1

loading...

Tuesday, July 2, 2019

MAKALAH PENALARAN, PIKIRAN DAN BAHASA


MAKALAH PENALARAN, PIKIRAN DAN BAHASA 

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Umumnya kesulitan pertama membuat karya tulis ilmiah adalah mengungkapkan pikiran menjadi kalimat dalam bahasa ilmiah. Sering dilupakan perbedaan antara paragraf dan kalimat. Suatu kalimat dalam tulisan tidak berdiri sendiri melainkan kait mengait dalam kalimat lain yang membentuk paragraf, paragraf merupakan sajian kecil sebuah karangan yang membangun satuan pikiran sebagai pesan yang disampaikan oleh penulis dalam karangan.
 Paragraf atau alinea adalah suatu bentuk bahasa yang biasanya merupakan hasil penggabungan beberapa kalimat. Dalam upaya menghimpun beberapa kalimat menjadi paragraf, yang perlu diperhatikan adalah kesatuan dan kepaduan. Kesatuan berarti seluruh kalimat dalam paragraf membicarakan satu gagasan (gagasan tunggal). kepaduan berarti seluruh kalimat dalam paragraf itu kompak, saling berkaitan mendukung gagasan tunggal paragraf.
 Dalam kenyataannya kadang-kadang kita menemukan alinea yang hanya terdiri atas satu kalimat, dan hal itu memang dimungkinkan. Namun, dalam pembahasan ini wujud alinea semacam itu dianggap sebagai pengecualian karena disamping bentuknya yang kurangideal jika ditinjau dari segi komposisi, pembicaraan tentang paragraf, sebenarnya sudah memasuki kawasan wacana atau karangan sebab formal yang sederhana boleh saja hanya terdiri dari satu paragraf. Jadi, tanpa kemampuan menyusun paragraf, tidak mungkin bagi seseorang mewujudkan sebuah karangan.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagamaina hubungan penalaran, pikiran dan Bahasa?
2.      Bagaimana jenis penalaran?
3.      Pengertian dari paragraf?
4.      Mengetahui macam-macam dari paragraf?
5.      Bagaimana teknik pengembangan paragra

C.    Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah:
1.      Agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami hubungan dari penalaran, pikiran dan bahasa.
2.      Agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami jeni-jenis dari penalaran.
3.      Agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami pengertian paragraf.
4.      Agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami macam-macam paragraf.Agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami bagaimana teknik pengembangan paragraf.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Hubungan Penalaran, Pikiran, dan Bahasa
      Pengembangan penalaran tidak dapat dilepaskan dari pemikiran tentang bahasa dan pikiran. Berbicara mengenai pikiran dan bahasa, takubahnya seperti dua sisi mata uang, yakni sangat dekat jarak dan hubungannya dan tidak dapat dipisahkan. Dalam hubungan dengan pikiran dan bahasa, dikenal adanya inner speech dan external speech inner speech merupakan suatu ujaran, yakni pikiran yang berkaitan dengan kata. Kata-kata itu lenyap pada saat pikiran terbentuk, sedangkan external speech menerangkan bahwa pikiran itu terwujud dalam kata-kata (Dardjowidjojo 2003:284). Hubungan antara pikiran dan bahasa pernah diteliti oleh Piaget. Menurut Piaget ada dua macam modus pikiran-pikiran terarah (directed) atau pikiran intelegen (intelligent) dan pikiran tak terarah atau pikiran austitik (austitic).
      Keterkaitan antara bahasa dan pikiran seperti  penelitian diatas juga dilakukan pada abad 18 dan abad 19 oleh seorang Jermanis yang akhirnya dikembangkan di Amerika oleh Franz Boas dkk. Boas melihat bahwa cara berpikir seseorang dipengaruhi oleh struktur bahasa yang mereka pakai (Dardjowidjojo 2003:284). Berdasarkan uraian tersebut dapat dipahami bahwa jalan pikiran seseorang sangat terlihat dari bagaimana seseorang menggunakan bahasanya. Demikian juga, bahasa seseorang akan menunjukkan bagaimana cara dia menggunakan pikiran atau bernalar. Bahasa adalah sarana bernalar. Bagaimana seseorang berbahasa, termasuk menulis, akan mencerminkan pula bagaimana orang itu menata jalan pikirannya (Akhadiah 2001). Berkenaan dengan  pengertian penalaran, Keraf (1982) dan Moeliono (1989) menegaskan  bahwa penalaran adalah proses berpikir dengan menghubung-hubungkan  bukti, fakta, petunjuk, eviden atau hal yang lain yang bisa dianggap sebagai bahan bukti yang dapat digunakan untuk menarik kesimpulan. Secara umum, penalaran dapat dilakukan melalui dua cara,yakni secara induktif dan secara deduktif.[1]

B.     Jenis-Jenis Penalaran
    1.      Penalaran Induksi
      Penalaran induksi adalah penalaran yang dimulai dari Peristiwa-peristiwa yang khusus kemudian beranjak ke peristiwa yangsifatnya umum. Secara umum penalaran induksi dibagi menjadi tiga, yaitu:
   a.       Penalaran Generalisasi
      Penarikan penalaran berdasarkan data yang sesuai dengan fakta (data). Fakta atau data dapat diperoleh melalui penilaian, pengamatan, atau hasil survei. Jumlah data atau fakta khusus yang dikemukakan harus cukup dan dapat mewakili. Jenis penalaran ini dimulai dengan mengemukakan peristiwa-peristiwa yang khusus. kemudian menuju peristiwa-peristiwa yang umum. Contohnya adalah:  
   1)      Bensin merupakan jenis bahan bakar apabila terkena api akan mudah terbakar. Demikian juga minyak tanah, termasuk bahan bakar yang mudah terbakar. Solar pundemikian pula halnya, bila terkena api akan mudahterbakar. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat ditarikkesimpulan bahwa semua jenis bahan bakar apabila terkena api akan mudah terbakar.
