1

loading...

Monday, July 1, 2019

MAKALAH HAMBATAN PELAKU DAKWAH



MAKALAH HAMBATAN PELAKU DAKWAH

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi dakwah merupakan salah satu model komunikasiyang memiliki karakteristik khusus, baik menyangkut materi, metode amaupun komunikatornya, untuk dapat menemukan solusi dan model yang tepat maka diperlukan sebuah kajian khusus untuk menemukan akar masalah yang berkaitan dengan komunikasi dakwah. Makalah ini mencoba mendeskripsikan beberapa masalah dan hambatan secarateoritis berdasarkan fenomena dan dinamika perkembangannya.
Mengingat komunikasi dakwah merupakan aktivitas mulia dan berdimensi spiritual, maka diperlukan kekuatan dan kemampuan secara professional disamping itu juga membutuhkan kesalehan individual dan soliditas struktural dalam artyang sangat penting dalam berdakwah, sebab sepanjang sejarah dakwahselalu dihadapkan dengan berbagai tantangan dan hambatan baik secara individual maupun secara sosial bahkan secara politik. Kisah para Nabi dan pengikutnya yang berkomitmen mengembangkan dakwah Islam selalu dihadapkan dengan berbagai tantangan, namun mereka dapat menghadapinya dengan sukses hingga ajaran Islam masih terpelihara hingga saat ini.
Menghadapi hambatan dan tantangan dalam melaksanakan komunikasi dakwah adalah merupakan sebuah sunatullah yang meski dihadapi oleh setiap pendakwah sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an Surat Al-Angkabut ayat 2-3, yang artinya :
Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan “ Kami telah beriman” sedang mereka belum diuji ?, Sesungguhnya Kami telah menguji orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan mengetahui orang-orang yang berdusta”.
B. Rumusan Masalah
1) Devinisi Berbicara ?
2) Apa Hambatan pelaku Dakwah?
3)Penjelasan Mengenai Hambatan dalam berbicara  dan persyaratan berbicar?
4)Penjelasan Mengenai Hambatan dalam berbicara secara umum ?
C. Tujuan Penulis
    1) Dapat mengetahui devinisi berbicara.
    2)Dapat Mengetahui Hambatan Pelaku Dakwah.
    3)Dapat Mengetahui Hambatan dalam berbicara dan persyaratan bebicara .
    4)Dapat Mengetahui Hambatan dalam berbicara secara umum.

BAB II
  ISI PERSYARATAN BERBICARA
A. Definisi Berbicara
Di dalam sebuah pembelajaran diperlukan keterampilan untuk menguasai aspek-aspek berbahasa. Seorang ahli mengemukakan bahwa “language conventionally distinguish betwen four aspect of language which are mastered bymeans ‘four skill’ listening, speaking, reading, and writing. Speaking is an active produktive or output counterparts”. Maksudnya, bahwa keterampilan berbicara merupakan sebuah kemampuan untuk memproduksi suara atau sebuah pemaknaan secara aktif dan mampu menimbulkan umpan balik/ feedback. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia , berbicara adalah suatu kegiatan berkata,
bercakap-cakap, berbahasa, atau mengungkapkan suatu pendapat secara lisan. Dengan berbicara manusia dapat menuangkan ide, gagasan, perasaan kepada orang lain sehingga dapat menghasilkan suatu interaksi di dalam sebuah komunitas di masyarakat.Menurut Tarigan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, sertamenyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Dapat dikatakan bahwa berbicara merupakan suatu system tanda-tanda yang dapat didengar dan yang kelihatan yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan tubuh manusia untuk maksud dan tujuan gagasan atau ide yan dikombinasi.
`[1]Sementara menurut Nurgiantoro berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa, yaitu setelah aktivitas mendengarkan. Berbicara adalah suatu keterampilan menyatakan pesan melalui bahasa lisan. Hubungan antar pesan dan bahasa lisan sangat erat. Pesan yang diterima tidak dalam bentuk asli, namun masih dalam bentuk bahasa. Seterusnya pendengan akan mencoba mengalihkan pesan tersebut menjadi bentuk semula.
Jadi dapat disimpulkan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi bahasa untuk menyampaikan pesan berupa gagasan, pikiran serta perasaan secara lisan kepada individu lain.
B.  Persyaratan Berbicara
Dalam berbicara, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi agar kegiatan
berbicara dapat berlangsung dengan baik. Persyaratan-persyaratan tersebut antara
lain:
1) Adanya pengirim, yaitu orang yang menyampaikan pesan. Tanpa adanya penyampai pesan, berbicaraan tidakakan terjadi.
2) Penerima pesan, yaitu orang yang akan menerima pesan dari pengirim kemudian mengolahnya, memahami arti pesan itu dan meresponnya.
3) Adanya media berupa bahasa lisan.
4) Sarana. Sarana dalam berbicara meliputi waktu, tempat, suasana, peralatan yang digunakan, seperti berbicara melalui telepon di sebut.
5) Interksi, pembicaraan tersebut berlangsung searah, dua arah atau multi arah.
6) Adanya pemahaman atau pengertian antara pelaku berbicara.

