MAKALAH KONTROL EKSPRESI GEN
PEMBAHASAN
KONTROL EKSPRESI GEN
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Mekanisme Pengaturan Ekspresi Gen
Produk-produk
gen tertentu seperti protein ribosomal, rRNA, tRNA, RNA polimerase, dan
enzim-enzim yang mengatalisis berbagai reaksi metabolisme yang berkaitan dengan
fungsi pemeliharaan sel merupakan komponen esensial bagi semua sel. Gen-gen
yang menyandi pembentukan produk semacam itu perlu diekspresikan terus-menerus
sepanjang umur individu di hampir semua jenis sel tanpa bergantung kepada
kondisi lingkungan di sekitarnya. Sementara itu, banyak pula gen lainnya yang
ekspresinya sangat ditentukan oleh kondisi lingkungan sehingga mereka hanya
akan diekspresikan pada waktu dan di dalam jenis sel tertentu. Untuk
gen-gen semacam ini harus ada mekanisme pengaturan ekspresinya.
Pengaturan ekspresi gen dapat
terjadi pada berbagai tahap, misalnya transkripsi, prosesing mRNA, atau
translasi. Namun, sejumlah data hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaturan
ekspresi gen, khususnya pada prokariot, paling banyak terjadi pada tahap
transkripsi.
Mekanisme pengaturan transkripsi,
baik pada prokariot maupun pada eukariot, secara garis besar dapat dibedakan
menjadi dua kategori utama, yaitu (1) mekanisme yang melibatkan penyalapadaman (turn on and turn off) ekspresi gen sebagai respon terhadap
perubahan kondisi lingkungan dan (2) sirkit
ekspresi gen yang telah terprogram (preprogramed circuits). Mekanisme
penyalapadaman sangat penting bagi mikroorganisme untuk menyesuaikan diri
terhadap perubahan lingkungan yang seringkali terjadi secara tiba-tiba.
Sebaliknya, bagi eukariot mekanisme ini nampaknya tidak terlalu penting karena
pada organisme ini sel justru cenderung merespon sinyal-sinyal yang datang dari
dalam tubuh, dan di sisi lain, sistem sirkulasi akan menjadi penyangga bagi sel
terhadap perubahan kondisi lingkungan yang mendadak tersebut. Pada mekanisme
sirkit, produk suatu gen akan menekan transkripsi gen itu sendiri dan sekaligus
memacu transkripsi gen kedua, produk gen kedua akan menekan transkripsi gen
kedua dan memacu transkripsi gen ketiga, demikian seterusnya. Ekspresi gen yang
berurutan ini telah terprogram secara genetik sehingga gen-gen tersebut tidak
akan dapat diekspresikan di luar urutan. Oleh karena urutan ekspresinya berupa
sirkit, maka mekanisme tersebut dinamakan sirkit ekspresi gen.
B. Mengapa Ekspresi Gen Harus Dikontrol
DNA terdiri atas ribuan bahkan
ratusan ribu gen tergantung pada jenis organisme apakah uniseluler atau
multiseluler. Semua organisme lengkap langsung atau tidak langsung adalah
produk dari gen. Tidak semua sel bekerja untuk karakter yang sama walaupun
memiliki gen-gen yang sama karena tidak semua gen diekspresikan pada level yang
sama pada tiap sel. Proses kontrol suatu gen terekspresi atau tidak pada waktu
berbeda dan pada kondisi yang berbeda disebut regulasi ekspresi gen.
Sel meregulasi gen-gen karena banyak alasan. Suatu
sel mungkin hanya mengekspresikan gen yang yang dibutuhkan pada lingkungan
tertentu, sel sangat efesien sehingga tidak membuang energi untuk membuat mRNA
yang tidak dibutuhkan pada waktu tersebut. Atau sel dapat menginaktifkan gen
yang menghasilkan produk yang bertentangan/menghambat proses lain yang
berlangsung dalam sel pada waktu tersebut. Sel juga meregulasi gen-gen yang
merupakan bagian dari proses perkembangan sepertii embriogenesis dan sporulasi.
