1

loading...

Friday, July 5, 2019

MAKALAH ILMU PENDIDIKAN ISLAM ‘’ METODE DALAM PENGAJARAN ISLAM ‘’


MAKALAH ILMU PENDIDIKAN ISLAM

‘’ METODE DALAM PENGAJARAN ISLAM ‘’

BAB I
PENDAHULUAN

     A.    Latar Belakang
Dalam pendidikan Islam, metode mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya mencapai tujuan, karena metode menjadi sarana untuk menyampaikan  materi pelajaran yang tersusun dari kurikulum pendidikan, sehingga dapat dipahami dan dan diserap oleh peserta didik.
Dalam pendidikan Islam, metode yang tepat guna bila mengandung nilai-nilai intrinsik dan ekstrinsik yang sejalan dengan materi pelajaran dan secara fungsional dapat dipakai untuk merealisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam tujuan pendidikan islam. Antara metode, kurikulum (materi), dan tujuan pendidikan Islam harus mengandung relevansi  pada prosesnya. Oleh karena itu, proses kependidikan Islam mengandung makna internalisasi dan transformasi nilai-nilai Islam dalam pribadi peserta didik dalam upaya membentuk kepribadian muslim yang beriman, bertaqwa dan berilmu pengetahuan yang amaliah yang mengacu pada tuntunan agama dan kebutuhan hidup bermasyarakat.
Selanjutnya, untuk menghasilkan out put (lulusan) pendidikan yang memiliki watak, karakter, serta moral maka pendidikan harus diproses dengan perencanaan yang jelas dan pasti sehingga dapat dikerjakan secara intensif, efektif, dan efisien.
    B.     Rumusan Masalah
1.      Apa saja metode yang terdapat dalam pendidikan islam?
2.      Sebutkan prinsip-prinsip metode pendidikan islam?
3.      Bagaimana penjelasan metode pendidikan islam menurut Al-Qur’an?
    C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui metode pendidikan islam.
2.      Untuk mengetahui prinsip-prinsip metode pendidikan islam.
3.      Untuk mengetahui pendidikan islam menurut Al-Qur’an.

BAB II
PEMBAHASAN

    1.      Metode Pendidikan Islam

Kata cara di dalam bahasa Inggris adalah kata way dan method, cara dapat mencakup makna lebih luas seperti strategi, seni, metode, dan metodologi. Selanjutya, strategi merupakan acuan dasar yang berkaitan dengan cara untuk mencapai tujuan. Seni mengajar adalah suatu cara yang membuat pembelajaran lebih indah, mengesankan, dan menyenangkan. Kemudian, metode adalah cara yang sudah teruji jika digunakan bagi objek pekerjaan tertentu yakni pembelajaran ang hasilnya akan lebih efektif dan efisien.
Dalam bahasa Arab, metode diterjemahkan dengan manhaj atau thariqah dan al-wasilah.Al-Thariqah berarti jalan, manhaj berarti sistem, dan al-wasilah yang berarti perantara.Dengan begitu, yang paling mendekati dengan arti dari metode adalah Al-Thariqah. Dan, secara leksikal, metode diartikan sebagi way of doing anything yaitu suatu cara yang ditempuh untuk mengerjakan sesuatu agar sampai pada suatu tujuan. Ahmad Tafsir memaknai metode dengan arti cara yang paling tepat dan cepat melakukan sesuatu. Menurut Abudin Nata, metode pendidikan islam mempunyai arti: Pertama, jalan untuk menanamkan pengetahuan agama pada diri seorang sehingga terlihat pada objek sasaran, yaitu pribadi yang islami; kedua, cara untuk memahami, menggali, dan mengembangkan ajaran Islam, sehingga terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.[1]

