1

loading...

Monday, September 9, 2019

MAKALAH PERKEMBANGAN HADIST PADA MASA RASULULLAH SAW HINGGA SEKARANG


MAKALAH


PERKEMBANGAN HADIST PADA MASA RASULULLAH SAW HINGGA SEKARANG

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
      Hadits sudah ada sejak awal perkembagan islam adalah sebuah kenyataan yang tidak dapat diragukan lagi. Sesungguhnya semasa hidup rasulullulah adalah wajar sekali jika kaum muslim (para sahabat r.a.) memperhatikan apa saja yang dilakukan maupun yang diucapkan oleh beliau, terutama sekali tentang fatwa-fatwa keagamaan. Orang-orang arab yang suka menghafal dan sayir-syair dari para penyair mereka, ramalan-ramalan dari peramalmereka pernyataan-pernyataan dari para hakim, tidak mungkin lengah untuk perbuatan dan ucapan-ucapan dari seorang yang mereka akui sebagai Rasul Allah.
      Disamping sebagai utusan Allah, nabi adalah panutan dan tokoh masyarakat. Selanjutnya dalam kepastiannya sebagai ap saja (Rasul, pemimpin masyarakat, panglima perang, kepala rumahtangga, teman) maka tingkah laku dan petunjuknya disebut sebagai ajran islam. Beliau sdar sepenuhnya bahwa agam yang dibawanya harus disampaikan dan terwujud secara kongkret dalm kehidupannya sehari-hari. Oleh karean itu, setaip kali ada kesempatan nabi memanfaatannya bedialog denganpara sahabat denga berbagai media, dan para sahabat juga memanfaatkan hak itu untuk mendalami ajaran ajaran islam.
       Minat yang besar dari para sahabat nabi untuk menerima dan menyampaikan hadist disebabkan oleh beberapa hal:
      pertama, dinyatakn oleh allah dalam al-qur’an, bahwa nabi Muhammad adalah panutan utama (uswah hasanah) yang harus diikuti oleh orang-orang beriman dan sebagai utusan allah yang harus ditaatin oleh mereka.
      Kedua, allah dan rasul-Nya memberikan penghargaan tinggi kepada mereka yang berpengetahuan. Ajaran ini telah mendorong parasahabat untuk berusaha memperoleh pengetahuan yang banyak, yang pada zaman nabi, sumber pengetahuan adalh nabi sendiri.
      Ketiga, nabi memerintahkan para sahabatnya untuk menyampaikan pengajaran kepada mereka yang tidak hadir. Nabi menyatakan bahwa boleh menjadi orang yang tidak hadir akan lebih paham dari pada mereka yang hadir mendengarakn langsung dari nabi. Perintah ini telah mendorong para sahabat unutk menyebarkan apa yang mereka peroleh nabi.

a)         Sejarh perkembangan hadist
b)        Periode pertama: perkembangan hadist masa rasulullah SAW.
c)         Periode kedua: perkembagan hadist pada masa khulafa’ ar-rasyidin (11 H-4H)
d)        Periode ketiga: perkembangan pada masa sahabat kecil dan tabiin
e)         Periode keempat: perkembangan hadist pada abad ll dan lll hijriah
f)         Fase pengumpulan dan penulisan hadis

C.    TUJUAN PEMBAHASAN
      Dalam setiap penelitian apapun bentuknya senantiasa dibarengi dengan tujuan tertentu, oleh karena itu sebagai kelengkapan penjelasan penulis mengenai tujuan dan kegunaanpenelitian yaitu untukmengetahui sejarah hadist baik dari zaman Rasulullah hingga zaman sahabat dan Tabiin
      Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah diharapkan agarpara pelajar mampu mengkaji tentang periwayatan hadist, baik pada masa Rasulullah SAW hingga pada masa sahabat 