   2)      Dua anak kecil ditemukan tewas di pinggir Jalan Jendral Sudirman. Seminggu kemudian, seorang anak wanitahilang ketika pulang dari sekolah. Sehari kemudian, polisi menemukan bercak-bercak darah dikursi belakang mobil Anwar. Polisi juga menemukan potret dua orang anak yangtewas di Jalan Jenderal Sudirman dalam kantung celana Anwar. Dengan demikian, Anwar adalah orang yang dapat dimintai pertanggung jawaban tentang hilangnya tiga anak itu.[2]
b.      Penalaran Analogi
      Penalaran ini membandingkan dua hal yang berbeda, tetapi memiliki kesamaan. Berdasarkan banyaknya kesamaan tersebut ditariklah suatu kesimpulan. Penalaran jenis ini berdasarkan dari dua peristiwa khusus yang mempunyai kesamaan satu dengan yang lain untuk diambil kesimpulan: apakah apa yang berlaku pada satu hal itu berlaku pada sesuatu hal lainnya. Contohnya adalah:
1)      Orang yang tidak memiliki tujuan dalam hidupnya tidak akan menjalani hidupnya dengan baik, ia akan selalu dalam keraguan, sama seperti seseorang yang hidup di dalam rumah tanpa penerangan. Ia akan berjalan tak tahu arah, tak jelas kemana ia berjalan sehingga ia akan mudah tertabrak benda yang ada disekitarnya.
2)       Seorang bayi dilahirkan dalam keadaan suci seperti kertas putih. Bayi akan dibentuk pribadinya sesuai dengan didikan yang diterimanya seperti kertas putih dapat diisi dengan berbagai hal sesuai dengan keinginan pemiliknya. Bila bayi dididik dengan baik maka akan seperti kertas yang terisi dengan hal-hal yang baik dan bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya. Jadi, membentuk kepribadian baik seseorang anak ibarat menulis kertas putih dengan hal-hal yang bermanfaat. [3]

    c.       Penalaran Sebab Akibat
      Penalaran dimulai dengan mengemukakan fakta berupa sebab kemudian disusul dengan kesimpulan yang berupa akibat. Penalaran jenis ini dimulai dengan mengemukakan peristiwa-peristiwa sampai dengan kesimpulan peristiwa itu merupakan akibat dari suatu fenomena. Penalaran Induksi hubungan sebab akibat dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
   1)      Hubungan Sebab Akibat
      Pertama-tama dikemukakan peristiwa-peristiwa yang menjadi sebab, sampai kemudian pada kesimpulan yang menjadi akibat. Contohnya adalah:
Karena warga sering buang sampah sembarangan, maka daerah Jakarta sering banjir.
Karena kemarin Dion kehujanan, maka hari ini Dion sakit.
   2)      Hubungan Akibat Sebab
      Pada awalnya dikemukakan peristiwa yang menjadi akibat selanjutnya dikemukakan peristiwa-peristiwa yang menjadi penyebabnya. Contohnya adalah:
Jakarta termasuk daerah yang sering banjir, hal itu disebabkan warganya sering buang sampah sembarangan. Hidayah mendapat IPK 3.81, karena Hidayah rajin belajar.[4]
   3)      Hubungan Sebab Akibat1– Akibat 2
      Dalam hubungan ini dikemukakan sebab dapat menimbulkan lebih dari satu akibat. Akibat yang pertama dapat menjadikan sebab yang akan menimbulkan akibat yang kedua dan seluruhnya. Contohnya adalah:
   a)      Mang Kodir adalah seorang perokok berat, karena dia sering merokok tanpa henti akhirnya dia menagalami radang paru-paru, tidak lama kemudian dia dinyatakan radang paru-paru kronis oleh pihak rumah sakit. Andi keponakan mang Kodir tiba-tiba batuk serta mengeluarkan darah padahal andi tidak merokok, setelah diperiksa ternyata Andi menjadi seorang perokok pasif akibat mamangnya si Kodir.
