MAKALAH SEJARAH ISLAM INDONESIALATAR BELAKANG PERANG MOTIV AGAMA, DEVIDE ET IMPERA ALA BELANDA SERTA PERLAWANAN BANGSA INDONESIA TERHADAP PENJAJAH
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Islam merupakan
agama yang memiliki banyak sudut pandang, ada yang menganggapnya berkah ada
pula yang menganggapnya terror. Dalam Islam ada yang menggunakannya sebagai
pedoman dalam kelakuan. lalu ada yang memaksa dalam melaksanakan perintah
tuhan-Nya ada yang mengajak dalam melaksanakan perintahNya. Terkadang orang
menganggapnya identik dengan kerasnya kondisi Timur Tengah terkadang orang
menganggapnya identik dengan lembutnya kondisi di Nusantara1 .
Sampai saat ini umat Islam masih terus
mengalami perkembangan, di hampir seluruh belahan dunia, termasuk di Eropa yang
letaknya tidak dekat dari tempat dimana Islam pertama kali muncul dan
berkembang, ada kelompok -kelompok muslim yang tinggal dan menetap di daerah
tersebut2 . Islam mulai masuk ke Eropa sudah dimulai dari berabad-abad yang
lalu. Semua itu di awali oleh penaklukan negara Andalusia pada tahun 756 M –
1492 M di Semenanjung Iiberia. Kemudian berlanjut melalui Sisilia serta
penaklukan wilayah Balkan yang dilakukan oleh kekhalifahan Utsmaniyyah.
Kehadiran dan perkembangan Islam
B.
Rumusan Masalah
A. Bagaimana Latar
Belakang Perang Motif Agama?
B. Apakah Sebab dan Tujuan Perang Dalam Islam?
C. Bagaimana Devide
Et Implera Ala Belanda ?
D. Bagaiman Perlawanan Bangsa Indonesia Terhadap Penjajahan
Bangsa Barat?
C.
Tujuan Masalah
A. Mengetahui
Latar Belakang Perang Motif Agama
B. Mengetahui Sebab dan Tujuan Perang Dalam Islam
C. Mengetahui
Bagaimana Devide Et Implera Ala Belanda
D. Mengetahui tentang bagaimana Perlawanan Bangsa Indonesia
Terhadap Penjajahan Bangsa Barat
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Latar Belakang Perang Motif Agama
Konfrontasi
antara dunia barat terhadap umat islam sebetulnya bukan hal yang baru. Hal ini
terjadi sejak terjadinya perang salib pada masa Nabi Muhammad SAW pada abad ke
7 M. Dimulai dengan kejatuhan Konstantinopel di kerajaan Byzantium oleh tentara
muslim yang berimbas pada perang salib. Setelah beberapa abad terjadinya perang
salib, pandangan dunia barat semakin negatif terhadap umat Islam pasca serangan
teroris yang dilakukan oleh Al Qaeda terhadap Amerika Serikat pada tanggal 11
September 2001. Dimana serangan teroris yang terkenal dengan sebutan tragedi
9/11 tersebut menghancurkan gedung World Trade Center (WTC) dan juga gedung
pertahanan Amerika Serikat Pentagon. Selain penyerangan terhadap Amerika, di
tahun 2004 gerakan Al Qaeda juga menyerang London, ibukota Inggris, dan pada
tahun 2005 gerakan yang sama juga menyerang Madrid, ibukota spanyol. Hal inilah
yang menyebabkan bangsa barat memandang islam sebagai agama yang keras. Kenapa
terorisme yang dilakukan oleh gerakan Al Qaeda selalu dikaitkan dengan islam,
hal ini 2 disebabkan karena Al Qaeda mengaku bahwa serangan yang mereka
lancarkan terhadap bangsa barat dalah bentuk sebuah Jihad. Jihad oleh dunia
barat selalu berkaitan dengan umat islam.
Oleh karena
itu, Dunia barat khususnya negara-negara penganut paham liberalis menganggap
bahwa islam adalah agama yang keras dan indentik dengan jihad dalam bentuk
terorisme seperti pengeboman bunuh diri dan pembajakan pesawat seperti pada
tragedy WTC 9/11 silam. Perang yang dilakukan oleh bangsa barat terhadap kaum
muslimin yang bertajuk dengan pembasmian terorisme ternyata juga masih
berhubungan dengan kekalahan mereka di perang salib. Menurut Z. A. Maulani
dalam bukunya yang berjudul Mengapa Barat Memfitnah Islam, bahwa perang
pembasmian terorisme internasional di abab ke 21 mempunyai latar belakang
keinginan balas dendam di alam bawah sadar masyarakat barat, yang mengalami
trauma sebagai dampak dari kegagalan bangsa Kristen Eropa dalam perang salib
(Maulani, 2002: 60). Hal ini pulalah yang menjadi latar belakang kenapa
serangan yang merobohkan menara WTC selalu dikaitkan dengan gerakan ekstrim
kiri Islam Alqaeda, di Afghanistan.
Kenapa
Islam dan jihad oleh bangsa barat selalu diartikan dengan tindakan terorisme?
