1

loading...

Saturday, December 7, 2019

MAKALAH TINGKAT KESUKARAN SOAL


MAKALAH TINGKAT KESUKARAN SOAL 

BAB I
PENDAHULUAN

     A.    Latar Belakang
Kegiatan evaluasi merupakan proses yang sistematis. Ini berarti bahwa evaluasi merupakan pekerjaan yang terencana dan dilakukan dengan cara berkesinambungan. Evaluasi bukan hanya merupakan kegiatan akhir atau penutup dari suatu program tertentu, melainkan merupakan kegiatan yang dilakukan pada permulaan, selama program berlangsung, serta pada akhir program ketika program itu dianggap selesai.
Memang tidak banyak orang mengetahui bahwa setiap tindakan kita memerlukan evaluasi. Hal ini berguna untuk menentukan kinerja yang tepat dalam melakukan berbagai pekerjaan. Tidak menutup kemungkinan  pula didalam proses belajar mengajar, evaluasi sangatlah penting diperlukan untuk meningkatkan kualitas siswa dalam menempuh pendidikan.
Didalam evaluasi membutuhkan berbagai teknik untuk membantu pemaksimalan proses pengevaluasian, dalam hal ini perlu diketahui bahwa dalam pembuatan soal untuk evaluasi harus diketahui tingkat kesukaran soal tersebut, maka dari itu pemakalah akan mencoba untuk menjelaskan dan menyampaikan tentang teknik analisa tingkat kesukaran soal.

    B.     Rumusan Masalah
1.            Apa pengertian tingkat kesukaran soal?
2.            Apa fungsi dari tingkatkesukaran soal?
3.            Jelaskan langkah-langkah penghitungan tingkat kesukaran soal?

     C.    Tujuan
1.      Mengetahui pengertian tingkat kesukaran soal.
2.      Mengetahui fungsi dari tingkat kesukaran soal.
3.      Mengetahui langkah-langkah penghitungan tingkat kesukaran soal

BAB II
PEMBAHASAN

    A.    Analisi Butir Soal
Butir soal merupakan perangkat utama dalam sistem penilaian terhadap siswa di sekolah. Untuk itu sangat penting menentukan mana soal-soal yang cacat atau tidak berfungsi penggunaannya. Pendidik perlu meningkatkan kualitas butir soal melalui analisis terhadap tiga komponen utama yang meliputi (1) tingkat kesukaran, (2) daya pembeda, dan (3) pengecoh soal.
Analisis butir soal merupakan suatu prosedur yang sistematis, yang akan memberikan informasi-informasi yang sangat khusus terhadap butir tes yang akan kita susun. Analisis butir soal pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui apakah setiap item soal benar-benar baik, sehingga diperlukan analisis terhadapnya.Analisis item soal terutama dapat dilakukan untuk tes objektif.
Dimana tes objektif merupakan alat evaluasi (hasil belajar mengajar) yang mengukur kepada objek-objeknya. Hal ini tidak berarti bahwa tes uraian tidak dapat di analisis, akan tetapi memang dalam menganalisis butir tes uraian belum ada pedoman secara standar. Kegiatan menganalisis butir soal merupakan proses pengumpulan, peringkasan dan penggunaan informasi dari jawaban siswa untuk membuat keputusan tentang setiap penilaian. Analisis butir tes merupakan kegiatan penting dalam upaya memperoleh instrument yang berkategori baik. [1]

1.      Analisis Butir Soal Secara Kualitatif dan Kuantitatif
Pada prinsipnya analisis butir soal secara kualitatif dilaksanakan berdasarkan kaidah penulisan soal ( Tes tertulis, perbuatan dan sikap). Penelaaah ini biasanya digunakan atau diujikan. Aspek yang diperhatikan didalam penelaah secara kualitatif ini adalah setiap soal ditelaah dari segi materi, konstruksi, bahasa atau budaya, dan kunci jawaban atau penskorannya. Dalam menganalisis butir soal, terdapat dua teknik. Yaitu teknik kualitatif dan teknik kuantitatif.


