MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA UNTUK ANAK
“PENGERTIAN AKHLAK DALAM KEHIDUPAN”
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Akhlak merupakan sifat
yang tumbuh dan menyatu di dalam diri seseorang.Dari sifat yang ada itulah
terpancar sikap dan tingkah laku perbuatan seseorang, seperti sifat sabar,
kasih sayang, atau malah sebaliknya pemarah, benci karena dendam, iri dan
dengki, sehingga memutuskan hubungan silaturahmi.
Akhlak merupakan batu
pondasi suatu kaum. Akhlak yang baik dan mulia akan mengantarkan kedudukan
seseorang pada posisi yang terhormat dan tinggi. Atas dasar itulah kami
menyusun makalah ini, agar kita semua sebagai makhluk Allah, tidak tersesat
dalam menjalani hidup, dan dapat menjadikan Rasulullah sebagai idola kita,
karena sesungguhnya pada diri Rasulullah terdapat suri tauladan yang baik bagi
kita.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa itu pengertian akhlak
2.
Apa itu ruang lingkup akhlak
3.
Apa itu perbandingan ukuran baik buruk dalam akhlak
4.
Apa itu aliran dalam filsafat etika
5.
Apa itu implementasi akhlak dalam kehidupan bersama
C.
Tujuan Penulis
1.
Mengetahui pengertian akhlak dan ruang lingkup
2.
Mengetahui ruang lingkup akhlak
3.
Mengetahui perbandingan ukuran baik buruk dalam akhlak
4.
Mengetahui aliran dalam filsafat etika
5.
Mengetahui implementasi akhlak dalam kehidupan bersa
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Ilmu Akhlak
Ada dua pendekatan yang dapat di gunakan untuk mendefinisikan akhlak
yaitu pendekatan linguistic (kebahasaan), dan penekatan terminologik
(peristilahan).Secara bahasa akhlak berasal dari kata اخلق – يخلق – اخلاقا artinya
perangai, kebiasaan, watak, peradaban yang baik, agama. Kata akhlak sama dengan
kata khuluq.Secara istilah akhlak berasal dari :[1]
1. Ibnu Miskawaih: sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya
untuk melaksanakan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
2. Imam Ghazali: sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan
macam-macam perbuatan yang mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
3. Ibrahim Anis dalam Mu`jam al-Wasith : sifat yang
tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau
buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.
4. Dalam kitab Dairatul Ma`arif : sifat-sifat yang
terdidik.
B.
Ruang Lingkup Akhlak
Jika definisi tentang
ilmu akhlak tersebut kita perhatikan dengan seksama, akan tampak bahwa ruang
lingkup pembahasan ilmu akhlak adalah membahas tentang perbuatan – perbuatan
manusia, kemudian menetapkannya apakah perbuatan tersebut tergolong perbuatan
yang baik atau perbuatan yang buruk.
Dengan mengemukakan
beberapa literaratur tentang akhlak tersebut menunjukan bahwa keberadaan ilmu
akhlak sebagai sebuah disiplin ilmu agama sudah sejajar dengan ilmu-ilmu
keislaman lainnya, seperti tafsir, tauhid, fiqh, sejarah islam, dan lai-lain.
Pokok-pokok masalah yang dibahas dalam ilmu akhlak pada intinya adalah
perbuatan manusia.
Tujuan akhlak adalah
menggapai suatu kebahagiaan hidup umat manusia baik di dunia dan di
akhirat.Dikarekan itulah kita sebagai manusia untuk hidup saling membantu baik
dari pekerjaan, kebutuhan atau lainnya.
C.
Perbandingan Baik Buruk Akhlak Aliran dalam
filsafat Etika
a) Pengertian akhlak dan
etika
Secara etimologis, akhlak berasal
dari bahasa Arab, jama’ah dari khuluqun artinya budi pekerti, tingkah laku,
tabi’at, dan lain-lain.Akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan
buruk, antara yang terpuji dan yang tercela, baik perkataan maupun perbuatan
manusialahir dan batin (Hamzah Ya’qoub).
Dikatakan pula, akhlak adalah
ilmu pengetahuan yang memberikan pengertian tentang baik dan buruk, ilmu yang
mengerjarkan pergaulan manusia dan menyatakan tujuan mereka yang terakhir dari
seluruh usaha dan pekerjaan mereka.
Sedangkan etika ialah ilmu
tentang tingkah laku manusia, prinsip-prinsip yang sistematis tentang tindakan
moral yang betul, bagian filsafat yang memperkembangkan teori tentang tindakan,
hujah-hujahnya dan tujuannya yang diarahkan kepada makna tindakan.