Ekspresi gen melalui banyak tahap, tiap gen memiliki
kesempatan diregulasi. Pertama RNA ditranskripsi dari gen (segmen DNA
tertentu). walaupun RNA adalah produk akhir dari gen, molekul RNA tersebut
membutuhkan proses-proses untuk dapat menjadi aktif (pasca transkripsi dan paca
translasi). mRNA akan ditranslasi menjadi protein. Protein kemudian membutuhkan
proses atau transpor untuk dapat melakukan aktifitas biologis secara aktif.
Walaupun setelah produk gen telah disintesis dalam bentuk final, aktivitasnya
juga dimodulasi pada kondisi lingkungan yang sesuai.
Regulasi yang berlangsung pada tahap transkripsi
dari gen ke mRNA disebut regulasi transkripsional. Regulasi atau kontrol
transkripsional adalah kontrol sintesis rantai polipeptida dari cetakan
mRNA-nya. Kontrol transkripsional merupakan mekanisme utama dalam pengaturan
ekspresi gen bakteri (Lehninnger, 1994). Bentuk regulasi ini ini lebih efesien;
mRNA yang tidak ditranslasi akan tidak berguna. Tidak semua gen yang
ditranskripsi diregulasi, tidak bersifat ekslusif. Tiap regulasi yang terjadi
setelah transkripsi disebut regulasi postranskripsional. Terdapat banyak tipe
regulasi postranskripsional, yang paling utama adalah regulasi posttranlasi,
Jika gen diregulasi pada tahap translasional, mRNA mungkin dapat dilanjutkan
pada tahap transkripsi , tapi translasinya memungkinkan untuk dihambat.
Kontrol ekspresi gen (kemampuan gen untuk
menghasilkan protein biologis aktif) lebih kompleks pada eukariotik daripada
prokariotik. Perbedaan utama dari kedua regulasi ini adalah adanya membran inti
pada eukariotik, yang mencegah transkripsi dan translasi terjadi secara
sumultan. Pada eukariotik kontrol inisasi transkripsi dalah titik utama
regulasi sedangkan pada eukarioptik regulasi ekspresi gen dapat dikatakan
ekuivalen dari banyak titik berbeda dari transkripsi sampai posttranslasi
(King, M. 2006).
Dapat disimpulkan regulasi ekspresi gen adalah
kontrol seluler dari jumlah dan waktu daro penampilan dan fungsi dari produk
gen. Regulasi gen memngkinkan sel untuk mengatur struktur dan fungsi yang
menjadi dasar dari diferensiasi, morfogenesis dan kemampuan adaptif setiap
organisme (Wikipedia, 2006).
C. Kontrol Ekspersi Gen Pada Sel
Prokariot
Pada bakteria, gen dikat pada satu operon. Operon adalah
kelompok gen yang mengkode protein penting dalam fungsi metabolisme tertentu
yang terkoordinasi seperti biosintesis asam amino tertentu. RNA yang
ditranskripsi dari operon prokariotik berisifat polisistrinik yaitu terdiri
atas gen-gen struktural yang mengkode beberapa protein dalam satu kali
transkripsi.
Operon bakteri adalah
wilayah pada DNA yang meliputi gen-gen cotranskripsi menjadi RNA yang sama
ditambah semua cis-acting sequences yang dibutuhkan untuk mentranskripsi
gen-gen ini, termasuk gen promotor sebagai operator dan sequen lain yang
termasuk pada regulasi transkripsi gen-gen ini. Karena gen-gen dari satu operon
semua telah ditranskripsi dari promotor yang sama dan menggunakan sekuen
regulator yang sama, semua gen pada satu operon dapat diregulasi transkripsinya
secara simultan.
Sebelum
membahas conbtoh pengaturan transkripsi pada bakteri, perlu diketahui tipe-tipe
regulasi terjadi dan istilah-istilah yang menjelaskan faktor-faktir regulasi
transkripsi. Regulasi transkripsi bakteri diregulasi oleh produk gen
regulator, yang umumnya protein dan sibeut represor atau aktivator. Protein
regulatur berikatan dengan operon promotor dan meregulasi transkripsi daru
promotor. Kadang-kadang protein regulator dapat berperan rangkap dan dapat juga
menunjukkan reaksi enzimatis pada jalur yang dikode oleh operon. Karena berikatan
dengan DNA, represor dan aktivator sering memiliki helix-turn-helix motif
shared oleh banyak ikatan DNA protein.
