1

loading...

Saturday, July 6, 2019

MAKALAH ILMU PENDIDIKAN ISLAM "EVALUASI PENDIDIKAN ISLAM"


MAKALAH ILMU PENDIDIKAN ISLAM

"EVALUASI PENDIDIKAN ISLAM"



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Evaluasi dalam proses belajar mengajar merupakan komponen yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan proses. Kepentingan evaluasi tidak hanya mempunyai makna bagi proses belajar siswa, tetapi juga memberikan umpan balik terhadaap program secara keseluruhan. Oleh karena itu, inti evaluasi adalah pengadaan informasi bagi pihak pengelola proses belajar mengajar untuk membuat keputusan. Evaluasi meliputi semua aspek pembelajaran, baik kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Pendidikan islam merupakan pendidikan yang didasarkan pada nilai – nilai ajaran islam sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an dan al-Hadist serta dalam pemikiran para ulama dalam praktik sejarah umat islam. Dalam pendidikan islam evaluasi merupakan salah satu komponen dari system pendidikan islam yang harus dilakukan secara sistematis dan terencana sebagai alat untuk mengukur keberhasilan atau target yang akan dicapai dalam proses pembelajaran.
Untuk mencapai identitas diatas, maka haruslah disusun sebuah system evaluasi pembelajaran pendidikan agama islam yang tidak hanya melihat islam sebagai sebuah pengetahuan atau pemahaman, tetapi lebih dari itu yaitu dengan memandang islam sebagai sebuah aksi moral.

B.     Rumusan Masalah
   1.      Apa yang dimaksud dengan evaluasi serta tujuan dan fungsinya dalam pendidikan islam?
   2.      Apa saja prinsip – prinsip evaluasi dalam pendidikan islam?
   3.      Apa saja jenis – jenis evaluasi dalam pendidikan islam?
   4.      Apa syarat- syarat evaluasi dalam pendidikan islam?
   5.      Apa teknik dalam evaluasi pendidikan islam
C.    Tujuan
·         Untuk mengetahui apa evaluasi pendidikan itu serta tujuan dan fungsinya.
·         Untuk mengetahui prinsip evaluasi dalam pendidikan islam.
·         Untuk mengetahui jenis – jenis evaluasi dalam pendidikan islam.
·         Untuk mengetahui syarat- syarat evaluasi dalam pendidikan islam.
·         Untuk mengetahui teknik dalam evaluasi pendidikan islam.
  

BAB II
PRMBAHASAN

A.  Evaluasi dalam Pendidikan Islam
Secara etimologi, evaluasi berasal dari bahasa inggris Evaluation yang berarti menilai. Istilah nilai (value) pada mulanya dipopulerkan oleh filosof dan Plato yang pertama kali mengemukakannya. Kata nilai menurut pengertian filosof adalah idea of word. Kemudian, kata nilai juga ada keterkaitannya dengan dunia ekonomi. Dalam bahasa Arab, dijumpai istilah imtihan, yang berarti ujian dan khatam yang berarti cara menilai hasil akhir dari proses kegiatan. Nilai dalam bahasa Arab disebut dengan al-Qimah atau al-Taqdir. Dengan demikian secara harfiah evaluasi pendidikan, al-Taqdir al-Tarbawiy yang berarti penilaian dalam bidang pendidikan mengenai hal – hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan. [1]
Sedangkan dari segi istilah, evaluasi menurut Edwind Wandt dan Gerald W. Brown dalam Essensial of Education Evaluation mengatakan bahwa evaluasi “evaluation refer to the act or process to determining the value of something”. Maka dapat diartikan dengan suatu tindakan atau kegiatan yang dilakukan untuk menentukan nilai dari segala sesuatu dalam dunia pendidikan. [2]
Evaluasi dalam pendidikan islam merupakan cara atau teknik penilaian terhadap tingkah laku peserta didik berdasarkan standar perhitungan yang bersifat komprehensif dari seluruh aspek kehidupan mental – psikologis dan spiritual – religious karena manusia hasil pendidkan islam bukan hanya sosok pribadi yang bersikap religious, melainkan berilmu dan berketerampilan yang sanggup beramal dan berbakti kepada Tuhan dan masyarakat. Tujuan dan fungsi lain dari evaluasi pendidikan islam diarahkan pada dua dimensi yaitu dimensi dialektikal horizontal dan dimensi ketundukan vertical. [3] Tujuan evaluasi secara umum untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap macam problema kehidupan.  Sesuai dengan firman Allah SWT.
وَالْأَنْفُسِ لْأَمْوَالِ مِنَ  وَنَقْصٍ وَالْجُوعِ  الْخَوْفِ مِنَ  بِشَيْءٍ وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ
الصَّابِرِينَوَبَشِّرِۗوَالثَّمَرَاتِ

