menyatakan pesan melalui bahasa lisan.
Hubungan antar pesan dan bahasa lisan sangat erat. Pesan yang diterima tidak
dalam bentuk asli, namun masih dalam bentuk bahasa. Seterusnya pendengan akan
mencoba mengalihkan pesan tersebut menjadi bentuk semula.
Jadi dapat disimpulkan bahwa berbicara
adalah kemampuan mengucapkan bunyi bahasa untuk menyampaikan pesan berupa
gagasan, pikiran serta perasaan secara lisan kepada individu lain.
B.
Persyaratan Berbicara
Dalam berbicara, ada
beberapa persyaratan yang harus dipenuhi agar kegiatan
berbicara dapat berlangsung dengan baik.
Persyaratan-persyaratan tersebut antara
lain:
1) Adanya pengirim, yaitu orang yang
menyampaikan pesan. Tanpa adanya penyampai pesan, berbicaraan tidakakan
terjadi.
2) Penerima pesan, yaitu orang yang akan
menerima pesan dari pengirim kemudian mengolahnya, memahami arti pesan itu dan
meresponnya.
3) Adanya media berupa bahasa lisan.
4) Sarana. Sarana dalam berbicara
meliputi waktu, tempat, suasana, peralatan yang digunakan, seperti berbicara
melalui telepon di sebut.
5) Interksi, pembicaraan tersebut
berlangsung searah, dua arah atau multi arah.
6) Adanya pemahaman atau pengertian
antara pelaku berbicara.
C. Faktor Berbicara.
Sebagai alat komunikasi
di dalam berbicara, pembicara sebagai pemberi informasi mutlak perlu dan
pendengar sebagai penerima informasi. Pembicara yang baik harus dapat
menyampaikan isi pembicaraan dengan baik dan efektif. Pembicara harus
mengetahui betul isi pembicaraannya, dan harus mampu mengevaluasi efek komunikasinya
terhadap orang lain. Jadi bukan hanya mengetahui apa yang dibicarakannya tetapi
juga mengetahui bagaimana cara mengemukakan yang berkaitan dengan masalah bunyi
bahasa. Pembicara juga harus dapat memperlihatkan keberanian dalam berbicara
dengan jelas dan tepat.Ada beberapa faktor yang yang harus diperhatikan oleh
seseorang pembicara untuk berbicara efektif. Menurut Arsyad dan Mukti ( yang
dapat mempengaruhi keefektifan berbicara. Faktor non kebahasaan dan kebahasaan.[2]
Faktor non kebahasaan
meliputi sikap tubuh dalam berbicara, pandangan mata lurus terhadap lawan
bicara, kesediaan menghargai pendapat orang lain, gerakgerik atau mimik yang
tepat, kenyaringan, kelancaran, penalaran, penguasaan topik. Sedangkan faktor
kebahasaan meliputi ketepaan ucapan, penempatan tekanan, nada, sendi, dan
durasi yang sesuai, pemilahan kata dan diksi, ketepatan sasaran pembicaraan,
dan ketepatan penggunaan kalimat dan tata bahasa.Komunikasi tidak selalu
berjalan dengan lancar. adakalanya mengalami hambatan atau gangguan.
Gangguan-gangguan dalam berbicara akan mengakibatkan proses penerimaan pesan
tidak berlangsung dengan baik.
Faktor yang mempengaruhi kegiatan
berbicara antara lain :
1) Faktor fisik, yaitu faktor-faktor
yang ada pada partisipan itu sendiri, sepertikesempurnaan alat ucap dan sebagainya.
2) Faktor media, adalah faktor-faktor
linguistic dan non linguistik, yang berupan tekanan, lagu, suara, ucapan, dan
isyarat gerak bagian tubuh.