   b)      Gunung semeru mulai aktif dan mengeluarkan gas panas, para penduduk yang hidup di kaki gunung semerupun akhirnya harus mengungsi dari sana. UKM organisasi pencinta alam UNWAHAS harus mengundur jadwalnya ke gunung semeru setelah mendengar kabar bahwa gunung semeru mulai mengeluarkan gas panas
    d.      Penalaran Deduksi
      Penalaran deduksi adalah penalaran yang dimulai dari peristiwaperistiwa yang umum mengarah pada kesimpulan yang khusus. Pada dasarnya merupakan penguraian atau pembuktian sebuah kesimpulan kedalam data-data khusus. Pola penalaran ini diterapkan dalam penulisan paragraf deduktif, yaitu pada paragraf yang kesimpulannya ditulis pada awal. Contoh:
     Keberhasilan dunia pertanian membawa dampak pada peningkatan kesejahteraan. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan pemuliaan tanaman. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi tanaman pangan. Usaha tersebut diterapkan pada hampir semua jenis tanaman, misalnya: padi, palawija, buah, sayur dan tanaman hias. Padi yang ditemukan sekarang mempunyai umur singkat, batang pendek, dan butir gabah banyak. Buah-buahan yang dijual di pasar selalu berkualitas tinggi begitu juga dengan sayur dan tanaman hias, semua menunjukkan kondisi baik.

C.     Salah Nalar
      Salah nalar (logical fallacy) adalah kekeliruan dalam proses berpikir karena keliru menafsirkan atau menarik simpulan. Kekeliruan ini dapat terjadi karena factor emosional, kecerobohan, atau ketidaktahuan (Suparno dan Yunus 2003:1.47). Secara garis besar, salah nalar dapat dikelompokkan menjadi lima, yakni generalisasi yang terlalu luas, kerancuan analogi, kekeliruan kausalitas, kesalahan relevansi, dan penyandaran terhadap prestise seseorang. Generalisasi yang terlalu luas merupakan salah nalar yang disebabkan oleh kurangnya data yang menjadi dasar generalisasi (penyimpulan).
      Kerancuan analogi merupakan salah nalar yang terjadi karena penggunaan analogi yang tidak tepat. Dua hal yang dibandingkan tidak memiliki kesamaan karakter yang esensial (pokok). Kesamaan yang terjadi hanya sebagian kecil. Kekeliruan kausalitas merupakan salah nalar yang terjadi sebagai akibat kekeliruan menentukan gejala atau peristiwa yang menjadi sebab atau akibat. Kesalahan relevansi merupakan jenis salah nalar yang terjadi sebagai akibat jika bukti, peristiwa, atau alasan yang diajukan tidak berhubungan atau tidak menunjang sebuah kesimpulan,
      Penyandaran pada prestise seseorang tanpa memperhatikan keahlian seseorang, jenis pernyataan, serta kebenaran pernyataan yang menjadi sandaran. Bila kita akan mengutip pernyataan seseorang tentang kondisi ekonomisebagai sebuah sandaran kesimpulan perlu memperhatikan apakah orang tersebut memang ahli ekonomi yang dibicarakan tentang ekonomi yang berasal dari pemikiran yang telah teruji kebenarannya. Contohnya adalah:
Broto mendapat kenaikan jabatan setelah ia memperhatikan dan mengurusi makam leluhurnya.
Anak wanita dilarang duduk di depan pintu agar tidak susah  jodohnya[5]
D.    Pengertian Paragraf
      Paragraf dapat diartikan sebagai rangkaian kalimat dengan kaidah-kaidah tertentu pula. Banyak pakar bahasa yang mendefinisikan paragraph. Widjono (2007: 173) menerangkan beberapa pengertian paragraf yaitu:
1.      Paragraf adalah karangan mini
2.      Paragraf adalah satuan bahasa tulis yang terdiri dari beberapa kalimat yang  tersusun secara runtut, logis, dalam satuan ide yang tersusun secara lengkap, utuh, dan padu
3.      Paragraf adalah bagian dari suatu karangan yang terdiri dari sejumlah kalimat yang mengungkapkan satuan informasi dengan pikiran utama sebagai pengendalinya dan pikiran penjelas sebagai pendukungnya. Sementara itu, Akhadiah (1991:144) menerangkan bahwa paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan. Dalam sebuah paragraf terkandung satu buah unit buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam paragraf tersebut, mulai dari kalimat pengenal, kalimat topik, kalimat-kalimat penjelas, sampai pada kalimat penutup. Himpunan kalimat ini saling bertalian dalam satu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan.