A.    SEJARAH PERKEMBANGAN  HADITS  PERIODE PERTAMA  MASA RASULLAH
      Rasullah saw membina umatnya selamat 23 tahun.masa ini merupkan kurun waktu turunya wahyu dan sekaligus diwurudkannya hadits.keadaan ini sangat menuntut ke seriusan dan ke hati-hatian para sahabat sebagai pewaris pertama ajaran islam.Rasullah saw merupakan contoh satu-satunya bagi para sahabat,karna ia memiliki sifat ke sempurnaan dan ke utamaan selaku rasul allah swt yang berbeda dengan manusia lainnya
1.         Cara Rasullah SAW Menyampaikan Hadits
          Umat islam pada masa ini dapat secara langsng memperoleh hadits dari rasul saw sebagai sumber hadits.allah menurukan al-qur’an dan mengutus nabi Muhammad saw sebagai utusannya adalah sebuah paket yang tidak dapat di pisah-pisahkan,dan apa-apa yang di sampaikannya merupakan wahyu.allah berpiman dalam menggambarkan kondisi utusannya tersebut
                     يُوحَ وَحْيٌ إِلَّا هُوَ إِنْ,الْهَوَىٰ عَنِ يَنْطِقُ وَمَا
          Dan tiada lain di ucapkannya itu menurut ke mauan hawa nafsunya.ucapannya tiada lain hanyalah wahyu yang di wahyukan (kepadanya). (QS Al-Najm (53): 3-4)
Ada beberapa cara rasullah saw menyampaikan hadits kepada para sahabat,yaitu:
Pertama,melalui para jama’ah pada pusat pembinaannya yang di sebut majelis al-‘ilmi.melalui majelis ini para sahabat memperoleh banyak peluang untuk menerima hadits sehingga mereka berusha untuk selalu konsentrasikan diri guna mengikuti kegiatan dan ajaran nabi saw
Kedua,dalam banyak ke sempatan rasullah saw juga menyampaikan haditsnya kepada para sahabatnya yang kemudian di sampaikan kepada orang lain.untuk hal-hal yang sensitif,seperti yang berkaitan soal keluarga dan biologis (terutama yang menyangkut hubungan suami istri),ia sampaikan melalui istri-istrinya.
Ketiga,cara lain yang di lakukan rasullah saw adalah melalui ceramah atau pidato tempat terbuka,seperti ketika haji dan futuh mekkah
2.      Perbedaan para sahabat dalam menguasi hadits
·         Pertama perbedaan mereka dalam soal kesempetan bersama rasul saw.
·         kedua perbedaan mereka dalam soal sanggupan bertanya kepada sahabat lain.
·         ketiga perbedaan mereka secara waktu masuk islam dan jarak tempat tinggal dari masjid rasul SAW
B.     PERIODE KE-2 MASA KHULAFA AL-RASYIDIN
Periode ke dua sejarah perkembangan hadits,adalah masa sahabat,khususnya masa khulafa al-rasyidin (ABU BAKAR,UMAR BIN KHATAB,USMAN BIN AFFAN DAN ALI BIN ABI THALIB) yang berlansung sekitar tahun 11 H sampai 40 H.masa ini juga di sebut dengan masa sahabat besar karena masa ini perhatian para sahabat masih terfokus kepada pemeliharaan dan penyebaraan al-qur’an, maka periwayatan hadits belum begitu berkembang, dan ke lihatannya berusaha membatasinya. Oleh karena itu, masa ini oleh para ulamah di anggap sebagai masa yang menunjukkan adanya pembatasan periwayatan (al-tasabbut wa al-iqlal min al-riwayah).
C.    PERIODE KE-3 MASA SAHABAT KECIL DAN TABI’IN
Pada dasarnya periwayatan yang di lakukan oleh kalangan tabi’in tidak berbeda dengan yang di lakukan oleh para sahabat. Mereka,bagaimanapun,mengikuti jejak para sahabat sebagai guru mereka.hanya saja persoalan yang di hadapi mereka agak berbeda dengan yang di hadapi oleh para sahabat. Pada masa ini al-qur’an sudah di kumpulkan dalam satu mushaf. Di pihak lain, usaha yang telah di rintis oleh para sahabat, pada masa khulafa al-rasyidin, khususnya masa ke khalifaan usman para sahabat ahli hadits menyembar ke beberapa wiliyah ke kuasaan islam. Kepada mereka lah para tabi’in mempelajarin hadits.
Ketika pemerintahan di pegang oleh bani umayah, wilayah ke kuasaan islam sampai meliputi mesir, Persia, israq, afrika selatan, Samarkand, dan spanyol, di samping madinah, mekkah, basrah, syam dan khurasan. Sejalan dengan pesat perluasan wilayah kekuasaan islam, penyembaran para sahabat ke daerah-daerah tersebut terus meningkat,sehingga masa ini di kenal dengan masa penyembaran periwayatan hadits(intisyar al-riwayah al-amshar).
D.    PERIODE KE-4 PERKEMBANGAN  HADITS PADA ABAD KE II  DAN  III  HIJRIAH
                        Masa seleksi atau penyaringan hadits terjadi ketika pemerintahan di pegang oleh dinasti Bani Abbas, khusunya sejak masa Al-Makmun sampai dengan Al-Muktadir (sekitar tahun 201-300 H).
Munculnya periode seleksi ini, karna periode sebelumnya, periode tadwin, belum berhasil memisahkan beberapa hadits mauquf dan maqthu dari hadits marfu. Begitu pula belum bisa memisahkan beberapa hadits yang dhaif dari yang sahih. Bahkan masih ada hadis yang maudhu tercampur pada yang sahih.
Pada masa ini para ulama bersungguh-sungguh mengadakan penyaringan hadis yang di terimanya. Melalaui kaidah-kaidahnya yang di tetapkannya,para ulamah pada masa ini berhasil memisahkan hadis-hadis yang dha’if (lemah) dari yang sahih dan hadis-hadis yang mauquf (periwayatannya berhenti pada sahabatnya) dan mauquf (putus) dari yang marfu ( sanadnya sampai Nabi SAW), meskipun berdasar penelitian berikutnya masih di temukan terselifnya hadis yang dha’if pada kitab sahih pada karya mereka.
E.     PERIODE KE-5 MASA MENTASHIH-KAN HADITS  DAN PENYUSUNAN  KAIDAH- KAIDAHNYA
                       Penyusunan kitab-kitab pada masa ini lebih mengarah pada usaha mengembakan dengan beberapa variasi pentadwinan terhadap kitab-kitab yang sudah ada. Di antaran usaha itu, ialah mengumpulkan isi kitab sahih Bukhari dan Muslim, seperti yang di lakukan oleh Muhamma bin Abdillah Al-jauzaqi dan bin Al-furat (w. 414 H.). mereka juga mengumpulkan isi kitab hadis yang enam, seperti yang di lakukan oleh Al-Haq bin Abd Al_rahman Al-Asybili (terkenal dengan bin Al-kharrat w. 583 H), Al-Fairuz Abadi dan bin Al-Atsir Al-Jazari. Ada yang mengumpulkan kitab-kitab hadis mengenai hukum, seperti yang di lakukan oleh Al-Daruqutni, Al-Baihaqi, bin qiq Al-Id bin Hajar Al-Asqalani dan Bun Qudamah Al-Maqdisi
F.     PERIODE KE-6 DARI ABAD KE  IV TAHUN  656  H
                  Disamping memnyempurnakan kitab berdasarkan pola penyusunan ulama hadist sebelumnya, pada masa ini juga muncul sistem baru dalam penyusunan hadist. Sistem baru itu selanjutnya maelahirkan aneka kitab dengan aneka pola penyusunan pula’ kitab yang dimaksud antara lain sebagai berikut:
1)   Kitab athraf, yakni kitab hadist yang hanya menyebut sebagaian-sebagian saja dari mata-mata hadis tertentu, kemudian menjadikan keseluruhan sanad matan itu, baik sand yang berasal dari kitab yang dikutib matannya maupun dari kitab-kitab lainnya.
2)   Kitab mustakharaj, yakni kitab hadis yang memuat matan-matan hadist yang di riwayatkan bukhari, muslim dan keduanya, ataupun kitab yang di susun oleh ulama hadist lainnya. Kemudian si penyusun kitab meriwayatkan matan-matan hadist tersebut dengan sanad sendiri yang berbeda.
3)   Kitab mustadrak, yakni kitab hadist yang menghimpun hadis-hadis yang memiliki syarat-syarat bukhari dan muslim atau yang memiliki salahsatu syarat keduanya .
4)   Kitab jami’, yakni kitab hadist yangmenghmpun hadis-hadis nabi yang telah ada.
5)   Kitab yang menghimpun hadis-hadis ahkam.
6)   Kitab yang menghimpun hadis-hadis targhib wa tarbib.   