3) Faktor psikologis, faktor yang
berasal dari kejiwaan pembicara sendiri misalnya ketika ia sedang marah, sedang
sedih atau saat sedang menangis,maka cara pengucapan berbicaranya akan
berbeda-beda.[3]
D. Ragam Seni Berbicara
Secara garis besar, berbicara dapat
dibagi mencakup beberapa jenis (HenryTarigan). Ragam berbicara tersebut antara
lain:
1) Berbicara di depan orang banyak.
a) Berbicara di dalam situasi-situasi
yang bersifat informatif (informative speaking, pewara/ MC).
b) Berbicara dalam situasi-situasi yang
bersifat kekeluargaan, persahabatan (fellowship speaking).
c) Berbicara dalam situasi-situasi
rundingan dengan tenang dan hati-hati (deliberate speaking).
2) Berbicara pada konferensi (conference
speaking), sebagai contoh dalam diskusi kelompok (group discussion), baik yang
bersifat resmi (formal) seperti diskusi panel, konferensi maupun yang bersifat
tidak resmi
(informal) seperti diskusi kelompok
belajar.
3) Debat. Debat adalah suatu keahlian
untuk saling beradu mengungkapkan pendapat dengan tujuan mencari tahu mana
pendapat yang paling relevan. Jenis pidato sendiri dapat dibedakan menurut
sifat dan isi pidato. Menurut Bahar (2010:13-14) pidato dapat dibedakan menjadi
beberapa macam:
1) Pidato pembukaan. Pidato pembukaan
adalah pidato yang dibawakan oleh pembawa acara (MC) untuk mengawali suatu
acara.
2) Pidato pengarahan. Pidato pengarahan
adalah pidato untuk mengarahkan pada pertemuan. Pidato ini memberikan seluruh
gambaran mengenai suatu acara yang sedang dilaksanakan supaya seluruh hadirin
mengetahui rangkaian acara yang sedang berjalan.
3) Pidato sambutan. Pidato ini merupakan
pidato yang disampaikan pada suatu acara kegiatan atau peristiwa tertentu yang
dapat dilakukan oleh beberapa orang dengan waktu yang terbatas secara bergantia
4) Pidato peresmian adalah pidato yang
dilakukan ole seorang yang berpengaruh untuk meresmikan sesuatu. Pidato ini
merupakan salah satu pidato inti dalam suatu acara.
5) Pidato laporan, yakni pidato yang
isinya adalah melaporkan suatu tugas atau kegiatan tertentu. Dalam isi pidato
ini menunjukkan hasil dari suatu kegiatan yang sudah dijalani.
6) Pidato pertanggung jawaban, berisi
suatu laporan pertanggung jawaban mengenai suatu tugas yang sudah diemban dalam
suatu periode tertentu
BAB III
PEMBAHASAN HAMBATAN BERBICARA
A.
Problematika/Hambatan
pelaku Dakwah
Pelaku dakwah atau da’i
merupakan inti dari sebuah proses Dakwah Islam, ia menjadi sentral perhatian
sekaligus sebagai tolok ukur keberhasilan dalam berdakwah, oleh karenanya
selalu menjadi sorotan dan sekaligus sebagai barometer kehidupan umat. Jika
ketauladanan dalam tingkah laku dan ketaatannya dalam beribadah tidak dimiliki
atau dibawah standar umatnya, maka ini menjadi masalah serius dalam proses
komunikasi dakwah. Pelaku dakwah atau komunikator merupakan komponen terpenting
dalam melaksanakan tugasnya ia adalah subyek yang mengendalikan dan menentukan
arah dan tujuan dakwah.
Sejak dua abad yang lalu Aristoteles melakukan
penelitian dan ia menggaris bawahi bahwa karakteristik personal sangat
berpengaruh pada keberhasilan komunikasi.Dalam proses komunikasi dakwah seorang
dianggap sukses bila telah mampu menunjukkan source credibility, artinya ia
menjadi sumber kepercayaan bagi umatnya, kepercayaan kepada juru dakwah
mencerminkan bahwa pesan yang dismapaikan mampu mempengaruhikarena dianggap
sebagai sebuah kebenaran.