Berbeda dengan akhadiah, Gorys Keraf menyatakan bahwa paragraf adalah alenia. Alenia diartikan sebagai kesatuan pikiran yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat. Ia merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membuat sebuah ide (Gorys Keraf, 1977: 51)[6]
Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa paragraf merupakan sekumpulan kalimat yang dirangkai atau dihubungkan sehingga membentuk suatu gagasan tertentu.
E.     Macam-Macam Paragraf
      Macam-macam paragraf dapat dibedakan berdasarkan tempat dan fungsinya dalam karangan, letak kalimat utama dan isi. Berikut ini pembagian jenis-jenis parangraf berdasarkan kriteria tersebut.
1.      Jenis Paragraf Berdasarkan Tempat  dan fungsinya dalam Karangan
      Berdasarkan tempat dan fungsinya dalam karangan, paragraf dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: Paragraf pembuka, paragraf penghubung, dan paragraf penutup.
a.       Paragraf Pembuka
      Paragraf Pembuka memiliki peran sebagai pengantar bagi pembaca untuk sampai pada masalah yang akan diuraiakan oleh penulis. Oleh karena itu, paragraf pembuka harus menarik minat dan perhatian pembaca serta sanggup mempersiapkan pikiran pembaca kepada masalah yang akan diuraikan.[7]
b.      Paragraf Penghubung
      Paragraf penghubung adalah semua paragraf yang terdapat diantara paragraf pembuka dan paragraf penutup. Paragraf penghubung berfungsi menguraikan masalah yang akan dibahas oleh penulis. Semua inti persoalan yang akan dibahas oleh penulis diuraikan dalam paragraf ini. Oleh karena itu, secara kuantitatif paragraf ini merupakan paragraf yang paling panjang dalam keseluruhan karangan atau tulisan.
      Uraian dalam paragraf penghubung ini, antar kalimat maupun antar paragraf harus saling berhubungan secara logis. Sifat-sifat paragraf penghubung bergantung pola dari jenis karanganya. Dalam karangan-karangan yang bersifat deskriptif, naratif, eksposisi, paragraf-paragraf itu harus disusun berdasarkan suatu perkembangan yang logis. Bila uraian itu mengandung pertentangan pendapat, maka beberapa paragraf disiapkan sebagai dasar atau landasan untuk kemudian melangkah pada paragraf-paragraf yang menekankan pendapat pengarang.
c.       Paragraf Penutup
      Paragraf Penutup adalah paragraf yang berfungsi untuk mengakhiri karangan atau bagian karangan. Dengan kata lai, paragraf ini mengandung simpulan pendapat dari apa yang telah diuraikan dalam paragraf-paragraf penghubung atau bisa juga berupa penegasan kembali hal-hal yang dianggap penting dalam uraian-uraian sebelumnya.
2.      Jenis Paragraf Berdasarkan Letak Kalimat Utama
    Menurut Sirai, dkk. (1985: 70-71) berdasarkan letak kalimat utama, paragraf dibedakan menjadi empat yaitu: paragraf deduktif, induktif, campuran, dan tanpa kalimat utama.
a.       Paragraf Deduktif
      Paragraf deduktif dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat utama, kemudian diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas yang berfungsi menjelaskan kalimat utama. Paragraf ini biasanya dikembangkan dengan metode berpikir deduktif atau dari yang umum ke yang khusus.
b.      Paragraf induktif
      Paragraf induktif adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan penjelasan-penjelasan atau hal-hal terperinci kemudian ditutup dengan utama. Paragraf ini dikembangkan dengan metode berpikir induktif, yakni dari hal-hal yang khusus ke hal yang umum.
c.       Paragraf gabungan atau campuran
      Yakni paragraf yang inti gagasanya diletakkan pada bagian awal dan akhir. Dalam hal ini kalimat terakhir berisi pengulangan dan penegasan kalimat pertama. Pengulangan ini dimaksudkan untuk lebih mempertegas ide pokok karena penulis merasa perlu untuk itu. Jadi, pada dasarnya paragraf campuran ini tetap memiliki satu pikiran utama, bukan dua.
d.      Paragraf tanpa kalimat utama
      Paragraf ini tidak mempunyai kalimat utama. Berarti pikiran utama tersebar di seluruh kalimat yang membangun paragraf tersebut. Bentuk ini biasa digunakan dalam karangan berbentuk narasi atau deskripsi. [8]
3.      Jenis Paragraf Berdasarkan Isi
      Berdasarkan isinya, paragraf dibedakan menjadi lima, yakni paragraf narasi, deskripsi, eksplorasi, argumentasi dan persuasi.
a.       Paragraf narasi
      Paragraf narasi atau cerita adalah jenis adalah paragraf yang berisi cerita suatu persoalan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam paragraf narasi adalah:
   1)      Biasanya cerita disampaikan secara kronologis
   2)      Mengandung plot atau rangkaian peristiwa dan
   3)      Ada tokoh yang menceritakan, baik manusia maupun bukan.