C. Faktor Berbicara.
Sebagai alat komunikasi di dalam berbicara, pembicara sebagai pemberi informasi mutlak perlu dan pendengar sebagai penerima informasi. Pembicara yang baik harus dapat menyampaikan isi pembicaraan dengan baik dan efektif. Pembicara harus mengetahui betul isi pembicaraannya, dan harus mampu mengevaluasi efek komunikasinya terhadap orang lain. Jadi bukan hanya mengetahui apa yang dibicarakannya tetapi juga mengetahui bagaimana cara mengemukakan yang berkaitan dengan masalah bunyi bahasa. Pembicara juga harus dapat memperlihatkan keberanian dalam berbicara dengan jelas dan tepat.Ada beberapa faktor yang yang harus diperhatikan oleh seseorang pembicara untuk berbicara efektif. Menurut Arsyad dan Mukti ( yang dapat mempengaruhi keefektifan berbicara. Faktor non kebahasaan dan kebahasaan.[2]
Faktor non kebahasaan meliputi sikap tubuh dalam berbicara, pandangan mata lurus terhadap lawan bicara, kesediaan menghargai pendapat orang lain, gerakgerik atau mimik yang tepat, kenyaringan, kelancaran, penalaran, penguasaan topik. Sedangkan faktor kebahasaan meliputi ketepaan ucapan, penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai, pemilahan kata dan diksi, ketepatan sasaran pembicaraan, dan ketepatan penggunaan kalimat dan tata bahasa.Komunikasi tidak selalu berjalan dengan lancar. adakalanya mengalami hambatan atau gangguan. Gangguan-gangguan dalam berbicara akan mengakibatkan proses penerimaan pesan tidak berlangsung dengan baik.
Faktor yang mempengaruhi kegiatan berbicara antara lain :
1) Faktor fisik, yaitu faktor-faktor yang ada pada partisipan itu sendiri, sepertikesempurnaan   alat ucap dan sebagainya.
2) Faktor media, adalah faktor-faktor linguistic dan non linguistik, yang berupan tekanan, lagu, suara, ucapan, dan isyarat gerak bagian tubuh.
3) Faktor psikologis, faktor yang berasal dari kejiwaan pembicara sendiri misalnya ketika ia sedang marah, sedang sedih atau saat sedang menangis,maka cara pengucapan berbicaranya akan berbeda-beda.[3]
D.  Ragam Seni Berbicara
Secara garis besar, berbicara dapat dibagi mencakup beberapa jenis (HenryTarigan). Ragam berbicara tersebut antara lain:
1) Berbicara di depan orang banyak.
a) Berbicara di dalam situasi-situasi yang bersifat informatif (informative speaking, pewara/ MC).
b) Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat kekeluargaan, persahabatan (fellowship speaking).
c) Berbicara dalam situasi-situasi rundingan dengan tenang dan hati-hati (deliberate speaking).
2) Berbicara pada konferensi (conference speaking), sebagai contoh dalam diskusi kelompok (group discussion), baik yang bersifat resmi (formal) seperti diskusi panel, konferensi maupun yang bersifat tidak resmi
(informal) seperti diskusi kelompok belajar.
3) Debat. Debat adalah suatu keahlian untuk saling beradu mengungkapkan pendapat dengan tujuan mencari tahu mana pendapat yang paling relevan. Jenis pidato sendiri dapat dibedakan menurut sifat dan isi pidato. Menurut Bahar (2010:13-14) pidato dapat dibedakan menjadi beberapa macam:
1) Pidato pembukaan. Pidato pembukaan adalah pidato yang dibawakan oleh pembawa acara (MC) untuk mengawali suatu acara.
2) Pidato pengarahan. Pidato pengarahan adalah pidato untuk mengarahkan pada pertemuan. Pidato ini memberikan seluruh gambaran mengenai suatu acara yang sedang dilaksanakan supaya seluruh hadirin mengetahui rangkaian acara yang sedang berjalan.
3) Pidato sambutan. Pidato ini merupakan pidato yang disampaikan pada suatu acara kegiatan atau peristiwa tertentu yang dapat dilakukan oleh beberapa orang dengan waktu yang terbatas secara bergantia
4) Pidato peresmian adalah pidato yang dilakukan ole seorang yang berpengaruh untuk meresmikan sesuatu. Pidato ini merupakan salah satu pidato inti dalam suatu acara.
5) Pidato laporan, yakni pidato yang isinya adalah melaporkan suatu tugas atau kegiatan tertentu. Dalam isi pidato ini menunjukkan hasil dari suatu kegiatan yang sudah dijalani.
6) Pidato pertanggung jawaban, berisi suatu laporan pertanggung jawaban mengenai suatu tugas yang sudah diemban dalam suatu periode tertentu 