Artinya : Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar (QS. Al-Baqarah 155).[4]
Serta untuk mengetahui sejauh mana hasil pendidikan wahyu yang telah diaplikasikan Rasulullah kepada umatnya.[5]
Tujuan evaluasi dalam pendidikan islam
1.    Untuk mengatahui kadar pemahaman peserta didik terhap materi pelajaran dan mengajak peserta didik untuk mengingat kembali materi yang diberikan serta mengetauhui tingkat perubahan perilakunya.
2.    Mengetahui siapa diantara peserta didik yang cerdas dan lemah.
3.    Mengumpulkan informasi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mengadakan pengecekan yang sistematis terhadap hasil pendidikan yang telah dicapai.
4.    Untuk mencari dan menemukan faktor – faktor penyebab keberhasilan dan kegagalan peserta didik dalam mengikuti program pendidikan.
Secara umum, ada empat fungsi evaluasi yaitu :
·      Segi pendidik, berfungsi untuk membantu pendidik mengetahui sudah sejauh mana hasil yang dicapai dalam pelaksanaan tugasnya.
·      Segi peserta didik, berfungsi untuk membantu peserta didik untuk mengubah atau mengembangkan tingkah laknya secara sadar kea rah yang lebih baik.
·      Segi ahli pikir pendidikan, berfungsi untuk membantu para pemikir pendidikan islam mengetahui kelemahan teori – teori pendidikan islam dan membantu mereka merumuskan kembali teori- teori pendidikan islam yang sesuai dengan zamannya.
·      Segi politik, berfungsi untuk membantu pemerintah dalam membenahi sistem pengawasan dan mempertimbangkan kebijakan yang akan diterapkan.[6]
Semua fungsi diatas bertujuan untuk mengetahui kebaikan dan kelemahan pendidikan islam dalam berbagai aspek dalam rangka peningkatan kualitas di masa depan. Evaluasi berfungsi sebagai feedback terhadap kegiatan pembelajaran. Feedback ini berguna untuk hal – hal berikut:
a)    Ishlah, perbaikan terhadap semua komponen pendidikan, termasuk perbaikan perilaku, wawasan, dan kebiasaan – kebiasaan peserta didik.
b)   Tazkiyah, melihat apakah program pendidikan yang dilakukan tersebut penting atau tudak dalam kehidupan peserta didik.
c)    Tajdid, memodernisasi semua kegiatan pendidikan.
d)   Al-Dakhil, sebagai laporan bagi orang tua peserta didik, berupa rapor, ijazah, piagam, dan sebagainya.[7]
B.  Prinsip – prinsip Evaluasi dalam Pendidikan Islam
a.         Objektif
Evaluasi harus dilaksanakan sebaik – baiknya, berdasarkan fakta dan data yang ada tanpa dipengaruhi oleh unsur – unsur subjektif.[8] Objektif dalam evaluasi antara lain ditunjukkan dalam sikap – sikap evaluator berikut ini.
a.    Sikap ash-shidqah, yakni berlaku benar atau jujur dalam melakukan evaluasi. Sikap ini diperintahkan oleh Allah sebagai firman-Nya :
الصَّادِقِينَ مَعَ  وَكُونُوا  اللَّهَ اتَّقُوا آمَنُوا الَّذِينَ  أَيُّهَا يَا
Artinya : Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (QS.At-Taubah (9) :119)[9]
b.  Sikap amanah, yakni sikap pribadi yang setia tulus, dan jujur dalam menjalankan sesuatu yang dipercayakan kepadanya. Sikap ini terdapat dalam hadist Nabi disebutkan :
أَدِّ الأَمَانَةَ إِلَى مَنِ ائْـتَمَنَكَ، وَلاَ تَخُنْ مَنْ خَانَكَ
Artinya : “Tunaikanlah amanah kepada orang yang engkau dipercaya (untuk menunaikan amanah kepadanya), dan jangan khianati orang yang telah mengkhianatimu”. (HR. At-Tirmizi dari Anas).[10]
c.    Sikap rahmah dan ta’awan, yakni sikap kasih sayang terhadap sesama dan sikap saling tolong – menolong menuju kebaikan. Sikap ini harus dimiliki oleh evaluator sesuai firman Allah :
بِالْمَرْحَمَةِ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْر وَتَوَاصَوْا آمَنُوا  الَّذِينَ مِنَ  ثُمَّ كَانَ 
Artinya : Dan dia (tidak pula) termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang (QS. Al-Balad (9) : 17).[11]
b.    Komprehensif
Komprehensif berarti bahwa evaluasi harus dilakukan secara menyeluruh, meliputi berbagai aspek kehidupan peserta didik, baik menyangkut iman, ilmu, maupun amalnya.[12] Ini dilakukan karena umat islam memang diperintahkan untuk mempelajari, memahami, serta mengamalkan islam secara menyeluruh. Sebagaiman firman-Nya :
تَتَّبِعُوا  وَلَا  كَافَّةً  السِّلْمِ  فِي  ادْخُلُوا  آمَنُوا  الَّذِينَ أَيُّهَا يَا
مُبِينٌ عَدُوٌّ  لَكُمْ إِنَّهُ  ۚ  الشَّيْطَانِ خُطُوَاتِ 
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islamkeseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu (QS. Al- Baqarah (2): 208).[13]
c.    Berkelanjutan
Evaluasi tidak hanya dilakukan sekali dalam satu jenjang pendidikan. Akan tetapi harus dilakukan setiap saat dan setiap waktu.[14] Misalnya, evaluasi dilakukan pada saat membuka atau menutup pelajaran. Sehingga dengan evaluasi secara kontinu perkembangan anak didik dapat terkontrol dengan baik.

