1

loading...

Wednesday, December 11, 2019

MAKALAH PERANG SALIB


MAKALAH PERANG SALIB 

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
       Tidak dipungkiri lagi, sebuah peradaban tidak lepas dari sejarah. Karena sejarahlah yang membentuk sebuah peradaban. Seperti halnya Perang Salib, yaitu peristiwa sejarah peradaban Islam pada masa klasik.
       Begitu besarnya pengorbanan Islam demi berdirinya Daulah Islamiyah. Tetapi, di era globalisasi ini, sejarah seperti dianggap hanya hiasan masa lalu. Padahal, inti dari sejarah itu sangat berarti.
       Maka dari itu untuk mengetahui lebih dalam tentang sejarah peradaban Islam pada masa Perang Salib, disini kami akan membahasnya.

B.  Rumusan Masalah
1.      Bagiamana Timbulnya Perang Salib ?
2.      Apa Saja Sebab-sebab Perang Salib ?
3.      Bagaimana Periodisasi Perang Salib ?
4.      Bagaimana Jalannya Perang Salib ?
5.      Apa Pengaruh Perang Salib thd Peradaban Islam ?

C.  Tujuan
1.      Untuk Mengetahui pengertian Perang Salib.
2.      Untuk Mengetahui penyebab Perang Salib.
3.      Untuk Mengetahui peristiwa Perang Salib.
4.      Untuk Mengetahui dampak dari Perang Salib.



BAB II
PEMBAHASAN
A.      Perang salib
     Perang salib ialah serangkaian perang agama selama hampir 2 abat lebih sebagai reaksi terhadap kristen eropa terhadap islam asia.
     Menurut Philip K.Hitti perang salib adalah reaksi dunia kristen di eropa terhadap dunia islam di Asia, sejak tahun 632 M yang merupakan pihak penyerang di syiria dan Asia kecil, tetapi juga di sepanyol dan sisilia.
     Perang ini terjadi karena sejumlah kota dan tempat suci kristen diduduki islam sejak 632, seperti di suriah, asia Kecil, Spanyol, dan Sisilia. Militer Kristen menggunakan salib sebagai simbol yang menunjukan bahwa perang ini suci dan bertujuan membebaskan kota suci Baitul maqdis (Yerus Salim ) dari orang islam.Peristiwa perang salib terjadi pada masa daulah Bani Abbasiyah IV dalam kekuasaan Turki Bani Saljuk.    
     Perang salib awalnya disebabkan adanya persaingan pengaruh antara islam dan Kristen. Penguasa islam Alp Arselan yang memimpin gerakan ekspensi yang kemudian dikenal dengan “Peristiwa Manzikart” pada tahun 464 H ( 1071 ) mwnjadikan orang – orang Romawi terdesak. Tentara Alp Arselan yang hanya berkekuatan 15.000 prajurit, dalam peristiwa ini berhasil mengalahkan tentara romawi yang berjumlah 200.000. Peristiwa besar ini menanamkan benih permusuhan dan kebencian orang-orang Kristen terhadab umat islam, yang kemudian mencetuskan Perang salib.[1]
       Pidato yang mungkin paling besar hasilnya dalam sejarah ialah pidato Pous Urbanus II pada tanggal 26 November 1095 di Clemont (prancis selatan), orang-orang Kristen mendapat suntikan untuk mengunjungi kuburan-kuburan suci dan merebutnya dari orang-orang bukan Kristen serta menaklukan mereka. Seruan bersama “Tuhan menghendaki yang sedemikian” menggelora di seluruh negeri dan memiliki pengaruh psikologis, baik di lapisan masyarakat bawah maupun atas. Di musim semi tahun berikutnya, 150.000 orang yang terdiri dari sebagian besar orang-orang prancis dan berkumpul di konstaninopel. Perang salib pertama pun dimulai.
     Perang salib berlangsung 200 tahun lamanya, dari mulai 1095-1293, dengan 8 kali penyerbuan. Perang tersebut bertujuan untuk merebut kota suci palestin, tempat “tapak Tuhan berbijak”, dari tamgan kaum muslim.[2]