G.    PERIODE KE-7 (656 H – SEKARANG)
Pada periode ini, kegiatan terbanyak yang dilakuakan oleh para ulama adalah mempelajari kitab-kitab hadis yang telah ada untuk mengembngkannya, bentuk mengembangannya antara lain penyusunan kitab-kitab baru, selain bentuk seperti kitab-kitab yang sudah dan dan menempuh cara sepeti ulama sebelumnya.
Diantara kitab hadist dalam bentuk yang dimaksud dihasilkan pada periode ini adalah sebagai beriku:
1      Kitab syarah, antara lain fath al-Bariy karya ibnu hajar al-Astqalaniy; irsyiad al-sary, karya Muhammad al-Qatsthalany; al-minhaj, syarh shahih Mualim, karya imam nawawi; serta zad al-Muslim, syarh shahih bukhari dan muslim karya habibullah as-syanqithi.
2      Kitab mukhtashar (ringkasan), antara lain kitab al-jami’al-sughir, ringkasan dari kitab al-jam’u al-jawami’ karya imam asy-syuyuthi dan mukhtashar shahih muslim oleh M. Fuad Abdul Baqy.
3      Kitab, takhrij antara lain takhrij ahadist al-ihya, karya al-iraqiy dan tak hrij ahadis tafsir al-kasyaf, akarya al-zaila’iy.
4      Kitab atharaf antara lain kitab atharaf al-ahadist al-mukhtarah, karya ibnu hajar dan athraf sahahih ibnu hibban karya al-iraqiy
5      Kitab zawaid antara lain kitab al-zawaid al-sunnah al-qubra, karya al-busyiry dan al-mathalib al-aliyah fi zawaid al-masanid al-tsanawiyah karya ibnu hajar al-‘Asqalani
6      Kitab penunjuk hadist antara lain miftah kunuz as-sunnah dan mu’jam al-mufahrasy li alfazh al-hadist karya prof.DR A.J.           
  