d.    Keikhlasan
Keikhlasan dalam mengevaluasi mengandung tiga unsur.  Pertama, penilaian tidak didasarkan kapada kesan baik atau buruk. Kedua, memiliki sifat serba guna, berguna untuk mengetahui tingkat pengusahaan bahan, untuk mengadakan perbaikan cara belajar, prbaikan cara mengajar, cara membuat tes, dan sebagainya. Ketiga, bersifat perseorangan. Kemajuan siswa dalam penguasaan pengetahuan dan sikap keagamaan dalam hubungannya untuk pencapaian tujuan kurikulum, haruslah dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi masing – masing anak didik.[15] Pendidik yang ikhlas dalam mengevaluasi terlihat dari sikapnya yang transparan dan objektif. Pendidik tidak hanya mampu menunjukkan kesalahan peserta didik tetapi juga mampu member jalan keluarnya.

e.     Reliabilitas
Pelaksanaan evaluasi dapat dipercaya. Artinya, memberikan evaluasi kepada peserta didik sesuai dengan tingkat kesanggupan dan keadaan yang sesungguhnya.

C.  Jenis – Jenis Evaluasi dalam Pendidikan Islam
·           Evaluasi formatif
Penilaian yang menetapkan tingkat penguasaan peserta didik dan menentukan bagian – bagian tugas yang belum dikuasai dengan tepat. Dalam melaksanakan evaluasi ini, seorang guru harus memperhatikan beberapa aspek seperti, aspek fungsi untuk memperbaiki proses pembelajaran mengarah kea rah yang lebih baik dan efisien. Aspek tujuan, untuk mengetahui sampai mana penguasaan peserta didik terhadap mata pelajaran. Dan aspek penilaian meliputi tingkat pengetahuan peserta didik, keterampilan, dan sikapnya saat kegiatan belajar mengajar.[16]

·           Evaluasi sumatif
Penilaian secara umum tentang keseluruhan hasil dari proses belajar mengajar yang dilakukan pada setiap akhir periode belajar mengajar misalnya dalam satu semester atau satu tahun untuk menentukan jenjang berikutnya.