Dengan kata lain, etika adalah
ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat
dipahami oleh pikiran manusia. Untuk mendapatkan konsep yang sama mengenai
penilaian baik dan buruk bagi semua manusia dalam ruang dan waktu tertentu[2]. Sesuatu
hal dikatakan baik bila ia mendatangkan rahmat dan memberikan perasaan senang
atau bahagia. (Sesuatu dikatakan baik bila ia dihargai secara positif). Segala
yang tercela.Perbuatan buruk berarti perbuatan yang bertentangan dengan
norma-norma masyarakat yang berlaku.
Kriteria perbuatan baik atau buruk yang akan diuraikan di bawah ini sebatas berbagai aliran atau faham yang pernah dan terus berkembang sampai saat ini..[3]
Kriteria perbuatan baik atau buruk yang akan diuraikan di bawah ini sebatas berbagai aliran atau faham yang pernah dan terus berkembang sampai saat ini..[3]
1) Aliran etika naturalism
Aliran
ini berpendirian bahwa sesuatu dalam dunia ini menuju kepada suatu tujuan
dengan memenuhi panggilan nature/alam setiap sesuatu akan dapat sampai kepada
kesempurnaan. Yang menjadi ukuran baik dan buruknya perbuatan manusia adalah
perbuatan yang sesuai dengan fitrajh / naluri manusia itu sendiri.
Yang menjadi ukuran baik atau buruk adalah :”apakah sesuai dengan keadaan alam”, apabila alami maka itu dikatakan baik, sedangkan apabila tidak alami dipandang buruk.
Yang menjadi ukuran baik atau buruk adalah :”apakah sesuai dengan keadaan alam”, apabila alami maka itu dikatakan baik, sedangkan apabila tidak alami dipandang buruk.
2) Aliran etika hedonisme
Aliran
hedonisme berpendapat bahwa aliran baik dan buruk adalah kebahagiaan karenanya
suatu perbuatan dapat mendatangkan kebahagiaan maka perbuatan itu baik dan
sebaliknya perbuatan itu buruk apabila mendatangkan penderitaan.
Maksud dari kebahagiaan dari aliran ini adalah hedone, yakni kelezatan, kenikmatan, dan kepuasan rasa serta terhindar dari penderitaan.Ada juga yang mengartikan kelezatan adalah ketentraman jiwa yang berarti keimbangan badan.
Maksud dari kebahagiaan dari aliran ini adalah hedone, yakni kelezatan, kenikmatan, dan kepuasan rasa serta terhindar dari penderitaan.Ada juga yang mengartikan kelezatan adalah ketentraman jiwa yang berarti keimbangan badan.
3) Aliran etika utilitarisme
Paham
ini berpendapat bahwa yang baik adalah yang bermanfaat hasilnya dan yang buruk
hasilnya tidak bermanfaat.Manfaat disini adalah kebahagiaan untuk
sebanyak-banyak manusia dari segi jumlah atau nilai.
Maksud dari paham ini adalah agar manusia dapat mencari kebahagiaan sebesar-besarnya untuk sesama manusia atau semua mahkluk yang memiliki perasaan.
Maksud dari paham ini adalah agar manusia dapat mencari kebahagiaan sebesar-besarnya untuk sesama manusia atau semua mahkluk yang memiliki perasaan.
4) Aliran etika idealisme
i.
Wujud
yang paling dalam arti kenyataan (hakikat) ialah kerohanian. Seorang berbuat
baik pada prinsipnya bukan karena dianjurkan oleh orang lain melainkan timbul
dari dirinya sendiri dan rasa kewajiban.
ii.
Faktor
yang paling penting mempengaruhi manusia adalah “kemauan” yang melahirkan
tindakan konkret dan menjadi pokok di sini adalah “kemauan baik”.
iii.
Dari
kemauan yang baik itulah dihubungkan dengan sesuatu hal yang menyempurnakannya
yaitu “rasa kewajiban”.
Menurut aliran ini “kemauan” merupakan faktor terpenting dari wujudnya tindakan-tindakan yang nyata. Kemauan perlu disempurnaka dengan perasaan kewajiban agar terwujud tindakan yang baik.
Menurut aliran ini “kemauan” merupakan faktor terpenting dari wujudnya tindakan-tindakan yang nyata. Kemauan perlu disempurnaka dengan perasaan kewajiban agar terwujud tindakan yang baik.