BAB III
PEMBAHASAN HAMBATAN BERBICARA
    A.    Problematika/Hambatan pelaku Dakwah

Pelaku dakwah atau da’i merupakan inti dari sebuah proses Dakwah Islam, ia menjadi sentral perhatian sekaligus sebagai tolok ukur keberhasilan dalam berdakwah, oleh karenanya selalu menjadi sorotan dan sekaligus sebagai barometer kehidupan umat. Jika ketauladanan dalam tingkah laku dan ketaatannya dalam beribadah tidak dimiliki atau dibawah standar umatnya, maka ini menjadi masalah serius dalam proses komunikasi dakwah. Pelaku dakwah atau komunikator merupakan komponen terpenting dalam melaksanakan tugasnya ia adalah subyek yang mengendalikan dan menentukan arah dan tujuan dakwah.
 Sejak dua abad yang lalu Aristoteles melakukan penelitian dan ia menggaris bawahi bahwa karakteristik personal sangat berpengaruh pada keberhasilan komunikasi.Dalam proses komunikasi dakwah seorang dianggap sukses bila telah mampu menunjukkan source credibility, artinya ia menjadi sumber kepercayaan bagi umatnya, kepercayaan kepada juru dakwah mencerminkan bahwa pesan yang dismapaikan mampu mempengaruhikarena dianggap sebagai sebuah kebenaran.
Seringkali kita menjumpai sosok juru dakwah yang hanya memiliki kemauan dan semangat saja dengan modal retorika seadanya tanpa diikuti dengan kemampuan yang memadai, maka dapat dipastikan mereka tidak akan bertahan lama bahkan bisa jadi menjadi bomerang bagi dirinya, karena penilaian orang menjadi luntur disebabkan oleh juru dakwah tersebut tidak mampu mempertahankan kualitas dirinya sebagai juru dakwah. Sebagai juru dakwah seyogyanya memiliki  jiwa yang totalitas tidak setengah-setengah, tidak menjadikan profesi dakwah hanya pekerjaan sampingan, diperlukan kesiapan mental dan material, sehingga melaksanakan dakwah bukan untuk mencari penghidupan semata melainkan benar-benar menjalankan tugas suci dari Allah Swt.[4]
 Bila profesi dakwah dicampur- adukan dengan perofesi-profesi lain misalnya menjadi pelawak, penyanyi, artis dan profesi yang kurang sejalan dengan nilai dakwah maka yang terjadi adalah kerancuan dan pendangkalan pemahaman Islam. Hal tersebut bisa mengarah pada pencampuran nilai-nilai hak dan nilai kebatilan sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqoroh ayat : 42 Artinya :
Dan janganlah kamu campur-adukan antara yang hak dan yang bathil, dan janganlah kamu sembunyikan yang hak, sedangkan kamu mengetahui
Persoalan lain dari pelaku komunikasi dakwah adalah masalah intergritas dan kompetensi professional juru dakwah, karena dakwah bukan hanya proses retorika dan seremonial belaka melainkan peristiwa “pewarisan dan penanaman nilai-nila sakral”. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Onong Uchyana Effendi  bahwa Ketika seseorang menyampaikan pesan dan mengajak untuk mengikuti ajakannya , maka yang paling mempengaruhi adalah bukan ucapannya atau retorikanya, melainkan keadaan kepribadian dirinya sendiri.[5]