    2.      Prinsip-prinsip dalam pendidikan Islam
           
Dalam proses pendidikan Islam, metode mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan, karena ia menjadi sarana dalam menyampaikan materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum. Tanpa metode suatu materi pelajaran tidak dapat diproses secara efisien dan efektif dalam kegiatan belajar mengajar menuju tujuan pendidikan.
            Metode pendidikan yang tidak efektif akan menjadi penghambat kelancaran proses belajar mengajar sehingga banyak tenaga dan waktu terbuang sia-sia. Oleh karena itu, metode yang diterapkan oleh seorang guru akan berdaya guna dan berhasil guna jika mampu dipergunakan dalam mencapai tujuan pendidikan yang terlah ditetapkan.
            Sebagai salah satu komponen operasional ilmu pengetahuan Islam, metode harus bersifat mengarahkan materi pelajaran kepada tujuan pendidikan yang hendak melalui proses tahap demi tahap, baik dalam kelembagaan formal maupun yang non formal ataupun informal. Dengan demikian menurut ilmu pendidikan Islam, suatu metode yang baik bila memiliki watak dan relevansi yang senada dengan tujuan pendidikan Islam itu.
            Ada tiga aspek nilai yang terkandung dalam ilmu pendidikan Islam yang hendak direalisasikan melalui metode yang mengandung watak dan relevansi tersebut.Pertama, membentuk anak didik menjadi hamba Allah yang mengabdi kepadanya semata.Kedua, bernilai edukatif yang mengacu kepada petunjuk Al-Qur’an. Ketiga, berkaitan dengan motivasi dan kedisiplinan sesuai dengan ajaran Al-Qur’an yang disebut pahala dan siksaan .
            Berikut akan dijelaskan prinsip prinsip metodologis yang dijadikan landasan psikologi dalam memperlancar proses pendidikan Islam.
a.                   Prinsip memberikan suasana kegembiraan
Prinsip ini dapat dijabarkan dari sabda Nabi Muhammad SAW. Kepada sahabat beliau yang diutus untuk melakukan dakwah kepada gubernur Romawi di Damaskus, yaitu Mu’azd Ibn Jabal dan Abu Musa al-Asy’ary, sebagai berikut :
“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran” (QS. Al-Baqarah: 185)
Dan berbagai firman Allah yang menyuruh para pendidik untuk memberikan kegembiraan kepada orang-orang yang beriman orang yang sabar, orang-orang yang berbuat kebaikan dan sebagainya.Seperti firman-firmannya.

b.                  Prinsip memberikan layanan dan santunan dengan lemah lembut
Firman Allah : “Maka disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya  kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari dari sekelilingmu. Karena itu maafkan lah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka...” (QS. Ali Imran: 159)

c.                   Prinsip kebermaknaan bagi anak didik
Sabda  Nabi Muhammad saw : “Berbicaralah kamu kepada manusia sesuai dengan kadar kamampuan akal pikiran mereka”.
Sabda Nabi diatas bersumber dari firman Allah : “Mereka itulah yang dikunci mati hati mereka oleh Allah dan mengikuti hawa nafsu mereka”. (QS. Muhammad: 16)
  
d.                  Prinsip prasayarat
Untuk menarik minat manusia didik diperlukan mukadimah dalam langkah-langkah mengajar bahan-bahan yang dapat memadukan perhatian dan minat mereka kearah bahan tersebut. Pengalaman dan pengajaran yang telah diserap menjadi apersepsi dalam pikiran mereka dihubungkan dengan hal-hal yang baru yang hendak disajikan, merupakan jembatan yang menghubungkan pengertian-pengertian yang telah terbantuk dalam pikiran mereka sehingga akan mempermudah daya tangkap terhadap hal-hal baru yang diajarkan oleh guru.

e.                   Prinsip komunikasi terbuka
Guru mendorong manusia didik untuk membuka diri untuk segala hal atau bahan-bahan pelajaran yang disajikan mereka, sehingga mereka dapat menyerapnya menjadi bahan apersepsi dalam pikiran nya. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an dalam QS. Al- A’raf: 179 dan QS. Al-isra’ : 36).

f.                   Prinsip pemberian pengetahuan yang baru
Minat dan perhatian anak didik harus diarahkan kepada bahan-bahan pengetahuan yang baru bagi mereka.Dalam ajaran Islam terdapat prisnip pembaruan dalam belajar, baik tentang fenomena-fenomena alamiah maupun fenomena yang terdapat dalam diri mereka sendiri.Seperti studi tentang alam yang mempelajari tentang ilmu baru seperti biologi, fisika, astronomi, kimia, dan zoology.