Represor dan aktivator bekerja berlawanan arah seperti pada
represor berikatan pada sisi yang disebut operator dan menginkatifkan promotor,
bertujuan mencegah transkripsi dari gen-gen operon. Aktivator, sebaliknya
berikatan pada sisi ikatan dan mengaktifkan promotor, untuk memfasilitasi
proses transkripsi dari gen-gen pada operon.
A.
Kontrol Ekpresi Gen Eukariotik
Pada eukariot tingkat tinggi gen-gen
yang berbeda akan ditranskripsi pada jenis sel yang berbeda. Hal ini
menunjukkan bahwa mekanisme pengaturan pada tahap transkripsi, dan juga
prosesing mRNA, memegang peran yang sangat penting dalam proses diferensiasi
sel. Pada sel eukariot gen yang mengkode protein yang berfungsi bersama-sama
biasanya terletk pada kromosom yang berbeda. Situasi ini berbeda dari bakteri,
dimana gen yang mengkode protein berfungsi bersama-sama berletak berdampingan
satu sama lain dalam operan. operan tidak terdapat pada sel eukariot. Ekspresi
gen pada sel eukariot, berlangsung di sejumlah tahapan yang berbeda yaitu :
transkripsi, pasca transkripsi, translasi dan pasca tarnslasi.
1) Pengaturan di tingkat
transkripsi
Kontrol utama dari ekspresi gen terjadi pada tingkat awal transkripsi.
Transkripsi di awali oleh pada unsur promotor proksimal yang membentuk sekitar
30 nukelotida di hulu dari tempat start transkripsi. daerah ini mengandung yang
disebut sebagai books TATA dengan rangkaian TATA atau rangkaian yang serupa.
Struktur ini mengikat suatu kompleks protein yang dikenal sebagai faktor books
TATA, dalam hal ini termasuk protein-protein pengikatan books TATA (TBP atau
TFIID). Faktor lain seperti TFII, TFIII dan polimerase RNA. Beberapa promotor
tidak mengandung kotak TATA dan mengawali transkripsi melalui faktor-faktor
yang sama. Secara umum faktor-faktor ini diesbut faktor piranti umum dan basal.
Protein lain dapat berikatan dengan faktor basal pada regio promotor dan
enhancer DNA untuk bertindak bersama dengan RNA polimerase untuk dapat mengatur
awal transkripsi. Protein ini disebut sebagai faktor transkripsi.
Transkivator adalah protein yang digabungkan dengan protein lain
(koaktivator) ke kompleks protein yang terikat ke promotor basak books TATA.
Apabila terjadi interaksi yang sesuai antara transkivator, koaktivator, dan
kompleks promotor basal, RNA polimerase lebih sering berikatan dengan promotor
basal sehingga kecepatan transkripsi gen meningkat. Interaksi protein pengatur
ini dengan DNA melibatkan gamabaran struktural motif helix-turn-helix atau zink
finger. Banyak dari protein ini membentuk dimer melalui gamabaran struktural
misalnya leucine zipper.
Ditingkat transkripsi gen spesifik, elemen di dalam urutan DNA (disebut
elelemen sis) berikatan dengan faktor lain yang dikenal sebagai elemen trans
(biasanya protein) yang mendorong atau menghambat pengikatan RNA plimerase ke
gen. Senyawa, misalnya hormon steroid dapat berfungsi sebagai inducer,
merangsang pengikatan elemen trans ke elemen sis DNA. Inducer seperti hormon
steroid yang masuk ke dalam sel dan berikatan dengan protein reseptor. Reseptor
ini juga memiliki domain yang mengikat elemen respon spesifik (elemen sis).
Apabila kompleks inducer-reseptor berikatan dengan DNA, gen mungkin menjadi
aktif, atau pada beberapa kasus menjadi tidak aktif.