Padahal menurut Rohimin jihad yang berasal dari kata jahada – yujahidu,
memiliki arti mencurahkan daya upaya atau bekerja keras, yang pada dasarnya
secara morfologis menggambarkan perjuangan keras atau upaya maksimal yang
dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan sesuatu dan 3 menghadapi sesuatu
yang mangancam dirinya (Rohimin, 2006: 17). Sedangkan jihad menurut E. W. Lane,
memiliki pengertian lengkap sebagai bekerja, berjuang, atau bersusah payah:
mencurahkan daya upaya, atau kemampuan yang luar biasa dengan bekerja keras,
usaha maksimal, rajin, tekun, bersungguhsungguh atau penuh energy; bersakit-sakit
atau menanggung beban sakit yang dalam (Lane dalam Rohimin, 2006: 17).
Akan tetapi ada
beberapa kelompok yang salah mengartikan pengertian jihad sehingga terbentuklah
stigma yang menganggap jihad dalam bentuk kekerasan adalah salah satu langkah
yang terbaik. Kelompok yang mengartikan bahwa jihad dalam bentuk kekerasan itu
dibenarkan dalam Islam karena mereka berpedoman pada Hadist Nabi yang
diriwayatkan oleh Abu Dawud, An Nasai, Ad Darimi dari Anas bin Malik yang
berbunyi “ perangilah orang-orang musyrik itu dengan harta-hartamu dan diri
kalian serta lisan-lisan kalian “(Anas dalam Prasetyo, 2002: 149). Dari
kesalahan penafsiran ini maka bangsa barat menganggap bahwa Islam adalah agama
yang keras dan identik dengan terorisme. Hal ini dikuatkan juga oleh sebuah
stigma buruk oleh bangsa barat terhadap kaum muslim bahwa ajaran islam
melegalkan kekerasan dilihat dari faham jihad. Mereka mengeluarkan stigma buruk
tersebut setelah melihat video yang dikirimkan oleh kelompok yang bertanggung
jawab atas serangan 9/11 terhadap WTC yang mengaku sebagai organisasi Alqaeda
yang berlandaskan pada jihad. Menurut Nikolaos Van Dam dalam artikelnya di
Republika, Kamis 29 Oktober 2009,
Di 4 Eropa dan
Negara barat, pandangan terhadap Muslim dan Islam pada masa lalu sangat
dipengaruhi oleh pemikiran lekat yang disarikan dari konflik para penguasa
Kristen dan Islam di abad pertengahan. Selain itu juga mereka melihat dari
factor sejarah yang terjadi ketika perang salib meletus dimana bangsa barat
yang penganut non-muslim kalah berperang terhadap pasukan islam. Kaitan antara
islam dan terorisme juga ditegaskan oleh media massa dalam mengemas dan
menyebarkan informasi tersebut. Menurut Gamble dan Gamble, (2005: A-6) bahwa
The function of the mass media and machine-assisted communication is
information and surveillance, agenda setting and interpretation, connective
link, socialization and value transmission, persuasuion, and entertainment
Sehingga jika kita mengacu pada pernyaatan Gambledan Gamble mengenai fungsi
media massa sebagai agenda seting dan interpretasi, maka secara tidak langsung
media massa telah membangun sebuah stigma negatif yang berimbas pada munculnya
stereotype mengenai umat muslim dan agama islam.
B. Sebab dan Tujuan Perang
Dalam Islam
Sejarah mencatat banyak peperangan
yang dilakoni oleh kaum muslimin. Dari sini, para orientalis memancing di air
keruh, mencari celah untuk memojokkan Islam dan kaum muslimin. Sayangnya,
respon umat Islam sangat lemah, terutama dari kalangan pemuda. Mereka dengan
mudah menelan informasi tersebut, tidak kritis, dan malas belajar agama dan
mengkaji sejarah. Akhirnya, para pemuda Islam tersebut terpengaruh dan terbawa
arus. Mereka jadi kecewa dengan pendahulu-pendahulu mereka. Malu terhadap
sejarah perjalanan agama mereka. Hingga akhirnya mereka meninggalkan agama.
Tidak sedikit yang berdiri bersebrangan dan mengkampanyekan anti Islam dan
syariatnya. Semoga Allah melindungi kita dari yang demikian.
Perdamaian adalah asas dari ajaran
Islam. Rasulullah ﷺ mengajarkan para sahabatnya agar
tidak mengandai-andaikan peperangan dan permusuhan. Beliua ﷺ
mengajarkan agar para sahabatnya memohon perdamaian dan keselataman.
Sebagaimana sabdanya,
لاَ تَتَمَنَّوْا لِقَاءَ الْعَدُوِّ
، وَسَلُوا اللَّهَ الْعَافِيَةَ ، فَإِذَا لَقِيتُمُوهُمْ فَاصْبِرُوا
“Janganlah kalian mengharapkan bertemu dengan musuh (perang), tapi
mintalah kepada n. Dan bila kalian telah berjumpa dengan musuh, bersabarlah.”
(HR. Bukhari no. 2966 dan Muslim no. 1742).
Realitanya peperangan adalah
keniscayaan. Fitrah manusia cinta kedamaian, namun praktiknya mereka selalu
berselisih dan bermusuhan. Karena itu, untuk menghadapi realita ini beliau ﷺ
tekankan, bila terjadi peperangan, bersabarlah, hadapi, dan jangan lari sebagai
seorang pengecut.
a.
