MAKALAH
TEKNIK
DICTOGLOSS
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bahasa merupakan alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi
atau berhubungan langsung baik lewat tulisan, lisan atau gerakan (bahasa
isyarat) dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan pada lawan
bicaranya/orang lain[1].
Melalui bahasa seseorang dengan mudah menyesuaikan
diri dengan lingkungan sekitar meliputi adat istiadat, tingkah laku, tata
krama di masyarakat, dan membaurkan
dirinya dengan segala bentuk masyarakat. Maka dari itu, keterampilan berbahasa
sangat diperlukan oleh setiap orang. Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek
yaitu keterampilan menyimak,
keterampilan berbicara, keterampilan menulis, dan keterampilan membaca. Keempat
keterampilan tersebut memiliki hubungan yang saling berkaitan.
Secara kuantitatif kegiatan menyimak merupakan satu
dari sekian banyak keterampilan yang mengambil porsi terbesar dalam setiap
aktivitas komunikasi. Secara kualitatif umumnya keterampilan ini masih buruk dan kurang efektif diajarkan[2].
Proses pembelajaran di sekolah dasar lah yang
memiliki peranan penting dalam mengembangkan keterampilan menyimak
seseorang. Dengan menguasai keterampilan
menyimak, maka siswa dapat
memperoleh informasi dari bahan simakan
secara maksimal. Dalam
pencapaiannya, banyak hambatan atau kendala pada keterampilan menyimak cerita
mata pelajaran bahasa Indonesia.
yaitu teknik yang digunakan dalam pengajaran
menyimak dengan cara menyajikan sebuah wacana lisan kepada siswa dan mereka
bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil untuk merekontruksi wacana yang
berdasarkan kepada kata-kata kunci tadi.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa Pengertian Teknik Dictogloss?
2.
Bagaimana Langkah-langkah Penggunaan Teknik
Dictogloss?
3.
Apa Saja Kelebihan Teknik Dictogloss?
4.
Apa Saja Kelemahan Teknik Dictogloss?
5.
Bagaimana Penggunaan Media Rekaman dalam Teknik
Dictogloss?
6.
Langkah-Langkah Apa saja untuk Mengatasi
Kelebihan/Kekurangan dalam Penggunaan Teknik Dictogloss?
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Menyelesaikan Tugas Mata Kuliah
2.
Agar
penulis maupun pembaca mampu mengetahui dan memahami Teknk Dictogloss
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Teknik
Dictogloss
Kata dictogloss berasal bahasa Inggris dan
terdiri dari dua kata, yaitu kata dicto atau dictate yang artinya dikte atau
imla, dan kata gloss yang artinya tafsir. Penulis berpendapat, bahwa teknik ini
merupakan gabungan dua teknik, yaitu dikte dan tafsir. Setelah teks dibacakan
dengan cara didiktekan, maka para siswa harus menafsirkan teks cerita yang
telah ia dengar tersebut.
David Nunan dalam Azies dan Alwasilah,
(1996:85), mengemukakan bahwa teknik dictogloss, yaitu sebuah teknik dalam
pengajaran menyimak yang tergolong komunikatif. Dalam teknik ini guru
membacakan sebuah wacana singkat kepada siswa dengan kecepatan normal dan siswa
diminta menuliskan kata sebanyak yang mereka mampu. Mereka kemudian bekerja
sama dalam kelompok-kelompok kecil untuk merekonstruksi wacana dengan
berdasarkan serpihan-serpihan yang telah mereka tulis. Teknik ini mirip dengan
teknik dikte tradisional, walaupun hanya bersifat superficial.
Dengan teknik ini siswa dilatih untuk
mendengarkan, memahami, menginterpretasikan serta memberikan tanggapan terhadap
informasi yamg didengarkannya. Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa
di dalam teknik dictogloss terdapat dua buah teknik yang digunakan sebagai
upaya pemahaman sebuah wacana lisan, yakni dikte dan teknik identifikasi kata kunci.
Teknik dikte digunakan ketika wacana diperdengarkan kepada siswa dengan
kecepatan normal, sedangkan teknik identifikasi kata kunci digunakan ketika
siswa diminta menuliskan kata-kata kunci atau kata-kata isi sebanyak yang
mereka mampu.