Seringkali kita
menjumpai sosok juru dakwah yang hanya memiliki kemauan dan semangat saja
dengan modal retorika seadanya tanpa diikuti dengan kemampuan yang memadai,
maka dapat dipastikan mereka tidak akan bertahan lama bahkan bisa jadi menjadi
bomerang bagi dirinya, karena penilaian orang menjadi luntur disebabkan oleh
juru dakwah tersebut tidak mampu mempertahankan kualitas dirinya sebagai juru
dakwah. Sebagai juru dakwah seyogyanya memiliki jiwa yang totalitas tidak setengah-setengah,
tidak menjadikan profesi dakwah hanya pekerjaan sampingan, diperlukan kesiapan mental
dan material, sehingga melaksanakan dakwah bukan untuk mencari penghidupan semata
melainkan benar-benar menjalankan tugas suci dari Allah Swt.[4]
Bila profesi dakwah dicampur- adukan dengan
perofesi-profesi lain misalnya menjadi pelawak, penyanyi, artis dan profesi
yang kurang sejalan dengan nilai dakwah maka yang terjadi adalah kerancuan dan
pendangkalan pemahaman Islam. Hal tersebut bisa mengarah pada pencampuran
nilai-nilai hak dan nilai kebatilan sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an
surat Al-Baqoroh ayat : 42 Artinya :
“ Dan
janganlah kamu campur-adukan antara yang hak dan yang bathil, dan janganlah
kamu sembunyikan yang hak, sedangkan kamu mengetahui “
Persoalan lain dari
pelaku komunikasi dakwah adalah masalah intergritas dan kompetensi professional
juru dakwah, karena dakwah bukan hanya proses retorika dan seremonial belaka
melainkan peristiwa “pewarisan dan penanaman nilai-nila sakral”. Hal tersebut
sejalan dengan pendapat Onong Uchyana Effendi
bahwa Ketika seseorang menyampaikan pesan dan mengajak untuk mengikuti
ajakannya , maka yang paling mempengaruhi adalah bukan ucapannya atau
retorikanya, melainkan keadaan kepribadian dirinya sendiri.[5]
B. Jenis-jenis
Hambatan dalam berbicara secara umum
Hambatan komonikasi
adalah segala suatu yang menghalangi atau menganggu tercapainya komonikasi arau
pembicaraan yang efektif. Hambatan komonikasi dapat mempersulit dalam mengirim
pesan yang jelas,mempersulit pemhamaman terhadap pesan yang dikirm, serta
mempersulit dalam memeberikan umpan balik yang sesauai.
Secara garis besar
,terdapat 4 (empat) jenis hambtan personal, hambatan komonikasi yaitu hambatan
kultural atau budaya, serta hambtan lingkungan. Dan hambatan tersebut sebagai
berikut:
a. Hambatan
Personal
Hambatan
personal merupakan hambatan yang terjadi pada peserta komonikasi,baik
komonikator maupaun komonikan.Hambatan personal dalam komonikasi meliputi
sikap,emosi,stereotyping,prasangka,
bisa, dan lain-lain.
b. Hambatan
kultural atau budaya
Komonikasi yang
kita lakukan dengan orang yang memiliki kebudayaan dari latar belakang yang
berbeda=beda mengandung arti bahwa kita harus memahami perbedaan dalam hal
nilai-nilai,kepercayaan, dan sikap yang dipegang oleh orang lain. Hambatan
kultural atau budaya mencakup bahasa,kepercayaan dan keyakinan.Hambatan bahasa
terjadi ketika orang yang berkomonikasi tidak menggunakan bahasa yang sama,atau
tidak memiliki tingkat kemampuan berbahasa yang sama. Hambatan juga dapat
terjadi ketika kita menggunakan tingkat berbahasa yang tidak sesuai atau ketika
kita menggunakan jargon atau bahasa “ slang”atau “prokem” atau “alay” yang
tidak dipahami oleh satu atau lebih orang yang diajak berkomonikasi.