Sebab
Islam Memerintahkan Perang
Seorang muslim dididik dengan
akhlak yang mulia melalui Alquran dan sunnah. Kedua wahyu itu selalu
mengedepankan solusi perdamaian dan berupaya menghindari peperangan dan
pertumpahan darah. Lihatlah ayat-ayat tentang perang. Izin berperang barulah
muncul di saat umat Islam memang dihadapkan pada kondisi tempur. Dalam kondisi
tersebut umat Islam harus membela diri dan agama mereka. Allah ﷻ
berfirman,
أُذِنَ لِلَّذِينَ يُقَاتَلُونَ
بِأَنَّهُمْ ظُلِمُوا وَإِنَّ اللهَ عَلَى نَصْرِهِمْ لَقَدِيرٌ *
الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِنْ
دِيَارِهِمْ بِغَيْرِ حَقٍّ إِلاَّ أَنْ يَقُولُوا رَبُّنَا اللهُ
“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi,
karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar
Maha Kuasa menolong mereka itu, (yaitu) orang-orang yang telah diusir dari
kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata:
“Tuhan kami hanyalah Allah”…” (QS:Al-Hajj | Ayat: 39-40).
Dalam ayat ini, penyebab
disyariatkannya perang sangat jelas sekali. Yaitu, karena umat Islam dizalimi
dan diusir dari negeri mereka tanpa alasan yang dibenarkan.
Allah ﷻ berfirman,
وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللهِ
الَّذِينَ يُقَاتِلُونَكُمْ وَلاَ تَعْتَدُوا إِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ
الْـمُعْتَدِينَ
“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu,
(tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS:Al-Baqarah | Ayat: 190).
Setelah perintah perang turun,
nilai-nilai mulia pun tetap diperhatikan. Ada normanya: وَلاَ
تَعْتَدُوا (jangan kamu melampaui batas), إِنَّ
اللهَ لاَ يُحِبُّ الْـمُعْتَدِينَ (Allah benci orang-orang yang melampaui
batas). Allah ﷻ tidak menyukai permusuhan,
walaupun terhadap non muslim. Inilah ajaran kasih sayang dan nilai-nilai
kemanusiaan.
Ada yang berkomentar, Islam memerintahkan berperang dan mengancam
permaian brdasarkan ayat:
وَقَاتِلُوا الْـمُشْرِكِينَ
كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً
“dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun
memerangi semuanya.” (QS:At-Taubah |
Ayat: 36).
Benarlah kata para ulama, di setiap
ayat yang dijadikan dasar argumen para penyebar syubhat dan kerancuan, dalam
ayat itu pula terdapat sanggahan argumennya. Perintah perang disini terikat
akan kondisi. Ada kata “sebagaimana”. Mengapa Islam memerintahkan memerangi
semua orang-orang musyrik, karena semua orang tersebut memerangi umat Islam.
Artinya, hanya semua yang memerangi yang diperangi. Yang tidak turut berperang,
tidak boleh diperangi.
Ayat lainnya yang menegaskan adanya
syariat berperang dalam Islam adalah:
أَلَا تُقَاتِلُونَ قَوْمًا نَكَثُوا
أَيْمَانَهُمْ وَهَمُّوا بِإِخْرَاجِ الرَّسُولِ وَهُمْ بَدَءُوكُمْ أَوَّلَ
مَرَّةٍ ۚ أَتَخْشَوْنَهُمْ ۚ فَاللَّهُ أَحَقُّ أَنْ تَخْشَوْهُ إِنْ كُنْتُمْ
مُؤْمِنِينَ
“Mengapakah kamu tidak memerangi orang-orang yang merusak sumpah
(janjinya), padahal mereka telah keras kemauannya untuk mengusir Rasul
dan merekalah yang pertama mulai memerangi
kamu? Mengapakah kamu takut kepada mereka padahal Allah-lah yang berhak
untuk kamu takuti, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (QS:At-Taubah |
Ayat: 13).
Ayat ini berkenaan dengan
orang-orang Mekah yang memulai permusuhan terhadap umat Islam. Mereka telah
menyebabkan Rasulullah ﷺ keluar dari Mekah. Mereka yang
memulai terjadinya Perang Badr. Mereka pula yang telah membatalkan perjanjian
damai di Hudaibiyah.
Jadi, penyebab perang dalam Islam
sangat jelas. Karena orang-orang non Islam yang terlebih dahulu memerangi kaum
muslimin. Hal ini juga yang terjadi pada peperangan-perangan di zaman Khulafaur
Rasyidin. Penaklukkan-penaklukkan umat Islam di berbagai wilayah
dilatar-belakangi oleh tindakan ofensif orang-orang non Islam. Umat Islam tidak
memerangi orang-orang yang tidak memerangi mereka.
b.
Tujuan
Perang
Dengan syariat perang ini, umat
Islam bisa membela diri dan keluarga mereka. Mempertahankan agama dan wilayah
mereka. Umat Islam dapat beribadah dengan tenang setelah sebelumnya orang-orang
non Islam mengusiknya. Kemudian dakwah juga tersebar kepada seluruh manusia.
Karena terbebas dari perbudakan kepada sesama makhluk –dengan menyembah mereka-
adalah hak asasi setiap manusia. Dan Islam membebaskan manusia dari peribadatan
kepada sesama makhluk.