g.                  Prinsip memberikan model perilaku yang baik
Anak didik dapat memperoleh contoh bagi perilakunya melalui pengamatan dan peniruan yang tepat guna dalam proses belajar mengajar, seperti dalam firman Allah:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah” QS. Al-Ahzab: 21
Dan banyak lagi hadist atau sunnah nabi yang menunjukkan bahwa beliau seringkali mengajar ummatnya dengan prinsip memberikan model untuk ditiru, atau untuk dijauhi (tidak ditiru) seperti perbuatan orang kafir dan musyrik.

h.                  Prinsip praktik (pengamatan) secara aktif
Mendorong anak didik untuk mengamalkan segala pengetahuan yang telah diperoleh dalam proses belajar mengajar, atau pengamalan dari keyakinan dan sikap yang mereka hayati dan pahami. Sehingga nilai-nilai yang telah ditransformasikan atau diinternalisasikan kedalam diri manusia didik menghasilkan buah yang bermanfaat bagi diri dan masyarakat sekitar.
Firman Allah yang menunjukkan penting nya mengamalkan pelajaran yang mereka pahami dan hayati ialah seperti ayat-ayat Al-Qur’an berikut : “Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surge-surga yang mengalir sungai-sungai didalamnya” (QS. Al-Baqarah: 25).
Dan ada pula dalam suatu ayat, yang terdapat dalam kitab Zubat yang menggambarkan bahwa orang yang beramal danpa ilmu pengetahuan, maka amal-amal tersebut akan ditolak oleh Allah swt. Seperti didalam ayat berikut: “Dan setiap orang yang dengan tanpa ilmu berbuat suatu amal, maka amal-amal nya akan akan tertolak tidak diterima Allah”.

i.          Prinsip-prinsip lainnya
Adapun prinsip-prinsip lain maksud nya adalah seperti prinsip kasih saying dan prinsip bimbingan dan penyuluhan terhadap manusia didik.
Firman Allah dan hadist Nabi bisa dijadikan landasannya:
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam (QS. Al-Anbiya: 107)[2]

       3.      Metode mengajar dalam pendidikan islam

Berikut adalah beberapa metode pengajaran dalam pendikan islam :
1.      Metode Ceramah
Metode ceramah atau sering juga disebut dengan metode kuliah adalah guru memberikan uraian atau penjelasan kepada sejumlah murid pada waktu tertentu (waktu terbatas) dan tempat tertentu pula.Dilaksananakan dengan bahasa lisan untuk memberikan pengertian terhadap suatu masalah. Dalam metode ini, murid duduk melihat, dan mendengarkan serta percaya bahwa apa yang diceramahkan guru itu adalah benar, murid mengutip ikhtisar ceramah semampunya dan menghafalnya tanpa ada penyelidikan lebih lanjut oleh guru yang bersangkutan.
Dalam sebuah Hadist Nabi Muhammad SAW pernah bersabda :
‘’Sampaikanlah apa yang dating dariku walaupun satu ayat, dan ceritakanlah apa yang kamu dengar dari Bani Isra’il, dan hal itu tidak ada salahnya, dan barang siapa berdusta atas namaku maka bersiap-siaplah untuk menempati tempatnya di Neraka’’. (HR. Bukhori.). Hal ini juga berkaitan dengan Q.S Yusuf/12:2-3

2. Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.
3. Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Quran ini kepadamu, dan Sesungguhnya kamu sebelum (kami mewahyukan) nya adalah Termasuk orang-orang yang belum mengetahui.

Ayat tersebut menerangkan bahwa  Allah SWT menurunkan Al-Qur’an dengan memakai bahasa Arab kepada Nabi Muhammad. Dan Nabi Muhammad merupakan metode mengajar yang masih dipakai khususnya di sekolah-sekolah tradisional.