·           Evaluasi diagnostik
Penilaian yang dipusatkan pada proses belajar mengajar dengan melokalisasikan suatu titik awal yang sesuai.[17] Maksudnya penilaian terhadap keadaan belajar peserta didik, meliputi kesulitan – kesulitan yang ditemui dalam pembelajaran.

·           Evaluasi penempatan
Penilaian ini menitikberatkan pada permasalahan yang berkaitan dengan :
d.   Ilmu pengetahuan dan keterampilan peserta didik yang diperlukan untuk awal proses belajar mengajar.
e.    Pengetahuan peserta didik tentang tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sekolah.
f.     Minat dan perhatian, kebiasaan bekerja, corak kepribadian yang menonjol yang mengandung konotasi kepada suatu metode belajar tertentu[18].
   D.    Syarat – Syarat Evaluasi dalam Pendidikan Islam
Syarat – syarat  yang dapat dipenuhi dalam proses evaluasi pendidikan islam adalah sebagai berikut :
1.    Validity. Tes yang dilakukan berdasarkan hal – hal yang seharusnya dievaluasi, yang meliputi seluruh bidang tertentu yang diinginkan dan diselidiki sehingga tidak mencakup satu bidang saja.
2.    Reliable. Tes yang dipercaya memberikan keterangan tentang kesanggupan peserta didik yang sesungguhnya.
3.    Efisiensi. Tes yang mudah dalam administrasi, penilaian, dan interpretasinya. Allah berfirman :
 يَسِيرًا حِسَابًا  يُحَاسَبُ فَسَوْفَ
Artinya : maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah (QS. Al-Insyiqaq (84) : 8)[19]
E.  Teknik Evaluasi
Secara garis besar evaluasi atau penilaian dapat dilakukan dengan dua cara:
A.  Teknik tes, metode ini bertujuan untuk mengukur dan memberikan penilaian terhadap hasil belajar yang dicapai peserta didik meliputi kesanggupan mental, achivement, keterampilan, koordinasi, motorik dan bakat baik secara individu ataupun kelompok. Tes digolongkan menjadi 5 golongan diantaranya adalah sebagai berikut:[20]

a. Menurut sifatnya, tes dapat dikelompokkan menjadi:
1) Tes Verbal, tes dengan cara ini menggunakan bahasa sebagai alat untuk melakukan tes. Tes verbal terdiri dari tes lisan dan tulisan.
2) Tes Non Verbal, tes yang tidak menggunakan bahasa sebagai alat untuk melaksanakan tes, tetapi menggunakan gambar,memberikan tugas dan sebagainya.

b. Menurut tujuannya, tes dapat dikelompokkan menjadi:
1) Tes Bakat (Aptitude Test), tes yang digunakan untuk menyelidiki bakat seseorang. Tes bakat biasanya digunakan untuk mengetahui kemampuan dasar yang bersifat potensial.
2) Tes Intelegensi (Intellegenci Test), tes yang dilakukan dengan tujuan untuk mengungkap atau mengetahui tingkat kecerdasan seseorang14
3) Tes Prestasi Belajar (Achievement Test), tes yang dilakukan untuk mengetahui prestasi seseorang murid dari mata pelajaran yang telah diberikan. Sehingga dengan adanya tes hasil belajar ini, guru bisa mengetahui apakah pelajaran yang telah diberikan mencapai tujuan sesuai dengan target yang telah ditentukan.
4) Tes Diagnostik (Diagnostic Test), tes yang digunakan untuk menggali kelmahan atau problem yang dihadapi murid, terutama kelemahan yang dialami murid saat belajar. Tes diagnostik biasanya dilakukan dengan cara lisan, tertulis, perbuatan atau kombinasi dari ketiganya.
5) Tes Sikap (Atitude Testt), tes untukmengetahui sikapa seseorang murid terhadapsesuatu.
6) Tes Minat, tes yang digunakan untuk mengetahui minat murid terhadap hal-hal yang disukai. Sehingga melalui tes ini dapatdiketahui apa yang disukai murid.