B.       Penyebab terjadinya perang salib
     Ada beberapa faktor yang memicu terjadi perang salib. Adapun yang menjadi faktor terjadinya perang salib ada tiga yaiti
1.    Faktor Agama
Sejak dinasti saljuk merebut Baitul Maqdis dari tangan Dinasti Fathimiyah pada tahun 1070 M, Pihak kristen merasa tidak bebaslagi menunaikan ibadah ke sana karena penguasa Saljuk menerapkan sejumlah peraturan yang di anggap mempersulit mereka yang hendak berziarah ke baitul Maqdis.
2.    Faktor Politik
Kekalahan Bizantium sejak 330 di sebutkan Konstanti Nopel (islambul) di Manzikart, wilayah Armenia, pada 1071 dan jatuhnya Asia keil kebawah kekuasaan Saljuk telah mendorong Kaisal Alexius I untuk meminta bantuan kepada Paus Urbanus II (1035-1099); yang menjadi paus antara tahun 1088-1099 M, dalam usahanya untuk mengembalikan kekuasaan di daerah penduduk Dinasti Saljuk. Paus Urbanus II bersedia membantu Bizantium karena adanya janji Kaisar Alexius untuk tunduk di bawah kekuasaan Paus di Roma dan harapan untuk dapat pempersatukan kerajaan yunani dan Roma
Dan di pihak lain kondisi islam pada waktu itu sedang melemah sehingga orang kristen di eropa berani untuk ikut mengambil perang Salib.
3.    Faktor Sosial Ekonomi
Para pedagang besar yang berada di pantai timur laut Tengah, Terutama yang berada di kota Vanesia, Genoa, Pisa, berambisi untuk menguasai sejumlah kota dagang di sepanjang pantai timur dan selatan laut Tengah untuk memperluas jaringan dngan mereka. Sehingga mereka mau membantu dalam perang salib, stratifikasi sosial mereka Eropa ketika itu terdiri dari 3 kelompok yaitu: kaum kristen, kaum ksatria, serta kaum jelata. Mereka mayoritas terdiri dari kaum jelata tapi kehidupan mereka sangat tertindas terhina mereka harus tunduk terhadap aturan mereka sehingga saat mereka mengambil bagian dari perang salib dengan janji mereka akan di beri kesejahtraan dan kebebasan mereka menyambutnya dengan sepontan dan semangat.[3]

C.      Periodisasi Perang Salib
1.      Periode I
Periode pertama, disebut periode penaklukan (1009-1144). Hassan Ibrahim Hassan dalam buku Tarikh Al-Islam menggambarkan pasukan salib pertama yang dipimpin oleh Pierre I’ermite sebagai gerombolan rakyat jelata yang tidak memiliki pengalaman perang, tidak disiplin, dan tanpa persiapan. Pasukan salib ini dapat dikalahkan oleh pasukan Dinasti Saljuk.
Pasukan Salib berikutnya dipimpin oleh Godfrey of Bouillon. Gerakan ini lebih merupakan militer yang terorganisasi rapi. Mereka berhasil menduduki kota suci Palestina (Yerusalem) pada 7 Juli 1099.
Kemenangan pasukan salib pada periode ini telah mengubah peta dunia Islam dan berdirinya kerajaan-kerajaan Latin-Kristen di timur, seperti Kerajaan Baitulmakdis (1099) di bawah pemerintahan Raja Godfrey, Edessa (1099) di bawah Raja Baldwin, dan Tripoli (1099) di bawah kekuasaan Raja Reymond.[4]
2.      Periode II
Periode kedua atau disebut periode reaksi umat Islam (1144-1192). Kemenangan kaum muslimin ini, terlihat jelas setelah munculnya Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi (Saladin) di Mesir yang berhasil membebaskan Baitulmakdis pada 2 Oktober 1187.
Dalam perang salib ini akhirnya pihak Richard dan pihak Saladin sepakat untuk melakukan gencatan senjata dan membuat pejanjian. Inti perjanjian damai itu adalah daerah pedalaman akan menjadi milik kaum muslimian dan umat Kristen yang akan berziarah ke Baitulmakdis akan terjamin keselamatannya. Adapun daerah pesisir utara, Arce, dan Jaita berada di bawah kekuasaan tentara salib
3.      Periode III
Periode ketiga (1193-1291) lebih dikenal dengan periode perang saudara kecil-kecilan atau periode kehancuran didalam pasukan salib.
Dalam periode ini, muncul pahlawan wanita dari kalangan kaum muslimin yang terkenal gagah berani, yaitu Syajar Ad-Durr. Ia mampu menunjukkan kebesaran Islam dengan membebaskan dan mengizinkan Raja Louis IX kembali ke negerinya, Perancis.[5]