a.       Teknik Analisis secara Kualitatif
Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menganalisis butir soal secara kualitatif, diantaranya adalah teknik moderator dan teknik panel. Teknik moderator merupakan teknik berdiskusi yang di dalamnyaterdapat satu orang sebagai penengah. Berdasarkan teknik ini, setiap butirsoal didiskusikan secara bersama-sama dengan beberapa ahli seperti guruyang mengajarkan materi, ahli materi, penyusun atau pengembangkurikulum, ahli penilaian, ahli bahasa, berlatar belakang psikologi.Teknik ini sangat baik karena setiap butir soal dilihat secara bersama sama berdasarkan kaidah penulisannya.  
Di samping itu, para penelaah dipersilakan mengomentari berdasarkan kompetensinya masing-masing.Setiap komentar atau masukan dari peserta diskusi dicatat. Setiap butir soaldapat dituntaskan secara bersama-sama, perbaikannya seperti apa. Namun,kelemahan teknik ini memiliki kelemahan karena memerlukan waktu lamauntuk rnendiskusikan setiap satu butir soal.
Teknik berikutnya adalah Teknik Panel yakni suatu teknik menelaah butir soal berdasarkan kaidah penulisan butir soal. Kaidah itu diantaranyamateri, konstruksi, bahasa atau budaya, kebenaran kunci jawaban atau  pedoman penskoran. Caranya beberapa penelaah diberikan butir-butir  soal yang akan ditelaah, format penelaahan, dan pedoman penilaian atau penelalaan. Pada tahap awal, semua  orang yang terlibat didalam kegiatan penelaah disamakan persepsinya, kemudian mereka bekerja sendiri-sendiri ditempat berbeda, para penelaah dipersilahkan memperbaiki langsung pada teks soal dan memberikan komentarnya serta memberikan nilai pada setiap butir soal dengan kriteria; soal baik, perlu diperbaiki, atau diganti.

b.      Teknik Analisis secara Kuanitatif
Penelaahan soal secara kuantitatif adalah penelaahan butir soal didasarkan pada data empirik. Data empirik ini diperoleh dari soal yang telah diujikan. Ada dua pendekatan dalam analisis secara kuantitatif, yaitu pendekatan secara klasik dan modern. Butir soal yang bersangkutan dengan menggunakan teori tes  klasik. Kelebihan analisis butir soal secara klasik adalah murah, sederhana,familiar, dapat dilaksanakan sehari-hari dengan cepat menggunakan komputer, dan dapat menggunakan data dari beberapa peserta didik atau sampel Analisis jenis butir iniyang lazim digunakan dalam praktik di lapangan, terutama oleh gurudisekolah.Aspek yang perlu diperhatikan dalam analisis butir soal secara klasikadalah setiap butir soal ditelaah dari segi: tingkat kesukaran butir, daya pembeda butir, dan penyebaran pilihan jawaban (untuk soal bentukobyektif) atau fungsi pengecoh pada setiap pilihan jawaban, reliabilitas dan validitas soal.[2]

     B.     Pengertian Tingkat Kesukaran Soal
Analisis butir soal atau analisis item adalah pengkajian pertanyaan-pertanyaan tes agar diperoleh perangkat pertanyaan yang memiliki kualitas yang memadai. Ada dua jenis analisis butir soal, yakni analisis tingkat kesukaran soal dan analisis daya pembeda, disamping validitas dan reliabilitas. Menganalisis tingkat kesukaran soal artinya mengkaji soal-soal tes dari segi kesulitannya sehingga dapat diperoleh soal-soal mana yang termasuk mudah, sedang, dan sukar.
Butir tes harus diketahui tingkat kesukarannya, karena setiap pembuat tes perlu mengetahui apakah soal itu sukar, sedang atau mudah. Tingkat kesukaran itu dapat dilihat dari jawaban siswa. Semakin sedikit jumlah siswa yang dapat menjawab soal itu dengan benar, berarti soal itu termasuk sukar dan sebaliknya semakin banyak siswa yang dapat menjawab soal itu dengan benar, berarti itu mengindikasikan soal itu tidak sukar atau soal itu mudah.
Sedangkan menurut salah satu ahli bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Indeks kesukaran butir adalah bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya soal. Semakin tinggi indeks kesukaran butir maka soal semakin mudah. Soal yang baik adalah soal tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Analisis tingkat kesukaran soal adalah mengkaji soal-soal dari segi kesulitannya sehingga dapat diperoleh soal-soal mana yang termasuk rendah, sedang, dan sukar.
Ada beberapa dasar pertimbangan dalam menentukan proporsi jumlah soal katagori mudah, sedang dan sukar. Pertimbangan pertama adalah adanya keseimbangan, yakni jumlah soal sama untuk ketiga katagori tersebut. Artinya soal mudah, sedang dan sukar, jumlahnya seimbang. Misalnya tes objektif pilihan berganda dalam pelajaran matematika didudun sebanyak 60 pertanyaan. Dari ke-60 pertanyaan tersebut, soal katagori mudah 20, sedang 20, dan katagori sukar juga 20. Pertimbangan kedua proporsi jumlah soal untuk ketiga kategori tersebut didasarkan atas kurva normal. Artinya, sebagaian lagi termasuk kedalam katagori mudah dan sukar dengan proporsi yang seimbang.[3]
Al Hasan Al Bashri mengatakan bahwa ketika turun surat Alam Nasyroh ayat 5-6, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أبْشِرُوا أتاكُمُ اليُسْرُ، لَنْ يَغْلِبَ عُسْرٌ يُسْرَيْنِ
Kabarkanlah bahwa akan datang pada kalian kemudahan. Karena satu kesulitan tidak mungkin mengalahkan dua kemudahan.”