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

      Jadi pada masa nabi SAW. Ada beberapa cara yang ditempuh oleh Rasullulah SAW. Dalam menyampaikan suatu hadist yaitu:
·                Melalui majelis al-‘alim, yaitu pusat atau tempat pengajian yang diadakan oleh nabi untuk membina para jamaah.
·                Dalam sutu kesempatan rasulullah juga bisa menyampaikan hadisstnya kebeberapa sahabat yang sempat hadir dan beremu beliau, yang kemudian hadist yang didapat itu kemudian sahabat menyampaiakan nya lagi kepada sahabat laian yang belum sempat hadir dihadapan rasulullah.
·                Untuk hal-han yang sensitive, seperti hal-hal yng berkaitan dengan soal keluarga dan biologis, dan yang terutama soal yang menyangkut hubungan suami istri, rasulullah menyampaiaknnya melalui istri-istrinya,jadi pada hal yang sensitive nabi SAW. Dibntu untuk menyelesaikan masalah tersebut oleh istri-istri beliau.
·                Melalui hadist yang telah rasulullah sampaiakn kepada para sahabat, kemudain para sahabat yang dipercaya disebarakn lagi keapda masyarakat shingga hadist-hadis tersebut dapt cepat tersebar dikalangan masyarakat pada saat itu.
A.    SARAN
Dan diakhir tulisan ini penulis ingin menyampaikan beberapa saran pada pembaca:
·                Hendaknya setiap orang tetap bersifat terbuka terhadap berbagai pendekatan dan sistem pendidikan yang ada
·                Semoga makalah ini dapt bermanfaat bagi semua orang terkhusus bagi penulis, amin yaa rabbal alamin

DAFTAR PUSTAKA

Suparta,Munzier.2014.Ilmu hadis.Jakarta:Rajawali Pers.

No comments:

Post a Comment