Kekurangan/kelemahan :
a.       Siswa menjadi lebih pasif sementara guru aktif.
b.      Adanya unsur paksaan, karena guru berbicara sedangkan murid hanya melihat, mendengar  dan mengutip apa yang disampaikan oleh guru. Murid diharuskan mengikuti apa kemauan guru,, meskipun ada murid yang kritis, namun semua jalan pikiran guru dianggap benar oleh murid.[3]

2.      Metode Diskusi (Jidal)
Proses hidup manusia sehari-hari khususnya di bidang pendidikan pastinya seringkali dihadapkan dengan persoalan, dimana persoalan tersebut terkadang tidak bisa dipecahkan hanya oleh satu jawaban atau  satu cara saja, akan tetapi memerlukan semacam pengetahuan untuk kemudian disusun pemecahan berupa jalan terbaik.
Metode diskusi adalah bagian terpenting dalam pemecahan masalah. Dalam dunia pendidikan, metode ini mendapatkan perhatian karena dengan diskusi akan merangsang murid-murid berpikir dan mengeluarkan pendapat mereka sendiri, serta ikut menyumbangkan pikiran-pikiran dalam masalah bersama; untuk mengambil satu jawaban actual atau satu rangkaian jawaban yang berdasarkan atas pertimbangan seksama.  Namun, dalam metode ini peran guru sangat penting dalam rangka menghidupkan gairah murid berdiskusi serta untuk meluruskan jawaban dari para murid yang pastinya akan beragam.
Dengan demikian, pendidik dapat mengetahui keberhasilan kreativitas peserta didi untuk mengetahui siapa diantara para peserta didiknya yang berhasil atau gagal.  Dalam hal ini Allah SWT berfirman pada Q.S An- Nahl/16:125:

Artinya : ‘’Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.’’
[845] Hikmah: ialah Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.

Macam-macam diskusi :
a.       Diskusi Informal
Terdiri dari murid yang jumlahnya sedikit dan peraturannya agak longgar.Dalam diskusi ini, hanya satu orang ynag menjadi pimpinan diskusi, dan selebihnya menjadi anggota diskusi.
b.      Diskusi Formal
Diskusi yang semuanya serba diatur.Dipimpin oleh seorang guru atau murid yang dianggap cakap, semua orang harus taat pada peraturan yang sudah ditetapkan.
Kelebihan :
1.      Adanya partisipasi murid yang terarah terhadap pelajaran tersebut.
2.      Murid berpikir kritis, dan tidak sembarangan dalam berbicara.
3.      Murid dapat meningkatkan keberanian.
c.       Diskusi Panel
Diskusi ini dapat diikuti oleh banyak murid sebagai peserta, yang dibagi menjadi murid yang aktif dan tidak aktif atau hanya bereran sebagai pendengar saja.
d.      Diskusi Simposium
Dalam simposium, masalah yang akan dibicarakan diantarkan oleh seorang atau lebih pembicara. Pembicara boleh berpendapat berbeda terhadap suatu masalah, dan peserta boleh mengeluarkan pendapat menanggapi apa yang tela dikemukakan oleh pembicara.[4]

3.      Metode Tanya Jawab
Peserta didik biasanya kurang menaruh perhatian terhadap pelajaran yang diajarkan, metode tanya jawab adalah salah satu teknik mengajar yang dapat membantu siswa dalam memahami dan menuntaskan rasa ingin tahunya terhadap masalah, hal, atau pelajaran yang telah disampaikan dengan cara mengajukan pertanyaan. Dengan demikian, guru juga dapat menilai apakah kelas sudah berjalan dengan baik atau belum dan para siswa telah memahami materi yang telah disampaikan.[5]
4.      Pendidikan Melalui Tauladan
Keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang berpengaruh dan terbukti paling berhasil dalam mempersiapkan dan membentuk aspek moral, spiritual, dan etos sosial. Allah SWT. Juga telah mengajarkan bahwa Rasul yang diutus untuk menyampaikan risalah samawi kepada umat manusia, adalah seorang yang mempunyai sifat-sifat luhur, baik spiritual, atau intelektual.Sehingga manusia belajar darinya, memenuhi panggilannya, menggunakan metodanya dalam hal kemuliaan, keutamaan dan akhlak yang terpuji. Dia mengutus Muhammad SAW. sebagai teladan yang baik bagi umat manusia di sepanjang sejarah, dan bagi umat manusia di setiap saat dan tempat