b.      Paragraf deskripsi
      Paragraf deskripsi adalah jenis paragraf yang dibuat untuk menyampaikan gambaran secara objektif suatu keadaan sehingga pembaca memiliki pemahaman yang sama dengan informasi yang disampaikan. Ciri-ciri paragraf deskripsi adalah bersifat informatif.
c.       Paragraf eksposisi
      Paragraf eksposisi adalah karangan yang dibuat untuk menerangkan suatu pokok persoalan yang dapat memperluas wawasan pembaca. Untuk mempertegas masalah yang disampaiakan biasanya dilengkapi dengan gambar, data, dan statistik.
d.      Paragraf argumentasi
     Paragraf argumentasi adalah jenis karangan yang berisi gagasan lengkap dengan bukti dan alasan serta dijalin dengan proses penalaran yang kritis dan logis. Argumentasi dibuat unruk mempengaruhi atau menyakinkan pembaca untuk menyatakan persetujuanya.
e.       Paragraf persuasi
      Paragraf persuasi adalah jenis karangan yang disampaikan dengan mengunakan bahasa yang singkat, padat dan menarik untuk mempengaruhi pembaca sehingga pembaca terhanyut oleh siratan isinya.
F.      Teknik Pengembangan Paragraf
      Banyak siswa maupun mahasiswa mengalami kesulitan mengembangkan paragraf dengan kalimat-kalimat penjelas yang lebih kompleks. Mereka tahu dan paham akan gagasan inti yang akan ditulis dalam paragraf, tetapi kebingungan ketika akan menuangkannya secara sistematis. Atas dasar inilah diperlukan pengembangan paragraf secara lebih operasional sehingga menjadi keterampilan. Salah satu cara berlatih mengembangkan paragraf dapat dilakukan dengan membuat kerangka paragraf terlebih dahulu sebelum menulis paragraf itu sendiri. Sebagai contoh dapat dilihat paparan di bawah ini.
a.       Kerangka paragraf
Gagasan pokok:”Keindahan alam di Tawangmangu makin surut”
Gagasan penunjang: Manusia telah mengubah segala-galanya hutan, sawah dan ladang tergususr pohon-pohon tidak ada lagi pagar bunga sudah diganti gedung-gedung mewah dibangun.
b.      Hasil pengembangan paragraf.
      Bernostalgia tentang indahnya alam di Tawangmangu hanya akan menimbulkan kekecewaan saja. Dalam kurun waktu 25 tahun, dinamika kehidupan manusia telah mengubah segala-galanya. Hutan, sawah, dan ladang telah tergusur oleh berbagai bentuk bangunan. Ranting dan cabang pohon telah berganti dengan jeruji besi. Pagar tanaman dan bunga yang dulu bermekaran dengan indahnya telah diterjang tembok beton yang kokoh. Batu-batu gunung telah menghadirkan gedung plaza megah yang menelan biaya triliyunan rupiah. Arus modernisasi dengan angkuhnya telah menelan kemesraan dan indahnya alam ini.[9]
      Secara ringkas, pengembangan paragraf dapat dilakukan dengan memperhatikan hal-hal berikut. Pertama, susunlah kalimat topik dengan baik dan layak (jangan terlalu spesifik sehingga sulit dikembangkan, tetapi juga jangan terlalu luas sehingga memerlukan penjelasan yang panjang). Kedua, tempatkanlah kalimat topik dalam posisi yang menyolok dan jelas dalam sebuah paragraf.  Ketiga, dukunglah kalimat topik tersebut dengan kalimat-kalimat yang lebih detail. Keempat, gunakan kata-kata transisi, frasa dan alat lain di dalam dan di antara paragraf. Ada beberapa teknik (cara) mengembangkan paragraf yang dapat dilakukan. Teknik-teknik tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut.
a.       Secara Alamiah
      Dalam teknik ini penulis sekedar menggunakan pola yang sudah ada pada objek/kejadian yang dibahas. Susunan logis ini mengenal dua macam urutan, yaitu: (a) urutan ruang (spesial) yang membawa pembaca dari satu titik ke titik berikutnya yang berdekatan dalam sebuah ruang. Misalnya gambaran dari depan ke belakang, dari luar ke dalam, dari bawah ke atas, dari kanan ke kiri dan sebagainya; (b) urutan waktu (kronologis) yang menggambarkan urutan terjadinya pristiwa, perbuatan, atau tindakan. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini.