    C.    Fungsi Tingkat Kesukaran Soal
            Fungsi tingkat kesukaran butir soal biasanya dikaitkan dengan tujuan tes. Misalnya untuk keperluan ujian semester digunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran sedang, untuk keperluan seleksi digunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran tinggi/sukar, dan untuk keperluan diagnostik biasanya digunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran rendah/mudah.
            Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks. Indeks tingkat kesukaran ini pada umumnya dinyatakan dalam bentuk proporsi yang besarnya berkisar 0,00 - 1,00. Semakin besar indeks tingkat kesukaran yangdiperoleh dari hasil hitungan, berarti semakin mudah soal itu. Suatusoal memiliki TK= 0,00 artinya bahwa tidak ada siswa yangmenjawab benar dan bila memiliki TK= 1,00 artinya bahwa siswamenjawab benar. Perhitungan indeks tingkat kesukaran ini dilakukanuntuk setiap nomor soal. Pada prinsipnya, skor rata-rata yangdiperoleh peserta didik pada butir soal yang bersangkutan dinamakantingkat kesukaran butir soal itu.
Tingkat kesukaran butir soal memiliki 2 kegunaan, yaitu kegunaan bagi guru dan kegunaan bagi pengujian dan pengajaran. Kegunaannya bagi guru adalah:
1.      Sebagai pengenalan konsep terhadap pembelajaran ulang dan memberi masukan kepada siswa tentang hasil belajar mereka.
2.      Memperoleh informasi tentang penekanan kurikulum atau mencurigai terhadap butir soal yang biasa.
Adapun kegunaannya bagi pengujian dan pengajaran adalah:
(a) pengenalan konsep yang diperlukan untuk diajarkan ulang
(b) tanda-tanda terhadap kelebihan dan kelemahan pada kurikulum sekolah
(c) memberi masukan kepada siswa
(d) tanda-tanda kemungkinan adanya butir soal yang biasa
(e) merakit tes yang memiliki ketepatan data soal.
Di samping kedua kegunaan di atas, dalam konstruksi tes, tingkat kesukaran butir soal sangat penting karena tingkat kesukaran butir dapat: (1) mempengaruhi karakteristik distribusi skor (mempengaruhi bentuk dan penyebaran skor tes atau jumlah soal dan korelasi antarsoal), (2) berhubungan dengan reliabilitas.
Tingkat kesukaran butir soal juga dapat digunakan untuk memprediksi alat ukur itu sendiri(soal) dan kemampuan peserta didik dalam memahami materi yang diajarkan guru. Misalnya satu butir soal termasuk kategori mudah, maka prediksi terhadap informasi ini adalah seperti berikut.
1)  Pengecoh butir soal itu tidak berfungsi.
  2)  Sebagian besar siswa menjawab benar butir soal itu; artinya bahwa sebagian besar siswa telah memahami materi yang ditanyakan.
     Bila suatu butir soal termasuk kategori sukar, maka prediksi terhadap informasi ini adalah seperti berikut.
1.      Butir soal itu "mungkin" salah kunci jawaban.
2.      Butir soal itu mempunyai 2 atau lebih jawaban yang benar.
3.      Materi yang ditanyakan belum diajarkan atau belum tuntas pembelajarannya, sehingga kompetensi minimum yang harus dikuasai siswa belum tercapai.
4.      Materi yang diukur tidak cocok ditanyakan dengan menggunakan bentuk soal yang diberikan (misalnya meringkas cerita atau mengarang ditanyakan dalam bentuk pilihan ganda).
5.      Pernyataan atau kalimat soal terlalu kompleks dan panjang.[4]