5) Aliran etika vitalisme
Perbuatan
baik menurut aliran ini adalah orang yang kuat, dapat memaksakan dan menekankan
kehendaknya.Agar berlaku dan ditaati oleh orang-orang yang lemah.Manusia
hendaknya mempunyai daya hidup atau vitalita untuk menguasai dunia dan
keselamatan manusia tergantung daya hidupnya.
6) Aliran etika teologi
Aliran
ini menyatakan bahwa baik dan buruknya perbuatan sekarang tergantung dari
ketaantan terhadap ajaran Tuhan lewat kitab sucinya.Hanya saja aliran ini tidak
menyebutkan dengan jelas Tuhan dan Kitab sucinya.
Yang menjadi ukuran baik-buruknya perbuatan manusia adalah didasarkan kepada ajaran Tuhan.Segala perbuatan yang diperintah Tuhan itu perbuatan yang baik dan segala perbuatan yang dilarang oleh Tuhan itu perbuatan buruk.
Yang menjadi ukuran baik-buruknya perbuatan manusia adalah didasarkan kepada ajaran Tuhan.Segala perbuatan yang diperintah Tuhan itu perbuatan yang baik dan segala perbuatan yang dilarang oleh Tuhan itu perbuatan buruk.
7) Aliran ajaran islam
Menurut
paham ini bahwa penentuan baik dan buruk dalam ajaran Islam harus didasarkan
pada petunjuk Al-Quraan dan As-Sunnah.Ada beberapa istilah yang mengacu kepada
yang baik, diantaranya Al-Khair lawannya As-Syarr.
Adanya berbagai istilah yang demikian variatif yang diberikan Al-Quran dan Al Hadis itu menunjukan bahwa penjelasan sesuatu yang baik menurut ajaran agama Islam jauh lebih lengkap dan komprehensif karena meliputi kebaikan yang bermanfaat bagi akal, ruhani, jiwa, kesejahteraan di dunia dan akhirat, serta akhlak yang mulia.
Adanya berbagai istilah yang demikian variatif yang diberikan Al-Quran dan Al Hadis itu menunjukan bahwa penjelasan sesuatu yang baik menurut ajaran agama Islam jauh lebih lengkap dan komprehensif karena meliputi kebaikan yang bermanfaat bagi akal, ruhani, jiwa, kesejahteraan di dunia dan akhirat, serta akhlak yang mulia.
b) Perbandingan akhlak dan etika
Akhlak merupakan sebuah wahyu dari Allah dan
bersifat mutlaq tidak dapat di rubah-rubah.[4]Sedangkan
etika merupakan sebuah dasar pikiran manusia yang bersifat relatif sehingga
bisa berubah-ubah, tapi jika jika etika tersebut merupakan hasil dari izma-izma
para ulama bisa bersifat mutlaq[5].Persamaan
akhlak dengan etika adalah karena keduanya membahas masalah baik dan buruk,
tentang tingkah laku manusia, serta bertujuan agar manusia mempunyai budi
perkerti yang baik.
D. Implementasi Akhlak Untuk Kehidupan Bersama
Akhlaq mulia merupakan cita-cita
yang diharapkan terwujud di setiap pribadi manusia yang akan senantiasa
dinantikan sebagai penghias karakter seluruh generasi di segenap masa. Berikut akan dijelaskan
beberapa penerapan akhlaq mulia :
1.
Akhlak kepada kholik (pencipta)
Salah
satu perilaku atau tindakan yang mendasari akhlak kepada Pencipta adalah
Taubat. Selain itu, kita juga harus beriman kepada Allah semata, menyembah,
beribadah, dan berdoa hanya kepada Allah, mencintai, bersyukur, berdzikir,
tawakal, dan takwa kepada Allah, dan sebagainya.
2.
Akhlak kepada sesama
a)
Akhlak kepada sesama muslim
Penerapan akhlaq kepada sesama muslim misalnya
ketika kita ingin di hargai oleh orang lain, maka kewajiban kita juga harus
menghargai orang lain, menghormati orang yang lebih tua, menyayangi yang lebih
muda, menyantuni yang fakir, menjaga lisan dalam perkataan agar tidak membuat
orang lain disekitar kita merasa tersinggung, dan sebagainya.
b)
Akhlak kepada sesama nonmuslim
Akhlaq antara sesama nonmuslim diajarkan dalam
agama karena mereka (nonmuslim) juga merupakan makhluk. Berbicara masalah
keyakinan adalah persoalan nurani yang mempunyai asasi kemerdekaan yang tidak
bisa dicampuradukkan hak asasi kita dengan hak merdeka orang lain, apalagi
masalah keyakinan, yang terpenting adalah kita lebih jauh memaknai kehidupan
sosial karena dalam kehidupan ada namanya etika sosial[6]. Masalah etika sosial
tidak terlepas dari karakter kita dalam pergaulan hidup.[7]
3.