Artinya : ‘’Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.
Dalam proses pendidikan, setiap pendidik harus berusaha menjadi teladan anak didiknya. Teladan dalam semua kebaikan, bukan teladan dalam keburukan.Dengan keteladanan itu, diharapkan anak didik adakan mencontoh atau meniru segala sesuatu yang baik dalam perkataan, perbuatan pendidiknya.Sungguh sangat mustahil bagi orang tua melarang anak.Anaknya berkata keji dan kotor, meminum-minuman keras, berjudi dan lain-lain yang jelek, bilamana si orang tua itu sendiri senang melakukannya.Demikian juga sangat sulit untuk menjadikan anak didik bertaqwa dengan menyuruhnya melaksanakan shalat, berpuasa dan lain-lain jika orang tuanya/gurunya sendiri tidak melakukannya. Sebaliknya, bagi orang tua yang dalam kehidupan sehari-harinya selalu menampilkan prilaku sabar, ramah, menjauhi dan melaksanakan perintah[6]
5.      Metode Targhib dan Tarhib
Yaitu cara mengajar dimana guru memberikan materi pembelajaran dengan menggunakan ganjaran penghargaan terhadap kebaikan dan hukuman utnuk keburukan.
Prinsip dari metode ini adalah Q.S Al- Bayyinah/ :7-8
7. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah Sebaik-baik makhluk.
8. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadanya.yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.

Q.S Al- Zalzalah/99:7-8 :
7. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya.
8. Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula.
Q.S Al-Fushilat/41:469
Artinya: ‘’Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh Maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, Maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu Menganiaya hamba-hambaNya.’’

Tarhib ialah ancaman karena dosa yang dilakukan.Targhib bertujuan agar orang mematuhi aturan Allah. Tarhib demikian juga, akan tetapi tekanannya ialah Targhib agar melakukan kebaikan sedangkan Tarhib agar menjauhi kejahatan. Metode ini didasarkan atas fitrah (sifat kejiwaan) manusia, yaitu sifat keinginan pada kesenangan, keselamatan, dan tidak ingin kesengsaraan.[7]

6.      Pendidikan Melalui Nasehat
Di dalam jiwa terdapat pembawaan untuk terpengaruh oleh kata-kata yang di dengar.Pembawaan itu biasanya tidak tetap dan harus diulangi.Namun, nasehat harus juga dibarengi dengan suatu teladan dan perantara yang memungkinkan teladan itu diikuti dan diteladani.Nasehat yang jelas dann dapat dipegang adalah nasehat yang dapat menggantung perasaan dan tidak membiarkan itu jatuh ke dasar bawah dan mati begitu saja. Hal itu  karena di dalam jiwa terdapat berbagai dorongan yang terus memerlukan pengarahan dan pembinaan. Oleh karena itu, anak memerlukan nasehat ynag lembut, halus, tetapi membekas, yang bisa membuat anak kembali baik dan berakhlak mulia.[8]

7.      Pendidikan Melalui Cerita/Kisah
Metode kisah yaitu cara mengajar dimana guru memberikan materi pembelajaran melalui kisah atau cerita. Prinsip dasar metode ini diambil dari Al-Qur’asn yaitu pada surat Al-Qash/28 :76
Artinya : ‘’Sesungguhnya Karun adalah Termasuk kaum Musa[1138], Maka ia Berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: "Janganlah kamu terlalu bangga; Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri".