D.      Jalannya Perang Salib
Perang Salib yang berlangsung dalam kurun waktu hamper dua abad, yakni antara 1095-1291 M, terjadi dengan serangkaian peperangan.
Pada tahun 490 H/ 1096 M, pasukan salib yang dipimpin oleh komamdan Walter dapat ditundukkan oleh kekuatan Kristen Bulgia. Kemudian Peter yang mengomando kelompok kedua pasukan salib bergerak melalui Hongolia dan Bulgaria. Pasukan ini berhasil menghancurkan setiab kekuatan yang menghalanginya. Seorang penguasa negri Nicea berhasil menghadapinya bahkan sebagian pemimpin salib berkenan memeluk Islam dan sebagian pasukan mereka terbunuh dalam peperangan ini.
Setahun kemudian pada tanggal 491 H/ 1097 M, pasukan Kristen di bawah komando Goldfrey bergerak dari konstantinopel dan berhasil menaklukkan Antioch setelah mengepungnya selama 9 bulan.
Setelah berhasil menundukkan Antioch pasukan salib bergerak ke Ma’arrat An-Nu’man, sebuah kota termegah di Syria. Pasukan salib selanjubnya menuju Yerussalem dan dapat menaklukannya danagn mudah.
Selama terjadi peperangan tersebut, terjadi perselisihan antara sultan saljuk hal ini memudahkan pasukan salib merebut wilayah islam. Dalam kondisi seperti ini datanglah Muhammad yang berusaha mengabaikan komflik internal dan menggalang kesatuan dan kekuatan Saljuk untuk mengusir pasukan salib dan Baldwin penguasa yerussalem penganti  Goldfrey dapat di kalahkan
Sepeninggal Sultan Mahmud, Tampil seorang perwira muslim yang cakap dan gagah pemberani. Ia adalah Imaduddin Zanki, seorang anak dari pejabat tinggi siltan Malik Syah. Satu persatu Zanki meraih kemenangan atas pasukan salib, hingga ia merebut wilayah Eddesa pada tahun 539 H 1144 M.
Penaklukan Eddesa merupakan keberhasilan Zanki yang terhebat, dalam penaklukan Eddesa Zanki tidak berlaku kejam terhadap penduduknya sebagaimana tindakan pasukan salib. Dalam perjalanan penaklukan Kalat Jabir, Zanki terbunuh oleh tentaranya sendiri. 
Kepemimpinan Imaduddin Zanki digantikan oleh putranya yang bernama Nuruddin Mahmud. Ia segera memainkan peran baru sebagai penakluk. Keberhasilan Nuruddin menaklukkan koto Damaskus membuat sang KHalifah berkenan memberi gelar kehormatan Al-Malik Al-Adil.
Shalahuddin, putra Najamuddin Ayyub, lahir pada tahun 1167 M. Ayahnya adalah pejabat kepercayaan pada masa Imanuddin Zanki , dan masa Nuruddin.
Shalahuddin memusatkan perhatiannya untuk menyerang Yerussalem, da mana ribuan rakyat muslim dibantai oleh pasukan salib Kristen. Setelah beberap[a lama terjadi pengepungan, pasukan salib kehilangan semangat tempur dan memohon kemurahan hati sang sultan. Jiwa sang sultan terlalu lembut dan penyayang untuk melaksanakan dandamnya, sehingga Sultan pun memaafkan mereka.
Jatuhnya Yerussalem dalam kekuasaan Shalahuddin menimbulkan keprihatinan besar kalangan tokoh-tokoh Kristen. Sehingga Kaisar Jerman yang bernama Frendick Barbarosa, Philip August, kaisar Pracis yang bernama Richrd, beberapa pembesar Inggris, membentuk gabungan pasukan Salib.
Pada tanggal 14 Sebtember 1189 M. Shalahuddin terdesak oleh pasukan salib namun keponakannya bernama Taqiyuddin berhasil mengusir pasukan salib dari posisinya dan mengembalikan hubungan dengan Acre. Kota Acre kembali terkepung selama hamper dua tahun. Sekalipun umat muslim menghadapi situasi yang serba sulit selama pengepungan ini, namun mereka tidak patah semangat. Sultan  Shalahuddin merasa kepayahan menghadapi perang ini, selama itu pasukan muslim dilanda wadah penyakit dan kelaparan.
Setelah berhasil menundukkan Acre, pasukan salib bergerak menuju Ascolan dipampin Jenderal Richrd. Bersama dengan itu Shalahuddin sedang mengarahkan pasukannya dan tiba di Ascolon lebih awal. Ketika tiba di Ascolon, Richrd menapat kota ini telah di kuasai oleh pasukan shalahuddin. Merasa tidak berdaya mengepung kota ini, Richard mengirim delegasi perdamaian menghadab shalhuddin. Akhirnya sang Sultan menerima tawaran damai tersebut dan mengakhiri perang salib ke tiga.
“Hari kematian Shalahuddin merupakan musibah bagi islam dan umat islam, sungguh tidak ad duka yang melanda mereka setelah kematian empat kholifah pertama yang melebihi dika atas kematian Saultan Shalahuddin .
Dua tahun setelah meninggalnya Shalahuddin juga berkobar Perang Salib atas inisiatif Paus Celesti III. Namun , sesungguhnya peperangan antara pasukan muslim dan pasukan Kristen telah berakhir dengan usainya Perang Salib tiga. Sehingga peperangan berikutnya tidak dikenal.[6]