Hormon polipeptida dan faktor pertumbuhan juga mengatur ekspresi gen,
walaupun senyawa ini tidak masuk ke dalam sel. Senyawa tersebut bereaksi dengan
reseptor yang terletak di permukaan sel, merangsang reaksi yang menghasilkan
second messenger di dalam sel, yang akhirnya mengaktifkan gen. Inducer yang
sama dapat mengaktifkan banyak gen yang berbeda apabila setiap gen tersebut
memiliki elemen respon yang umum di regio pengaturnya. Pada kenyataannya sebuah
inducer dapat mengaktifkan serangakaian gen dalam suatu cara yang terprogram
dan teratur. Inducer mula-mula mengaktifkan satu kumpulan gen. Salah satu
protein produk kumpulan gen tersebut kemudian dapat berfungsi sebagai inducer
bagi kumpulan gen yang lain. Aapabila proses ini di ulang-ulang, hasil akhirnya
adalah bahwa satu inducer dapat merangsang serangakain proses yang mengaktifkan
banyak kumpulan gen yang berlainan. Selain serangkain gen yang berespon
terhadap hormon, serangakaian gen yang lain, disebut heat shock genes, berespon
terhadap peningkatan suhu, menghasilkan protein yang melindungi sel dari
kerusakan akibat panas. Dengan demikian masing-masing gen memiliki banyak
elemen respon yang berbeda di regio pengaturnya. Setiap gen tidak memiliki
protein khusus yang mengatur transkripsinya. Namun terdapat sejumlah kecil
protein pengatur yang bekerja bersama-sama untuk menghasilkan berbagai respon
dari gen yang berlainan
2. Pengaturan di tingkat pasca transkripsi
Meruapakan pengaturan setelah
terbentuknya mRNA dan selama transport RNA dari inti ke sitoplasma.
a. Penyuntingan RNA
Pada beberapa keadaan, RNA
mengalami beberapa perubahan setelah transkripsi. Pada semua jaringan urutan
gen adalah sama. Namun mRNA yang di transkripsikan dari gen tersebut berbeda.
Walaupun belum sepenuhnya di pahami, tampaknya mekanisme yang digunakan
melibatkan perubahan basa, penambahan atau pengurangan sebuah nukleotida
setelah transkrip disintesa. salah satu contoh penyuntingan RNA terjadi pada
pembentukan apoprotein B (apo B) yang di sintesa di sel hati dan usus dan
berfungsi sebbagai lipoprotein yang dihasilkan oleh jaringan tersebut. Walaupun
apoprotein tersebut di kode oleh gen yang sama, versi protein yang dibentuk di
hati (B-100) mengandung 4563 residu asam amino, sedangkan yang dibentuk di sel
usus (B-48) hanya memiliki 2152 asam amino.
b. Transport mRNA
Pada sel eukariot, mRNA harus
berpindah dari inti melalui pori-pori inti ke sitoplasma agar dapat di
translasikan. Nuklease menguraikan mRNA, mencegah pembentukan protein yang di
kode oleh mRNA. selama transportasi ini mRNA terikat pada protein yang membantu
penguraiannya.
3. Pengaturan tingkat translasi
Pengaturan pada pembentukan
protein. Faktor inisiasi untuk translas, teruta ma faktor inisiasi eukariotik 2
(elF2) merupakan pusat mekanisme pengatur ini. Kerja elF2 dapat di hambat oleh
fosforilasi. mRNA lain memiliki lengking tajam yang menghambat inisiasi
translasi.
4. Pengaturan di tingkat post translasi
Pengaturan setelah terbentuknya
protein. Setelah di sintesis, lama hidup protein di atur oleh degradasi
proteolitik. Protein memiliki waktu apruh yang berbeda-beda. sebagian hanya
bertahan beberapa jam atau hari, sementara yang lain menetap sampai beberapa
bulan atau tahun. Sebagian protein mengalami degradasi oleh enzim lisosom
sementara protein yang lain di degradasi oleh protease di dalam sitoplasma.
Sebagian protein ini tampaknya mengalami degradasi melalui pengikatan suatu
protein yang dikenal dengan nama ubikuitin. Ubikuitin adalah protein yang
sangat hemat. Urutan asam aminonya hanya memiliki sedikit variasi antara
berbagai organisme.