      Bangunan itu terbagi dalam empat ruang. Pada ruang pertama yang sering disebut dengan bangsal srimanganti, terdapat dua pasang kursi kayu ukiran Jepara. Ruangan ini sering digunakan Adipati Sidungriwut untuk menerima tamu kadipaten. Di sebelah kiri bangsal srimanganti, terdapat ruanngan khusus untuk menyimpan benda-benda pusaka kadipaten dan cendera mata dari kadipaten-kadipaten lain. Ruangan ini tertutup rapat dan dijaga oleh ksatria-kesatria terpilih oleh kadipaten Ranggenah. Ruangan tempat menyimpan benda-benda pusaka dan cendera mata ini sering disebut kundalini mesem. Agak jauh di sebelah kanan ruang kundalini mesem terdapat sebuah ruangan yanga senantiasa menebarkan aroma dupa. Ruang ini disebut ruang pemujaan karena di tempat inilah Sang Adipati selalu mengadakan upacara kebaktian. Beberapa meter dari ruang pemujaan terdapat ruangan kecil dengan sebuah tempayan besar di tengahnya. Ruangan ini sering disebut ruang reresik, karena ruangan ini sering digunakan untuk membersihkan diri Sang Adipati sebelum masuk keruang pemujaan. (Contoh pengembangan paragraf dengan pengembangan waktu).
b.      Klimaks dan Antiklimaks
      Gagasan utama dirinci dengan sebuah gagasan bawahan yang dianggap paling rendah kedudukannya. Kemudian, secara berangsur-angsur disusun dengan gagasan lain sampai pada gagasan yang paling tinggi kedudukannya/kepentingannya. Contoh berikut kiranya dapat memperjelas uraian ini.
      Bentuk traktor mengalami perkembangan dari jaman ke jaman seiring dengan kemajuan tehnologi yang dicapai umat manusia. Pada waktu mesin uap baru jaya-jayanya, ada traktor yang dijalankan dengan mesin uap. Pada waktu tank menjadi pusat perhatian orang, traktorpumn ikut-ikutan diberi model seperti tank. Keturunan traktor model tank ini sampai sekarang masih dipergunakan orang, yaitu traktor yang memakai roda rantai. Traktor semacam ini adalah hasil perusahaan Carterpilar. Di samping Carterpilar, Ford pun tidak ketinggalan dalam pembuatan traktor dan alat-alat pertanian lainnya. Jepang pun tidak mau kalah bersaing dalam bidang ini. Produk Jepang yang khas di Indonesia terkenal dengan nama padi traktor yang beentuknya sudah mengalami perubahan dari model-model sebelumnya (Contoh pengembangan paragraf dengan klimaks dan antiklimaks).
      Pikiran utama dari paragraf di atas adalah “Bentuk traktor mengalami perkembangan dari zaman ke zaman”. Pikiran utama itu kemudian dirinci dengan gagasan-gagasan: traktor yang dijalankan dengan mesin uap, traktor yang menggunakan roda rantai, traktor buatan Frod, dan traktor buatan Jepang. Variasi dari klimaks ialah antiklimaks. Pengembangan dengan antiklimaks dilakukan dengan cara menguraikan gagasan yang paling tinggi kedudukannya, kemudian perlahan-lahan menurun kegagasan lain yang lebih rendah.[10]
c.       Umum-Khusus dan Khusus-Umum (Deduktif & Induktif)
      Cara pengembangan paragraf yang paling banyak digunakan adalah cara umum-khusus dan khusus-umum. Paragraf jenis ini lebih dikenal dengan istilah deduktif dan induktif. Paragraf ini telah dicontohkan pada jenis-jenis paragraf sebagaimana dibahas di depan.
d.      Perbandingan dan Pertentangan
      Untuk menambah kejelasan sebuah paparan, sering kali penulis berusaha memperbandingkan atau mempertentangkan. Dalam hal ini penulis berusaha menunjukkan persamaan dan perbedaan antara dua hal. Syarat perbandingan dan pertentangan adalah dua hal yang tingkatannya sama dan dua hal itu mempunyai persamaan sekaligus perbedaan. Untuk lebih jelasnya, simak contoh berikut ini.
      Ratu Elizabeth tidak begitu tertarik dengan mode, tetapi selalu berusaha tampil di depan umum seperti apa yang diharapkan oleh rakyatnya. Keluar kota paling senang mengenakan pakaian yang praktis. Ia menyenangi topi dan scraf. Lain halnya dengan Margareth Thacher. Sejak menjadi pemimpin pertai Konservatif, ia melembutkan gaya berpakaian dan rambutnya. Ia membeli pakaian sekaligu dua kali setahun. Ia lebih cenderung berbelanja ke tempat yang agak murah. Ia hanya memakai topi ke pernikahan, ke pemakaman, ke upacara resmi misalnya ke parlemen. (contoh pengembangan paragraf dengan  perbandingan dan pertentangan).
e.       Analogi
      Analogi biasanya digunakan untuk membandingkan sesuatu yang sudah dikenal secara umum dengan hal baru yang belum dikenal. Analogi ini dimaksudkan untuk menjelakan hal yang kuarang dikenal tersebut.Berikut ini akan disajikan contoh paragraf yang dikembangkan dengan car analogi. Di dalam contoh berikut ini penulis ingin menjelaskan perbedaan filsafat dengan ilmu.