C. Devide
Et Implera Ala Belanda
Pengertian
secara definitif Divide et impera atau Politik pecah belah adalah kombinasi
strategi politik, militer, dan ekonomi yang bertujuan mendapatkan dan menjaga
kekuasaan dengan cara memecah kelompok besar menjadi kelompok-kelompok kecil
yang lebih mudah ditaklukan. Dalam konteks lain, politik pecah belah juga
berarti mencegah kelompok-kelompok kecil untuk bersatu menjadi sebuah kelompok
besar yang lebih kuat. Apabila kita membaca sejarah bangsa ini maka kita akan
tahu mengapa hal ini terjadi. Terdapat satu komunitas yang terus menerus berjuang
sementara di sisi yang lain berbaris komunitas-komunitas yang sedang asyik
menikmati rejeki hasil pengkhianatan. Lucunya, dengan enteng kita mengatakan
semuanya akibat politik divide et impera. Selalu orang lain yang disalahkan dan
bukan mengapa kita bisa diadu domba.
Perlawanan di
berbagai daerah itu antara lain Perang Saparua, Maluku (1817) di bawah pimpinan
Pattimura. Perang Padri (1821 – 1837) di Sumatera Barat yang dipimpin oleh
Tuanku Imam Bonjol. Di Jawa muncul Perang Diponegoro (1825—1830) yang dipimpin
Pangeran Diponegoro, didukung oleh Kyai Maja, Sentot Ali Basyah Prawirodirjo,
dan Pangeran Mangkubumi. Perang Aceh (1873 – 1904) yang melahirkan tokoh-tokoh
terkenal seperti Panglima Polim, Teuku Cik Ditiro, Cut Nyak Dien, Teuku
Ibrahim, dan Teuku Umar. Tokoh perlawanan dalam Perang Banjar, Kalimantan (1858
– 1866) adalah Pangeran Prabu Anom, Pangeran Hidayat, dan Pangeran Antasari.
Tokoh Perlawanan di dalam Perang Jagaraga, Bali (1849 – 1906) adalah Raja
Buleleng, Gusti Gde Jelantik, dan Raja Karangasem, dan sebagainya. Ini adalah
bukti dari satu komunitas yang yang terus menerus berjuang mempertahankan
eksistensi idiologi dan politik yang tak sudi di rebut oleh tangan penjajah.
Ketika belajar
sejarah, kita tidak pernah diberi kesempatan untuk bertanya dan dicerahkan
pemikiran kita untuk bertanya, “Mengapa Belanda mempraktikan devide et impera?”
Belanda tentu tidak bodoh, antropolog, sejarawan dan ilmuwan humaniora terbaik
yang ada di seluruh Negeri Belanda tentunya telah dipekerjakan untuk meneliti
watak khas orang Indonesia sebelum Pemerintah Belanda mengimplementasikan
sebuah kebijakan. “Batu turun keusik naek”[1]
Tidak akan suatu kebijakan politik
yang berhasil tanpa ada unsur pendukungnya, bagaimana pun baiknya suatu
kebijakan politik kalau tanpa partisipasi politik maka akan gagal total dan
sebaliknya sejelek-jeleknya kebijakan politik tetapi kalau ada unsur pendukung
yang mengsukseskannya tentunya kebijakan tersebut akan berjalan dengan
sendirinya. Politik devide et impera adalah produk penjajah yang tak kan sukses
kalo tidak ada pihak yang bodoh dan haus kekuasaan sehingga mereka lebih suka
bekerja sama dengan Belanda selama mereka (bersama Belanda) dapat menjajah
rakyat di Nusantara ini. Selain itu syariat perang juga
mengajarkan kepada orang-orang non Islam agar menepati perjanjian yang telah
disepakati bersama.
D. Perlawanan Bangsa Indonesia Terhadap
Penjajahan Bangsa Barat
a. Perlawanan Terhadap Kekuasaan Portugis.
1. Perlawanan
Kesultanan Ternate
Perlawanan rakyat Ternate didorong oleh
tindakan bangsa Portugis yang sewenang-wenang dan merugikan rakyat. Perlawanan
Ternate dipimpin oleh Sultan Hairun dari Ternate. Seluruh rakyat dari Irian
sampai ke Jawa diserukan untuk melakukan perlawanan. Sayang sekali Sultan
Hairun ditipu oleh Portugis dan dihukum mati pada tahun 1570.Tetapi kecongkakan
Portugis akhirnya menuai balasan dengan keberhasilan Sultan Baabullah dalam
mengusir Portugis dari bumi Maluku tahun 1575. Selanjutnya Portugis menyingkir
ke daerah Timor Timur (Timor Loro Sae).
2. Perlawanan
Kesultanan Demak
Dominasi Portugis di Malaka telah mendesak dan merugikan kegiatan perdagangan orang-orang Islam.
Oleh karena itu, Sultan Demak R. Patah mengirim pasukannya di bawah Pati Unus untuk menyerang Portugis di Malaka. Pati Unus melancarkan serangannya pada tahun 1527,
tentara Demak kembali melancarkan serangan terhadap Portugis yang mulai menanam
pengaruhnya di Sunda Kelapa. Di bawah pimpinan Fatahillah, tentara Demak
berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa. Nama Sunda Kelapa kemudian diubah
menjadi Jayakarta.