B. Transkripsi pada Sel Prokariotik
dan Eukariotik
Transkripsi pada dasarnya adalah proses penyalinan
urutan nukleotida yang terdapat pada molekul DNA menajadi RNA. Dalam proses
transkripsi, hanya salah satu untaian DNA yang disalin menjadi urutan
nukleotida RNA (transkip RNA). Urutan nukleotida pada transkrip RNA bersifat
komplemeter dengan urutan DNA cetakan (DNA template), tetapi identik dengan
urutan nukleotida DNA pada untaian pengkode.
Perbedaan transkripsi pada sel Prokariotik dan
eukariotik dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Waktu dan Lokasi
· Sel Prokariotik
Proses
trankripsi terjadi terjadi didalam sitoplasma.
· Sel Eukariotik
Proses
transkripsi terjadi di dalam inti sel
2. Gen
· Sel Prokariotik
Pada sel
prokariotik terdiri dari 3 macam gen yakni:
a.
Promoter,
Adalah bagian yang berperan dalam mengendalikan
proses transkripsi dan terletak pada ujung 5’. Fungsi promoter adalah sebagai
tempat awal pelekatan enzim RNA polimerase yang nantinya melakukan transkripsi
pada bagian gen struktural. Salah satu bagian penting promoter disebut
sebagai Pribnow box pada urutan nukleotida -10 dan -35. Oleh
karena urutan consensus pada Pribnow box adalah TATAAT, maka seringkali disebut
juga TATA box. Pribnow box berperanan dalam mengarahkan enzim RNA polymerase
sehingga arah transkripsinya adalah dari ujung 5’→3’. Selain itu, daerah ini
merupakan tempat pembukaan heliks DNA untuk membentuk kompleks promoter yang
yang terbuka.
b. Struktural
Adalah bagian yang mengandung urutan DNA spesifik
(kode genetik) yang akan ditranskripsi.
c. Terminator
Adalah bagian yang memberikan sinyal pada enzim RNA
polimerase untuk menghentikan proses transkripsi. Signal terminasi dicirikan
oleh struktur jepit rambut /hairpin dan lengkungan yang kaya yang akan urutan
GC yang terbentuk pada molekul RNA hasil transkripsi
Proses terminasi pada sel prokariotik dipengaruhi oleh :
a.
Urutan nukleotida (rho independent)
Terminasi dilakukan tanpa harus melibatkan protein
khusus, namun ditentukan oleh adanya urutan nukleotida tertentu pada bagian
terminator. Ciri urutan adalah adanya struktur jepit rambut/hairpin yang kaya
akan basa GC. Akibat struktur itu, RNA polimerase berhenti dan membuka bagian
dari sambungan (hibrid) DNA-RNA. Sisa hibrid merupakan urutan oligo U (rU) yang
tidak cukup stabil berpasangan dengan A (dA)→ ikatan hidrogen hanya 2 buah,
akibatnya ikatan lemah terlepas dan RNA hasil transkripsi lepas
b.
Protein / faktor rho (rho dependent)
Terminasi memerlukan protein rho. Faktor rho
terikat pada RNA transkrip kemudian mengikuti RNA polimerase sampai ke daerah
terminator. Faktor rho membentuk destabilisasi ikatan RNA-DNA hingga akhirnya
RNA terlepas.
· Sel Eukariotik
Pada sel eukariotik, gen
dibedakan menjadi 3 macam kelas yakni:
a. Gen kelas I
Meliputi gen-gen yg mengkode
18SrRNA, 28SrRNA dan 5,8SrRNA (ditranskripsi oleh RNA polimerase I). Pada gen
kelas I terdapat dua macam promoter yaitu promoter antara (spacer promoter) dan
promoter utama.
b.
Gen kelas II
Meliputi semua gen yang mengkode
protein dan beberapa RNA berukuran kecil yang terdapat di dalam nukleus
(ditranskripsi oleh RNA polimerase II). Promoter gen kelas II terdiri atas 4
elemen yaitu sekuens pemulai (initiator) yg terletak pada daerah inisiasi
transkripsi, elemen hilir (downstream) yang terletak disebelah hilir dari titik
awal transkripsi, kotak TATA dan suatu elemen hulu (upstream).
c.