      Filsafat dapat diibaratkan sebagai pasukan marinir yang merebut pantai untuk mendaratkan pasukan infantri. Pasukan infantri ini diibaratkan sebagai ilmu pengetahuuan yang diantaranya terdapat ilmu filsafatlah yang memenangakan tempatberpijak bagi kegiatan keilmuan. Setelah itu ilmulah yang membelah gunung dan merambah hutan, menyempurnakan kemenangan ini menjadi pengetahuan yang dapat diandalkan. Filsafat menyerahkan daerah yang sudah dimenangkan itu kepada pengetahuan-pengetahuaan lainnya. Setelah penyerahan dilakukan, maka filsafatpun pergi kembali menjelajah laut lepas, berspekulasi dan meneratas (Contoh pengembangan paragraf pebandingan dan dengan analogi).
f.       Pengembangan Paragraf dengan Contoh-contoh
      Sebuah generalisasi yang terlalu umum seringkali memerlukan contoh-contoh yang kongkret agara pembaca tidak kebingungan. Berikut ini akan disajikan contoh sebuah paragraf yang dikembangkan dengan contoh-contoh kalimat penjelas. Kalimat topik contoh berikut ini mengandung ggagasan pokok tentang usaha pemerintah dalam mengejar ketertinggalan desa melalui berbagai cara, yaitu: ABRI masuk desa, Mahasiswa ber-KKN, koran masuk desa dan kemungkinan-kemungkinan lain.     
      Dalam rangka mengejar ketertinggalan desa baik dalam bidang pembangunan maupun dalam bidang pengetahuan, berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah. ABRI masuk desa sudah lama kita kenal. Hasilnya pun tidak mengecewakan, seperti: perbaikan jalan, pembuatan jembatan, pemugaran kampung, dan lain sebagainya. Contoh lain aadalah KKN yang dilaksanakan oleh mahasiswa. Hasil-hasil yang positif telah pula dinikmati oleh desa yang bersangkutan, misalnya: peningkatan pengetahuan masyarakat, pemberantasan buta aksara, perbaikan dalam bidang kesehatan daan gizi, dan lain-lain. Akhir-akhir ini surat kabar juga diusahakan masuk desa, walaupun hasilnya masih belum kelihatan. Barangkali perlu pula dipikirkan program selanjutnya, misalnya bahasa Indonesia masuk desa, jaksa masuk desa, listrik masuk desa dan sebagainya (Contoh pengembangan paragraf dengan contoh-contoh)
g.      Sebab-Akibat
      Hubungan kalimat dalam sebuah paragraf dapat berbentuk sebab akibat. Dalam hal ini dapta berfungsi sebagai pikiran utama, dan akibat sebagai pikiran penjelas; demikian pula sebaiknya. Untuk lebih jelasnya, perhatikan ciontoh berikut.
     Jalan Jenderal Sudirman akhir-akhir ini kembali macet dan semrawut. Lebih dari separuh jalan kendaraan kembali tersita oleh kegiatan pedagang kaki lima. Untuk mengatasinya, pemerintah daerah akan memasang pagar pemisah anatar jalan kendaraan dengan trotoar. Pagar ini juga berfungsi sebagai batas pemasangan tenda pedagang kaki lima tempat mereka diizinkan berdagang. Pemasangan pagar ini terpaksa dilakukan mengingat pelanggaran pedagang kaki lima di lokasi itu sudah sangat keterlaluan, sehingga menimbulkan kemacetan lalu lintas.
h.      Definisi luas
      Untuk memberikan batasan tentang sesuatu seringkali penulis harus menguraikan penjelasan dengan beberapa kalimat bahkan beberapa paragraf. Berikut ini akan disajikan contoh pengembangan paragraf yang befungsi menjelaskan apa yang diamksud dengan pompa hidran. Bagaimana cara kerjanya, dan bagian-bagian dari pompa tersebut.
      Pompa hidran (hidraulicran) ialah sejenis pompa yang dapat bekerja secara kontinue tanpa menggunakan bahan bakar atau energi tambahan dari luar. Pompa ini bekerja dengan memanfaatkan tenaga aliran air yang berasal dari sumber air, dan mengalirkan sebagian air tersebut ke tempat yangn lebih tinggi. Bagian utam sistem ini ialah pompa pemasukan, katub limbah, katub pengantar, katub udara, ruang udara, dan pipa pengeluaran. Pada dasarnya air dapat dipompakan karena adanya perubahan energi kinetis air jatuh, yang menimbulkan tenaga yang cukup tinggi dalam ruang udara, sehingga sanggup mengangkat dan mengalirkan air ke tempat yang lebih tinggi permukaannya. Desain katub limbah dan katub pemasukan dibuat sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi bergantian (Contoh pengembangan paragraf dengan definisi luas).
i.        Klasifikasi
      Dalam pengembangan paragraf, seringkali penulis mengelompokkan hal-hal yang mempunyai persamaan maupun perbedaan. Pengelompokan ini biasanya dirinci lebih lanjut kedalam kelompok-kelompok yang lebih kecil. Berikut ini akan disajikan contoh pengembangan paragraf dengan cara mengklasifikasikan.