c. Hambatan
fisik
Beberapa
gangguan fisik dapat mempengaruhi efektivitas komonikasi .Hambatan fisisk
komonikasi mencakup panggilan telepon,jarak antar individu,dan radio.Hambatan
fisik ini pada umumnya dapat diatasi.
d. Hambatan
lingkungan
Tidak semuan
hambatan komonikasi diseababkan oleh manusia sebagai peserta
komonikasi.Terdapat beberapa faktor lingkungan yang turut mempengaruhi proses
komonikasi yang efektif.Pesan yang disampaikan oleh komonikator dapat mengalami
rintangan yang dipacu oleh faktor lingkungan
yaitu dari latar belakang fisik atau situasi dimana komonikasi
terjadi.Hambatan lingkungan ini mencakup tingkat aktifitas,tingkat
kenyamanan,gangguan, serta waktu.
C.
Hambatan
Dalam Berbicara(Berkomonikasi dakwah)
Ada banyak problematika
dan hambatan-hambatan yang dihadapi oleh para pelaku dakwah, hal itu melahirkan
dua sikap dari para juru dakwah, pertama menganggap bahwa hambatan dalam berdakwah
merupakan sebuah sunatullah yang harus dihadapi dengan keteguhan iman dan
kapasitas diri, sedang kelompok kedua menjadikannya sebagai tantangan sekaligus
ujian dan menerima apa adanya.
Secara umum menurut kajian ilmu komunikasi , hambatan
tersebut pada dasarnya sama dengan hambatan dalam komunikasi Dakwah. Dalam
proses komunikasi dakwah seringkali banyak terjadi hambatan yang kadang-kadang
tidak bias kita duga atau kita ramalkan, karena obyek dakwah sifatnya dinamis
selalu berubah, begitu pula sering terjadi factor-faktor lain seperti misalnya,
cuaca, kondisi tempat, suasana lingkungan dan lain sebagainya. [6]
Hambatan konunikasi
dakwah dapat mempengaruhi tujuan dan harapan yang diinginkan oleh komunikator,
oleh karena itu untuk memperkecil kegagalan komunikasi, para juru dakwah
sebaiknya terlebih dahulu memahami dan mengantisipasi beberapa faktor yang
menjadi hambatan komunikasi tersebut Sebagaimana dijelaskan Deddy Mulyana
menyebutkan antara lain :
a.
Hambatan Semantis,
Hambatan
ini muncul dari diri komunikatordalam hal ini juru dakwah (mubaligh), yaitu
adanya gangguan dalam penggunaan bahasa, misalnya dalam pengucapan
kalimat,kurang fasih, ketidak-tepatan dalam menggunakan bahasa asing. Hambatan
semantic ini bila tidak dihilangkan akan mengakibatkan dan menimbulkan
kesalahan pengertian, kesalahan tafsir (misunderstanding dan
mis-interpretation) yang pada akhirnya menimbulkan mis-communication. Gangguan
semantik juga banyak disebabkan oleh factor antropologis, misalnya suatu kalimat
dan kata yang sama dapat dimaknai secara berbeda bahkan saling bertentangan
disebabkan oleh latar belakang budaya dan norma yang berbeda baik suku maupu
bangsa.
b.
.Hambatan Psikologis,
Adalah
hambatan yang dialami oleh komunikator dakwah, misalnya yang dihadapi sebagai audience salah satunya adalah mantan
pacarnya atau calon mertua, demikian juga hal-hal yang sedang dialami oleh
dirinya, misalnya sedang duka, sedih dan kurang menguasai materi dakwah dan
lain-lain. Hambatan psikologis juga disebabkan oleh factor luar dari
komunikator, misalnya audiencenya sedang dilanda sedih, cemas,marah, iri dan
berprasangka negatif terhadap koimunikatornya,hal tersebut akan menjadi
hambatan yang serius bagi komonikatornya.Dalam peristiwa komunikasi dakwah,
hambatan psikologis hendaknya harus tidak ada, karena sangt berkaitan dengan
kredibilitas dan ketauladanan seorang juru dakwah, komunikator dakwah harus
menjadi panutan dan soritauladan serta memiliki moralitas yang tinggi.