   B.     Jenis-jenis Hambatan dalam berbicara secara umum

Hambatan komonikasi adalah segala suatu yang menghalangi atau menganggu tercapainya komonikasi arau pembicaraan yang efektif. Hambatan komonikasi dapat mempersulit dalam mengirim pesan yang jelas,mempersulit pemhamaman terhadap pesan yang dikirm, serta mempersulit dalam memeberikan umpan balik yang sesauai.

Secara garis besar ,terdapat 4 (empat) jenis hambtan personal, hambatan komonikasi yaitu hambatan kultural atau budaya, serta hambtan lingkungan. Dan hambatan tersebut sebagai berikut:

a.       Hambatan Personal
Hambatan personal merupakan hambatan yang terjadi pada peserta komonikasi,baik komonikator maupaun komonikan.Hambatan personal dalam komonikasi meliputi sikap,emosi,stereotyping,prasangka, bisa, dan lain-lain.

b.      Hambatan kultural atau budaya
Komonikasi yang kita lakukan dengan orang yang memiliki kebudayaan dari latar belakang yang berbeda=beda mengandung arti bahwa kita harus memahami perbedaan dalam hal nilai-nilai,kepercayaan, dan sikap yang dipegang oleh orang lain. Hambatan kultural atau budaya mencakup bahasa,kepercayaan dan keyakinan.Hambatan bahasa terjadi ketika orang yang berkomonikasi tidak menggunakan bahasa yang sama,atau tidak memiliki tingkat kemampuan berbahasa yang sama. Hambatan juga dapat terjadi ketika kita menggunakan tingkat berbahasa yang tidak sesuai atau ketika kita menggunakan jargon atau bahasa “ slang”atau “prokem” atau “alay” yang tidak dipahami oleh satu atau lebih orang yang diajak berkomonikasi.

c.       Hambatan fisik
Beberapa gangguan fisik dapat mempengaruhi efektivitas komonikasi .Hambatan fisisk komonikasi mencakup panggilan telepon,jarak antar individu,dan radio.Hambatan fisik ini pada umumnya dapat diatasi.

d.      Hambatan lingkungan
Tidak semuan hambatan komonikasi diseababkan oleh manusia sebagai peserta komonikasi.Terdapat beberapa faktor lingkungan yang turut mempengaruhi proses komonikasi yang efektif.Pesan yang disampaikan oleh komonikator dapat mengalami rintangan yang dipacu oleh faktor lingkungan  yaitu dari latar belakang fisik atau situasi dimana komonikasi terjadi.Hambatan lingkungan ini mencakup tingkat aktifitas,tingkat kenyamanan,gangguan, serta waktu.