      Dalam karang-mengarang atau tulis-menulis dituntut beberapa kemampuan antara lain kemampuan yang berhbungan dengan kebahasaan dan kemampuan pengembangan atau penyajian. Yang termasuk kemampuan kebahasaan adalah kemampuan menerapkan ejaan pungtuasi, kosa kata, diksi, dan kalimat. Sedankan yang dimaksud dengan kemampuan pengembangan ialah kemapuan menata paragraf, kemampuan membedakan pokok bahasan, subpokok bahasan, dan kemampuan membagi pokok bahasan dalam urutan yang sistematik (Contoh pengembangan paragraf dengan klasifikasi).[11]
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pengembangan penalaran tidak dapat dilepaskan dari pemikiran tentang bahasa dan pikiran.Berbicara mengenai pikiran dan bahasa, takubahnya seperti dua sisi mata uang, yakni sangat dekat jarak dan hubungannya dan tidak dapat dipisahkan. Dalam hubungan dengan pikiran dan bahasa, dikenal adanya inner speech dan external speech.inner speech merupakan suatu ujaran, yakni pikiran yang berkaitan dengan kata. Kata-kata itu lenyap pada saat pikiran terbentuk, sedangkan external speech menerangkan bahwa pikiran itu terwujud dalam kata-kata (Dardjowidjojo 2003:284). Hubungan antara pikiran dan bahasa pernah diteliti oleh Piaget. Menurut Piaget ada dua macam modus pikiran-pikiran terarah (directed) atau pikiran intelegen (intelligent) dan pikiran tak terarah atau pikiran austitik (austitic).
Penalaran dibagi menjadi dua yaitu penalaran induksi dan penalaran deduksi, dimana masing-masing penalaran tersebut terdapat sub pembagiannya kembali. Paragraf adalah kumpulan kalimat yang saling berkaitan dan hanya memiliki satu tema kemudian terdapat didalamnya kalimat utama dan kalimat penjelas. Ada banyak jenis-jenis paragraf yang dapat kita pelajari antara lain paragraf pembuka, paragraf penghubung, paragraf penutup, dan paragraf merata. Kemudian berdasarkan kalimat utamanya dapat dibedakan menjadi tiga, deduktif, induktif dan campuran
Pengembangan paragraf bisa dilakukan melalui beberapa teknik yaitu alamiah, klimaks anti klimaks, umum khusus dan khusus umum, perbandingan dan pertentangan,analogi, dengan contoh-contoh, sebab akibat, definisi luas, klasifikasi.

DAFTAR PUSTAKA
Adjat, Syakri. 1992. Bangun Paragraf Bahasa Indonesia. Bandung: ITB Bandung.
Alek & H. Ahmad H.P. 2010. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi.Yogyakarta:
Kencana Prenada
Rahman, Zikri.2012. Paragraf Bahasa Indonesia dan Penerapannya.Bogor: Surya Permata
Sugono, Dandy (Ed.). 2003b .Buku Praktis Bahasa Indonesia 2. Jakarta: Pusat Bahasa.


[1] Adjat, Syakri. 1992. Bangun Paragraf Bahasa Indonesia. Bandung: ITB Bandung. Hlm 23
[2] Ibid. hal 45
[3] Alek & H. Ahmad H.P. 2010. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi.Yogyakarta: Kencana Prenada. Hlm 42
[4] Rahman, Zikri.2012. Paragraf Bahasa Indonesia dan Penerapannya. Bogor: Surya Permata. Hlm 75
[5] Ibid,hlm 80
[6] Adjat, Syakri. 1992. Bangun Paragraf Bahasa Indonesia. Bandung: ITB Bandung. Hlm 56
[7] Sugono, Dandy (Ed.). 2003b .Buku Praktis Bahasa Indonesia 2. Jakarta: Pusat Bahasa. Hlm 89
[8] Ibid,hlm 94
[9] Adjat, Syakri. 1992. Bangun Paragraf Bahasa Indonesia. Bandung: ITB Bandung. Hlm 76
[10] Adjat, Syakri. 1992. Bangun Paragraf Bahasa Indonesia. Bandung: ITB Bandung. Hlm 88
[11] Rahman, Zikri.2012. Paragraf Bahasa Indonesia dan Penerapannya.Bogor: Surya Permata. Hlm 98


No comments:

Post a Comment