[1138] Karun adalah salah seorang anak paman Nabi Musa a.s.
Artinya : ‘’Dan semua kisah dari Rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.’’ (Q.S Huud/11:120)
Cerita al-Quran secara lebih spesifik bertujuan memberikan kekuatan psikologis kepada Nabi SAW.dalam perjuangan menghadapi kaum kafirin. Orang sering ditimpa kesukaran atau musuh, mungkin bakal frustasi atau kecil hati.Namun jika dia tahu bahwa dia dalam perjuangan dari kesulitan itu tidak mengalami sendiri dan masih banyak orang yang mengalami hal yang serupa dan ternyata berhasil, dia bakal yakin dengan dirinya.yang pada gilirannya menyampaikan kepada keberhasilan yang diperjuangkannya. Orang-orang semacam ini harus dijadikan teladan untuk diikuti.Cerita-cerita tentang Nabi dan Rasul telah terdahulu sangat relevan untuk menghadapi situasi yang dihadapi nabi dan kaum muslimin (Abdur Rahman Shalih, 1991:225).
Cerita-cerita al-Quran pada dasarnya mengandung instruksi bagi manusia, yang diberkahi akal dan pikiran.
Artinya: ‘’ …… Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.’’ Salah satu penggalan ayat dari Q.S Al-A’raf/7:176)
Sangat banyak kisah yang mengandung nasihat, pelajaran dan petunjuk yang sangat efektif untuk dipaparkan dalam interaksi pendidikan. Kisah-kisah dan nasihat itu jika disampaikan secara baik, akan sangat besar pengaruhnya pada perkembangan psikologi anak. (Hadari Nawawi, 1993:233). Dalam pendidikan Islam, kisah sebagai metode pendidikan amat penting, alasannya sebagai berikut :
1. Kisah selalu memikat karena mengundang pembaca atau pendengar untuk mengikuti peristiwanya, merenungkan maknanya. Selanjutnya, makna-makna itu akan menimbulkan kesan dalam hati pembaca atau pendengar;
2. Kisah Qurani dan Nabawi dapat menyentuh hati manusia karena kisah itu menampilkan tokoh dalam konteksnya yang menyeluruh. Karena tokoh cerita ditampilkan dalam konteks yang menyeluruh, pembaca atau pendengar dapat ikut menghayati atau merasakan isi kisah itu, seolah ia sendiri yang menjadi tokohnya;

BAB III
PENUTUP


1.      Kesimpulan
Al- Qur’an telah banyak memberikan contoh metode-metode yang dapat digunakan dalam mendidik peserta didik.Metode-metode tersebut dapat digunakan dalam situasisituasi yang relevan.Metode-metode tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan yang penting adalah prinsip-prinsip penggunaan metode tersebut dilaksanakan.Dalam prosedur pembuatan metode, hal yang harus diperhatikan adalah tujuan pendidikan, anak didik, situasi, fasilitas, dan pribadi pendidik. Dengan memperhatikan hal- hal tersebut efektivitas penggunaan metode akan terbikti dan dapat tersampaikan kepada tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

2.      Saran
Penulis menyadari bahwa masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu, kedepannya penulis akan lebih tepat dan mendalam dalam menjelaskan makalah diatas dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan tentunya dapat dipertanggung  jawabkan. Untuk  saran bisa berisi kritik atau bisa menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M. 2006. Tinjauan Teoritis dan Praktis berdasarkan Pendekatan Interdisipliner. Jakarta: Bumi Aksara

Daradjat, Zakariah. 2004. Metodik Khusus Pegajara Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Hermawan, A Heris. 2009. Filsafat Pendidikan Islam.Jakarta: Direktorat Pendidikan Islam. 2009.

Qutbh, Muhamad. 1988. Sistem Pendidikan Islam. Bandung: Alma’arif.



[1] M. Kholil Asy’ari,’’Metode Pendidikan Islam’’,Vol.1 No.1, 2014, hal.195.
[2] M. Arifin, Tinjauan Teoritis dan Praktis berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hal. 145-152
[3]Zakiah Daradjat, Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal.. 289-290
[4]Ibid, ….Hal. 292-294
[5]Ibid, ….Hal.307-308
[6] A. Heris Hermawan, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Direktorat Pendidikan Islam, 2009), hal. 277-278
[7]Ibid, …..hal. 288-289
[8]M. Quthb, Sistem Pendidikan Islam, (Bandung: Alma’arif, 1988), hal: 334-335

No comments:

Post a Comment