E.       Pengaruh Perang Salib di Dunia Islam
Perang Salib yang terjadi sampai pada akhir abad XIII memberi pengaruh kuat terhadap Timur dan Barat. Di samping kehancuran fisik, juga meninggalkan perubahan yang positif walaupun secara politis, misi Kristen-Eropa untuk menguasai Dunia Islam gagal. Perang Salib meninggalkan pengaruh yang kuat terhadap perkembangan Eropa pada masa selanjutnya.
Akibat yang paling tragis dari Perang Salib adalah hancurnya peradaban Byzantium yang telah dikuasai oleh umat Islam sejak Perang Salib keempat hingga pada masa kekuasaan Turki Usmani tahun 1453. Akibatnya, seluruh kawasan pendukung kebudayaan Kristen Orthodox menghadapi kehancuran yang tidak terelakkan, yang dengan sendirinya impian Paus Urban II untuk unifikasi dunia Kristen di bawah kekuasaan paus menjadi pudar.
Perubahan nyata yang merupakan akibat dari proses panjang Perang Salib ialah bahwa bagi Eropa, mereka sukses melaksanakan alih berbagai disiplin ilmu yang saat itu berkempang pesat di dunia Islam, sehingga turut berpengaruh terhadap peningkatan kualitas peradaban bangsa Eropa beberapa abad sesudahnya. Mereka belajar dari kaum muslimin berbagai teknologi perindustrian dan mentransfer berbagai jenis industri yang mengakibatkan terjadinya perubahan besar-besaran di Eropa, sehingga peradaban Barat sangat diwarnai oleh peradaban Islam dan membuatnya maju dan berada di puncak kejayaan.
Bagi umat Islam, Perang Salib tidak memberikan kontribusi bagi pengebangan kebudayaan, malah sebaliknya kehilangan sebagian warisan kebudayaan. Peradaban Islam telah diboyong dari Timur ke Barat. Dengan demikian, Perang Salib itu telah mengembalikan Eropa pada kejayaan, bukan hanya pada bidang material, tetapi pada bidang pemikiran yang mengilhami lahirnya masa Renaisance. Hal tersebut dapat dipahami dari kemenangan tentara Salib pada beberapa episode, yang merupakan stasiun ekspedisi yang bermacam-macam dan memungkinkan untuk memindahkan khazanah peradaban Timur ke dunia Masehi-Barat pada abad pertengahan.
Di bidang seni, kebudayaan Islam pada abad pertengahan mempengaruhi kebudayaan Eropa. Hal itu terlihat pada bentuk-bentuk arsitektur bangunan yang meniru arsitektur gereja di Armenia dan bangunan pada masa Bani Saljuk. Juga model-model arsitektur Romawi adalah hasil dari revolusi ilmu ukur yang lahir di Eropa Barat yang bersumber dari dunia Islam.