    C.    Hambatan Dalam Berbicara(Berkomonikasi dakwah)

Ada banyak problematika dan hambatan-hambatan yang dihadapi oleh para pelaku dakwah, hal itu melahirkan dua sikap dari para juru dakwah, pertama menganggap bahwa hambatan dalam berdakwah merupakan sebuah sunatullah yang harus dihadapi dengan keteguhan iman dan kapasitas diri, sedang kelompok kedua menjadikannya sebagai tantangan sekaligus ujian dan menerima apa adanya.
 Secara umum menurut kajian ilmu komunikasi , hambatan tersebut pada dasarnya sama dengan hambatan dalam komunikasi Dakwah. Dalam proses komunikasi dakwah seringkali banyak terjadi hambatan yang kadang-kadang tidak bias kita duga atau kita ramalkan, karena obyek dakwah sifatnya dinamis selalu berubah, begitu pula sering terjadi factor-faktor lain seperti misalnya, cuaca, kondisi tempat, suasana lingkungan dan lain sebagainya. [6]
Hambatan konunikasi dakwah dapat mempengaruhi tujuan dan harapan yang diinginkan oleh komunikator, oleh karena itu untuk memperkecil kegagalan komunikasi, para juru dakwah sebaiknya terlebih dahulu memahami dan mengantisipasi beberapa faktor yang menjadi hambatan komunikasi tersebut Sebagaimana dijelaskan Deddy Mulyana menyebutkan antara lain :
    a.       Hambatan Semantis,
Hambatan ini muncul dari diri komunikatordalam hal ini juru dakwah (mubaligh), yaitu adanya gangguan dalam penggunaan bahasa, misalnya dalam pengucapan kalimat,kurang fasih, ketidak-tepatan dalam menggunakan bahasa asing. Hambatan semantic ini bila tidak dihilangkan akan mengakibatkan dan menimbulkan kesalahan pengertian, kesalahan tafsir (misunderstanding dan mis-interpretation) yang pada akhirnya menimbulkan mis-communication. Gangguan semantik juga banyak disebabkan oleh factor antropologis, misalnya suatu kalimat dan kata yang sama dapat dimaknai secara berbeda bahkan saling bertentangan disebabkan oleh latar belakang budaya dan norma yang berbeda baik suku maupu bangsa.

      b.      .Hambatan Psikologis,
Adalah hambatan yang dialami oleh komunikator dakwah, misalnya yang dihadapi  sebagai audience salah satunya adalah mantan pacarnya atau calon mertua, demikian juga hal-hal yang sedang dialami oleh dirinya, misalnya sedang duka, sedih dan kurang menguasai materi dakwah dan lain-lain. Hambatan psikologis juga disebabkan oleh factor luar dari komunikator, misalnya audiencenya sedang dilanda sedih, cemas,marah, iri dan berprasangka negatif terhadap koimunikatornya,hal tersebut akan menjadi hambatan yang serius bagi komonikatornya.Dalam peristiwa komunikasi dakwah, hambatan psikologis hendaknya harus tidak ada, karena sangt berkaitan dengan kredibilitas dan ketauladanan seorang juru dakwah, komunikator dakwah harus menjadi panutan dan soritauladan serta memiliki moralitas yang tinggi.

Bila hal tersebut tidak dimiliki maka akan menjadi hambatan yang paling  serius,bahkan bisa jadi seorang juru dakwah akan menjadi obyek per-olok-olokan dan kecaman dari para jama’ahnya. Sebgaimana disebutkan dalam Al-Qur’an Surat Ashaf ayat 2-3 dan Surat Al-Baqarah ayat 44, :

“ Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan ?, amat besar kemurkaan di sisi Allah bahwa kamu mengatakan yang kamu sendiri tidak mengerjakannya. “ (As-Shaf 2-3).