3. Perlawanan
Kesultanan Aceh
Setelah menguasai Malaka, Portugis kemudian mengirimkan
pasukannya untuk menundukkan Aceh. Usaha inipun mengalami kegagalan. Serangan
Portugis ke Aceh menunjukkan bahwa kekuasaan Portugis di Malaka telah mengancam
dan merugikan Aceh. Apalagi kegiatan monopoli perdagangannya yang sangat
menyulitkan rakyat Aceh. Untuk mengusir Portugis dari Malaka, Aceh menyerang
kedudukan Portugis di Malaka.
Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1639),
armada kekuatan Aceh telah disiapkan untuk menyerang kedudukan Portugis di
Malaka. Saat itu Aceh telah memiliki armada laut yang mampu mengangkut 800
prajurit. Pada tahun 1629, Aceh mencoba menaklukkan Portugis. Penyerangan yang
dilakukan Aceh ini belum berhasil mendapat kemenangan. Namun , Aceh masih tetap
meneruskan perjuangan melawan Portugis.
b. Perlawanan Terhadap VOC
1. Perlawanan Kesultanan Mataram
Pada awalnya Mataram dengan Belanda menjalin hubungan baik. Belanda diizinkan mendirikan benteng
(loji) untuk kantor dagang di Jepara. Belanda juga memberikan dua meriam terbaik untuk Kerajaan Mataram. Dalam perkembangannya, terjadi perselisihan antara
Mataram-Belanda. Pada tanggal 8 November 1618, Gubernur Jenderal VOC Jan
Pieterzoon Coen memerintahkan Van der Marct menyerang Jepara. Peristiwa
tersebut memperuncing perselisihan antara Mataram dengan Belanda. Raja Mataram
Sultan Agung segera mempersiapkan serangan terhadap VOC di Batavia. Serangan
pertama dilakukan pada tahun 1628.
Pasukan Mataram yang dipimpin Tumenanggung Baurekso tiba di Batavia tanggal 22 Agustus 1628. Pasukan
ini kemudian disusul pasukan Tumenanggung Sura Agul-Agul, yang dibantu dua
bersaudara, yakni Kiai Dipati Mandurojo dan kiai Upa Santa. Tidak kurang dari
1000 prajurit Mataram gugur dalam perlawanan tersebut. Mataram segera
mempersiapkan serangan kedua dipimpin Kyai Adipati Juminah, Kiai A. Puger, dan
K. A Purbaya. Serangan dimulai tanggal 1 Agustus 1629 dan berakhir 1 Oktober
1629. Serangan kedua inipun juga gagal, selain karena faktor kelemahan serangan
pertama, lumbung padi persediaan makanan, banyak dihancurkan Belanda. Disamping
Sultan Agung, perlawanan juga dilakukan oleh Pangeran Mangkubumi, dan Mas Said.
2. Perlawanan Kesultanan Gowa
Dalam lalu lintas perdagangan, Gowa menjadi Bandar antara
jalur perdagangan Malaka dan Maluku. Sebelum rempah-rempah dari Maluku dibawa
sampai ke Malaka, maka singgah dahulu di Gowa, begitu juga sebaliknya. Melihat
kedudukan Gowa yang begitu penting , maka VOC ingin sekali menguasai Bandar di
Gowa. Usaha yang dilakukan adalah melakukan blokade terhadap Pelabuhan
Sombaopu. Disamping itu, kapal-kapal VOC juga diperintahkan untuk merusak dan
menangkap kapal-kapal pribumi maupun kapal-kapal asing. Menghadapi perkembangan
yang semakin genting itu , maka raja Gowa , Sultan Hasanuddin mempersiapkan
pasukan dengan segala perlengkapan untuk menghadapi VOC. Beberapa kerajaan
sekutu juga disiapkan. Benteng-benteng dibangun di sepanjang pantai kerajaan.
Sementara itu, VOC dalam rangka menerapkan politik adu domba, telah menjalin
hubungan dengan seorang pangeran Bugis dari Bone bernama Arung Palaka.
Meletuslah perang antara VOC dengan Gowa pada 7 juli 1667. Tentara VOC dipimpin
Spelman yang diperkuat pengikut Arung Palaka menggempur Gowa. Karena kalah
persenjataan , benteng pertahanan tentara Gowa di Barombang dapat diduduki oleh
pasukan Arung Palaka. Perselisihan ini diakhiri dengan ditandatanganinya
perjanjian Bongaya , yang isinya sebagai berikut:
1. Gowa harus mengikuti hak monopoli.
2. Semua orang Barat, kecuali Belanda harus meninggalkan
wilayah kekuasaan Gowa.
3. Gowa harus membayar biaya perang.
4. Di Makassar
dibangun benteng-benteng VOC.
C. Perlawanan Terhadap Penjajahan Belanda.
1. Perlawanan
Rakyat Maluku (1817).
Perlawanan rakyat Maluku terhadap Belanda, hal itu disebabkan
karena Belanda datang ke Nusantara untuk mendapatkan rempa-rempah dengan harga
yang semurah-murahnya untuk keuntungan yang berlipat ganda. Sehingga semua itu
sangatlah memberatkan rakyat. Hingga datanglah Inggris untuk mendapat simpati
dari rakyat Maluku, dengan motif selalu membantu rakyat dari Belanda. Namun
Belanda kembali berkuasa dari tangan inggris setelah diterapkannya Konvensi
London tahun 1814. Dan pada tanggal 17 Mei 1817 pemuda Sapurua yang dipimpin
Pattimura, memulai perlawanan terhadap Belanda untuk merebut benteng Duurstede.