Akhlak kepada diri sendiri
a)
Menjaga kehormatan dan harga diri, membersihkan
diri lahir dan batin.
b)
Memiliki dan memupuk sifat-sifat terpuji.
c)
Taat menjalankan ajaran agama.
d)
Menjaga lisan, mata, telinga, dan tangan dari
perbuatan tercela.
e)
Mencari rezeki yang halal.
f)
Selalu berusaha mendekatkan diri kepada Allah,
beramal shaleh, meningkatkan iman dan takwa.
4.
Akhlak kepada keluarga
Berikut akan diberikan beberapa contoh penerapan
akhlaq mulia kepada keluarga :
a)
Kepada orangtua : berbakti, menghormati,
menyayangi dan mendoakan keduanya, tidak berkata kasar, tidak menyakiti hati
dan fisik mereka, apabila mereka sudah sepuh, keduanya disantuni dan diberi
nafkah.
b)
Kepada istri atau suami : menjaga kedamaian,
ketenangan, saling menghormati, saling menyayangi, bersikap jujur dan terbuka,
tidak selingkuh dan saling curiga, dan sebagainya.
c)
Kepada tetangga dan masyarakat : saling
membantu, tenggang rasa, gortong royong, saling menghormati, saling meminta dan
memberi, dan sebagainya.
d)
Hormat dan memuliakan guru dan dosen, dan
sebagainya.
5.
Akhlak kepada lingkungan (alam semesta)
a)
Memperhatikan dan merenungkan penciptaan alam
semesta serta bersyukur kepada Allah.
b)
Memanfaatkan alam semesta dengan
sebesar-besarnya bagi kemakmuran hidup manusia.
c)
Menjaga keseimbangan dan kelestarian lingkungan
flora dan fauna serta alam semesta ini untuk kepentingan manusia.
d)
Tidak berlaku dzalim, aniaya, atau
mengeksploitasi secara semena-mena, seperti penebangan hutan secara liar,
penggalian tambang tanpa mempedulikan lingkungan, membuat polusi, dan sebagainy
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian dan
penjelasan diatas mengenai Akhlak, dapat kita tarik kesimpulan sebagai berkut ;
1. Akhlaq mulia merupakan cita-cita yang diharapkan terwujud di
setiap pribadi manusia yang akan senantiasa dinantikan sebagai penghias
karakter seluruh generasi di segenap masa
2. Sebagai manusia kita harus memahami dan menerapkan beberapa
akhlak, yakni Akhlak kepada pencipta, kepada sesama baik muslim maupun
nonmuslim, diri sendiri, keluarga, dan lingkungan.
3. Zaman yang semakin modern membuat manusia menjadi lupa diri dan
sering berada diluar garis batas ajaran agamanya.
4. Manusia yang hidup didunia harus memiliki aqidah dan akhlak yang
kokoh sebagai benteng sehingga tidak tersesat dan apa-apa yang kita lakukan
tidak melanggar ajaran agama yang telah ditentukan.
5. Dan untuk menjaga akhlak, kiat harus sering mengingat Allah dan
bergaul dengan orang-orang shaleh agar pada saat kita lupa kita cepat
disadarkan kembali untuk kembali ke jalan yang benar.
DAFTAR PUSTAKA
Prof.Dr.H.Abuddin
Nata, MA, 2006. Akhlak Tasawwuf . Jakarta. PT RajaGrafindo
Persada.
Departemen Agama R.I., 2005. Al-Qur’an
dan Terjemahnya. PT. Syaamil.Kaelany.(2009). Islam Agama Universal.
Jakarta: Midada Rahma Press.
Gandaatamaja,
Muhtar, Ahmad Saefurrizal. 2000: Kuliah Al-Isla Akidah, Syari’ah, dan Akhlak.
Lembaga Pendidikan dan Dakwah Al-Hikmah. Bandung.
[2] Muhyar Fanani, Metode Studi Iskam: Aplikasi Sosiologi
Pengetahuan Sebagai Cara Pandang (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2008), ix
[5] Subahri Subahri, “Aktualisasi Akhlak Dalam Pendidikan ,”
ISLAMUNA: Jurnal Studi Islam 2 no. 2 (5 Desember 2015): 169.
No comments:
Post a Comment