Djago Tarigan (1986:52), menyatakan bahwa
identifikasi kata kunci adalah memilih kata yang merupakan pokok pikiran utama
dalam wacana, maka dalam teknik dictogloss perlu adanya penemuan kata-kata yang
merupakan kata kunci. Wacana lisan yang didengarkan oleh siswa, yaitu berupa
rekaman cerita dalam kaset. Rekaman cerita tersebut merupakan salah satu media
audio. Aristo Rahadi (Depdiknas, 2003:33), menyatakan bahwa media audio sering
digunakan di sekolah. Program kaset audio termasuk media yang sudah
memasyarakat hingga ke pelosok pedesaan dan cukup ekonomis, karena biaya yang
diperlukan untuk pengadaan dan perawataan cukup murah untuk membantu guru dalam
menyampaikan pelajaran.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa teknik
dictogloss, yaitu teknik yang digunakan dalam pengajaran menyimak dengan cara
menyajikan sebuah wacana lisan kepada siswa dan mereka bekerja sama dalam
kelompok-kelompok kecil untuk merekontruksi wacana yang berdasarkan kepada
kata-kata kunci tadi.
B.
Langkah-langkah
Penggunaan Teknik Dictogloss
Ada empat langkah dalam teknik dictogloss yang
dikemukan oleh David Nunan dalam Azies dan Alwasillah (1996:86), yaitu:
a.
Persiapan.
Pada tahap ini guru mempersiapkan siswa untuk menghadapi teks yang akan mereka dengar dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mendiskusikan gambar stimulus, dengan membahas kosakata, dengan meyakinkan bahwa siswa tahu apa yang harus dilakukan, dan dengan meyakinkan bahwa siswa ada pada kelompok yang sesuai.
Pada tahap ini guru mempersiapkan siswa untuk menghadapi teks yang akan mereka dengar dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mendiskusikan gambar stimulus, dengan membahas kosakata, dengan meyakinkan bahwa siswa tahu apa yang harus dilakukan, dan dengan meyakinkan bahwa siswa ada pada kelompok yang sesuai.
b.
Dikte
Pembelajar mendengarkan dikte dua kali. Pertama
mereka hanya mendengarkan dan mendapatkan gambaran umum teks tersebut. Kedua,
mereka membuat catatan, dengan dimotivasi akan membantu mereka merekontruksikan
teks. Untuk alasan konsistensi, lebih baik siswa mendengarkan teks tersebut
melalui tape recorder bukan dari teks yang dibacakan guru.
c.
Rekonstruksi
Pada akhir dikte, pembelajar mengumpulkan catatan-catatan dan menyusun kembali teks versi mereka. Selama tahap ini perlu diingat bahwa guru tidak memberikan masukan bahasa pada siswa.
Pada akhir dikte, pembelajar mengumpulkan catatan-catatan dan menyusun kembali teks versi mereka. Selama tahap ini perlu diingat bahwa guru tidak memberikan masukan bahasa pada siswa.
d.
Analisis dan Koreksi
Ada berbagai cara untuk menangani tahap ini.
Pertama, setiap teks versi siswa bisa ditulis pada papan tulis atau ditayangkan
melalui overhead projector (OHP). Kedua, teks bisa diperbanyak dan
dibagi-bagikan kepada semua siswa. Ketiga, siswa bisa membandingkan versi mereka
dengan teks asli, kalimat demi kalimat.
C.
Kelebihan
Teknik Dictogloss
Teknik dictogloss ini bisa menjadi jembatan
yang berguna antara menyimak Bottom up dan Top down. Dalam kasus pertama,
pembelajar terutama berurusan dengan bagaimana mengenali unsur-unsur individual
dalam teks (strategi bottom-up). Namun, selama diskusi kelompok-kelompok kecil,
beberapa atau semua strategi top down mungkin disertakan. Pada strategi ini,
pembelajar akan mengintegrasikan pengetahuan “dalam kepala” atau background knowledge
mereka. Dengan teknik dictogloss pembelajar akan mampu:
a.
Membuat prediksi
b.
Membuat inferensi-inferensi hal-hal yang tidak
ada dalam teks
c.
Akan mengenali topik teks.
d.