Bila
hal tersebut tidak dimiliki maka akan menjadi hambatan yang paling serius,bahkan bisa jadi seorang juru dakwah
akan menjadi obyek per-olok-olokan dan kecaman dari para jama’ahnya. Sebgaimana
disebutkan dalam Al-Qur’an Surat Ashaf ayat 2-3 dan Surat Al-Baqarah ayat 44, :
“ Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu
mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan ?, amat besar kemurkaan di sisi Allah
bahwa kamu mengatakan yang kamu sendiri tidak mengerjakannya. “ (As-Shaf 2-3).
“Mengapa kamu menyuruh orang lain mengerjakan
kebaikan, sedang kamu melalikan kewajiban diri kamu sendiri, padah kamu membaca
Al-Kitab apakan kamu tidak berfikir ? (Al-Baqarah 44).
c.
Hambatan Mekanis,
Yaitu
hambatan yang berkaitan dengan saluran atau media perangkat komunikasi yang
digunakan oleh komunikator seperti gangguan alat komunikasi seperti alat pengeras
suara, gangguan alat listrik yang macet atau padam dan lain-lain. Hambatan
tersebut seringkali kita jumpai dalam peristiwa komunikasi dakwah, sehingga
sangat menghambat proses dan tujuan komunikasi.
d.
hambatan Ekologis,
Yaitu
hambatan yang berkaitan dengan lingkungan komunikasi yaitu hal-hal yang
berkaitan dengan peristiwa alam, serperti misalnya gangguan suara petir, gunung
meletus, banjir, hujan yang sangat lebat, suara pesawat terbang,suara mobil,
dan kegaduhan-kegaduhan lainnya. Untuk kelancaran proses komunikasi dakwah
sebaiknya direncanakan dan dipersiapkan semaksimal mungkin sehingga hambatan
dan gangguan komunikasi dakwah sedikit mungkin dapat dihindari.
e.
Hambatan Sosioantropologis ,
Yaitu
hambatan yang berkaitan dengan aspek konidisi masyarakat yang memiliki tingkat keragaman yang tinggi, termasuk
menghadapi kelas-kelas sosial,misalnya masyarakat kelas rendahan, kelas
menengah dan kelas atas , termasuk didalamnya karakteristik masyarakat yang
kritis,yang apatis dan yang dinamis. Sedang hambatan yang berkaitan dengan
antropologis , misalnya adanya perbedaan kultur,perbedaan tradisi adat istiadat
dan norma yang berlaku dimasyarakat. Bila komunikator dakwah tidak memahami
faktorfaktor tersebut, maka proses dan tujuan serta missi dakwahnya tidak akan
tercapai.[7]
D. Manfaat
Mempelajari Hambatan –hambatan berkomonikasi (berbicara)
Setelah
mengetahui dan memahami hambatan-hambatan dalam berbicara, diharapkan kita dapat merumuskan serta menerapakn cara-cara
yang tepat untuk mengatsi berbagai habatan berkomonikasi tersebut dalam
kehidupan kita sehari-hari.Dengan demikian ,komonikasi efektif pun dapat
tercapai.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Hambatan komonikasi
adalah segala suatu yang menghalangi atau menganggu tercapainya komonikasi arau
pembicaraan yang efektif. Hambatan komonikasi dapat mempersulit dalam mengirim
pesan yang jelas,mempersulit pemhamaman terhadap pesan yang dikirm, serta
mempersulit dalam memeberikan umpan balik yang sesauai.Secara garis besar
,terdapat 4 (empat) jenis hambtan personal, hambatan komonikasi yaitu hambatan
kultural atau budaya, serta hambtan lingkungan
DAFTAR
PUSTAKA
Handisaputra Sam’ian, Problematika dalam dakwah dan Hambatanya, jurnal Adzkira. Vol. 03,
No. 1, (Januari-Juni) 2012 hal 65.
No comments:
Post a Comment