c. Menurut pembuatannya, tes dapat dikelompokkan menjadi:
1) Tes Terstandar (Standard Direct Test)
Tes standar atau tes yang dibakukan mengandung prosedur yang seragam untuk menentukan nilai dan administrasinya. Tes standar bisa membandingkan kemampuan murid dengan murid yang lain pada usia atau level yang sama dan dalam kasus perbandingan ini dilakukan ditingkat nasional. Biasanya tes ini dibuat oleh sekelompok(tim) yang ahli di bidang pembuatan tes.

2) Tes Buatan Guru (Teacher Made Test)
Tes buatan guru cenderung difokuskan pada tujuan instruksional untuk kelas tertentu. Tes buatan guru adalah tes yang dibuat oleh guru untuk kepentingan prestasi belajar.

d. Menurut bentuk soalnya, tes dikelompokkan menjadi:
1) Tes Uraian (Essay Test), tes yang bentuk soalnya sedemikian rupa, sehingga memberi kesempatan kepada murid untuk menjawab secara bebas dengan uraian. Bentuk tes ini terdiri dari uraian bebas dan uraian terbatas.
2) Tes Objektif (Objective Test), tes yang bentuk soalnya sedemikian rupa, sehingga memberi kesempatan kepada murid untuk menjawab secara bebas dengan uraian.

e. Ditinjau dari objek yang dites, maka tes dikelompokkan menjadi:
1) Tes Individual, suatu tes yang dalam pelaksanaannya memerlukan waktu yang cukup panjang.
2) Tes Kelompok, tes yang dilakukan terhapa beberapa murid dalam waktu yang sama.

B.       Teknik non tes, cara penilaian hasil belajar peserta didik yang dilakukan tanpa menguji peserta didik[21] tetapi dengan melakukan pengamatan secara sistematis. Teknik ini biasanya menilai kepribadian peserta didik secara menyeluruh seperti sikap, tingkah laku, sifat, sikap sosial, dan lain – lain. Dengan teknik non tes maka penilaian atau evaluasi belajar peserta didik dapat dilakukan dengan cara, sebagai berikut :

a. Observasi (pengamatan)
Teknik pengamatan atau observasi merupakan salah satu bentuk teknik non tes yang biasa dipergunakan untuk menilai sesuatu melalui pengamatan terhadap objeknya secara langsung, seksama dan sistematis. Pengamatan memungkinkan untuk melihat dan mengamati sendiri kemudian mencatat perilaku dan kejadian yang terjadi pada keadaan sebenarnya. Alat yangdigunakan berupa panduan observasi yang disusun dalam bentuk check list atau skala penilaian.

b. Interview (wawancara)

Wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan cara melakukan tanya jawablisan secara sepihak, berhadapan muka, dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.[22]

c. Angket (quistionnaire)