   D.    Langkah-Langkah Penghitungan Tingkat Kesukaran
Untuk memberikan penafsiran (interpretasi) terhadap angka indeks kesukaran item Robert L. Thorndike dan Elisabeth Hagen dalam bukunya Measurement and Evaluation in Psychology and Education mengemukakan sebagai berikut:
Perbandingan antara soal mudah, sedang dan sukar bisa dibuat 3-4-3, artinya 30% soal katagori mudah, 40% katagori sedang, dan 30% katagori sukar. Cara melakukan analisis untuk menentukan tingkat kesukaran soal adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
        I= B
            N

I  = indek kesulitan untuk setiap butir soal
B = banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal
N = banyaknya siswa yang memberikan jawaban pada soal yang dimaksudkan.

             Kriteria yang digunakan adalah makin kecil indeks yang diperoleh, maka makin sulit soal tersebut. Sebaliknya, makin besar indeks yang diperoleh, makin mudah soal tersebut. Kriteria indeks kesulitan soal itu adalah sebagi berikut:
            0      - 0,30       = soal katagori sukar.
            0,30 - 0,70       = soal katagori sedang.
0,70 - 1,00       = soalkatagori mudah.

Contoh:
Guru IPS memberikan 10 soal pertanyaan pilihan berganda dengan komposisi 3 mudah, 4 soal sedang, dan 3 soal sukar. Jika dituliskan susunan soalnya adalah sebagai berikut.

No Soal
Abilitas yang diukur
Tingkat kesulitan soal
1.       
Pengetahun
Mudah
2.       
Aplikasi
Sedang
3.       
Pemahaman
Mudah
4.       
Analisi
Sedang
5.       
Evaluasi
Sukar
6.       
Sintesis
Sukar
7.       
Pemahaman
Mudah
8.       
Aplikasi
Sedang
9.       
Analisis
Sedang
10.   
sintesis
Sukar


Kemudian soal tersebut diberikan kepada 20 orang siswa dan tidak seorang pun yang tidak mengisi seluruh pertanyaan tersebut. Hasilnya adalah sebagai berikut:
No soal
Banyaknya siswa yang menjawab (N)
Banyaknya siswa yang menjawab benar (B)
Indeks B
            N
Katagori soal
1.
20
18
0,9
Mudah
2.
20
12
0,6
Sedang
3.
20
10
0,5
Sedang
4.
20
20
1,0
Mudah
5.
20
6
0,3
Sukar
6.
20
4
0,2
Sukar
7.
20
16
0,8
Mudah
8.
20
11
0,55
Sedang
9.
20
17
0,85
Mudah
10.
20
5
0,25
sukar

Dari data diatas, ternyata ada 3 soal yang meleset, yakni soal nomor 3 yang semula diproyeksikam kedalam kategori mudah, setelah dicoba ternyata termasuk kedalam karegori sedang. Demikian juga nomor 4 yang semula diproyeksikan sedang ternyata termasuk kedalam kategori mudah. Sedangkan 7 soal lainnya sesuai dengan proyeksi semula. Oleh karena itu, ketiga soal tersebut harus diperbaiki kembali.
1). Soal no. 3 diturunkan kedalam kategori mudah,
2). Soal no. 4 dinaikkan kedalam kategori sedang,
3). Soal no. 9 dinaikkan dalam kategori sedang.
Cara lain dalam melakukan analisis tingkat kesukaran soal adalah dengan menggunakan tabel Rose dan Stanley. Dalam literatur lain disebutkan bahwa tingkat kesukaran tes adalah pernyataan tentang seberapa mudah atau seberapa sukar butir tes itu bagi testee atau siswa terkait.
Tingkat kesungkaran merupakan salah satu ciri tes yang perlu diperhatikan, karena tingkat kesungkaran tes menunjukan seberapa sukar atau mudahnya butir-butir tes atau tes secara keseluruhan yang telah diselenggarakan. Butir soal yang baik adalah butir yang dapat dijawab dengan benar oleh sekitar 40 sampai 80% peserta tes. Sebab butir soal yang dijawab oleh 10% atau bahkan 90% akan sulit dibedakan, manakah kelompok yang benar-benar mampu dan kelompok yang benar-benar kurang mampu dalam menjawab soal.
Dalam proses analisis tes, seorang guru hendaknya meninjau ulang validitas dan susunan redaksional butir yang dibuatnya. Jika terjadi butir tes atau soal tidak valid, maka keputusan yang harus diambil adalah membuang butir soal tersebut. Dan jika butir tes itu valid, maka perlu diadakan revisi terhadap susunan redaksi tes.[5]