Gen kelas III
Meliputi gen-gen yg mengkode tRNA, 5SrRNA dan beberapa
RNA kecil yang ada di dalam nukleus (ditranskripsi oleh RNA polimerase III).
Sebagian besar gen kelas III merupakan suatu cluster dan berulang.
3. Sistem operon
· Sel Prokariotik
Pada prokariotik, gen diorganisasikan dalam satu
sistem operon. Satu promoter untuk mengendalikan seluruh gen struktural. Contoh
dari operon adalah operon lac yang mengendalikan kemampuan metabolisme laktosa
pada bakteri Eschericia coli.
· Sel Eukariotik
Pada eukariotik, tidak dikenal adanya sistim operon
karena satu promotor mengendalikan seluruh gen struktural. Pada gen struktural
eukariotik, keberadaan intron merupakan hal yang sering dijumpai meskipun tidak
semua gen eukariotik mengandung intron.
4. Sifat ekspresi gen
· Sel Prokariotik
Sifat ekspresi gen mRNA pada sel
Prokariotik adalah polisistronik. Hal ini berarti dalam satu transkrip
terkandung lebih dari satu rangkaian kodon (sistron) polipeptida yang berbeda.
· Sel Eukariotik
Sifat ekspresi gen mRNA pada sel
eukariotik adalah monosistronik. Hal ini berarti dalam satu transkrip yang
dihasilkan hanya mengkode satu macam produk ekspresi gen. Satu mRNA mambawa
satu macam rangkaian kodon untuk satu macam polipeptida.
5. Proses splicing
· Sel Prokariotik
Splicing merupakan proses
pemotongan dan penyambungan RNA. Pada sel prokariotik tidak terjadi splicing.
Hal ini dikarenakan pada sel prokariotik tidak terdapat intron dalam satu untai
mRNA hasil transkripsi (kecuali pada beberapa Archaea tertentu).
· Sel Eukariotik
Pada sel eukariotik terjadi
splicing karena dalam satu untai mRNA hasil transkripsi yang akan
diterjemahkan terdapat intron dan ekson yang berseling-seling. Terjadinya
splicing ini adalah ketika fase pasca transkripsi. Awalnya, gen
memiliki 2 macam kode yakni ekson dan intron. Ekson merupakan kode yang dipakai
sedangkan intron merupakan kode yang tidak pakai dan akan dibuang. Selanjutnya
terjadi proses pemotongan intron dan penyambungan ekson. Sehingga akan
terbentuklah mRNA yang matang dan selanjutnya akan ditransfer ke sitoplasma
untuk melalui tahap selanjutnya yakni translasi di ribosom.
6. Proses capping dan poliadenilasi
· Sel Prokariotik
Pada sel prokariotik tidak
terjadi proses capping dan poliadenilasi. Hasil dari sintesis RNA polimerase
dapat langsung melanjutkan proses transkripsi.
· Sel Eukariotik
Pada sel eukariotik, setiap ujung
molekul pre-mRNA yang telah terbentuk dimodifikasi dengan cara tertentu. Ujung
5’ yaitu ujung depan, pertama kali dibuat saat transkripsi segera ditutup
dengan nukleotida guanin (G) yang termodifikasi. Proses capping (pemberian
topi) ini mempunyai fungsi yakni :
§
Ujung ini melindingi mRNA dari degradasi enzim hidrolisis.
§
Setelah mRNA sampai di sitoplasma, ujung 5’ berfungsi sebagai
bagian tanda “lekatkan disini” untuk ribosom.
Pada ujung 3’ suatu enzim terjadi
proses poliadenilasi yakni penambahan ekor yang terdiri dari 30-200 nukleotida
adenin. Ekor poli(A) berfungsi mempermudah ekspor mRNA dari nukleus.