Akan mengenali jenis teks (apakah naratif,
deskriptif, anekdot, dan sebagainya).
e.
Akan mengenali berbagai jenis hubungan semantik
di dalam teks (Azies dan Alwasilah, 1996:85-86).
Dengan demikian, teknik dictogloss mampu
memanfaatkan prinsip bahwa dua kepala selalu lebih baik daripada satu kepala.
Siswa mampu mengumpulkan dan memanfaatkan sumber-sumber, bahkan siswa yang
tergolong low-level. Dengan bekerja sama, siswa akan mampu melakukan sesuatu di
atas kompetensi mereka yang sebenarnya. Tentu saja, pengajaran menyimak dengan
teknik ini tidak harus mendominasi seluruh waktu dalam suatu tatap muka. Ia
bisa diintegrasikan dalam pelajaran apapun. Tahap pemanasan merupakan tahap
yang paling cocok dan dapat menyediakan cukup kesempatan untuk aktivitas
menyimak ini, karena pada tahap ini kita dapat membiasakan siswa dengan bahasa.
D.
Kelemahan
Teknik Dictogloss
Aristo (Depdiknas,2003:34), mengutarakan
kelemahan dalam menggunakan media rekaman adalah sebagai berikut :
a.
daya jangkaunya terbatas, tidak bisa
didengarkan secara massal;
b.
jika jumlah sasarannya sedikit dan hanya sekali
pakai, maka biaya produksi menjadi mahal;
c.
cenderung verbalisme karena semua informasi
hanya disajikan melalui suara, sehingga sulit untuk menyajikan materi yang
bersifat sangat teknis, praktek, dan eksak.
Tidak ada sebuah teknik pun yang sempurna. Jika
teknik tersebut memiliki kelebihan, maka kelemahan pun pasti dimiliki oleh
teknik tersebut. Begitupun dengan teknik dictogloss dalam pelaksanaannya di
lapangan terdapat beberapa kelemahan. Adapun kelemahan-kelemahan tersebut
adalah sebagai berikut.
a.
Kurangnya pengadaan media., karena dalam teknik
dictogloss ini memerlukan media yang baik dan tepat.
b.
Kurangnya waktu yang tersedia, karena dalam
teknik dictogloss ini memerlukan waktu yang lebih lama.
E.
Penggunaan
Media Rekaman dalam Teknik Dictogloss
Media rekaman atau media audio ialah media yang
berkenaan dengan indera pendengaran, seperti kaset dan radio. Seperti telah
disebutkan sebelumnya, bahwa dalam teknik dictogloss lebih baik bila digunakan
media rekaman sebagai alat bantu audio. Penggunaan teknik ini dimaksudkan
untuk:
a.
Membuat pembelajaran lebih produktif.
b.
Membuat pembelajaran lebih langsung dan segera.
c.
Membuat pembelajaran lebih seimbang dan merata
(Azies dan Alwasilah, 1996:86).
Oleh karena itu, penggunaan media rekaman atau
media audio ini sangat dianjurkan dalam pembelajaran menyimak. Namun, untuk
meraih keberhasilan dalam penggunaan media ini perlu diketahui beberapa hal,
seperti kedudukan penyimak, sifat media, langkah dalam penulisan naskah, dan
komponen dalam program audio.
Di dalam komunikasi, penyimak itu mempunyai
kedudukan yang penting. Komunikasi akan dikatakan efektif jika para penyimak
terpikat perhatiannya, dapat memahami isi pesan yang disampaikan, dan melakukan
kegiatan sesuai dengan rencana yang dibuat oleh penyusun program. Untuk
memproduksi program perlu diperhatikan sifat-sifat media yang digunakan. Media
audio itu bersifat auditif. Isi program yang disampaikan di telinga penyimak
itu hanya sepintas lalu saja. Penyimak yang tidak berkonsentrasi tentu tidak
dapat menangkap pesan yang disampaikan. Bila penyusun program ingin mendapatkan
hasil yang baik, program media ini harus bersifat akrab dengan penyimak.