Bentengpun akhirnya dapat dikuasai dan Rasiden Van Der Berg ditembak mati.
Serangan lain juga terjadi di daerah Maluku lain, sehingga hal itu mengacaukan
Belanda.
Belandapun semakin meningkatkan ofensifnya
menumpas gerakan perlawanan rakyat Maluku. Hingga terjadilah pertempuran sengit
secara Sporadis antara rakyat Maluku dengan Belanda. Belandapun mendatangkan
bantuan dari Batavia hingga pasukan Pattimura terdesak oleh Belanda. Pada bulan
Agustus Pattimura menyingkir ke hutan dan melakukan perang Gerilya. Benteng
Deverdijk dapat dikuasai lagi oleh Belanda. Pattimura sangatlah terdesak hingga
dapat ditangkap Belanda dan dihukum gantung di alun-alun Kota Ambon pada 16
Desember 1817. [2]
2. Perlawanan Kaum Padri (1819-1832).
Awalnya kedatangan islam di daerah Minangkabau tidak
mempengaruhi pola hidup kaum Adat. Tetapi setelah datangnya tiga orang haji dari Mekah yaitu H. Miskin,
H. Sumanik, dan H. Piabang yang ingin meluruskannya ajaran islam, hal itu
membuat adanya tantangan dari kaum Adat. Sehingga terjadilah perang antara kaum
Adat dengan kaum Padri. Dan setelah Belanda menerima penyerahan daerah Sumatra
Barat dari Inggris, Belanda membantu kaum Adat melawan kaum Padri. Namun
setelah adanya perlawanan Diponegoro Di Jawa, menyebabkan kesulitan bagi
pemerintah Hindia Belanda, hingga pemerintah Belanda berhasil membujuk kaum
Padri untuk berunding. Kolonel Stuers pada tanggal 29 Oktober 1825 yang
ditandatangani tanggal 15 November 1825 berhasil mengadakan perdamaian dengan kaum Padri yang diwakili Tuanku Keramat yang
berisi :
a. Belanda akan mengakui kekuasaan Tuanku-Tuanku di Lintau,
Limapuluh Kota, Telawas, dan Agama.
b. Kedua belah pihak akan melindungi orang-orang yang sedang
dalam perjalanan dan para pedagang.
c. Kedua belah pihak akan melindungi orang-orang yang
kembali dari pengungsian.
Peperangan masih berlanjut dengan yang serangan Belanda
dipusatkan ke Bonjol. Belanda menggunakan siasat Devide at Empera dengan cara
mendatangkan pasukan Sentot Prawirodirjo dari Jawa. Pertempuran antara kaum
Padri dan kaum Adat terjadi di kota Lawas. Perang saudara ini di manfaatkan
Belanda untuk menguasai Sumatra dengan membantu kaum Adat, namun kaum Adat
sadar bahwa mereka hanya dimanfaatkan Belanda.Akhirnya kaum kaum Padri dan kaum
Adat bersatu melawan Belanda. Perang padri akhirnya dimenangkan Belanda setelah
benteng Bonjol berhasil direbut belanda. Imam Bonjol tertangkap pada tahun 1837
dan di buang ke Cianjur, dan tahun 1864 dipindahkan ke Manado hingga wafat.
Namun setelah wafatnya imam Bonjol, peperangan masih tetaplah berlanjut di
dhaerah Sumatra Barat.
3. Perlawanan
Diponogoro (1825-1830).
Pangeran diponogoro adalah bangsawan mataram yang
berusaha membebaskan tanah mataram dari dominasi Belanda. Perlawanan terjadi
antara tahun 1825-1830. perang yang terjadi, dilatar belakangi karena berbagai
masalahyang muncul.
Masalah
Umum :
a) Kerajaan mataram semakin sempit kekuasaannya, akibat
Belanda.
b) Campur tangan belanda dalam urusan istana mataram.
c) Penderitaan dan kesengsaraan mataram kerena banyak pajak
yang dipungut Belanda.
d) Kaum ulama kecewa karena berkembangnya budaya barat.
e) Kaum bangsawan tidak diperkenankan menyewakan tanah.
Masalah yang khusus yaitu Belanda membuat jalan di
Tegalrejo yang melalui makam leluhur
Dipenogoro tanpa izin terlebih dahulu. Perlawanan Diponegoro mendapat
dukungan dari Kyai Maja, Sentot Prawiro Direjo, dan pangeran Mangku Bumi. Dalam
perang, Dipenogoro melakukan siasat Perang Gerilya, sehingga Belanda kewalahan
dalam menghadapinya. Belanda mengangkat Jendral De Koock untuk menghadapi
Diponogoro dengan siasat Benteng Stelsel, artinya setiap daerah yang
dikuasainya segera dibangun benteng, kemudian antara benteng yang satu dengan
yang lainnya dihubungkan jalan untuk gerak cepat pasukan. Diponegoro ditangkap
dalam perundingan dan di asingkan ke Batavia, kemudian ke Manado dan akhirnya
ke Makassar sampai meninggal dunia pada 8 Januari 1855.
4.Perang
Jagaraga.