“Mengapa kamu menyuruh orang lain mengerjakan kebaikan, sedang kamu melalikan kewajiban diri kamu sendiri, padah kamu membaca Al-Kitab apakan kamu tidak berfikir ? (Al-Baqarah 44).

c.       Hambatan Mekanis,
Yaitu hambatan yang berkaitan dengan saluran atau media perangkat komunikasi yang digunakan oleh komunikator seperti gangguan alat komunikasi seperti alat pengeras suara, gangguan alat listrik yang macet atau padam dan lain-lain. Hambatan tersebut seringkali kita jumpai dalam peristiwa komunikasi dakwah, sehingga sangat menghambat proses dan tujuan komunikasi.

d.      hambatan Ekologis,
Yaitu hambatan yang berkaitan dengan lingkungan komunikasi yaitu hal-hal yang berkaitan dengan peristiwa alam, serperti misalnya gangguan suara petir, gunung meletus, banjir, hujan yang sangat lebat, suara pesawat terbang,suara mobil, dan kegaduhan-kegaduhan lainnya. Untuk kelancaran proses komunikasi dakwah sebaiknya direncanakan dan dipersiapkan semaksimal mungkin sehingga hambatan dan gangguan komunikasi dakwah sedikit mungkin dapat dihindari.

e.       Hambatan Sosioantropologis ,
Yaitu hambatan yang berkaitan dengan aspek konidisi masyarakat yang memiliki   tingkat keragaman yang tinggi, termasuk menghadapi kelas-kelas sosial,misalnya masyarakat kelas rendahan, kelas menengah dan kelas atas , termasuk didalamnya karakteristik masyarakat yang kritis,yang apatis dan yang dinamis. Sedang hambatan yang berkaitan dengan antropologis , misalnya adanya perbedaan kultur,perbedaan tradisi adat istiadat dan norma yang berlaku dimasyarakat. Bila komunikator dakwah tidak memahami faktorfaktor tersebut, maka proses dan tujuan serta missi dakwahnya tidak akan tercapai.[7]

   D.    Manfaat Mempelajari Hambatan –hambatan berkomonikasi (berbicara)

Setelah mengetahui dan memahami hambatan-hambatan dalam berbicara, diharapkan kita  dapat merumuskan serta menerapakn cara-cara yang tepat untuk mengatsi berbagai habatan berkomonikasi tersebut dalam kehidupan kita sehari-hari.Dengan demikian ,komonikasi efektif pun dapat tercapai. 
BAB IV
PENUTUP
      A.    Kesimpulan

Hambatan komonikasi adalah segala suatu yang menghalangi atau menganggu tercapainya komonikasi arau pembicaraan yang efektif. Hambatan komonikasi dapat mempersulit dalam mengirim pesan yang jelas,mempersulit pemhamaman terhadap pesan yang dikirm, serta mempersulit dalam memeberikan umpan balik yang sesauai.Secara garis besar ,terdapat 4 (empat) jenis hambtan personal, hambatan komonikasi yaitu hambatan kultural atau budaya, serta hambtan lingkungan

DAFTAR PUSTAKA
Handisaputra Sam’ian, Problematika dalam dakwah dan Hambatanya, jurnal Adzkira. Vol. 03, No. 1, (Januari-Juni) 2012 hal 65.
              
                https://media.nelti.com. Di akses tanggal 18 juni 2019 jam 02:00




[1] https://media.nelti.com. Di akses tanggal 18 juni 2019 jam 02:00
[2] https://media.nelti.com. Di akses tanggal 18 juni 2019 jam 02:00


1Handisaputra Sam’ian, Problematika dalam dakwah dan Hambatanya, jurnal Adzkira. Vol. 03, No. 1, (Januari-Juni) 2012 hal 65.
2Handisaputra Sam’ian, Problematika dalam dakwah dan Hambatanya, jurnal Adzkira. Vol. 03, No. 1, (Januari-Juni) 2012 hal 66.
3Handisaputra Sam’ian, Problematika dalam dakwah dan Hambatanya, jurnal Adzkira. Vol.   03, No. 1, (Januari-Juni) 2012 hal 71.
4Handisaputra Sam’ian, Problematika dalam dakwah dan Hambatanya, jurnal Adzkira. Vol.   03, No. 1, (Januari-Juni) 2012 hal 73.

No comments:

Post a Comment