Perang Salib memberi kontribusi kepada gerakan eksplorasi yang berujung pada ditemukannya benua Amerika dan route perjalanan ke India yang mengelilingi Tanjung Harapan. Pelebaran cakrawala terhadap peta dunia mempersiapkan mereka untuk melakukan penjelajahan samudera di kemudian hari. Hal tersebut berkelanjutan dengan upaya negara-negara Eropa melaksanakan kolonisasi di berbagai negeri di Timur, termasuk Indonesia.
Bagi dunia Islam, Perang Salib telah menghabiskan asset kekayaan bangsa dan mengorbankan putera terbaik. Ribuan penguasa, panglima perang dan rakyat menjadi korban. Gencatan senjata yang ditawarkan terhadap kaum muslimin oleh pasukan salib selalu didahului dengan pembantaian masal. Hal tersebut merusak struktur masyarakat yang dalam limit tertentu menjadi penyebab keterbelakangan umat Islam dari umat lain.
Walaupun demikian, di sisi lain Perang salib membuktikan kemenangan militer Islam di abad pertengahan, yang bukan hanya mampu mengusir Pasukan Salib, tetapi juga pada masa Turki Usmani mereka mampu mencapai semenanjung Balkan (abad ke-14-15) dan mendekati gerbang Wina (abad ke-16 dan 17), sehingga hanya Spanyol dan pesisir Timur Baltik yang tetap berada di bawah kekuasaan Kristen.[7]
                                              BAB III
PENUTUP                              
A.  Kesimpulan
Dari pembahasan ini dapat disimpulkan bahwa perang salib bukanlah perang karena agama tetapi perang perebutan kekuasaan daerah. Perang ini dinamakan perang salib karena angkatan perang tentara Nasrani menggunakan tanda salib dan mendapat restu dari Paulus di Roma. Angkatan perang ini terjadi  sebanyak 8 kali.
Perang salib memakana waktu yang sangat lama. Membawa pengaruh besar pada semaraknya lalu lintas perdagangan asia dan eropa. Mereka banyak mengetahui hal-hal baru seperti adanya tanaman rempah-rempah dan lain-lainnya.

B.  Saran
       Penulis telah menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Akan tetapi, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak  terdapat kekurangan. Maka, penulis sangat mengharapkan  saran dari para pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan ke masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA
K. Hitti Philip  2001 Sejarah Dunia Arab Yogyakarta: Pustaka Iqra,
Munir Samsul, Drs, 2010 Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: AMZAH,


[1] Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, ( Jakarta: AMZAH,2010) halm.231-234
[2] Philip K. Hitti Sejarah Dunia Arab (Yogyakarta:Pustaka Iqra, 2001) halm. 204
[3] Op.Cit halm.235-236
[4] Op.Cit, Philip K. Hitti hlm. 206
[5] Ibid, Samsul Munir halm 234-241
[6] Ibid Samsul Munir halm.242-252


No comments:

Post a Comment