Pada tahun 1844, kapal Belanda terdampar di Pantai
Buleleng. Sesuai dengan hukum Tawan Karang, kapal itu disita oleh kerajaan
Buleleng. Tetapi Belanda menuntut agar kapal itu dikembalikan dan seluruh
kerajaan di Bali tunduk kepada Belanda. Tetapi Raja Beleleng menolaknya,
sehingga pada tahun 1846, Belanda mendaratkan 1700 pasukan dan terjadilah pertempuran
di Buleleng. Kerajaan Buleleng dipimpin
oleh Patihnya,Gusti Ktut Jelantik. Namun pertempuran itu gagal yang kekalahan
itu dianggap sebagai tunduknya semua kerajaan di Bali terhadap Belanda.
Akhirnya Raja dan Patih Buleleng bersatu dengan kerajaan
lain seperti Karangasem, Klungkung, Mengwi,dan Bandung sepakat untuk menyerang
pos-pos Belanda yang dipimpin Gusti Ktut Jelantik. Sehingga pada tahun 1848
belanda mengirim pasukan 2300 orang. Belanda mengancam dan menuntut raja-raja
di Bali. Namun, tuntutan itu tidak dihiraukan oleh raja dan rakyat Bali.
Sehingga pada tahun 1849, pihak Belanda kembali mengirim pasukan yang lebih
banyak, sekitar 5000 serdadu ke Bali. Selanjutnya, berkobarlah pertempuran
sengit yang dikenal sebagai Perang Jagaraga (Perang Puputan) atau perang hingga
seluruh pasukan Bali gugur. Benteng Jagaraga akhirnya dapat diduduki Belanda.
Maka pada tahun 1849 semua kerajaan di Bali sudah berada di bawah kekuasaan
Belanda.
5.Perang Banjar (1859-1863).
Pada tahun 1859 terjadi Perang Banjar. Perang itu timbul,
karena :
a. Dhaerah kekuasaan Belanda di Kalimantan Selatan semakin
diperluas, dan dhaerah kerajaan makin dipersempit oleh Belanda.
b. Rakyat hidup menderita karena beban pajak dan kewajiban
kerja paksa.
c. Pemerintah Belanda melakukan intervensi dalam urusan
Kerajaan banjar.
Pada tahun 1857 terjadi konflik internal dalam pergantian
raja. Belanda menunjuk Pangeran Tamjidillah sebagai sultan, yang tidak
dikehendaki rakyat. Penangkapan Pangeran Prabu Anom dan pengambilalihan
Kesultanan banjar oleh Belanda pada tahun 1859, yang menimbulkan kekecewaan
mendalam bagi kaum bangsawan dan rakyat, sehingga muncullah Pangeran Antasari
dan Pangeran Hidayat memimpin perlawanan.
Pada bulan April tahun 1859, pasukan Banjar menyerang
pos-pos Belanda, seperti di Martapura, sekitar sungai Barito, dan di Tabanio.
Bahkan pasukan Pangeran Hidayat yang dipimpin Tumenggung Surapati berhasil
membakar dan menenggelamkan kapal Onrust milik Belanda. Sehingga pada tanggal
11 Juni 1860, Belanda secara resmi menghapus kesultanan Banjar dan Banjar
diperintah oleh seorang penguasa Hindia Belanda.
Pangeran Antasari terus berjuang memimpin perlawanan,
walaupun Kyai Damang Leman menyerah dan Pangeran Hidayatullah tertangkap dan
dibuang ke Cianjur. Bahkan ia diangkat oleh rakyat menjadi pemimpin tertinggi
agama dengan gelar Panembahan Amirudin Khalifatul Mukminin pada tanggal 14
maret 1862. Ia dibantu para pemimpin yang lalin, seperti Pangeran Miradipa,
Tumenggung Surapati dan Gusti Umah untuk memutuskan pertahanan di Hulu Taweh.
Perlawanan Antasari berakhir sampai ia meninggal pada 11 oktober 1862, yang
kemudian perlawanannya dilanjutkan putranya, yaitu pangeran Muhamad Seman.
6. Perlawanan
Rakyat Aceh (1873-1912).
Pertempuran ini dilatar belakangi karena :
a. Aceh merupakan pusat perdagangan, sehingga Aceh
banyakmenghasilkan lada dan tambang serta hasil hutan. Oeh karena itu Belanda
berambisi untuk mendudukinya.
b. Aceh semakin terancam dengan adanya Traktat Sumatera,
yang berisi pemberian kebebasan bagi Belanda untuk memperluas daerah kekuasaan
di Sumatera, termasuk Aceh.
c. Aceh berusaha untuk memperkuat diri dengan mengadakan
hubungan dengan Turki, Konsul Italia, dan Konsul Amerika Serikat di Singapura.
d. Belanda khawatir, pada 26 Maret 1873 memaklumkan perang
kepada Aceh.
e. Strategi Belanda untuk mengalahkan Aceh:
1) Menghancurkan seluruh ulama dan pemimpin dari pusat
kegiatan.
2) Membentuk pasukan gerak cepat.
3) Semua pemimpin dan ulama yang tertangkap harus
menandatangani perjanjian.
4) Setelah melakuan operasi militer, Belanda mengikuti
kegiatan perdamaian rehabilitasi (pasifkasi).
5) Bersikap lunak terhadap para bangsawan.