BAB III
PENUTUP

      A.    Kesimpulan
Analisis butir soal merupakan suatu prosedur yang sistematis, yang akan memberikan informasi-informasi yang sangat khusus terhadap butir tes yang akan kita susun. Analisis butir soal pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui apakah setiap item soal benar-benar baik, sehingga diperlukan analisis terhadapnya.Analisis item soal terutama dapat dilakukan untuk tes objektif.
Butir tes harus diketahui tingkat kesukarannya, karena setiap pembuat tes perlu mengetahui apakah soal itu sukar, sedang atau mudah. Tingkat kesukaran itu dapat dilihat dari jawaban siswa. Semakin sedikit jumlah siswa yang dapat menjawab soal itu dengan benar, berarti soal itu termasuk sukar dan sebaliknya semakin banyak siswa yang dapat menjawab soal itu dengan benar, berarti itu mengindikasikan soal itu tidak sukar atau soal itu mudah.
Fungsi tingkat kesukaran butir soal biasanya dikaitkan dengan tujuan tes. Misalnya untuk keperluan ujian semester digunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran sedang, untuk keperluan seleksi digunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran tinggi/sukar, dan untuk keperluan diagnostik biasanya digunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran rendah/mudah.

      B.     Saran
Berdasarkan keseluruhan hasil kajian penelitian yang telah dilakukan, maka penulis menyampaikan beberapa saran kepada pihak-pihak yang terkait .
1.      Bagi Pihak Sekolah
Hendaknya mengadakan workshop bagi para guru dengan tema penyusunan soal sesuai dengan kaidah-kaidah soal yang baik, sehingga menambah wawasan para guru dalam pembuatan soal dan mengaplikasikannya dalam pembuatan soal berikutnya.
2.      Bagi Guru atau Penyusun Soal
a.       Untuk soal-soal yang dikatagorikan sebagai soal yang baik hendaknya disimpan dan digunakan pada masa yang akan datang.
b.      Sedangkan untuk soal-soal yang dikategorikan sebagai soal yang kurang baik hendaknya dilakukan perbaikan.
c.       Melakukan koordinasi bersama dalam penyusunan kisi-kisi soal, perakitan soal dan analisis soal agar diperoleh soal yang berkualitas.
d.      Guru melakukan validitas setiap soal yang dibuatnya sebelum soal-soal itu diberikan kepada siswa.
3.      Bagi Siswa
Untuk siswa harusnya belajar lebih giat lagi, sebab masih terdapat beberapa materi yang perlu ditingkatkan pemahamanya.
4.      Bagi Peneliti
Peneliti daoat menambah pengetahuan mengenai analisis soal sehingga menjadi guru yang baik di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

Arianto, Suharsini. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Daryanto. 2010. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Fuadi, Athok. 2008. Sistem Pengembangan Evaluasi. Ponorogo: STAIN Po Press.
Natar, Karjono. 2011. Panduan Analisis Butir Soal. Lampung: UNILA Press.
Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.



[1]  Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009). Hlm 106.
[2]  Karjono Natar, Panduan Analisis Butir Soal, (Lampung: UNILA Press, 2011). Hlm 196- 197
[3]  Dayanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010). Hlm 102
[4]  Suharsini Arianto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2003). Hlm 28-29
[5]  Athok Fu’adi, Sistem Pengembangan Evaluasi, (Ponorogo: STAIN Po Press, 2008), hlm 68-70.

No comments:

Post a Comment