Penulis naskah audio harus memperhatikan
kemampuan berpikir penyimaknya. Jenis penyimak itu sangat menentukan isi pesan
dan bahasa yang dipergunakan dalam penulisan naskah. Naskah audio yang
disajikan untuk pelajar harus mempergunakan kata-kata dan kalimat yang
diketahui oleh pelajar. Beberapa langkah dalam penulisan naskah diantaranya:
a.
menentukan topik;
b.
melakukan penelitian mengenai pokok masalah;
c.
membuat garis besar;
d.
menentukan format;
e.
menulis konsep;
f.
mengecek konsep; dan
g.
menulis naskah.
Pada akhirnya, dapat penulis simpulkan
penggunaan media rekaman atau media audio dalam pembelajaran menyimak dengan
teknik dictogloss sangat penting dan dapat menunjang keberhasilan dalam
kegiatan menyimak.
F.
Langkah-Langkah
untuk Mengatasi Kelebihan/Kekurangan dalam Penggunaan Teknik Dictogloss
Dalam pembelajaran menyimak dengan teknik
dictogloss diperlukan adanya langkah-langkah yang harus ditempuh untuk
mengatasi kelebihan/kekurangan dalam penggunaannya. Adapun langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut :
a.
Guru harus mempersiapkan segala sesuatunya
dengan sebaik-baiknya, baik secara teknis maupun praktis, yaitu persiapan
tertulis maupun tidak tertulis. Dimulai dari mempersiapkan siswa, media dan
sumber, sarana dan situasi yang mendukung terlaksananya pembelajaran menyimak
ini.
b.
Dalam menggunakan media harus tepat sehingga
tidak terjadi verbalisme, efektif dan efisien.
c.
Pada tahap rekonstruksi, guru harus memberi
keleluasaan kepada siswa untuk mengungkapkan pikiran, ide-ide, dan pendapatnya.
d.
Dalam menganalisis dan mengoreksi, setiap hasil
pendapat siswa lebih dihargai dan dinilai dengan seobyektif mungkin sehingga
tidak menjatuhkan siswa.
e.
Dengan teknik ini guru dapat memberikan cara
yang tepat untuk menyerap informasi lain.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Teknik Digtogloss ini siswa dilatih untuk mendengarkan,
memahami, menginterpretasikan serta memberikan tanggapan terhadap informasi
yamg didengarkannya. Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa di dalam
teknik dictogloss terdapat dua buah teknik yang digunakan sebagai upaya
pemahaman sebuah wacana lisan, yakni dikte dan teknik identifikasi kata kunci.
Teknik dikte digunakan ketika wacana diperdengarkan kepada siswa dengan
kecepatan normal, sedangkan teknik identifikasi kata kunci digunakan ketika
siswa diminta menuliskan kata-kata kunci atau kata-kata isi sebanyak yang
mereka mampu.
Teknik
dictogloss ini bisa menjadi jembatan yang berguna antara menyimak Bottom up dan
Top down. Dalam kasus pertama, pembelajar terutama berurusan dengan bagaimana
mengenali unsur-unsur individual dalam teks (strategi bottom-up). Namun, selama
diskusi kelompok-kelompok kecil, beberapa atau semua strategi top down mungkin
disertakan.
B.
Saran
Penulis menyadari bahwa makalah di atas
banyak sekali kesalahan dan jauh dari kata kesempurnaan. Penulis akan
memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber yang dapat di
pertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mengaharapkana kritik dan saran
mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. “Keterampilan Menyimak dan Pembelajarannya” (online) http://www.fileupi.com diakses tanggal 21 Oktober 2013
Arikunto, Suharsimi. 2006.
Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Azies, Alwasilah, 1996. Pokok-Pokok Keterampilan Dasar Mengajar.
Surabaya :
FBS
UNESA.
Hasbullah. 2009. Dasar – Dasar Ilmu
Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers
Hermawan, Herry. 2012. Menyimak Keterampilan Berkomunikasi yang Terabaikan. Bandung :
Graha Ilmu
Parsudi, Suparlan. 2001. Bahasa dan
Budaya. Yogyakarta : Intan Pariwara
Rubiyanto, Rubino. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Surakarta :
Program Studi
PGSD
Tarigan, Hery, Guntur. 2008. Menyimak sebagai Suatu Ketrampilan
Berbahasa.
Bandung
: Angkasa
No comments:
Post a Comment