Angket juga dapat digunakan sebagai alat bantu dalam rangka penilaian hasil belajar. Angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Sehingga angket
berbeda dengan wawancara. Prinsip Penulisan Angket :
1) Isi dan tujuan pertanyaan jelas
2) Bahasa yang digunakan mudah dipahami
3) Tipe dan bentuk pertanyaan (terbuka atau tertutup)
4) Pertanyaan tidak mendua
5) Tidak menanyakan yang sudah lupa
6) Panjang pertanyaan (max 30 pertanyaan)
7) Urutan pertanyaan (dari mudah ke sulit)
8) Prinsip pengukuran
9) Penampilan fisik angket.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan evaluasi merupakan cara untuk mengamati tingkah laku peserta didik berdasarkan standar perhitungan yang bersifat komprehensif dari seluruh aspek kehidupan mental, psikologi, dan spiritual-religius. Tujuan evaluasi ialah untuk mengetahui kadar pemahaman peserta didik, mengetahui mana peserta didik yang cerdas dan lemah, mengumpulkan informasi, untuk mengetahui penguasaan peserta didik dalam kompetensi atau subkompetensi tertentu, untuk mengetahui kesulitan belajar peserta didik dan untuk memberikan arah pada pengembangan pendidikan di masa depan. Adapun prinsip dari evaluasi pendidikan islam ialah objektif, komprehensif, berkelanjutan, dan ikhlas. Serta teknik evaluasi dapat menggunakan tes ataupun non tes.
Jadi, rangkaian akhir dari suatu proses kependidikan islam adalah evaluasi atau penilaian. Berhasil atau tidaknya pendidikan islam dalam mencapai tujuannya dapat dilihat setelah dilakukan evaluasi terhadap output yang dihasilakan. Jika hasilnya sesuai dengan apa yang telah diharapkan dalam tujuan pendidikan islam maka usaha pendidikan itu dapat dinilai berhasil, tetapi jika sebaliknya, maka dinilai gagal. Dari sisi ini dapat dipahami bahwa evaluasi itu penting dalam proses kependidikan islam.
B.     Saran
Menyadari bahwa penulisan masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih focus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan.
 Untuk saran bisa berisi kritik atau masukan terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang dijelaskan. Karena pada dasarnya pembuatan makalh ini bertujuan untuk menambah wawasan kita semua dan saran adalah langkah terbaik untuk membuat makalah ini menjadi lebih baik.


DAFTAR PUSTAKA
Ardy, Novan Wiyani dan Barnawi. 2012. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media
Arifin, M. 2003. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara.
Mulyadi. 2010. Evaluasi Pendidikan. Malang : UIN Maliki Press.
Riadi, Dayun, dkk. 2017. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Umar, Bukhari. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara.



[1] Dayun Riadi, dkk, Ilmu Pendidikan Islam (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2017), hal. 224.
[2] Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : AMZAH, 2010), hal. 193.
[3] Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : AMZAH, 2010), hal. 196.
[4] Diakses dari https://tafsirq.com/2-al-baqarah/ayat-155, pada tanggal 01 Juni 2019 pukul 09.03.
[5] H.M. Arufin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : Bumi Aksara, 2003), hal. 163.
[6] Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : AMZAH, 2010), hal. 198.
[7] Novan Ardy Wiyani dan Barnawi, Ilmu Pendidikan Islam (Jogjakarta : AR-RUZZ MEDIA, 2012), hal. 234.
                [8] Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : AMZAH, 2010), hal. 200.              
[9] Diakses dari https://tafsirq.com/9-at-taubah/ayat-119, pada tanggal 01 Juni 2019 pukul 09.58.
[10] Diakses dari https://almanhaj.or.id/2711-siapakah-yang-layak-diberi-amanah.html, pada tanggal 01 Juni 2019 pukul 10.23
[11]Diakses dari  https://tafsirweb.com/12713-surat-al-balad-ayat-17.html, pada tanggal 01 Juni 2019 pukul 10.41
[12] Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : AMZAH, 2010), hal. 202
[13] Diakses dari https://tafsirq.com/2-al-baqarah/ayat-208, pada tanggal 01 juni 2019 pukul 10.58.
 [14] Dayun Riadi, dkk, Ilmu Pendidikan Islam (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2017), hal. 227.
[15] Dayun Riadi, dkk, Ilmu Pendidikan Islam (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2017), hal. 228.
[16] Novan Ardy Wiyani dan Barnawi, Ilmu Pendidikan Islam (Jogjakarta : AR-RUZZ MEDIA, 2012), hal. 239.
[17] H.M. Arufin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : Bumi Aksara, 2003), hal. 167.
[18] Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : AMZAH, 2010), hal. 204.
[19] Diakses dari https://tafsirq.com/84-al-insyiqaq/ayat-8, 09 Juni 2018 pukul 21.23
[20] Mulyadi, Evaluasi Pendidikan (Malang : UIN-Maliki Press, 2010), hal. 57.
[21] Mulyadi, Evaluasi Pendidikan (Malang : UIN-Maliki Press, 2010), hal. 61.
[22] Novan Ardy Wiyani dan Barnawi, Ilmu Pendidikan Islam (Jogjakarta : AR-RUZZ MEDIA, 2012), hal. 247.

No comments:

Post a Comment