Pada 8 April 1873, Belanda menguasai masjid Raya Aceh,
banyak mengundang para tokoh dan rakyat untuk bergabungberjuang melawan
Belanda, diantaranya Imam lueng Bata, Cut Banta, Tengku Cik Ditiro, Teuku Umar,
dan istrinya Cut Nyak Dien.Pada tahun 1874, Belanda berhasil menduduki istana
kesultanan. Karena wilayah Aceh sangat kuat dalam militernya, maka Belanda
malakukan politik Devide Et Impera (memecah belah dan menguasai). Pada bulan
Agustus 1893, Teuku Umar menyatakan tunduk kepada Belanda tanpa sebab, tetapi
ia keluar dari Belanda pada 30 Maret 1896, dikarenakan keluarganya. Militer
Aceh berencana melakukan penyerbuan Terhadap Belanda, namun kekuatan militer
Aceh masih belum cukup kuat untuk melawan, sehingga Teuku Umar, dan Panglima
Polim terpaksa mundur dari peperangan.[3]
Pada 11 Februari 1899, Teuku Umar gugur karena terkena
peluru ketika ia bersama pasukannya bersiap untuk pengepungan di Meulaboh,
sehingga perjuangannya dilanjutkan oleh Cut Nyak Dien, dan mereka terus
melakukan gerilya. Akhirnya Cut Nyak Dien berhasil ditangkap dan dibuang ke
Sumedang, serta meninggal pada 6 November 1905. Panglima Polim dan Sultan
Daudsah dipaksa menyerah ketika Belanda bertingkah licik dengan menculik anggota-anggota
keluarganya. Pada 1904, Sultan Aceh dipaksa untuk menandatangani plakat pendek
yang isinya:
1. Aceh mengakui kedaulatan Belanda atas daerahnya.
2. Aceh tidak diperbolehkan berhubungan dengan bangsa lain
selain Belanda.
3. Aceh menaati perintah dan peraturan Belanda.
Dengan adanya plakat tersebut, maka Belanda semakin mudah
menguasai seluruh wilayah Aceh.
7. Perlawanan
Si Singamangaraja XII.
Pada tahun 1870, Patuan Bosar Ompu Pulo Batu raja
kerajaan Bakkara (Daerah Tapanuli) atau Si Singamangaraja XII sangat
berpengaruh dan dihormati rakyatnya di tanah Batak yang sangat anti penjajahan.
Sehingga Belanda ingin menguasai tanah Batak tersebut. Tetapi Si Singamangaraja
XII bergerak memimpin perlawanan. Yang dilatar belakangi :
a. Si Singamangaraja XII menentang tindakan Belanda yang
menyebarkan agama Kristen di Tapanuli dengan cara paksa.
b. Pada tahun 1878 Belanda menduduki dhaerah Silindung
dengan alasan melindungi para zending (lembaga penyebar agama Kristen) di tanah
Tapanuli.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Jadi dapat kita
ketehui Konfrontasi antara dunia barat terhadap umat islam sebetulnya bukan hal
yang baru. Hal ini terjadi sejak terjadinya perang salib pada masa Nabi
Muhammad SAW pada abad ke 7 M. Dimulai dengan kejatuhan Konstantinopel di
kerajaan Byzantium oleh tentara muslim yang berimbas pada perang salib. Setelah
beberapa abad terjadinya perang salib, pandangan dunia barat semakin negatif
terhadap umat Islam pasca serangan teroris yang dilakukan oleh Al Qaeda
terhadap Amerika Serikat pada tanggal 11 September 2001.
Dimana serangan teroris yang terkenal dengan
sebutan tragedi 9/11 tersebut menghancurkan gedung World Trade Center (WTC) dan
juga gedung pertahanan Amerika Serikat Pentagon. Selain penyerangan terhadap
Amerika, di tahun 2004 gerakan Al Qaeda juga menyerang London, ibukota Inggris,
dan pada tahun 2005 gerakan yang sama juga menyerang Madrid, ibukota spanyol.
Hal inilah yang menyebabkan bangsa barat memandang islam sebagai agama yang
keras. Kenapa terorisme yang dilakukan oleh gerakan Al Qaeda selalu dikaitkan
dengan islam, hal ini 2 disebabkan karena Al Qaeda mengaku bahwa serangan yang
mereka lancarkan terhadap bangsa barat dalah bentuk sebuah Jihad. Jihad oleh
dunia barat selalu berkaitan dengan umat islam.
B.
Saran
Dalam makalah ini masih banyak kekurangan, baik dari kapasitas materinya
yang kurang. Mohon kritik dan saran yang membangun sebagai bahan instropeksi
kami dalam penyusunan sebuah makalah.
Daftar
Pustaka
·
Alek dan Achmad H.P. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
·
http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia
·
http://rahmaekaputri.blogspot.com/2010/09/fungsi-dan-kedudukan-bahasa-indonesia.html
·
Kanzunnudin, Muhammad. 2011. Bahasa Indonesia untuk Perguruan
Tinggi. Rembang: Yayasan Adhigama.
·
Wayan, Badrika. 1999. Sejarah Nasional dan Umum Jilid 2. Jakarta;
Erlangga
[1] Alek dan Achmad H.P. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
[2] Kanzunnudin, Muhammad. 2011. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
Rembang: Yayasan Adhigama.
No comments:
Post a Comment