C. Translasi pada Sel Prokariotik dan Eukariotik
Translasi adalah proses penerjemahan urutan nukleotida
yang ada pada molekul mRNA menjadi rangkaian asam amino yang menyusun suatu
polipeptida atau protein. RNA yang ditranslasi adalah mRNA, sedangkan tRNA dan
rRNA tidak ditranslasi. Molekul rRNA adalah salah atau molekul penyusun ribosom
yaitu organel tempat berlangsungnya sintesisi protein, sedangkan tRNA adalah
pembawa asam-asam amino yang akan disambungkan menjadi rantai polipeptida.
Proses transalasi pada sel prokariotik dan eukariotik
dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Waktu dan Tempat
· Sel
Prokariotik
Pada sel prokariotik, proses
translasi terjadi sebelum transkripsi selesai sempurna. Hal ini berarti proses
terjadinya translasi dan transkripsi hampir bserempak dan sama-sama terjadi di
sitoplasma. Ini dikarenakan tidak membrane inti.
· Sel
Eukariotik
Pada sel eukariotik, proses
translasi terjadi setelah transkripsi selesai (tidak terjadi secara bersamaan).
Sebelum proses translasi terdapat fase pasca transkripsi. Terjadinya proses
translasi ini berbeda dengan transkripsi karena terjadi di sitoplasma. Ini
dikarenakan terdapat membran yang membatasi antara nukleus dan sitoplasma.
2. Proses Inisiasi
· Sel Prokariotik
RNA polimerase menempel langsung
pada DNA di promoter tanpa ada ikatan dengan protein tertentu. Kodon inisiasi
pada prokariot adalah formil-metionin/ fMet.
· Sel Eukariotik
Terdapat transkripsi faktor
berupa protein sebagai tempat menempelnya RNA polimerase. Kodon inisiasi pada
eukariot adalah metionin.
3. Sub Unit Ribosomal
· Sel Prokariotik
Sub unit
ribosomal adalah 70S yang terdiri dari bagian besar 50S dan bagian kecil 30S.
· Sel Eukariotik
Sub unit ribosomal
adalah 80S yang terdiri dari bagian besar 60S dan bagian kecil 40S.
D. Pegendalian Ekspresi Gen
1. Pengendalian Negatif Ekspresi Gen
Gen regulator menghasilkan suatu protein represor yg
dikode oleh gen lacI. Represor ini menempel pd daerah operator (lacO) yang
terletak disebelah hilir promoter. Operator lac berukuran sekitar 28 pasang
basa. Penempelan menyebabkan RNA polimerase tidak dapat melakukan transkripsi
gen-gen struktural (lacZ, lacY dan lacA) sehingga operon mengalami
represi.
Pengendalian negatif disebutkan bahwa induser melekat
pada bagian represor dan mengubah sisi allosterik dari represor, sehingga
mengubah secara allosterik konformasi molekul represor, kemudian represor tidak
dapat menempel lagi pada operator dan represor tidak mampu menghambat
trankripsi. RNA polimerase akan terus berjalan. Represor yang dihasilkan oleh
gen regulator tidak berikatan dengan ko-represor akan tidak aktif dan
trankripsi pun akan berjalan. Represor yang berikatan dengan ko-represor pada
sisi allosteriknya akan menghambat transkripsi.
2. Pengendalian Positif Ekspresi Gen
Gen regulator menghasilkan suatu aktivator yang belum
aktif, sehingga transkripsi tidak bisa berjalan. Aktivator yang dihasilkan oleh
gen regulator berikatan dengan protein induser sehingga aktivator akan
tereaktivasi dan trankripsi pun berjalan. gen regulator yang menghasilkan suatu
aktivator yang sudah aktif dan transkripsi akan berjalan. Aktivator akan
berikatan dengan dengan ko-represor sehingga menjadi tidak aktif, maka tidak
terjadi transkripsi.
3. Pengendalian Ekspresi Gen Secara Konstitutif
Pengaturan ekspresi gen selalu berjalan terus.
Kelompok gen konstitutif merupakan kelompok gen yang bertanggung jawab terhadap
metabolisme dasar, misalnya metabolisme energi atau sintesis komponen-komponen
selular, sehingga pengaturan ekspresi gen ini harus berjalan secara kontinyu
No comments:
Post a Comment